Anda di halaman 1dari 24

Makalah Luka Bakar

Kegawatdaruratan pada Luka Bakar

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan
Kegawatdaruratan pada Klien dengan Luka Bakar”.

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu mata
ajar Keperawatan Gawat Darurat (KGD). Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak
mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ns. Dyah Restuning P, M.Kep
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu segenap saran
dan kritik membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Semarang, 7 April 2016

penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cederaoleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.
Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga.(Sjamsuhidajat, 2005)
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah
kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ
eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar
dapat dicegah.( Horne dan Swearingen, 2000)
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien
dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan
cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar
dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam
pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan
mempromosikan undang undang tentang pengamanan kebakaran. Asuhan keperawatan
komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah penting untuk pencegahan
kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas
tentang perubahan yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar
juga penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan
keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat memberikan
intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan penyembuhan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan kegawatdaruratan pada klien dengan luka bakar.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji terhadap derajad luka bakar.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa dari pengkajian terhadap luka bakar.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana dalam pelaksanaan perawatan luka bakar.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan sesuai rencana yang telah disusun.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari rencana tindakan yang telah disusun.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebebkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (Musliha, 2010)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.(Padila, 2012)
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau
radiasi (radiation). (Pamela, 2010)
Luka bakar (Burn) adalah kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena nyala api,
panas, dingin friksi, radiasi (kulit menggelap terbakar matahari), bahan kimia, atau listrik. Luka
bakar biasanya terbagi menjadi tiga kategori, bergantung pada keparahannya. (Digiulio, 2014)

B. Fase Luka Bakar


Fase-fase luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut :
a. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman
gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cidera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.
Cedera inhalasi adalah penyebabkematian utama penderita pada fase akut.
b. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan akibat akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan :
1) Proses inflamasi dan infeksi.
2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas
dan atau pada struktur atau organ-organ fungsional.
3) Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi
organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

C. Klasifikasi Luka Bakar (musliha, 2010)


Klasifikasi menurut Musliha (2010) antara lain :
1. Menurut dalamnya luka bakar
a. Derajad 1

Pada derajad 1 luka bakar akan sembuh pada waktu yang singkat. Paling lambat 1
minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali apabila pada derajad satu ini penderita
kesakitan, bisa diberikan analgesik tetapi analgesik yang tidak dapat menurunkan suhu tubuh.
Ciri luka bakar derajad satu adalah kulit hanya tampak kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan
kulit.
b. Derajad 2
1) Derajad 2 dangkal (superficial)
Pada derajad dua ini kulit berwarna merah dan adanya bula (gelembung), organ kulit
seperti kelenjar sebasea, dan kelenjar kulit masih utuh, pada luka bakar ini terjadi kerusakan
epidermis yang ditandai dengan rasa nyeri dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari, dapat bula
diberikan pengompresan dengan NaCl.
2) Derajad 2 dalam (deep)

Luka bakar derajad dua ini kulit kemerahan, dengan jaringan yang terkelupas (kerusakan
dermis dan epidermis). Organ-organ kulit seperti kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh, proses penyembuhan pada darejad dua dalam ini biasanya
memerlukan waktu yang lama tergantung jaringan epitel yang masih tersisa.
c. Derajad 3
Luka bakar derajad tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan epidermis mengalami
kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri dan kehilangan sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensori mengalami kerusakan atau kematian, bahkan bisa merusak kematian jaringan lemak
maupun otot walaupun jaringan tersebut tidak mengalami nekrosis. Penyembuhan terjadi lama
karena tidak terbentuk epitelisasi jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar
berwarna abu-abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar.
2. Menurut luas luka bakar
Wallance membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of
nine atau rules of wallance yaitu :

a. Kepala dan leher : 9%


b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18% : 36%
e. Genetalia atau perineum : 1%
Total keseluruhan : 100%
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan
bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

3. Berat ringannya luka bakar


a. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
b. Kedalaman luka bakar
c. Anatomi lokasi luka bakar
d. Umur klien
e. Riwayat pengobatan yang lalu
f. Trauma yang menyertai atau bersamaan
American Collage of surgeon dalam Padila (2012) membagi dalam :
a. Parah Critical) :
1) Tingkat II : 30% atau lebih
2) Tingkat III : 10% atau lebih
3) Tingkat III : pada tangan, kaki, dan wajah
4) Dengan adanya komplikasi pernafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas.
b. Sedang (moderate) :
1) Tingkat II : 15-30%
2) Tingkat III : 1-10%
c. Ringan (minor) :
1) Tingkat II : kurang dari 15%
2) Tingkat III : kurang dari 1%

