Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2): 8 - 18

ISSN : 0852-3681
E-ISSN : 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Pengaruh penggunaan tepung limbah udang fermentasi terhadap


karakteristik organ reproduksi pada puyuh petelur (Coturnix coturnix
japonica)

Welda Hilkias, Edjeng Suprijatna, Yon Soepri Ondho

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

Corresponden author :weldahilkias16@gmail.com

ABSTRACT: The aim of the present study was to evaluate the effect of fermented shrimp
waste meal on the characteristics of reproductive organs such as live weight, oviduct weight
and length, ovarian weight, total yellow follicles, total white follicles, oviduct percentage
and reproductive organ percentage. This experiment was conducted on Faculty of Animal
Science and Agriculture, Diponegoro University. A total of 250, 6-week-old Japanese quail
(consist of 250 females) were randomly assigned to one of 5 dietary treatments. 1st group
(T0) was fed by diet without shrimp waste (control), 2nd group (T1) was fed by diet with
7,5% non-fermented shrimp waste, 3rd group (T3) was fed by diet with 5% fermented
shrimp waste (FSW), 4th group (T3) was fed by diet with 7,5% FSW and 5th group was fed
by diet with 10% FSW. 2 quails from each replicates were taken as samples. The members
of a given sample were killed by severing the neck then separated the reproductive organs
from the body. Measured the live weight, oviduct weight and length, ovarian weight, total
yellow follicles, total white follicles, oviduct percentage and reproductive organ
percentage. All data were examined using analysis of variance (ANOVA). The results
showed that the effect of fermented shrimp waste meal on reproductive organs
characteristics such as live weight, oviduct weight and length, ovarian weight, total yellow
follicles, total white follicles, oviduct percentage and reproductive organ percentage were
not significant. The use of fermented shrimp waste up to 10% didn’t obstruct the growth
and development of quail reproductive organs.

Keywords: Japonica quailI, fermented shrimp waste, characteristics of reproductive organs

PENDAHULUAN itik yaitu 12,14% dan 12,81% (Chen,


Pesatnya pertumbuhan puyuh di 1996). Pemeliharaan puyuh petelur
Indonesia disebabkan oleh tingginya memiliki kendala yaitumembutuhkan
minat masyarakat karena puyuh cepat bahan pakan tinggi protein yang mahal
bertelur. Produksi telur puyuh yang tinggi harganya sehingga perlu alternatif sumber
dapat menjadikannya suplementasi telur protein yang murah, tidak bersaing
ayam. Kandungan protein telur puyuh dengan manusia, ketersediaanya tinggi
cukup tinggi yaitu 13,35% (Ketaren, dan kandungan nutrisinya tinggi.
2007), lebih tinggi dari telur ayam dan Alternatif bahan pakan yang dapat

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 8
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18

