Anda di halaman 1dari 8

PGM 2008.

31(2): 59-66 Pengaruh pembenan makanan tambahan pada balita KEP Sri Supadmi; dkk

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)
PENGUNJUNG BALAl PENELlTlAN DAN PENGEMBANGANGANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODlUM
(BPP GAKI) MAGELANG

Sri Supadmil, Sukati Saidin2, Muhamad Samsudin'


ABSTRACT

THE IMPACT OF SUPPLEMENTARY FOOD ON THE CHILD WITH PROTEIN ENERGY MALNUTRITION (PEM)
THE VlSlTOR OF CENTRE IDD MAGELANG

Background: Economic crisis result the purchasing power of society become to descend and weak. This matter affect
at downhill it health and nutrition status at the under five child. Problem of lnsuffiency of Energ~Protein Malnutrition
(PEM) at the under five child visitor of Center IDD Magelang show the real indication that is in the 2002 found
prevalence of PEM was 63.2%. The alm of this study was measured the impact nutrition supplementary with nutritional
status the under five child visitor of Center IDD Magelang.
Methods: Study deslgn was pre and post test. Research type was applicatlve research. Subject were 30 chid old age
6-59 of month at Centre IDD Magelang. It was conducted by purposive taken with quota sampling. The intervention in
form supplementary food made by flour of rice, soybeanltempe, fishllele, spinach, flour of carroh and sugar. Data
analysls were used the t test.
Rarultr: The t test are result which tlgnlflcant of at measurement of nutritional status u w the welght-for-age (WIA)
Index (tn -3.485; pcO.05) end thara am Inoreate of weight after lntarven8lon a8 much 700 g. Meaturement of nutrltlon
statua u8e the welght-for-hlgh (WIH) index give the impact which signlflcant (t* -3.156: pe0.05) and there am l n c m w
addition of high as much 1.5 cm.There are decreased of several PEM equal to 6.8% wlth WIA and 18.7% wlth WIH
Index, Improvement become the normal atatus equal to 13.3%.
Conclutlon Tne fooa supplementary of ch~ldmnunder fire p a r s OMthe Impact of thef8 a n dlffennm of weight in
oefore ana after intervent on a so glve Impact of ndtr t one slatd8 [Penel Qlzl Makrn 2008,31(2): 58-86]

Kay word:: supplemenfary b o d PEM, chlldmn under flw years old

PENDAHULUAN
ata BPS tahun 2007 menyebutkan bahwa Magelang pada tahun 2002 ditemukan jumlah balita

D jumlah penduduk miskin pada bulan Maret tahun


2007 menjadi berkurang sebesar 2,13 juta orang
bila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin
yang menderita kurang energi protein (KEP) sebesar
63,2% terdiri dari balita KEP tingkat ringan, sedang dan
berat dimana lebih dari 50% balita KEP tersebut
pada bulan Maret tahun 2006. Penduduk miskin masih ternyata berasal dari keluarga miskin.
menghadapi masalah serius kekurangan pangan dan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
kurang gizi walaupun sudah terjadi perbaikan kekurangan zat-zat gizi seperti kalori dan protein
ketersediaan pangan namun kelaparan dan gizi kurang berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan
terjadi di semua Kabupaten di lndonesia. Pada tahun dan interaksi anak dengan lingkungan (3).
2001 sebanyak 455% anak balita mempunyai ukuran Hasil penelitian Kartika (2000) diperoleh
tinggi badan pendek. Pada tahun 2003 sebanyak hubungan yang nyata antara konsumsi energi dan
27,5% anak balita Indonesia menderita gizi kurang dan protein dengan perkembangan motorik kasar anak
gizi bumk atau hanya 10% dibawah kondisi tahun 1989 (p<0,05 ). Anak dengan status gizi kurang mengalami
(1). Pada tahun 2005 dari data Departemen Kesehatan kesulitan dalam peningkatan perkembangan motorik
menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang 19.2% dan kasar dibandingkan dengan anak status gizi baik.
gizi bumk 8,8% (2). Pertmbuhan dan perkembangan motorik kasar anak
Di Klinik Baiai Penelitian dan Pengembangan dari keiuarga tidak miskin lebih baik dari pada anak
Gangguan Akibat Kekurangan lodium (BPP GAKI) dari keiuarga miskin (4).

