ISSN : 0852-3681
E-ISSN : 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/
ABSTRACT: The aim of the present study was to evaluate the effect of fermented shrimp
waste meal on the characteristics of reproductive organs such as live weight, oviduct weight
and length, ovarian weight, total yellow follicles, total white follicles, oviduct percentage
and reproductive organ percentage. This experiment was conducted on Faculty of Animal
Science and Agriculture, Diponegoro University. A total of 250, 6-week-old Japanese quail
(consist of 250 females) were randomly assigned to one of 5 dietary treatments. 1st group
(T0) was fed by diet without shrimp waste (control), 2nd group (T1) was fed by diet with
7,5% non-fermented shrimp waste, 3rd group (T3) was fed by diet with 5% fermented
shrimp waste (FSW), 4th group (T3) was fed by diet with 7,5% FSW and 5th group was fed
by diet with 10% FSW. 2 quails from each replicates were taken as samples. The members
of a given sample were killed by severing the neck then separated the reproductive organs
from the body. Measured the live weight, oviduct weight and length, ovarian weight, total
yellow follicles, total white follicles, oviduct percentage and reproductive organ
percentage. All data were examined using analysis of variance (ANOVA). The results
showed that the effect of fermented shrimp waste meal on reproductive organs
characteristics such as live weight, oviduct weight and length, ovarian weight, total yellow
follicles, total white follicles, oviduct percentage and reproductive organ percentage were
not significant. The use of fermented shrimp waste up to 10% didn’t obstruct the growth
and development of quail reproductive organs.
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 8
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18
digunakan salah satunya adalah limbah kitosan (Saenab et al., 2010). Kitosan
udang. dalam bentuk FERMKIT (fermented
Limbah udang adalah sisa hasil chitin-chitosan) dapat meningkatkan
industri pengulitan udang yang terdiri perkembangan oviduk (Khajarern et
dari kepala, kulit (cangkang) dan kaki. al.,2003).
Produksi limbah udang di Indonesia Protein pada tubuh puyuh telur
mencapai 141.040 ton/tahun, 4% dari dimanfaatkan sebagai bahan
produksi udang 352.600 ton/tahun pembentukan hormon GnRh, LH dan
(Direktorat Jendral Budidaya Departemen FSH serta penyusun folikel yang akan
Kelautan dan Perikanan, 2010). berkembang menjadi yolk. GnRh
Kandungan limbah udang yaitu protein (gonadotropin-releasing hormone) adalah
kasar 36,75%, lemak kasar 5,72%, serat hormon reproduksi yang diproduksi oleh
kasar 14,49%, Ca (kalsium) 13,99% dan hipotalamus (Dunn et al., 1993; Ikemoto
P (fosfor) 1,28% (Palupi, 2005). Selain dan Park, 2006) yang tersusun atas asam-
memiliki kelebihan, limbah udang juga asam amino seperti histidin, triptofan dan
memiliki kelemahan sebagai pakan serin serta gugus NH2 (King and Millar,
karena mengandung kitin yang cukup 1982). Fungsi GnRH yaitu menstimulasi
tinggi yang bersifat sulit dicerna. Kitin kelenjar pituitari untuk memproduksi
adalah biopolimer dari unit N-asetil-D- hormon LH (luteinizing hormone) dan
glukosamin bewarna putih, tidak berasa, hormon FSH (follicle-stimulating
tidak berbau dan tidak larut air, pelarut hormone) (Ottinger dan Bakst, 1995).
organik umumnya, asam-asam anorganik Hormon LH dan FSH tersusun atas
dan basa encer (Rahayu dan Purnavita, glikoprotein (Burke et al., 1979). Fungsi
2007). Kitin mengikat N dari asam amino dari hormon LH adalah mempengaruhi
penyusun protein sehingga protein produksi faktor-faktor pertumbuhandan
menjadi sulit dicerna. Salah satu cara hormon-hormon dalam ovarium sama
untuk menguraikan kitin adalah dengan seperti FSH (Scanes, 2006) serta
enzim kitinase yang dapat menghidrolisa menyebabkan ovulasi folikel (Imai,1973).
senyawa polimer kitin menjadi kitin Tugas dari hormon FSH dalam sistem
oligosakarida (monomer N-asetil reproduksi unggas adalah menstimulasi
glukosamin) (Pratiwi dkk., 2015). pedewasaan sel granulosa dari folikel-
Penelitian sebelumnya yang dilakukaan folikel kecil (Tilly et al, 1991). Protein
oleh Palupi dan Imsya (2011) juga dibutuhkan dalam bentuk lipoprotein
menggunakan Trichoderma viridauntuk untuk pematangan folikel (Scanes, 2006).
fermentasi tepung limbah udang dan Bertambahnya protein yang membantu
menunjukan hasil terbaik pada dalam perkembangan folikel, diharapkan
penggunaan inokulum 4% dengan waktu akan mempercepat ovulasi folikel yang
fermentasi 48 jam yang dapat kemudian menjadi yolk sehingga
meningkatkan kadar menjadi protein meningkatkan produksi telur.