digunakan salah satunya adalah limbah kitosan (Saenab et al., 2010). Kitosan
udang. dalam bentuk FERMKIT (fermented
Limbah udang adalah sisa hasil chitin-chitosan) dapat meningkatkan
industri pengulitan udang yang terdiri perkembangan oviduk (Khajarern et
dari kepala, kulit (cangkang) dan kaki. al.,2003).
Produksi limbah udang di Indonesia Protein pada tubuh puyuh telur
mencapai 141.040 ton/tahun, 4% dari dimanfaatkan sebagai bahan
produksi udang 352.600 ton/tahun pembentukan hormon GnRh, LH dan
(Direktorat Jendral Budidaya Departemen FSH serta penyusun folikel yang akan
Kelautan dan Perikanan, 2010). berkembang menjadi yolk. GnRh
Kandungan limbah udang yaitu protein (gonadotropin-releasing hormone) adalah
kasar 36,75%, lemak kasar 5,72%, serat hormon reproduksi yang diproduksi oleh
kasar 14,49%, Ca (kalsium) 13,99% dan hipotalamus (Dunn et al., 1993; Ikemoto
P (fosfor) 1,28% (Palupi, 2005). Selain dan Park, 2006) yang tersusun atas asam-
memiliki kelebihan, limbah udang juga asam amino seperti histidin, triptofan dan
memiliki kelemahan sebagai pakan serin serta gugus NH2 (King and Millar,
karena mengandung kitin yang cukup 1982). Fungsi GnRH yaitu menstimulasi
tinggi yang bersifat sulit dicerna. Kitin kelenjar pituitari untuk memproduksi
adalah biopolimer dari unit N-asetil-D- hormon LH (luteinizing hormone) dan
glukosamin bewarna putih, tidak berasa, hormon FSH (follicle-stimulating
tidak berbau dan tidak larut air, pelarut hormone) (Ottinger dan Bakst, 1995).
organik umumnya, asam-asam anorganik Hormon LH dan FSH tersusun atas
dan basa encer (Rahayu dan Purnavita, glikoprotein (Burke et al., 1979). Fungsi
2007). Kitin mengikat N dari asam amino dari hormon LH adalah mempengaruhi
penyusun protein sehingga protein produksi faktor-faktor pertumbuhandan
menjadi sulit dicerna. Salah satu cara hormon-hormon dalam ovarium sama
untuk menguraikan kitin adalah dengan seperti FSH (Scanes, 2006) serta
enzim kitinase yang dapat menghidrolisa menyebabkan ovulasi folikel (Imai,1973).
senyawa polimer kitin menjadi kitin Tugas dari hormon FSH dalam sistem
oligosakarida (monomer N-asetil reproduksi unggas adalah menstimulasi
glukosamin) (Pratiwi dkk., 2015). pedewasaan sel granulosa dari folikel-
Penelitian sebelumnya yang dilakukaan folikel kecil (Tilly et al, 1991). Protein
oleh Palupi dan Imsya (2011) juga dibutuhkan dalam bentuk lipoprotein
menggunakan Trichoderma viridauntuk untuk pematangan folikel (Scanes, 2006).
fermentasi tepung limbah udang dan Bertambahnya protein yang membantu
menunjukan hasil terbaik pada dalam perkembangan folikel, diharapkan
penggunaan inokulum 4% dengan waktu akan mempercepat ovulasi folikel yang
fermentasi 48 jam yang dapat kemudian menjadi yolk sehingga
meningkatkan kadar menjadi protein meningkatkan produksi telur.
41,27%, daya cerna protein 81,24% serta Tujuan dari penelitian ini adalah
kandungan kitin menjadi 3,01%. mengetahui pengaruh penggunaan limbah
Pengolahan kitin dengan menggunakan udang fermentasi terhadap karakteristik
Trichoderma sp produk komersil dapat organ reproduksi puyuh petelur meliputi
menurunkan kitin dari 12% menjadi bobot hidup, panjang dan bobot oviduk,
11%.Limbah udang juga mengandung jumlah folikel kuning, bobot ovarium,

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 9
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18

bobot folikel kuning dan putih, persentase


oviduk dan persentase organ reproduksi. Metode Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah Metode penelitian terdiri dari 2
mendapat jumlah penggunaan TLUF tahap, persiapan dan pelaksanaan. Tahap
yang optimalmempengaruhi karakteristik persiapan dengan mengambil limbah
organ reproduksi puyuh petelur meliputi udang diambil dari industri pengulitan
bobot hidup, panjang dan bobot oviduk, udang dicuci dengan air mengalir hingga
jumlah folikel kuning, bobot ovarium, bersih. Limbah udang yang telah bersih
bobot folikel kuning dan putih, persentase dikukus selama 45 menit sampai berubah
oviduk dan persentase organ reproduksi. warna kemudian ditiriskan. Fermentasi
menggunakan produk komersil
METODOLOGI Trichoderma sp. yang mengandung 3
Penelitian dilaksanakan pada jenis kapang Trichoderma. Pembuatan
bulan November – Januari 2016 di dengan 1 kg limbah udang, membutuhkan
Kandang Unggas, Fakultas Peternakan 500 ml air dan 20 ml Trichoderma.
dan Pertanian Diponegoro, Semarang. Mencampur rata limbah udang dengan
Trichoderma air kemudian memasukan
Materi penelitian dalam tempat kedap udara. Letakkan di
Puyuh petelur sebanyak 250 ekor tempat yang jauh dari sinar matahari dan
dengan bobot 141±9,58 gram dengan biarkan selama 48 jam sampai terjadi
umur 6 minggu, limbah udang yang perubahan warna. Buka tempat fermentasi
terdiri dari kepala, cangkang dan kaki, dan keringkan limbah udang hingga
Trichoderma sp. produk komersil sebagai kering udara kemudian dihaluskan hingga
fermentator, timbangan analitis, pita ukur, menjadi tepung. Menguji kadar kitin
tempat fermentasi, dan kandang. dalam limah udang fermentasi dengan
hasil yang tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil analisis kandungan kitin


