Anda di halaman 1dari 10

KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON SEMEN OPC, PCC, DAN OPC POFA

DI LINGKUNGAN GAMBUT
Tomy Pradana , Monita Olivia2), Iskandar Romey Sitompul)
1)
1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakult as Teknik, Universitas Riau
3)
Dosen Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293
Email : tomy_pradana22@yahoo.com

Abstract

This research study the compressive strength and porosity of concrete OPC cement, concrete
PCC cement, and concrete with made by combine of OPC+10% palm oil fuel ash (POFA)
cement. The specimens cured in distilled water for 28 days. Then specimens were immersed
ini peat environment until 28 days. This research result show there was an increase of
compression strength of the concrete with made combine of OPC+10% palm oil fuel ash
(POFA) cement and concrete PCC cement after 28 days immersed in peat environment. The
percentage of porosity for of concerete OPC cement immersed in peat environment increased
compared to the speciemens immeresed in distilled water. For concrete with combine of
OPC+10% palm oil fuel ash (POFA) cement and concerete PCC cement decreased after
immersed in peat environment. The test result revealed that durability of OPC+10%POFA
concrete and PCC concrete in peat environment the well of OPC concrete.
Keywords: OPC, PCC, palm oil fuel ash(POFA), peat area
A. PENDAHULUAN
A.1 Latar belakang
Beton merupakan bahan konstruksi mencapai luasan 3.275.420 hektar atau
yang paling sering digunakan dalam 75% dari total luasan gambut yang tersebar
struktur bangunan. Beton dipilih karena merata hampir di seluruh rawa gambut.
kemudahan dalam pengerjaannya, bisa Sedangkan 25% dari total luasan gambut,
dibentuk sesuai yang dikehendaki, bahan tersebar di daerah pantai dan tanggul-
dasar yang mudah diperoleh, mampu tanggul sungai. Air yang berada pada lahan
menerima beban tekan dengan baik, dan gambut tersebut dikenal dengan air
mudah dalam perawatan. Beton diperoleh gambut. Air gambut yang terdapat pada
dengan cara mencampurkan semen lahan gambut Provinsi Riau memiliki
portland, air, agregat dan kadang-kadang tingkat keasaman (pH) yang rendah, yang
ditambahkan bahan kimia, bahan non mengakibatkan air tersebut bersifat asam
kimia, serat dengan perbandingan tertentu. (Ashari, 2011).
Banyak penelitian yang dilakukan untuk Penggunaan beton seperti pondasi
mengurangi pemakaian semen pada beton tiang pancang, saluran drainase, dan
namun tidak menghilangkan sifat dari konstruksi beton lainnya yang
karakteristik beton tersebut. Upaya yang berhubungan langsung dengan lingkungan
dilakukan adalah dengan memanfaatkan asam seperti air gambut di Provinsi Riau
limbah padat hasil pengolahan tandan buah semakin banyak. Lingkungan asam akan
kelapa sawit yang berupa abu yang sampai mempengaruhi sifat fisik dan mekanis
sekarang belum termanfaatkan secara baik. beton. Serangan asam membuat pasta
Provinsi Riau memiliki 4.360.740 semen mengalami korosi sehingga dapat
hektar luas lahan gambut yang tersebar di menimbulkan ekspansi, retak, dan
12 kabupaten/kota yang didominasi oleh kehancuran pada beton (Yusuf, 2013).
gambut alam dan sangat dalam, yaitu

Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 1


Pendiangan (2013) mengkaji sifat fisik Sebagai material yang komposit,
dan mekanik beton mutu tinggi di lingkungan sifat beton sangat tergantung pada sifat
asam. Sifat fisik dan mekanik yang ditinjau unsur serta interaksi antar penyusunnya.
meliputi kuat tekan beton, porositas,
permeabilitas dan penetrasi asam. Air gambut B.2 Bahan Penyusun Beton
yang memiliki tingkat keasaman (pH) antara B.3.1 Semen
4,00-5,00 ternyata meningkatkan kuat tekan Semen berasal dari bahasa latin
beton pada umur 7 hari dan menurun pada “Caementum” yang berarti bahan perekat.
umur 28 hari dan 91 hari. Hasil penelitian
Semen merupakan senyawa atau zat
Hutapea (2014) meninjau sifat fisik dan
mekanik mortar dilingkungan asam dengan pengikat hidrolis yang terdiri dari senyawa
menggunakan berbagai tipe semen. Kuat tekan C-S-H (Kalsium Silikat Hidrat) yang
mortar dengan penambahan abu sawit pada apabila bereaksi dengan air akan
semen OPC lebih tinggi dari mortar normal. meningkat bahan-bahan padat lainnya,
Namun penulis belum menemukan penelitian membentuk satu kesatuan massa yang
menggunakan beton dengan berbagai tipe kompak, padat dan ketas. Ketika semen
semen yang diaplikasikan langsung di dicampur dengan air, timbullah reaksi
lingkungan gambut. antara campuran-campurannya dengan air.
Pada tingkat awal, sejumlah kecil dari gyps
A.2 Tujuan
cepat terlarut, dan dapat berpengaruh
Tujuan dari penelitian ini adalah
terhadap reaksi-reaksi kimia lain yang
sebagai berikut :
sedang mulai.
1. Mengkaji kuat tekan beton yang
menggunakan semen OPC, semen PCC Tabel 1. Komposisi Kimia dan Fisik
dan campuran semen OPC dan abu sawit Semen OPC dan PCC
(POFA) setelah perendaman di
lingkungan gambut pada umur 28 hari. Komposisi (%) OPC PCC
2. Mengkaji porositas beton yang
menggunakan semen OPC, semen PCC Al₂O₃ 5,49 7,40
dan semen campuran OPC dan abu sawit CaO 65,21 57,38
(POFA) setelah perendaman 28 hari di
lingkungan gambut. SiO₂ 20,92 23,04
Fe₂O₃ 3,78 3,36
B. TINJAUAN PUSTAKA
B.1 Definisi Beton Kehalusan 4,00 2,00
Beton adalah campuran antara semen Berat isi
portland atau semen hidraulik yang lain, 1,29 1,15
(kg/l)
agregat halus, agregat kasar dan air, Sumber: Alit, 2009
dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk masa padat. Ordinary Portland Cement (OPC)
juga dikenal dengan portland tipe I,
merupakan perekat hidrolis yang
dihasilkan dari penggilingan klinker yang
terdiri dari oksida-oksida kapur (CaO),
silikat (SiO₂), alumina (AL₂O₃), besi
(Fe₂O₃). Portland Composite Cement
(PCC) adalah bahan pengikat hidrolis hasil
penggilingan bersama antara bubuk semen
portland dengan bubuk bahan anorganik
Gambar 1. Unsur-unsur Pembentuk lain. Bahan anorganik tersebut antara lain
Beton terak tanur tinggi (blast furnace slag),
Sumber : Nugraha dan Antoni (2007)
pozzolan, senyawa silikat, batu kapur,

Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 2


dengan kadar total bahan anorganik 6%- partikel abu sawit tidak beraturan, ada
35% dari massa semen (SNI 15-7964- yang memiliki butiran bulat panjang, bulat
2004). dan bersegi dengan ukuran butiran 0-2,3
mm serta memiliki warna abu-abu
B.3.2 Agregat kehitaman (Mangara, 2005). Penelitian
Agregat menempati 70-75% dari Tangchirapat et al., (2006) dan Sata (2004)
total volume beton, maka kualitas agregat menjelaskan bahwa partikel abu sawit
sangat mempengaruhi kualitas dari beton memiliki ukuran yang besar dan tekstur
yang dihasilkan. Dengan agregat yang yang poros. Gambar ini juga menjelaskan
baik, beton mudah dikerjakan, kuat, tahan partikel abu sawit memiliki bentuk yang
lama (durable), dan ekonomis. Secara tidak beraturan.
ukuran agregat dapat dibedakan menjadi
dua bagian yaitu agregat halus dan agregat B.3 Lingkungan Gambut
kasar. Kerusakan beton maupun mortar di
lingkungan gambut yang mengandung
B.3.3 Air asam, terjadi karena ada dua reaksi utama
Secara umum air yang digunakan yang mempelopori kerusakan.
untuk campuran beton harus bersih, tidak
boleh mengandung minyak, asam, alkali, CaOH2 + CO2 CaCO3 + H2O
zat organik atau bahan lainnya yang dapat CaCO3 + CO2 +H2O Ca(HCO3)2
merusak beton. Sebaiknya air yang dipakai Pembentukan kalsium karbonat
adalah air tawar yang dapat diminum (CaCO3) sebenarnya tidak menimbulkan
(Mulyono, 2003). kerusakan beton, tetapi proses berikutnya
dimana kalsium karbonat (CaCO3) akan
B.3.4 Mineral Tambahan bereaksi lagi dengan karbondioksida
Mineral tambahan adalah bahan (CO2) yang ada dalam air menghasilkan
lain selain air, agregat, dan semen hidrolik kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) yang
yang ditambahkan ke campuran beton larut dalam air.
sebelum atau selama proses pencampuran.
Penggunaan mineral tambahan ini Ca(OH)2+(SO4)2-+2H2O CaSO4.2H2O
memberika efek tertentu pada campuran + OH
beton termasuk peningkatan mutu, 3CaSO4.2H2O + 4CaO.Al2O3.19H2O
percepatan atau memperlambat setting 3CaO.Al2O3.3CaSO4.31H2O+ Ca(OH)2
time, meningkatkan ketahanan terhadap
serangan sulfat, dan meningkatkan Reaksi kedua adalah, apabila kalsium
workability. silikat hidrat (CSH) dan kalsium aluminat
hidrat (3CaO.Al2O3.3H2O) bereaksi
B.2 Abu Sawit (palm oil fuel ash) dengan ion-ion asam maka akan
Abu sawit atau (palm oil fuel ash) menghasilkan gipsum (CaSO4.2H2O) dan
merupakan limbah dari industri calcium sulphoaluminate
pengolahan kelapa sawit, yaitu sisa dari (3CaO.Al2O3.3CaSO4.31H2O) yang
pembakaran cangkang dan serabut buah dikenal dengan istilah ettringite. Ettringite
kelapa sawit didalam dapur atau tungku mempunyai volume yang lebih besar
pembakaran yang disebut boiler dengan dibandingkan dengan volume komponen
suhu 700˚C- 800˚C. Abu sawit mempunyai penyusunnya sehingga akan
kandungan silika sehingga banyak mengakibatkan terjadinya ekspansi yang
penelitian terdahulu yang menjadikan abu dapat menyebabkan kerusakan pada beton
sawit sebagai pozzolan. maupun mortar (Goyal et al, 2008; Kasih,
Berdasarkan pengamatan secara 2011).
visual, karakteristik yang dimiliki abu
sawit di antaranya sebagai berikut: bentuk

Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 3


C. METODOLOGI PENELITIAN C.3.1 Tahap Pengujian Kuat Tekan
C.1 Pemeriksaan Karakteristik Menentukan kekuatan tekan beton
Material dilakukan dengan prosedur berikut:
Pemeriksaan meterial terdiri dari a. Mengambil benda uji dari bak
pemeriksaan karakteristik agregat kasar, perendaman kemudian
agregat halus, dan komposisi kimia abu mengeringkannya selama ± 24 jam.
sawit (palm oil fuel ash).Pemeriksaan b. Benda uji yang telah diberi capping
agregat kasar dan halus terdiri dari analisa (lapisan belerang) pada permukaan
saringan, kadar air, berat jenis, berat beton agar permukaannya rata.
volume, abrasi los angeles, kadar lumpur c. Menimbang benda uji.
dan kadar organik. Pemeriksaan komposisi d. Meletakkan benda uji dengn posisi
kimia abu sawit (palm oil fuel ash) tegak pada kerangka alat uji tekan
dilakukan dengan mengirim sebagian (Compression Test Machine).
sampel ke Laboratorium Sumber Daya e. Melakukan pembebanan sampai benda
Geologi Bandung. uji menjadi hancur.
f. Mencatat beban maksimum yang
C.2 Flowchart Penelitian terjadi selama pengujian.
Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas g. Menghitung kuat tekan beton dihitung
tahapan yang telah dijelaskan diatas, dan yaitu beban maksimum persatuan luas
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada permukaan silinder.
Gambar 2.