fPenellti pada BPP GAKI, Magelang


2 Penelil pada Puslitbarg Gizi dan Makanan. Badan Limang
Kesehatan, Depkes RI
PGM 2W8,31(2): 59-66 Penga~hpemberim makanan tambahan pada baiita KEP Sri Supadmi; dkk

Penelitian terdahulu mengungkapkan behwa terepen. Penelitian ini dilakukan di Klinik BPP GAKl
pemberlen makanan tembahan dalam bentuk Magelang, Jawa Tengah.
campuran maupun "makanan jadi" dapat Populasi adalah balita pengunjung BPP GAKl dan
meningkatkan atau memperbaiki status gizi (56). sebagai sampal adalah balita KEP dangan umur 6- 59
Formula dan jenis bahan makanan wbagai bulan. Besar sampel diambil secara quofa sampling
makanan tambahan disasuaikan dangan sumber daya dipamieh nilai n minimum sebesar 30 balita. Pemillhan
yang tarsedia. Dl Magelang ikan lela mudah dltemukan sampel ditantukan secara purposive pada balita KEP
di kolam maupun di pasar dengan harga murah yang datang berobat ka BPP GAKl dan berasal dad
sehingga pemberian makanan tambahan yang keluarga miskin. Kriteria eksklusi yang dikeluarkan
diberikan berupa makanan campuran terdlri dari dalam penelitian ini adalah balita yang tidak
tepung bras, tepung t e m p dan tepung lele wsuai mungkinltidak bisa diukur linggi badan atau panjang
dengan bahan lokal setempat. Strategi pemberian badannya.
makanan tambehan kepada balita gizi kurang yang Data yang dikumpulkan mdiputi data distiibusi
berasal dari keluarga miskin diberikan suplemen pemberian makanan tambahan, pengukuran
blended f w d yang difortifikasi dengan zat gizi mikro antropometri, tingkat pendidikan dan jenis pekejaan
atau makanan tambahan yang dibuat dari bahan lokal orang tua sampei. Sebelum pengumpulan data,
(7). terlebih dahulu dilakukan penjaringan sampel melalui
pengukuran antropometri pada balita KEP sehingga
TUJUAN diketahui tingkat kekurangan energi dan protein yang
dialaminya. Penetapan gizi kurang dan gizi buruk
Penalitan ini bertujuan unluk mengetahui
menggunakan kriteria WHO-NCHS.
pengaruh pemberian makanan tambahan pada balita Analisis data yang digunakan untuk mengetahui
kurang energi protein (KEP) pengunjung BPP GAKl
dampak pemberian makanan tambahan terhadap
Magelang. peningkatan status gizi balita menggunakan uji T-test.
Pemberian makanan tambahan (PMT) kepada
BAHAN DAN CARA
balita KEP berupa bahan makanan campuran (BMC)
Desain penelitian yang dipakai adalah pre and yang terdiri dari tepung nasi, tepung tempe, tepung
post test dan jenis penelitannya bempa penelitian lele, tepung bayam, tepung wortel dan gula halus,
dangan nilai komposisi gizi dalam 1 sachet (100 g)
disajikan pada Tabel 1

Tabel 1
Komposl8l dan NIIaI Kandungan Zal Olzl Bahan Makanan Campuran

Komposisi zal glzi Nilai kandungan gizi


Energi ( k kal ) 347
Protein (g %) 10,l
Lemak (g %) 0,4
Karbohidrat (g %) 76,7
Air 12,O
Serat 0,5
Mineral 0,6

Dllihat dari tabel diatas blla dibandingkan dengan 10,159 lebih tinggi dari yang dianjurkan sebesar 5 6 g.
angka kecukupan yang dianjurkan oleh Dep. Kas. R.I. Dengan demikian nil& kandungan gizi pada bahan
(1997) nilai kandungan gizi pada energi sebesar 347 makanan campuran tersebut telah sesual dan
kkal sudah mamenuhi nilai yang dlanjurkan yaitu 300- mamenuhi nilai gizi yang telah dianjurkan oleh
500 kkal. Sedangkan kandungan protein sebesar Dep.Kes..R.I (8).
PGM 2008,31(2):59-66 Peflga~hpernberian rnakanan tarnbahan pada balha KEP Sri Supadmi; dkk

Tabel 2
Nilai Rendernen dari Bahan Makanan Campuran dalam 1 sachet berat 100 g

Bahan meanan campuran Rendemen (%)