Kandungan
Limbah udang non fermentasi (%) 12
Limbah udang fermentasi (%) 11
Laboratorium Pengujian, Institut Pertanian Bogor, 2016.

Tahap pelaksanaan yaitu membagi sebanyak 5%, dan T3 yaitu pakan dengan
250 puyuh petelur berumur 6 minggu TLUF sebanyak 7,5% dan T4 dengan
dengan kisaran bobot 141±9,58 sesuai 5 TLUF sebanyak 10% dengan kandungan
ransum perlakuan yang diberikan. ransum tiap perlakuan yaitu jagung,
Ransum perlakuan T0 yaitu pakan tanpa bekatul, bungkil kedelai, MBM, kapur
limbah udang, T1 yaitu pakan dengan dolomit, premix, metionin dan lisin yang
tepung limbah udang non fermentasi dapat dilihat pada Tabel 2 dan tabel 3.
(TLUNF), T2 yaitu pakan dengan tepung
limbah udang fermentasi (TLUF)

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 10
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18

Tabel 2. Komposisi bahan pakan tiap ransum perlakuan


Bahan pakan T0 T1 T2 T3 T4
---------------------------%------------------------------
Jagung 57.6 53.2 53.7 50.3 47.2
Bekatul 5.1 6.9 6.4 9.8 11.5
Bungkil Kedelai 28 24 25 23.5 23.5
TLUF 0 0 5 7.5 10
TLUNF 0 7.5 0 0 0
MBM 7 7 7 6 4.4
lysin 0.05 0.05 0.1 0.1 0.3
Methionin 0.05 0.05 0.1 0.1 0.2
Kapur dolomit 2 1 1.7 1.7 1.4
Premix 0.2 0.3 1 1 1.5
Total 100 100 100 100 100
Laboratorium Teknologi Pakan Universitas Diponegoro, 2016

Tabel 3. Kandungan nutrisi tiap ransum perlakuan


Kandungan T0 T1 T2 T3 T4
Energi Metabolis (kkal/kg)1 2777.85 2814,11 2821.99 2824,04 2778,37
Protein Kasar (%)2 21,54 22,35 22,35 22,45 21,95
Serat Kasar (%)2 3,16 4,11 4,77 5,35 4,26
Lemak Kasar (%)2 6,79 6,83 6,85 6,53 6,78
Kalsium (Ca) (%)2 2,71 3,27 3,59 3,57 2,98
Fosfor (P) (%)2 0,65 0,78 0,84 0,85 0,84
Lisin (%)3 1,49 1,5 1,43 1,54 1,45
Metionin (%)3 0,61 0,65 0,64 0,74 0,61
Sumber :1Hasil Analisis di Laboratorium PT. Sidomuncul, 2016.
2
Hasil Analisis di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Universitas Diponegoro
3
Label kemasan feed supplement

Pengambilan sampel dengan cara yolk yang belum diovulasikan yang telah
menekropsi puyuh petelur berumur 1 berwarna kuning. Bobot folikel kuning
minggu untuk diambil dan diamati organ diambil dari penimbangan yolk yang
reproduksinya. Bobot saluran reproduksi belum diovulasikan yang telah berwarna
diperoleh dari penimbangan oviduk dari kuning dengan timbangan analitis. Bobot
ismus hingga kloaka. Panjang saluran folikel putih diambil dari penimbangan
reproduksi dihitung dengan cara yolk yang belum diovulasikan yang telah
membentangkan saluran reproduksi dari berwarna putih dengan timbangan
ismus hingga kloaka dan mengukurnya analitis. Bobot ovarium dihitung dengan
dengan pita ukur. Jumlah folikel kuning menambahkan bobot folikel warna
diperoleh dengan menghitung jumlah kuning dengan folikel warna putih