Mulai

Persiapan Benda Uji

Alat-alat yang Semen OPC Agregat Halus Agregat Kasar Air Lingkungan
digunakan Semen PCC gambut
OPC POFA

Uji Properties Uji Properties

Mix design dan perencanaan beton

Pembuatan Benda Uji untuk Setiap Pengujian

Perawatan Benda Uji Selama 28 hari

Perendaman di lingkungan gambut

Uji Kuat
Uji Porositas
tekan

Hasil dan Pembahasan


Gambar 3. Pengujian Kuat Tekan
Kesimpulan Sumber : Data Penelitian
Selesai
C.3.2 Tahap Pengujian Porositas
Prosedur pengujian untuk
Gambar 2 Bagan Alir (flowchart) mengetahui porositas adalah sebagai
Metodologi Penelitan berikut:
1. Mengeluarkan benda uji dari bak
C.3 Tahap Pengujian perendaman.
Pada tahap ini dilakukan pengujian 2. Mengeringkan benda uji dengan oven
beton sesuai umur rencana 28 hari setelah pada suhu 100-110˚C selama tidak
perendaman di lingkungan gambut. kurang dari 24 jam, biarkan dingin
Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian diudara kering (sebaiknya dalam
kuat tekan, dan porositas beton.
Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 4
desikator) sampai suhu 20-25˚C lalu Pemeriksaan komposisi abu sawit
menghitung masa kering oven sebagai (palm oil fuel ash) dilakukan untuk
W1. mengetahui kadar senyawa pozzolanik
3. Melakukan perendaman dalam air yang terkandung dalam abu sawit yang
kira-kira 21˚C selama tidak kurang akan digunakan sebagai pengganti
dari 48 jam. sebagian semen dalam campuran beton.
4. Setelah masa perendaman 48 jam, Dari Tabel 2 diketahui bahwa abu
maka permuakaan benda uji sawit PT. PKS Lubuk Raja, Sorek, Riau
dikeringkan dengan handuk agar sebagian besar tersusun atas Silikon
menghilangkan kelembaban Dioksida (SiO2) sebesar 64,36% disusul
permukaan, lalu menentukan massa dengan Aluminium Oksida (Al2O3) sebesar
jenuh setelah perendaman sebagai W2. 4,36%. Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat
5. Setelah penimbangan massa jenuh, dilihat bahwa jumlah kandungan SiO2,
lalu dengan menggunkan penggantung Al2O3, dan Fe2O3 lebih dari 70%. Menurut
kawat menghitung massa sebenarnya (Saifuddin, 2010) abu sawit (palm oil fuel
dalam air sebagai W3. ash) jenis ini digolongkan kedalam bahan
pozzolan tipe F.
D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
D.1 Analisis Karateristik Abu Sawit D.2 Analisis Propertis Agregat
Pengujian ini dilakukan dengan Pengujian ini bertujuan untuk
mengirimkan abu sawit ke Laboratorium mengetahui karakteristik dan spesifikasi
Pengembangan Sumber Daya Geologi, agregat kasar dan halus yang akan di pakai
Bandung. Abu sawit yang diuji adalah dalam campuran beton. Agregat ini
100% lolos saringan No. 200. diperoleh dari Air Hitam, Pekanbaru .