41,27%, daya cerna protein 81,24% serta Tujuan dari penelitian ini adalah
kandungan kitin menjadi 3,01%. mengetahui pengaruh penggunaan limbah
Pengolahan kitin dengan menggunakan udang fermentasi terhadap karakteristik
Trichoderma sp produk komersil dapat organ reproduksi puyuh petelur meliputi
menurunkan kitin dari 12% menjadi bobot hidup, panjang dan bobot oviduk,
11%.Limbah udang juga mengandung jumlah folikel kuning, bobot ovarium,
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 9
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18
Tahap pelaksanaan yaitu membagi sebanyak 5%, dan T3 yaitu pakan dengan
250 puyuh petelur berumur 6 minggu TLUF sebanyak 7,5% dan T4 dengan
dengan kisaran bobot 141±9,58 sesuai 5 TLUF sebanyak 10% dengan kandungan
ransum perlakuan yang diberikan. ransum tiap perlakuan yaitu jagung,
Ransum perlakuan T0 yaitu pakan tanpa bekatul, bungkil kedelai, MBM, kapur
limbah udang, T1 yaitu pakan dengan dolomit, premix, metionin dan lisin yang
tepung limbah udang non fermentasi dapat dilihat pada Tabel 2 dan tabel 3.
(TLUNF), T2 yaitu pakan dengan tepung
limbah udang fermentasi (TLUF)
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 10
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18
Pengambilan sampel dengan cara yolk yang belum diovulasikan yang telah
menekropsi puyuh petelur berumur 1 berwarna kuning. Bobot folikel kuning
minggu untuk diambil dan diamati organ diambil dari penimbangan yolk yang
reproduksinya. Bobot saluran reproduksi belum diovulasikan yang telah berwarna
diperoleh dari penimbangan oviduk dari kuning dengan timbangan analitis. Bobot
ismus hingga kloaka. Panjang saluran folikel putih diambil dari penimbangan
reproduksi dihitung dengan cara yolk yang belum diovulasikan yang telah
membentangkan saluran reproduksi dari berwarna putih dengan timbangan
ismus hingga kloaka dan mengukurnya analitis. Bobot ovarium dihitung dengan
dengan pita ukur. Jumlah folikel kuning menambahkan bobot folikel warna
diperoleh dengan menghitung jumlah kuning dengan folikel warna putih
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 11
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 12
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 13
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18
T0 T4 T1 T2 T3
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 14
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18
merupakan padatan serta livetin dan ovarium yang terdiri dari banyak folikel
lipoprotein. warna kuning dan putih. menurut
Penyebab lain yang penelitian yang dilakukan Boca et al.,
mempengaruhi kurang berpengaruhnya kitosan terproteksi nanopartikel emas
ransum perlakuan terhadap jumlah dan (AuNPs) memiliki dampak minimal pada
bobot folikel warna kuning adalah morfologi dan peningkatan viabilitas sel
kandungan kitosan yang rendah yang ovarium Hamster Cina (HCO).
ditunjukan oleh tingginya kitin yang
merupakan bahan pembentuk kitosan Persentase saluran reproduksi (oviduk
dalam ransum perlakuan. Kitosan hingga kloaka) dan organ reproduksi
membantu tumbuh kembang sel-sel (oviduk hingga kloaka dan ovarium)
ovarium yang terdiri dari banyak folikel Berdasarkan data yang diperoleh,
warna kuning dan putih. Berdasarkan terjadi fluktuasi pada persentase oviduk
penelitian yang dilakukan Boca et al., dan persentase organ reproduksi dengan
2010 menunjukan bahwa kitosan nilai tertinggi pada T3 yaitu 4,650 % dan
terproteksi nanopartikel emas (AuNPs) 7,889%. Kenaikan pada persentase
memiliki dampak minimal pada oviduk dan persentase organ reproduksi
morfologi dan peningkatan viabilitas sel tidak signifikan karena kecernaan protein
ovarium Hamster Cina (HCO). yang tidak berbeda nyata. Panjaitan dkk,
(2012) menambahkan bahwa
Bobot folikel warna putih pertumbuhan organ reproduksi tersebut
Bobot folikel mengalami dibentuk dengan protein sebagai bahan
peningkatan tertinggi pada T2 yaitu 0,506 utama yang nantinya berpengaruh pada
gram kemudian menurun pada T4. produksi pada fase layer, apabila
Kenaikan yang terjadi tidak signifikan. konsumsi protein kurang dapat
Hal ini terjadi karena efisiensi dan retensi menyebabkan gangguan perkembangan
protein erlakuan tidak berbeda nyata. organ reproduksi. Faktor lainnya adalah
Protein digunakan untuk menyusun bobot ovarium, oviduk dan bobot hidup
hormon FSH dan LH yang berfungsi yang tidak berbeda nyata. Bobot hidup
untuk perkembangan folikel. Menurut tidak signifikan terjadi akibat konversi
Burke et al. (1979) LH dan FSH tersusun pakan yang juga tidak signifikan sehingga
atas glikoprotein. Hormon LH memacu berpengaruh pada persentase oviduk dan
perkembangan folikel primordial menjadi organ reproduksi. Konversi pakan
folikel putih (primary follicel) yang berhubungan dengan konsumsi dan massa
ditandai dengan pembentukan theca telur. Yuwanta (2003) menambahkan
interna. Tilly dan Johnson (1989) bahwa konversi pakan pada unggas
menambahkan bahwa mekanisme sinyal petelur yaitu perbandingan antara
transduksi dimana LH menekankan konsumsi pakan dengan produksi telur
pengaruhnya pada LH terjadi via dikali rata-rata bobot telur.
adenylate cyclase dan cAMP .
Tingginya kitin sebagai bahan KESIMPULAN
pembuat kitosan, menunjukkan Hasil penelitian menunjukan
rendahnya kitin yang dapat diubah bahwa penggunaan tepung limbah udang
menjadi kitosan. Kitosan berperan fermentasi dapat digunakan hingga level
meningkatkan tumbuh kembang sel-sel 10% karena tidak menggangu
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 15
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 16
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 17
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 18