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 11
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18

(dengan selaput ovarium). Persentasi digunakan oleh Sahara (2010).


oviduk dihitung dengan rumus yang

bobot saluran reproduksi


×100
bobot hidup

Persentase organ reproduksi dihitung dengan rumus

bobot folikel putih+bobot folikel kuning+bobot saluran reproduksi


×100
bobot hidup

Data yang didapat kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN


dianalisis dengan analisis ragam Berdasarkan penelitian yang
(ANOVA) dan di uji F untuk mengetahui dilakukan, diperoleh hasil yang dapat
adanya pengaruh oleh perlakuan. Apabila dilihat pada Tabel 4 dengan ilustrasi
terdapat pengaruh oleh perlakuan, organ reproduksi puyuh peteluryaitu
dilanjutkan dengan Uji Duncan. ovarium dan oviduk dapat dilihat di
Ilustrasi 1.

Tabel 4. Parameter pengamatan


Perlakuan
Parameter Keterangan
T0 T1 T2 T3 T4
Bobot Hidup 151,3± 154,3 ± 148,5 ± 156,3 ± 153,8±
ns
(gram) 4,82 20,5 12,44 5,74 11,12
Bobot Saluran 6,674 ± 6,362 ± 6,554 ± 7,245 ± 6,127 ±
ns
Reproduksi (gram) 0,88 0,64 2,24 0,89 0,7
Panjang Saluran 26,57 ± 24,415 ± 22,55 ± 22,91 ± 23,43 ±
ns
Reproduksi (cm) 3,86 1,9 3,63 0,37 4,92
4,585±2, 4,210± 3,713± 5,015± 3,790±
Bobot Ovarium ns
18 1,51 0,59 1,97 1,38
Jumlah Folikel 3,6 ± 3,9 ± 3,3 ± 3,7 ± 3,3 ±
ns
Kuning (butir) 0,42 1,56 0,76 0,91 0,97
Bobot Folikel 3,736 ± 4,166 ± 3,238 ± 4,509 ± 3,302 ±
ns
Kuning (gram) 1,53 2,16 0,66 2,1 1,34
Bobot Folikel Putih 0,474 ± 0,419 ± 0,475 ± 0,506 ± 0,488 ±
ns
(gram) 0,07 0,04 0,1 0,16 0,08
Persentase Saluran 4,403 ± 4,229 ± 4,441 ± 4,650 ± 3,978 ±
ns
Reproduksi (%) 0,56 0,4 1,48 0,63 0,61
Persentase Organ 7,208 ± 7,256 ± 6,957 ± 7,889 ± 6,404 ±
ns
Reproduksi (%) 1,12 1,57 1,56 1,82 1,52
ns : tidak signifikan (P>0,05)

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 12
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18