Tepung nasi 90
Tepung tempe 60
Tepung lele 11.5
Tepung bayam 30
Tepung wortel 30
Gula halus 100

HASlL PENELlTlAN
1.Karakteristik orang tua responden

Tabel 3
Karakterlstik Orang tua Responden

Karakteristik Ayah Ibu


n % n %
Tingkat Pendidikan
-Tidak Sekolah 1 3,3 0 0
-Tamat SD 12 40 11 36,7
-Tamat SMP 10 30 9 30
-Tamat SMA 7 23,3 10 33,3
Jenis Pekerjaan
-Tan1 15 50 20 69
-Buruh 9 30 8 27,6
-Pedagang 2 67 2 3,4
-Swasta 4 13,3 0 0

Tingkat pendidikan ayah responden adalah lulus adalah petani. kemudian buruh 27,6%. Ternyata
Sekolah Dasar sebesar 40% , lulus SMP 30% dan sebagian besar pekerjaan ayah dan ibu responden
tidak sekolah 3,3%. Demikian juga tingkat pendidikan adalah sebagai tani dan buruh.
ibu responden tamat Sekolah Dasar 36.7%,tamat SMP
30% dan tamat SMA sebesar 33,396. 2. Distribusi Balita rnenurut Kelompok Umur
Jenis pekerjaan ayah responden sebagian besar Sebaran balita menurut kelompok umur disajikan
(50%) adalah petani, kemudian sebagai buruh 30%. pada Tabel 4.
Jenis pekerjaan ibu responden sebagian besar (69%)

Tabel 4
Dlstrlbusi Balfia menurut Kelompok Umur

~ e l & ~ ~umur
ok Jumlah ( n ) Prosentase ( % )
G - 18bln 7 35
19-36 bln 5 25
37 - 60 bln 8 40
Total 20 100
PGM 2008,31(2): 59-66 Penga~hpernberian makanan farnbahan pada balita KEP Sri Supadmi; dkk

Tabel diatas dapat dilihat bahwa 40% balita 3. Hasil Pengukuran Antropometri Sebelum dan
berada pada kelompok umur 37-60 bulan, kemudian Sesudah lntervensi
kelompok umur 6-18 bulan sebanyak 35% dan
kelompok umur 19-36 bulan sebanyak 25%.

Tabel 5
Pengukunn Antropomotrl Sebelum dan Swudah Intewensl

Antropomotrl n Mlnlmum Maxlmum Mean Standar


Devlasl
BB Sebelum 30 6,6 11,8 83 1,5
BB Sesudah 30 7,l 12,3 92 1,4
TB Sebelum 30 71,4 94,5 82,8 5,6
TB Sesudah 30 72,5 100,6 84,3 6,4

Dan tabel diatas terlihat bahwa pemberian peningkatan sebesar 1,5 cm dari 82,8 cm menjadi 84,3
makanan tambahan selama 90 hari tejadi kenaikan cm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian makanan
berat badan rata-rata sebesar 700 g dari 8,5 kg tambahan pada balita kurang energi protein terlihat
menjadi 9.2 kg. Tinggi badan rata-rata juga mengalami memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhannya.

Tabel 6
Antropometri berdasarkan lndeks BB IUmur dan BBlTB Sebelum dan Sesudah Intewensi.

lndeks n Rataan SD t P
Kenaikan
BBlU 30 0,26 0,40984 -3,465 0,002
BB 1 TB 30 0,52 0,89573 -3,156 0,004

Deri Label diatas dapat diketahui bahwa dari hasil 4. Status Gizi Balita
pengukuran antropometri yang meliputi pengukuran Status glzi balita ditentukan berdasarkan indeks
berat badan dan tinggi badan sebelum dan sesudah Berat Badan menurut Umur (BBIU) dan Berat Badan
intervensi berdasarkan indeks BBlU dan indeks BBfTB menurut Tinggi Badan (BBITB) dengan menggunakan
ternyata setelah dilakukan uji beda menunjukkan baku rujukan WHO.NCHS (9). Jumlah anak balita yang
kenaikan yang bermakna dengan nilai p<0.05 yang mengalami perbaikan status gizi setelah pemberian
berarti pemberian makanan tambahan dapat makanan tambahan berdasarkan BBlU dan BBfTB
memperbaiki status glzi balita KEP yang datang disajikan pada tabel 7 dan 8.
berobat ke BPP GAKI.