Tabel 2. Karateristik Abu Sawit Tabel 3. Karateristik Agregat Kasar

Parameter Hasil Jenis Hasil Standar


No
pemeriksaan Pemeriksaan spesifikasi
SiO2 64,36 % 1 Berat jenis
(gr/cm3)
Al2O3 4,36 % a. Apparent 2,70 2,58 - 2,83
Fe2O3 3,41 % spesific
gravity
MgO 4,58 % b. Bulk spesific
gravity on 2,59 2,58 - 2,83
CaO 7,92 % dry
K2O 5,57 % c. Bulk spesific
gravity on 2,63 2,58 - 2,83
TiO2 0,87 % SSD
d. Absorpsion 1,63 2-7
MnO 0,1 % (%)
P2O5 3,64 % 2 Kadar air (%) 0,91 3-5
3 Modulus 6,95 5-8
SO3 0,04 % kehalusan
4. Keausan (%) 29,82 < 40
Cu 46 Ppm 5 Berat Volume
Zn 60 Ppm a. Kondisi 1,55 1,40– 1,90
padat
H2O- 0,59 % b. Kondisi 1,40 1,40 –1,90
HD 4,97 % gembur
Sumber: Laboratorium Pengembangan Sumber Sumber : Data Penelitian
Daya Geologi, Bandung
Berdasarkan Tabel 3 diketahui
bahwa agregat kasar yang digunakan

Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 5


dalam penelitian ini memiliki gradasi 1,42 %. Nilai ini tidak memenuhi standar
dengan ukuran butiran maksimum 38 mm. spesifikasi penyerapan agregat yaitu 2-7
Apabila butiran agregat memiliki ukuran %.
yang sama volume pori akan besar.
Sebaliknya bila ukuran butirannya Tabel 4. Karateristik Agregat Halus
bervariasi akan terjadi volume pori yang Jenis Hasil Standar
kecil. Hal ini karena butiran yang kecil No
pemeriksaan Pemeriksaan spesifikasi
mengisi pori diantara butiran yang lebih 1 Berat jenis
besar, sehingga pori menjadi sedikit dan (gr/cm3)
akan membutuhkan bahan pengikat yang a. Apparent 2,74 2,58 - 2,83
spesific
sedikit. Sedangkan modulus kehalusan gravity
butiran adalah 6,95, dan masuk dalam b. Bulk spesific 2,64 2,58 - 2,83
standar spesifikasi agregat kasar yaitu 5-8. gravity on
Berdasarkan pengujian berat jenis didapat dry
berat jenis agregat quary Air hitam, c. Bulk spesific 2,67 2,58 - 2,83
gravity on
Pekanbaru masih masuk dalam standar SSD
spesifikasi agregat halus 2,58-2,83. d. Absorpsion 1,42 2-7
Hasil pemeriksaan agregat (%)
(absorption) 1,63 %. Nilai ini tidak
memenuhi standar spesifikasi penyerapan 2 Kadar air (%) 0,60 3-5
3 Modulus 2,91 1,5 – 3,8
agregat yaitu 2-7 %. Hasil pemeriksaan
kehalusan
berat volume agregat kasar didapat bahwa 4 Berat Volume
volume agregat kasar yaitu 1,55 gr/cm3 a.Kondisi padat 1,71 1,40– 1,90
untuk kondisi padat dan 1,40 gr/cm3 untuk b.Kondisi 1,52 1,40 –1,90
kondisi gembur. Hasil analisa berat volume gembur
5 Kadar lumpur 8,23 <5
agregat halus ini memenuhi standar
6 Kadar organik No. 2 < No. 3
spesifikasi berat volume 1,40-1,90 gr/cm3.
Hasil pemeriksaan kadar air agregat kasar Sumber : Data Penelitian
ini tidak memenuhi standar spesifikasi
yaitu 0,91 % dengan rentang 3-5 %..Hasil Hasil pemeriksaan berat volume
pemeriksaan ketahanan agregat dengan agregat halus didapat bahwa volume
mesin Los Angeles adalah gradasi B agregat halus yaitu 1,71 gr/cm3 untuk
dengan ketahanan agregat sebesar 29,82 kondisi padat dan 1,52 gr/cm3 untuk
%. Nilai ini memenuhi standar spesifikasi kondisi gembur. Hasil analisa berat volume
ketahanan aus agregat yaitu < 40 %. agregat halus ini memenuhi standar
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa spesifikasi berat volume 1,40-1,90 gr/cm3.
agregat halus yang digunakan dalam Kepadatan agregat menyebabkan volume
penelitian ini masuk dalam spesifikasi pori beton kecil dan kekuatannya
daerah II yaitu pasir agak kasar. bertambah. Kadar lumpur atau kotoran
Sedangkan modulus kehalusan butiran agregat halus quary air hitam, Pekanbaru
adalah 2,91, masih masuk dalam finesess tidak memenuhi standar spesifikasi yaitu
modulus agregat halus yaitu 1,5. 8,23 % sedangkan standarnnya < 5 %.
Berdasarkan pengujian berat jenis didapat Pemeriksaan kadar air yang dilakukan,
berat jenis agregat Quary Air hitam, diketahui bahwa kadar air agregat halus
Pekanbaru masih masuk dalam standar quary air hitam, Pekanbaru yaitu 0,60 %.
spesifikasi agregat halus 2,58-2,83. Hasil pengujian kadar air agregat
Apabila berat jenis agregat tinggi, maka halus ini tidak memenuhi standar
menghasilkan berat jenis beton yang tinggi spesifikasi 3-5 %. Dengan denikian perlu
dan memiliki kuat tekan yang tinggi pula. penambahan atau pengurangan air dalam
Hasil pemeriksaan agregat (absorption) campuran beton. Hasil pemeriksaan kadar

Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 6


organik yang diperoleh adalah warna No.2. reaksi pozzolanik yang terkandung pada
Warna ini memenuhi standar spesifikasi semen PCC dan abu sawit (palm oil fuel
kadar organik agregat halus yaitu < No.3. ash). Abu sawit ini juga akan mengurangi
Hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan daya ikat beton pada batas waktu tertentu.
kadar organik yang terkandung tidak tinggi Perbandingan CaO dan SiO2 pada kristal
sehingga bagus untuk campuran beton. juga bermacam-macam dan berpengaruh
pada kecepatan pembentukan dan kekuatan
D.3 Hasil Pengujian Beton beton .
D.3.1 Pengujian Kuat Tekan Beton Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai
Pengujian kuat tekan dilakukan pada kuat tekan beton semen PCC dan beton
umur rendaman 28 hari setelah di rendam semen OPC+10%POFA meningkat setelah
dilingkungan. Benda uji yang digunakan perendaman 28 hari di lingkungan gambut.
berbentuk silinder dengan diameter 10 cm Penggantian semen portland dengan 10%
dan tinggi 20 cm. Pengujian kuat tekan ini abu abu sawit meningkatkan kuat tekan
dilakukan untuk semua tipe semen.Pada beton. peningkatan kuat tekan beton abu
penelitian ini, sebelum benda uji di sawit dan beton semen PCC karena sifat
masukkan di lingkungan gambut, terlebih pembentukan kalsium silikat hidrat
dahulu benda uji di rendam di air biasa memberi kekuatan yang sangat lambat.
selama 28 hari. Setelah perawatan selama
28 hari selesai, lalu benda uji dimasukkan Tabel 6. Hasil Pengujian Kuat Tekan 28
ke lingkungan gambut. Perawatan 28 hari hari di Lingkungan Gambut
ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi
beton semen OPC, beton semen No Jenis Beton Berat Kuat
OPC+10%POFA, dan beton semen PCC (kg) Tekan
matang dan kuat tekan pada 28 hari ini (MPa)
menjadi kuat tekan hari ke 0.
1 Beton OPC 4,88 35,23
Tabel 5. Hasil Pengujian Kuat Tekan 28 2 Beton 4,73 34,80
hari di air biasa OPC+10%POFA
No Jenis Beton Berat Kuat 3 Beton PCC 3,98 35,44
(kg) Tekan
(MPa) Sumber : Data Penelitian

1 Beton OPC 4,73 37,35 Penurunan kuat tekan beton semen


OPC terjadi karena reaksi antara asam dan
2 Beton 4,73 32,26 pasta semen (Ca(OH)2). Pelepasan
OPC+10%POFA partikel-partikel beton terutama semen
mengakibatkan ikatan antara agregat
3 Beton PCC 4,12 34,38 berkurang dan kuat tekan beton pun
Sumber : Data Penelitian menurun.