Bobot hidup tidak signifikan. Hasil yang sama juga


Dilihat dari data pada Tabel 4, terjadi pada penelitian Sahara (2010)
penggunaan TLUF tidak signifikan yang menunjukkan bahwa pemberian
menambah bobot hidup. Dampak ransum limbah udang tidak menunjukan hasil
perlakuan yang kurang optimal untuk yang signifikan pada bobot oviduk itik.
meningkatkan bobot hidup disebabkan Hal ini terjadi karena kecernaan protein
oleh kitin dalam pakan yang sulit yang juga tidak signifikan. Protein
dimanfaatkan puyuh. Hal ini sependapat digunakan untuk pertumbuhan sel pada
dengan Suryaningsih dan Parakkasi organ dalam tubuh. Panjaitan et al. (2012)
(2006) bahwa kitin merupakan serat kasar menambahkan bahwa pertumbuhan organ
yang sulit dicerna. Kitin dapat mengikat reproduksi tersebut dibentuk dengan
zat-zat nutrisi yang dibutuhkan untuk protein sebagai bahan utama yang
pertumbuhan ternak sehingga apabila nantinya berpengaruh pada produksi pada
tidak diuraikan zat-zat nutrisi tersebut fase layer, apabila konsumsi protein
tidak bisa diserap secara otimal oleh kurang dapat menyebabkan gangguan
tubuh ternak. Castro et al. (1989) perkembangan organ reproduksi.
menambahkan bahwa kitin mengurangi Faktor lain yang menyebabkan
kinerja enzim pencernaan terhadap lemak tidak berpengaruhnya perlakuan pada
dan protein. ternak adalah telah berhentinya
Hasil berbeda ditunjukan pada pertumbuhan organ reproduksi atau
penelitian Djunaedi (2009) yang puyuh telah mengalami dewasa kelamin
menunjukan penggunaan TLUF pada sehingga puyuh hanya bisa
ayam broiler dapat meningkatkan bobot memanfaatkan protein pakan selama 4
hidup akhir secara signifikan. Perbedaan minggu dari umur 5 minggu hingga 9
hasil tersebut disebabkan karena proporsi minggu. Sesuai dengan pendapat Scanes
bagian limbah udang yang berbeda dalam (2006) bahwa dewasa kelamin pada
TLUF sehingga kandungan nutrisinya puyuh jantan terjadi pada umur 5-6
pun berbeda. Sebab lain adalah persentase minggu dan puyuh betina mulai bertelur
penggunaan limbah udang yang diduga pada umur 9-10 minggu, pertumbuhan
terlalu tinggi. Hal ini didukung oleh oviduk terjadi dibawah pengaruh hormon
pendapat Khempaka et al. (2006) bahwa estradiol dan progesteron dengan
penggunaan limbah udang sebagai pakan meningkatnya sintesis protein. Kurangnya
hingga 8% dapat menurunkan kandungan kitosan pada tepung limbah
pertambahan bobot badan sehingga udang fermentasi juga menjadi salah satu
disarankan batas penggunaannya sebesar faktor tidak berpangurahnya perlakuan
4% untuk ayam broiler. pada oviduk. Kitosan dapat mempercepat
pertumbuhan oviduk. Penelitian yang
Panjang dan bobot saluran reproduksi dilakukan Khajarern et al. (2003)
Berdasarkan data panjang dan menunjukan bahwa FERMKIT (probiotik
bobot saluran reproduksi puyuh petelur fermentasi yang terbuat dari kitin, kitosan
pada Tabel 4, ransum perlakuan terbukti dan kitin oligosakarida) dapat
tidak menghambat pertumbuhan oviduk meningkatkan perkembangan oviduk.
yang ditunjukan oleh data analisis yang

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 13
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18

T0 T4 T1 T2 T3

Gambar 1. Reproduksi puyuh petelur

Bobot Ovarium morfologi dan peningkatan viabilitas sel


Terjadi peningkatan pada T3 ovarium Hamster Cina (HCO).
namun tidak signifikan. Hasil yang sama
ditunjukan dalam penelitian Sahara Jumlah dan bobot folikel warna
(2010) bahwa pemberian limbah udang kuning
dan daun kaliandra tidak berpengaruh Berdasarkan data yang diperoleh,
nyata terhadapa persentase ovarium. terjadi fluktuasi pada jumlah dan bobot
Penyebab kurang optimalnya efek folikel berwarna kuning. Peningkatan
penggunaan TLUF pada pertumbuhan terjadi pada T1 dan T3, jumlah folikel
ovarium adalah protein ransum kurang warna kuning tertinggi pada T1 3,9 butir
optimal dimanfaatkan oleh puyuh yang dan bobot folikel warna kuning tertinggi
dapat dilihat dari tidak signifikannya pada T3 4,509 gram. Peningkatan jumlah
kecernaan protein. Protein digunakan dan bobot folikel warna kuning tidak
sebagai pertumbuhan dan perkembangan berbeda nyata. Hal ini terjadi karena
folikel dan hormon FSH yang berfungsi dampak penggunaan TLUF dalam ransum
untuk perkembangan folikel pada terhadap kecernaan protein tidak nyata.
ovarium. Hal ini sesuai dengan pendapat Protein sangat diperlukan pada
In et al. (2016) menambahkan bahwa pertumbuhan folikel sebagai bahan
susunan yolk adalah lemak (65 – 70 % pembentukan folikel prehierarchal-
dalam BK) dan protein (30 % dalam BK) preovulotory (folikel kuning). yang
yang merupakan padatan sertalivetin dan mengandung vitellogenin dan VLDL
lipoprotein. (very low densitylipoprotein) sehingga
Faktor lain yang mempengaruhi apabila protein pada tubuh puyuh rendah,
adalah kadar kitosan yang rendah pada pertumbuhan folikel preovulotory akan
TLUF, terbukti dari tingginya kitin terhambat dan tidak bisa diovulasikan.
(bahan pembentuk kitosan) sehingga Hal ini sesuai dengan pendapat Scanes
tidak menambah bobot ovarium secara (2006) bahwa saat perkembangan folikel
signifikan. Kitosan dapat meningkatkan preovulotory dimulai, sel granulosa
viabilitas sel sehingga dapat menjamin menjadi lunak untuk memudahkan
kelangsungan hidup sel ovarium hingga penyerapanvitellogenin dan VLDL dalam
matang. Menurut penelitian Boca et al., jumlah besar. In et al. (2016)
2010 menunjukan bahwa kitosan menambahkan bahwa susunan yolk
terproteksi nanopartikel emas (AuNPs) adalah lemak (65 – 70 % dalam BK) dan
memiliki dampak minimal pada protein (30 % dalam BK) yang