D. Etiologi
Etioliogi menurut Musliha (2010) sebagai berikut :
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan :
a. Gas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas
akibat edema.
b. Cairan
c. Bahan padat (solid)
2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa
kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang
sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan
dalam bidang industri, pertanian dan militer.
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya
voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali
berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk
keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang
terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

E. Anatomi Fisiologi Kulit


Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi sebagai
pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi
utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada
bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban
dalam jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme
makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui kulit, selain itu kulit yang
terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin
D. kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
1. Lapisan epidermis, terdiri atas :
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati dan
mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang membentuk barier terluar kulit dan
mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari
tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-sel tersebut
terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan
terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan
mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian
basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
a.Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yang
menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta
sebasea dan akar rambut.
3. Jaringan subkutan atau hipodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan adipose yang
memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tu lang. Jaringan
subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
(Pamela, 2011)

F. Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya akan
merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat dari kerusakan
pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan albumin, mengalami
gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang massif, terganggunya cairan di
dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah yang mengakibatkan
sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah reaksi tersebut bisa mengakibatkan
radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar
juga dapat terjadi syok hipovolemik atauburn shock.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang
dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat
menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat-
tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar
56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat
ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang
abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil,
limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai
sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam
pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya
menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha, 2010)

A. Pathways

A. Manifestasi Klinis
Manifestasi menurut Pamela (2011) :
Kedalaman Dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Yang Terkena Luka Kesembuhan
Bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan lengkap
(Superfisial): hiperestesia menjadi putih dalam waktu satu
tersengat matahari, (supersensivitas), ketika ditekan minggu, terjadi
terkena api dengan rasa nyeri mereda minimal atau pengelupasan kulit
intensitas rendah jika didinginkan tanpa edema

Derajat Dua Epidermis dan Nyeri, Melepuh, Kesembuhan dalam


(Partial- bagian dermis hiperestesia, dasar luka waktu 2-3 minggu,
Thickness):tersiram sensitif terhadap berbintik- pembentukan parut
air mendidih, udara yang dingin bintik merah, dan depigmentasi,
terbakar oleh nyala epidermis infeksi dapat
api retak, mengubahnya
permukaan menjadi derajat-tiga
luka basah,
terdapat
edema
Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan eskar,
Thickness):terbakar keseluruhan nyeri, syok, bakar diperlukan
nyala api, terkena dermis dan hematuria berwarna pencangkokan,
cairan mendidih kadang- (adanya darah putih seperti pembentukan parut
dalam waktu yang kadang dalam urin) dan bahan kulit dan hilangnya kontur
lama, tersengat arus jaringan kemungkinan atau gosong, serta fungsi kulit,
listrik subkutan pula hemolisis kulit retak hilangnya jari tangan
(destruksi sel dengan bagian atau ekstremitas
darah merah), lemak yang dapat terjadi
kemungkinan tampak,
terdapat luka terdapat
masuk dan keluar edema
(pada luka bakar
listrik)

B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012)
sebagai berikut :
1. LED : mengkaji hemokonsentrasi. Nilai normal (L: 15mm/jam; P: <20mm bakar="" jam=""
led.="" luka="" pada="" pasien="" peningkatan="" span="" terjadi="">
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk
memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar-X dada untuk mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada
cidera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin untuk mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis untuk menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada
luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi untuk membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

C. Komplikasi
Komplikasi menurut Lalani (2011), sebagai berikut :
1. Infeksi luka
a. Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat eritema, edema, nyeri
tekan.
b. Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan infeksi.
c. Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih dalam.
d. Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV.
2. Sepsis
3. Syok akibat luka bakar
4. Edema akibat luka bakar
5. Eskarotomi
6. Rabdomiolisis
7. Cidera inhalasi
8. Hipermetabolisme

D. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut :
1. Resusitasi A,B,C
a. Pernafasan (Airway)
Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal
Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api,
luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b. Pernafasan (Breathing)
Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c. Sirkulasi (Circulation)
Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler →
hipovolemi relatif →syok → ATN → gagal ginjal
2. Infus,kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.
3. Resusitasi cairan
Cara Baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan
cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
a. Dewasa :
Baxter = RL 4cc x BB x % LB
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16
jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi
hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.
b. Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan faal :
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB
d. Kebutuhan faal :
< 1 tahun : BB x 100 cc
1-3 tahun : BB x 75 cc
3-5 tahun : BB x 50 cc
4. Monitor urine dan JVP
5. Topikal dan tutup luka :
a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1 : 30) + buang jaringan nekrotik
b. Tulle
c. Silver sulfat diazin tebal
d. Tutup kasa tebal
e. Evaluasi 5-7 hari kecuali balutan kotor
6. Obat-obatan :
a. Antibiotika : tidak diberikan jika pasien datang kurang dari 6 jam sejak kejadian.
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
c. Analgetik : kuat (morfin, petidin)
d. Antasida : kalo perlu
Contoh Kasus :
Ny.M dengan usia 40 tahun dan berat badan 60 kg terkena air panas pada lengan kanan
atas pada pukul 15.00 dan segera dibawa ke RS karena mengalami luka bakar pada lengan kanan
atas. Ny.M mengatakan, “lengan saya nyeri sekali, dan terasa panas”.
Pembahasan :
a. Luas luka bakar :
Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule Of Nine” dari WALLACE :
Ekstremitas atas = 2 x 9% (kiri dan kanan)
Ny.M mengalami luka bakar pada lengan kanan atas, maka luas luka bakar adalah 4,5%
b. Resusitasi Cairan :
Pada klien dewasa dengan luka bakar, cara menghitung resusitasi cairan menggunakan cara dari
Baxter. Adapun caranya sebagai berikut :
Baxter : 4 RL cc x BB x % LB (Luas Luka Bakar)
: 4 RL cc x 60 kg x 4,5%
: 1080 cc
Kebutuhan cairan 8 jam pertama : 0,5 x 1080 = 540 cc
Jadi kebutuhan cairan Ny.M selama 8 jam pertama adalah 540 cc

E. Pengkajian Kegawatdaruratan
Pengkajian fokus pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012), Kartikawati (2011)
adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Penurunan kekuatan, keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit, gangguan masa otot,
perubahan tonus.
b. Breathing (pernapasan)
Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan menelan sekresi oral dan
sianosis, penggunaan otot bantu pernafasan (indikasi cidera inhalasi), stridor/mengi, bunyi nafas
gemericik (oedema paru), stridor (oedema laringeal), secret jalan nafas dalam (ronkhi).
c. Circulation (sirkulasi)
Hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera, fase konstriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syock listrik), takikardia
(syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik), pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
d. Disability
Area batas kesemutan, penurunan reflek tendon dalam pada cedera ekstremitas, aktivitas kejang
(syok listrik), kerusakan retinal, penurunan ketajaman pengelihatan.
e. Exposure
Area kulit tidak terbakar mungkin dingin/lembab.
2. Pengkajian Sekunder
a. Head To Toe
1. keadaan umum
Datang dengan keadaan kotor,mengeluh panas sakit, gelisah, penurunan tingkat kesadaran
apabila luka bakar mencapai derajat cukup berat.
2. TTV
Tekanan darah menurun, nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak
adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala dan rambut
Bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat
luka bakar, grade dan luas luka bakar.
b. Mata
Kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi, benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan,
bulu mata yang rontok.
c. Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok.
d. Mulut
Sianosis karena kurangnya suplay darah ke otak, bibir kering.
e. Telinga
Bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen.
f. Leher
Posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengatasi
kekurangan cairan.
4. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang
bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas
tambahan ronchi.
5. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium.
6. Genetalia
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan tempat pertumbuhan
kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.
7. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal,
kekuatan otot menurun karen nyeri.
8. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila suplay darah ke otak kurang
(syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik).
9. Pemeriksaan kulit
Kaji daerah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran
prosentase luas luka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine).

b. AMPLE
1) A : Alergi
Adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
2) M : Medikasi/obat-obatan
Obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis,
jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat
3) P : Pertinent medical history
Riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya,
penggunaan obat-obatan herbal)
4) L : Last meal
Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian, selain
itu juga periode menstruasi termasuk dalam komponen ini.
5) E : Events
Hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang menyebabkan adanya keluhan
utama/ kronologi kejadian).

F. Diagnosa Keperawatan yang Muncul pada Klien dengan Luka Bakar


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
3. Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau interupsi aliran darah arteri / vena.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit lapisan kulit.