Berdasarkan hasil uji tekan (Tabel D.3.2 Pengujian Porositas


5) dapat diketahui bahwa beton semen Porositas adalah besarnya persentase
OPC memiliki kuat tekan lebih tinggi dari ruang-ruang kosong atau besarnya kadar
beton semen PCC dan beton campuran pori yang terdapat pada beton dan
10% abu sawit setelah perendaman 28 hari merupakan salah satu faktor utama yang
di air biasa. Menurut (Tangchirapat et al, mempengaruhi kekuatan beton. Pori-pori
2006) lamanya pembentukan CSH pada beton biasanya berisi udara atau air yang
beton semen PCC dan beton semen saling berhubungan dan dinamakan kapiler
OPC+10%POFA disebabkan lambatnya beton. kapiler beton akan tetap ada

Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 7


walaupun air yang digunakan telah Setelah perendaman di lingkungan
menguap, sehingga kapiler ini mengurangi gambut (Tabel 8) persentase porositas
kepadatan beton yang dihasilkan. Dengan beton semen PCC juga lebih rendah
bertambahnya volume pori maka nilai dibandingkan beton semen OPC dan beton
porositas juga akan semakin meningkat semen OPC+10%POFA. Porositas beton
dan hal ini memerikan pengaruh buruk semen PCC lebih rendah karena pozzolan,
terhadap kekuatan beton. Pada penelitian senyawa silikat dan batu kapur yang
ini, kubus dengan tinggi 10 cm, lebar 10 terkandung dalam semen membuat beton
cm, dan panjang 10 cm sebagai benda uji. semen PCC ini lebih kedap.
Tabel 7. Hasil Pengujian Porositas 28 hari E. KESIMPULAN DAN SARAN
di air biasa E.1 Kesimpulan
1. Penggantian semen dengan
Porositas 10%POFA pada beton
No Jenis Beton
(%) meningkatkan kuat tekan beton pada
umur 28 hari setelah perendaman di
1 Beton OPC 11,08
lingkungan gambut.
Beton 2. Hasil pengujian porositas beton
2 14,17 semen OPC+10% POFA
OPC+10%POFA
menunjukkan nilai porositas yang
3 Beton PCC 10,13 tinggi dari beton semen OPC dan
beton semen PCC.
Sumber : Data Penelitian
3. Nilai kuat tekan berbanding lurus
Pengujian porositas beton dengan nilai porositas beton yang
dilakukan untuk mengetahui persentasi dihasilkan
pori pada beton setelah perendaman 28
E.2 Saran
hari di air biasa dan setelah perendaman 28
1. Agregat yang digunakan perlu
hari di lingkungan gambut. Berdasarkan
dijaga kualitasnya agar pada saat
Tabel 7 porositas beton beton semen PCC
pengujian karakteristik agregat,
lebih rendah dari beton semen
nilai-nilai karakteristiknya sesuai
OPC+10%POFA dan beton semen OPC
stndar spesifikasi yang telah
setelah perendaman 28 hari di air biasa.
ditetapkan.
Daya ikat semen yan semen yang semakin
2. Perlu adanya penelitian lanjutan
kecil ini disebabkan karena kapur yang
dengan menggunakan air gambut
tinggi akan mempersulit dalam proses
sebagai campuran beton.
hidrasi.
Tabel 8. Hasil Pengujian Porositas 28 hari DAFTAR PUSTAKA
di Lingkungan Gambut
Ahmad, M.H. 2008. Compression Strength
Porositas Of Palm Oil Fuel Ash. Malaysia:
No Jenis Beton
(%) Universiti Tun Hussein Onn.
Alid, I Made. 2009. Pengaruh jenis agregat
1 Beton OPC 11,13 kasar terhadap kuat tekan beton.
Beton Bali. Jurnal Tekhnologi dan
2 12,52 kejuruan; Vol 32 universitas
OPC+10%POFA
Udayana.
3 Beton PCC 9,74 American Standard Test Material (ASTM).
1994. Annual Books Of ASTM
Sumber : Data Penelitian Standard. Phildelphia: ASTM.

Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 8


Ashari, Frangky.2012. Variasi Ketebalan Pendiangan, Jaya Alexander. 2013.
Lapisan dan Ukuran Butiran Media Ketahan Beton Mutu tinggi
Penyaringan pada Biosand Filter dilingkungan asam. Pekanbaru:
untuk Pengelolahan Air Gambut. Tugas Akhir mahasiswa Universitas
Skripsi Sarjana, Fakultas Teknik, Riau.
Universitas Riau, Pekanbaru. Saifuddin , Salam A, Jumaat Zamin. 2010.
ASTM C267. 2006. Standard Test Utilization Of Palm Oil Fuel Ash In
Methods For Chemical Resistance Concrete. Department Of Civil And
Of Mortars, Grouts, And Monolite Environment Engineering Faculty Of
Surfacung And Polymer Concrete. Engineering. Malaysia
United States: ASTM. Sata, V., Jaturapitakkul, C., & Kiattikomol,
ASTM C469. 2002. Standart Test Method K. (2004). Utilization of Palm Oil
For Static Modulus Of Elasticity And Fuel Ash in High-Strength Concrete.
Poisson’s Ratio Of Concrete In SNI 03-2847-2002. 2002. Tata Cara
Compression. United State:ASTM Perhitungan Struktur Beton Untuk
ASTM C642. 2006. Standard Test Bangunan Gedung . Bandung: Badan
Methods Density, Absorption, And Standarisasi Nasional.
Void In Hardened Concrete. United SNI 03-1968-1991. 1991. Metode
States: ASTM. Pengujian Tentang Analisis
Goyal, Shweta. 2008. Resistance Of Sarungan Agregat Halus Dan Kasar.
Mineral Admixture Cincrete And Bandung: Badan Standarisasi
Cement To Acid Attack. India: Nasional.
Thapar University. SNI 03-1969-1991. (1991). Metode
Hindarko. 1999. Bahan dan Praktek Beton. Pengujian Berat Jenis dan
Jakarta: Erlangga. Penyerapan Agregat Kasar.
Hutapea, Uli Arta. 2014. Ketahanan mortar Bandung: Badan Standarisasi
dilingkungan asam dengan berbagai Nasional.
tipe semen. Pekanbaru: Tugas Akhir SNI 03-1970-1991. (1991). Metode
mahasiswa Universitas Riau. Pengujian Berat Jenis dan
Kasih, Ranti Yulia. 2012. Pengaruh Penyerapan Agregat Halus.
Penambahan Abu Sekam Padi Bandung: Badan Standarisai
Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Nasional.
PCC Dengan Penambahan Dalam SNI 03-1971-1991. (1991). Metode
Asam Sulfat Dan Analisis Larutan Pengujian Kadar Air Agregat.
Rendaman Mortar. Padang: Bandung: Badan Standarisasi
Universitas Negeri Padang. Nasional.
Mangara, R. 2005. Pembuatan batako SNI 03-1974-1991. 1991. Metode
pozzolan dari limbah abu terbang Pungujian Kuat Tekan Beton.
boiler industri sawit. Skripsi Bandung: Badan Standarisasi
Jurusan Teknik Kimia-D3. Nasional.
Pekanbaru : Universitas Riau. SNI 03-2417-1991. 1991. Metode
Mulyono, Tri. 2005. Tekhnologi Beton. Pengujian Keausan Agregat Dengan
Yogyakarta: ANDI Mesin Abrasi Los Angeles. Bandung:
Nugraha, P, dan Antoni. 2007. Tekhnologi Badan Standarisasi Nasional.
beton. Surabaya. Andi Offset. Tangchirapat, W., Saeting,
Olivia, Monita. 2005. Pemanfaatan Abu Jaturapitakkuul,Kiattikolol K. 2006.
Sawit Sebagai Bahan Tambah Pada Evaluation Of Sulfate Resistance Of
Beton. Pekanbaru: Jurnal Sains dan Concrete Containing Palm Oil Fuel
Tekhnologi, Vol 4 No.1 Maret 2005: Ash. Thailand. Departement Of Civil
10-15. Engineering, King Mongkut’s

Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 9


University Of Technology Thonburi,
Bangmod, Tungkru, Bangkok.
Yusuf, Yulizar. 2013. Pengaruh
Penambahan Abu Terbang (Fly Ash)
Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen
PCC Serta Analisis Air Laut Yang
Digunakan Untuk Perendaman.
Lampung. Universitas Lampung.

Jom FTEKNIK Volume 3 NO. 2 Oktober 2016 10

Anda mungkin juga menyukai