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 14
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18

merupakan padatan serta livetin dan ovarium yang terdiri dari banyak folikel
lipoprotein. warna kuning dan putih. menurut
Penyebab lain yang penelitian yang dilakukan Boca et al.,
mempengaruhi kurang berpengaruhnya kitosan terproteksi nanopartikel emas
ransum perlakuan terhadap jumlah dan (AuNPs) memiliki dampak minimal pada
bobot folikel warna kuning adalah morfologi dan peningkatan viabilitas sel
kandungan kitosan yang rendah yang ovarium Hamster Cina (HCO).
ditunjukan oleh tingginya kitin yang
merupakan bahan pembentuk kitosan Persentase saluran reproduksi (oviduk
dalam ransum perlakuan. Kitosan hingga kloaka) dan organ reproduksi
membantu tumbuh kembang sel-sel (oviduk hingga kloaka dan ovarium)
ovarium yang terdiri dari banyak folikel Berdasarkan data yang diperoleh,
warna kuning dan putih. Berdasarkan terjadi fluktuasi pada persentase oviduk
penelitian yang dilakukan Boca et al., dan persentase organ reproduksi dengan
2010 menunjukan bahwa kitosan nilai tertinggi pada T3 yaitu 4,650 % dan
terproteksi nanopartikel emas (AuNPs) 7,889%. Kenaikan pada persentase
memiliki dampak minimal pada oviduk dan persentase organ reproduksi
morfologi dan peningkatan viabilitas sel tidak signifikan karena kecernaan protein
ovarium Hamster Cina (HCO). yang tidak berbeda nyata. Panjaitan dkk,
(2012) menambahkan bahwa
Bobot folikel warna putih pertumbuhan organ reproduksi tersebut
Bobot folikel mengalami dibentuk dengan protein sebagai bahan
peningkatan tertinggi pada T2 yaitu 0,506 utama yang nantinya berpengaruh pada
gram kemudian menurun pada T4. produksi pada fase layer, apabila
Kenaikan yang terjadi tidak signifikan. konsumsi protein kurang dapat
Hal ini terjadi karena efisiensi dan retensi menyebabkan gangguan perkembangan
protein erlakuan tidak berbeda nyata. organ reproduksi. Faktor lainnya adalah
Protein digunakan untuk menyusun bobot ovarium, oviduk dan bobot hidup
hormon FSH dan LH yang berfungsi yang tidak berbeda nyata. Bobot hidup
untuk perkembangan folikel. Menurut tidak signifikan terjadi akibat konversi
Burke et al. (1979) LH dan FSH tersusun pakan yang juga tidak signifikan sehingga
atas glikoprotein. Hormon LH memacu berpengaruh pada persentase oviduk dan
perkembangan folikel primordial menjadi organ reproduksi. Konversi pakan
folikel putih (primary follicel) yang berhubungan dengan konsumsi dan massa
ditandai dengan pembentukan theca telur. Yuwanta (2003) menambahkan
interna. Tilly dan Johnson (1989) bahwa konversi pakan pada unggas
menambahkan bahwa mekanisme sinyal petelur yaitu perbandingan antara
transduksi dimana LH menekankan konsumsi pakan dengan produksi telur
pengaruhnya pada LH terjadi via dikali rata-rata bobot telur.
adenylate cyclase dan cAMP .
Tingginya kitin sebagai bahan KESIMPULAN
pembuat kitosan, menunjukkan Hasil penelitian menunjukan
rendahnya kitin yang dapat diubah bahwa penggunaan tepung limbah udang
menjadi kitosan. Kitosan berperan fermentasi dapat digunakan hingga level
meningkatkan tumbuh kembang sel-sel 10% karena tidak menggangu