Tabel 7
Status Gizi Balita berdasarkan lndeks BB IU Sebelum dan Sesudah lntewensi

Status Gizi Sebelum Sesudah


n % n YO
Gizi Buruk 16 53,3 14 46.7
Gizi Kurang 14 46,7 11 367
Gizi Baik 0 0 5 16,6
Jumlah 30 100 30 100
PGM 2008,31(2): 59-66 Pengaruhpemberian makanan tambahan pada balifa KEP Sri Supadmi; dkk

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setelah kurang sebelum diberi PMT ada 14 anak (46,7%)
diberikan inte~ensiberupa makanan tambahan terjadi ternyata setelah diberi PMT menjadi 11 anak (36.7%).
perubahan status gizi berdasarkan indeks BBIUmur, Pada awal pemberian PMT tidak terdapat balita
sebelum diberi PMT jumlah anak balita dengan gizi dengan gizi baik tetapi setelah diberikan PMT lernyata
buruk adalah 16 anak (53.3%) dan setelah diberi PMT ada 5 anak menjadi gizi baik (16,6%). Gambaran lebih
jumlah balita dengan gizi buruk rnenjadi 14 anak jelas disajikan pada gambar 1.
(46.7%). Demikian pula jurnlah balita dengan gizi

Gizi Kurang
I m ~ i zBaik
i I

Sebelum Sesudah

Gambar I
Status Gizi Balita berdasarkan lndeks BB IU Sebelum dan Sesudah lntervensi

Tabel 8
Status Gizi Balita berdasarkan lndeks BB IT B Sebelum dan Sesudah Intewensi

Status Gizi Sebelum Sesudah Perubrhan


n % n % %
Sangat kurus 15 50 10 33.3 - 16,7
Kurus 12 40 13 4x3 + 3.3
Normal 3 10 7 23.4 + 13.4

Jumlah 30 100 30 100

Dan Tabel 8 terlihat bahwa setelah diberikan Pembahan ini terjadi karena adanya perpindahan dari
intervensi ternyata terjadi perubahan status gizi status gizi sangat kurus menjadi status gizi kurus.
berdasarkan indeks B B B . Pada status gizi sangat Jumlah anak dengan stalus gizi normal meningkat
kurus tejadi penurunan sebesar 16,736. Pada status sebesar 13,4% dari 10% menjadi 23,4%. Gambaran
gizi kurus terjadi peningkatan sebesar 3,3%. lebih jelasdisajikan pada gambar 2.
PGM 2008, 31(2): 59-66 Pengaruh pemberian makanan tambahan pada balita KEP Sri Supadmb dkk

Kurus

Sebelum Sesudah

Gambar 2
Status Gizi Balita berdasarkarI lndeks BB ITB Sebelum dan Sesudah lntewensi