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 15
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18

pertumbuhan perkembangan dan Direktorat Jendral Budidaya Departemen


karakteristik organ reproduksi puyuh Kelautan dan Perikanan, 2010.
petelur. Djunaidi, I.H., T. Yuwanta, Supadmo dan
M. Nurcahyanto. 2009. Pengaruh
UCAPAN TERIMA KASIH penggunaan limbah udang hasil
Ucapan syukur penulis ucapkan fermentasi dengan Aspergillus
pada Tuhan Yang Maha Esa karena telah niger terhadap performan dan
memperlancar penulisan jurnal. Penulis bobot organ pencernaan broiler.
juga mengucapkan terima kasih kepada JITV.14 ( 2 ): 104 – 109.
dosen-dosen pembimbing dan rekan- Dunn, I.C., Y. Chen, C. Hook, P.J. Sharp
rekan penilitian yang membantu dan H.M. Sang, 1993.
penulisan dan penelitian. Characterizationof the chicken
preprogonadotrophin-releasing
DAFTAR PUSTAKA hormone-I gene. J. Mol.
Boca, S. C., M. Potara, F. Toderas, O. Endocrinol. 11 : 19–29.
Stephan, P. L. Baldeck, S. Ikemoto, T. dan M. K. Park. 2005.
Astilean. 2010. Uptake and Chicken RFamide-related peptide
biological effects of chitosan- (GnIH)and two distinct receptor
capped gold nanoparticles on subtypes: identification, molecular
ChineseHamster Ovary cells. characterization and evolutionary
Materials Science and considerations. J. Reprod. Dev.
Engineering C.31(2011) : 184– 51( 3 ) : 359–377.
189. Imai, K. 1973. Effects of avian and
Burke, W.H., P. Licht, H. Papkoff, A. mammalian pituitary preparations
Bona Gallo. 1979. Isolation and on induction of ovulation in the
characterization of luteinizing domestic fowl, Gallus domesticus.
hormone and follicle-stimulating J. Reprod. Fertil. 33 : 91–98.
hormone for pituitary glands of In, F. C., Z. A. Haiyee1, O. Hassan dan
the turkey (Meleagris gallopavo). W. A. W. Mustapha. 2016.
Gen. Comp. Endocrinol. 37 : 508– Nutritional composition and
520. colour analysis of cholesterol-
Castro, G., N. Stoyan dan J. P. Nyers. reduced egg yolk powder.
1989. Assimilation effi ciency in Malaysian Journal of Analytical
birds, a function of taxon and food Sciences. 20( 4 ): 820 – 826.
type?. Comp. Biochem. Physiol. Ketaren, P.P. 2007. Peran itik sebagai
92A ( 3 ) : 271-278. penghasil telur dan daging
Chen, T.F. 1996. Nutrition and feedstuffs nasional. WARTAZOA. 17( 3 ) :
of ducks. In: The Training Course 117 – 127.
for Duck Production and Khajarern, J. M., S. Khajarern, T. H.
Management. Taiwan Livestock Moon dan J. H. Lee. 2003. Effects
Research Institute, Monograph of Dietary Supplementation of
No. 46. Committee of Fermented Chitin-chitosan
International Technical (FERMKIT)on Toxicity of
Cooperation, Taipei. Mycotoxin in Ducks.Asian-

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 16
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18

Australasian Journal of Animal coturnix japonica). J. Ilmiah Ilmu-


Sciences. 16 ( 5 ) : 706 -713. Ilmu Peternakan. 15( 1 ) : 8 -14.
Khempaka, S., K. Koh dan Y. Karasawa. Pratiwi, R. S., T. E. Susanto, Y. A. K.
2006. Effect of shrimp meal on Wardani, A. Sutrisno. 2015.
growth performance and Enzim kitinase dan aplikasi di
digestibility in growing broilers. J. bidang industri: Kajian pustaka. J.
Poult. Sci. 43: 250-254. Pangan dan Agroindustri.3( 3 ) :
King, J.A., Millar, R.P., 1982. Structure 878 – 887.
of chicken hypothalamic Rahayu, L. H. dan S. Purnavita. 2007.
luteinizinghormone-releasing Optimasi pembuatan kitosan dari
hormone: II isolation and kitin limbah cangkang rajungan
characterization. J.Biol. Chem. (Portunus pelagicus) untuk
257( 18 ) : 10729–10732. adsorben ion logam merkuri.
Ottinger, M. A. dan M. R. Bakst. 1995. Reaktor. 11 ( 1 ) : 45 – 49.
Endocrinology of the Avian Saenab, A., E. B. Laconi, Y. Retnani, dan
Reproductive System. J. of Avian M. S. Mas’ud. 2010. Evaluasi
Med. Surgery.9(4):242 – 250. kualitas pelet ransum komplit
Palupi, R. 2005. Pengaruh Lama yang mengandung produk
Pengukusan Limbah Udang yang samping udang. JITV. 19( 3 ) : 31
Direndam Dengan Filtrat Air Abu - 39.
Sekam Terhadap Kualitas Limbah Sahara, E. 2010. Pengaruh Pemberian
Udang dan Pemanfaatannya pada Daun Kaliandra (Calliandra
Ayam Broiler. Tesis S2 pada calothyrsus) dan Kepala Udang
Program Studi Ilmu Ternak terhadap Keamanan Organ Dalam
Pascasarjana Universitas Andalas Ternak Itik. Jurnal Sain
Padang. Peternakan Indonesia, 5(2). 95 –
Palupi R. dan A. Imsya. 2011. 104.
Pemanfaatan kapang Trichoderma Scanes, C. G. 2006. Sturkie’s Avian
viridae dalam proses fermentasi Physiology Sixh Edition. Elsevier.
untuk meningkatkan kualitas dan UK.
daya cerna protein limbah udang Suryaningsih, L dan A. Parakkasi. 2006.
sebagai pakan ternak unggas. Pengaruh Pemberian Tepung
Seminar Nasional Teknologi Cangkang Udang (Karapas)
Peternakan dan Veteriner. Pusat sebagai sumber khitin dalam
Penelitian dan Pengembangan ransum terhadap kadar LDL
Peternakan, Badan Penelitian dan (Low Density Lipoprotein),
Pengembangan Pertanian, HDL (High Density
Departemen Pertanian, Bogor. Lipoprotein), dan persentase
Hal: 672-677. karkas (Effects of Shrimp Shell
Panjaitan, I., A. Sofiana dan Y. Mills as Chittin Source on LDL
Priabudiman. 2012. Suplementasi (Low Density Lipoprotein),
tepung jangkrik sebagai sumber HDL (High Density Lipoprotein)
protein pengaruhnya terhadap of Meat and Carcass
kinerja burung puyuh (Coturnix Percentage). J. Ilmu Ternak. 6( 1
) : 63 – 67.

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 17
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (2):8 – 18

Tilly, J. L. dan A. L. Johnson. 1989.


Regulation of androstenedione
productionby adenosine 3,5-
monophosphate and phorbol
myristateacetate in ovarian
thecal cells of the domestic fowl.
Endocrinology. 125:1691–1699.
Tilly, J.L., K.I. Kowalski danA.L.
Johnson1991. Cytochrome P450
sidechain cleavage (P450scc) in
the hen ovary. II P450scc
messenger RNA,
immunoreactive protein, and
enzyme activity in develop ing
granulosa cells. Biol. Reprod. 45
: 967–974.
Yuwanta, T. 2003. Dasar Ternak Unggas.
Kanisius. Yogyakarta.

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.02.02 18

Anda mungkin juga menyukai