BAHASAN memberikan hasil bahwa Pemberian MP-AS1 formula


pabrik dengan kandungan energi 197 kkal dan 4,8 g
Tampak bahwa sebagian besar orang tua
protein per hari pada anak umur 5 bulan selama 4
responden berpendidikan rendah dengan jenis bulsn dapat meningkatkan berat badan yang bermakna
pekerjaan petani dan buruh. Tingkat pendidikan orang sebesar 1,30 kg. Terdapat perbedaan yang bermakna
tua akan berpengaruh terhadap keadaan ekonomi
pada nilai skor z berdasarkan indeks BBIU, PBlU dan
keluarga dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap BBlPB berdasarkan baku WHOINCHS pada sampel
status gizi anak balita. Menurut Muljati et.al. (2006) yang diberi MP-AS1 formula pabrik selama 4 bulan.
sebanyak 76,3% ibu sebagai pengasuh memiliki latar Rata-rata nilai skor z untuk ketiga indek masih berada
belakang pendidikan Sekoiah Menengah Pertama atau pada batas berat badan normal (>-2 SD) sedangkan
lebih rendah dan sebagian besar ibu subyek (68,6%) pada kelompok kontrol sudah berada pada batas berat
tidak bekerja (10).
badan kuranglkurus. Terdapat perbedaan yang
Pemberian makanan tambahan sebesar 347
bermakna pada asupan energi, protein dan zat besi
kalori dan protein sebesar 10,2 gr per hari selama 90
pada kelompok sampel yang diberi MP-AS1 formula
hari dapat meningkatkan berat badan sebesar 700 g
pabrik selama 4 bulan. Tingkat kecukupan asupan
selama 90 hari berarti dalam satu bulan dapat
energi, protein dan zat besi sudah sesuai dengan
meningkatkan berat badan sebesar 234 g. Hasil ini
tingkat kecukupan yang dianjurkan yaitu lebih besar
lebih rendah dibandingkan dengan baku yang ada. dar~80% sedangkan pada kelompok control hanya
Mengacu pada baku WHO-NCHS bahwa pertambahan 60% (11).
berat badan balita seharusnya untuk umur: 6 - 12 Persamaannya dengan penelitian ini setelah
bulan sebesar 0.80 kg untuk laki-iaki dan 0,67 kg untuk diberi PMT selama 3 bulan terdapat peningkatan status
perempuan; umur 13 - 18 bulan sebesar 0,40 kg untuk
gizi dari giz~buruk menjadi gizi baik 16,6% sedangkan
laki-laki dan perempuan; umur 19-36 bulan sebesar 0,2
sebelum diberi PMT tidak ada balita yang mempunyai
kg untuk laki-laki dan perempuan (9).
status gizi baik.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Namun penelitian ini bersifat pre-post test,
yang dilakukan di Klinik Gizi Bogor tahun 1994 yang sehingga kenaikan berat badan yang dicapai
mengemukakan bahwa makanan tambahan berupa
kemungkinan tidak hanya disebabkan oleh pemberian
susu skim dapat menaikkan berat badan anak balita makanan tambahan saja tetapi juga oleh faktor lain
kurang gizi sebesar 672 g dan yang memperoleh TFR
seperti konsumsi makanan utama anak. Hal ini mirip
kenaikannya lebih besar 997,5 g (5).
dengan yang disampaikan oleh Widodo (2003) bahwa
Terdapat persamaan antara hasil penelitian ini
rata-rata pertambahan berat dan panjang badan pada
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika yang bayi usia 0-4 bulan yang diberi AS1 eksklusif lebih
PGM 2008, 31(2): 59-66 Pengamh pemberien makanan fambahan pada balita KEP Sri Supadmi; dkk

besar dari pada bayi yang diberi MP-AS1 sebelum usia Puskesmas, Dinas Kesehatan dan Pemda setempal
4 bulan (12) untuk mengatasi rnasalah KEP.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
pemberian makanan tambahan dapat memperbaiki UCAPAN TERIMA KASlH
status gizi. Terjadi penurunan persentase status gizi Kami mengucapkan terima kasih kepada lbu
buruk sebesar 6,6% dan pada slatus gizi kurang terjadi
Sukati Saidin yang telah memberikan bimbingan dalam
penurunan sebesar 10%. Hasil ini sedikit lebih rendah
pelaksanaan penelitian, penyusunan laporan dan
dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan
rnelengkapi penulisan ini. Ucapan terimakasih juga
oleh Muljali (2006). Dari penelitian tersebut ditemukan
kami sampaikan kepada Bapak Joko Susilo dari
bahwa pada balita gizi kurang setelah mengikuti
Pollekes Yogyakarta yang telah membantu
pemulihan selama 2 bulan di Klinik Gizi memiliki
menyediakan bahan makanan campuran untuk PMT
peluang untuk mencapai jalur pertumbuhan normal balita. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih
sebesar 22%, sedangkan pada balita gizi buruk setelah untuk teman-teman dari BPP GAKl yang telah
mengikuti pemulihan memiliki peluang untuk mencapai membantu pelaksanaan penelitian ini sehingga
jalur pertumbuhan normal sebesar 20% (13).
penelitian dapat berjalan dengan lancar.
Perbedaan ini mungkin disebabkan karena anak balita
di daerah BPP GAKl yang di intewensi selain
RUJUKAN
kekurangan kalori juga kekurangan unsur sekelumit
lain seperti vitamin A, seng dan selenium, yang mana 1. Atmarita. Nutrition Problem In Indonesia.
unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap Penelitian Gizi dan Makanan 2005,28(2): 43-55
pertumbuhan. 2. UNDP. Human Development Report. 2006.
Hasil penelitian Megawati B menunjukkan bahwa
pemberian makanan pabrikan juga dapat memperbaiki 3. Harahap, Heryudarini. Konseling Gizi dan
Kesehatan Untuk Pertumbuhan dan
kenaikan berat badan dan panjang badan (6). Hasil
Perkembangan Motorik Kasar Anak Kurang Gizi
tersebut rnempunyai persamaan dengan hasil
Penderita ISPA. Gizi Indonesia. Persagi 2001, Vol
penelitian ini bahwa setelah pemberian makanan
XXV
tambahan terjadi kenaikan berat badan rata-rata
sebesar 700 g. 4. Kartika, Vita. Pola Pemberian Makan Anak (6-18
bulan) dan Hubungannya dengan Pertumbuhan
KESIMPULAN dan Perkembangan Anak pada Keluarga Miskin
dan Tidak Miskin. Penelitian Gizi dan Makanan
Pemberian makanan tambahan berupa campuran 2000,23: 37-47.
tepung beras, tepung tempe dan tepung lele yang
5. Irawali, A. Pemberian Formula Tempe pada
diberikan selama 90 hari dapat :
1. Meningkatkan berat badan dan tinggi badan anak Penderila Gizi Buruk untuk Mempercepat
balita KEP di daerah gondok endemik masing- Pertumbuhan. Penelitian Gizi dan Makanan 1994,
17: 89-97.
masing sebesar 700 g dan 1,5 cm.
2. Meningkatkan status gizi menurul indek Berat 6. Megawali, 8. Studi Longitudional Pertumbuhan
BadanlUmur dan Berat Badanflinggi Badan anak Bayi yang diberi MP-AS1 Pabrik ( Blended Food)
balita KEP. Jurnlah anak balita dengan status gizi dan Non Pabrik (Local Food) Di Kabupaten Gowa
buruk turun sebesar 6,6%, status gizi kurang turun Makasar: Universitas Hasannudin, 2007. Tesis.
sebesar 10% dan status gizi normal naik menjadi 7. Jahari, A.B. Status Gizi Balita di Indonesia
16.6%. Jumlah balita dengan status gizi sangat Sebelum dan Selama Krisis (Analisis Data
kurus turun sebesar 16.7%. balita dengan status Antropometri Susenas 1989 sld 1999). dalam
gizi kurus naik sebesar 3,3% dan balita dengan Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
status gizi normal meningkat menjadi 13.4%. -
VII. Jakarta, 29 Feb 2 Mar 2000: 93-123.
8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
SARAN Penanggulangan Kekurangan Energi Protein
Melihat kenyataar lahwa balita yang datang ke (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada
Klinik BPP GAKl adalah balita yang menderita KEP Balita. Jakarta, Dep.Kes. R.1, 1997.
dengan latar belakang sosial ekonomi rendah maka 9. Jahari. A.B. Perbandingan Baku Harvard dan
untuk membantu ner'ngkatkan status gizi periu Baku WHO-NCHS. Suatu Kajian Aplikasi Analisis
diupayakan lindak lanjut rehabilitasi kesehatan dan terhadap Subset Data PSG. Gizi Indonesia 1990,
status gizinya. Perlu dibangun jejaring kerja antara 15(2): 65-78.
PGM 2008,31(2): 59-66 Pengaruhpemberian makanan tambahan pade balita KEP Sri Supadrni; dkk

10. Mullati, S. Pencepalan Perturnbuhan Pada Ballta 12. Wldodo,Y. Pertumbuhan Bayi 0-4 Bulan yang
dl Pedeaaan den Perkotaan dl Indonesia. Mendapat AS1 Ekskluslf dan AS1 Tidak Ek8kluslf.
Penalltian Gizl den Makanan 2006,29(2): 68-77 Sain Kesehatan, 2005,18(3): 427-441
11. Kartlka, Vlla. Sludi Dampak Pemberian Makanan 13. MulJaN, S. Pencapaian Perturnbuhan Pada Ballto
Pandamping Air Susu ibu (MP-ASI) Terhadap Gizi Buruk dan Kurang Selama Menglkuti
Tingkat Pertumbuhan Anak Umur 5 Bulan. Pemulihan dl Kiinik Gizl Bogor. Peneiitian Gizl den
Penelitian Gizi dan Makanan 2003,26(1): 1-10 Makanan 2006,29(1): 27-37

Anda mungkin juga menyukai