G. Intervensi dan Rasional


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan
KH : menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, Ekspresi wajah dan
postur tubuh rileks
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Berikan analgesik narkotik yang1. Analgesik narkotik diperlukan untuk
diresepkan dan sedikitnya 30 menit memblok nyeri
sebelum prosedur perawatan luka 2. Absorbsi obat IM buruk pada pasien,
2. Evaluasi keefektifannya dengan luka bakar luas yang disebabkan
3. Anjurkan analgesik IV bila luka bakar oleh perpindahan interstitial berkenaan
luas dengan peningkatan permeabilitas
4. Pertahankan pintu kamar tertutup, kapiler
tingkatkan suhu ruangan dan berikan3. panas dan air hilang melalui jaringan
selimut ekstra untuk memberikan luka bakar, menyebabkan hipotermia
kehangatan 4. tindakan eksternal ini membantu
5. Bantu dengan pengubahan posisi setiap menghemat kehilangan panas
2 jam bila diperlukan 5. menghilangkan tekanan pada tonjolan
tulang dependen

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan status cairan dan biokimia membaik.
KH : Tak ada manifestasi dehidrasi, Elektrolit serum dalam batas normal,
haluaran urine diatas 30 ml/jam.
Intervensi Rasional
1. Awasi tanda vital, CVP, perhatikan
1. Memberikan pedoman untuk
kapiler menggantikan cairan dan mengkaji
2. Awasi pengeluaran urine dan berat respon kardiovaskuler
jenisnya 2. Penggantian cairan dititrasi untuk
3. Observasi warna urine dan hemates meyakinkan rata-rata pengeluaran urine
sesuai indikasi 30-50cc/jam pada orang dewasa
4. Resolusi oedema perkirakan drainase
3. Urine berwarna merah pada kerusakan
luka dan kehilangan yang tampak otot masif karena adanya darah dan
5. Timbang berat badan setiap hari, ukur keluarnya mioglobin
lengan, ekstremitas yang terbakar tiap
4. Permeabilitas kapiler, perpindahan
hari sesuai indikasi protein, proses inflamasi dan kehilangan
6. Kolaborasi dengan tim medis : awasi cairan
hasil pemeriksaan 5. Penggantian cairan tergantung pada berat
badan pertama dan perubahan
selanjutnya memperkirakan luasnya
oedema
6. Observasi ketat fungsi ginjal dan
mencegah statis atau reflek urine
memungkinkan infus cairan cepat

3. Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau interupsi aliran darah arteri / vena.
Tujuan : aliran darah pasien ke jaringan perifer adekuat
KH :
 nadi perifer teraba dengan kualitas dan kekuatan yang sama
 pengisian kapiler baik
 warna kulit normal tidak sianosis
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji warna, sensasi, gerakan, dan nadi 1 Pembentukan edema dapat terjadi secara
perifer. cepat menekan PD sehingga
mempengaruhi sirkulasi PD ke jaringan
perifer.
2. Tinggikan ekstremitas yang sakit. 2 Untuk meningkatkan aliran balik vena
dan dapat menurunkan edema.
3. Ukur TD pada ektremitas yang 3 Untuk mengetahui kekuatan aliran darah
mengalami luka bakar. ke daerah yang mengalami luka bakar.
4 Untuk meningkatkan sirkulasi darah lokal
4. Dorong latihan gerak aktif. dan sistemik.
5 Untuk meningkatkan volume sirkulasi
5. Lakukan kolaborasi dalam dan perfusi jaringan.
mempertahankan penggantian cairan. 6 Mengawasi terjadinya penurunan curah
6. Kolaborasi dalam mengawasi elektrolit jantung.
terutama natrium, kalium, dan kalsium. 7 Perubahan perfusi jaringan dan
7. Lakukan kolaborasi untuk menghindari pembentukan edema mengganggu
injeksi IM atau SC. absorpsi obat.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit lapisan kulit.
Tujuan : Menunjukkan regenerasi jaringan
KH : Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
Intervensi Rasional
1. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka,1. Memberikan informasi dasar tentang
perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi kebutuhan penanaman kulit dan
sekitar luka. kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi
pada aera graft.

2. Lakukan perawatan luka bakar yang tepat2. Menyiapkan jaringan untuk penanaman
dan tindakan kontrol infeksi. dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan
kulit.

3. Pertahankan penutupan luka sesuai 3. Kain nilon/membran silikon mengandung


indikasi. kolagen porcine peptida yang melekat
pada permukaan luka sampai lepasnya
atau mengelupas secara spontan kulit
repitelisasi.

4. Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. 4. Menurunkan pembengkakan /membatasi


Pertahankan posisi yang diinginkan dan resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan
imobilisasi area bila diindikasikan. dibawah graft dapat mengubah posisi
yang mempengaruhi penyembuhan
optimal.

5. Pertahankan balutan diatas area graft baru5. Area mungkin ditutupi oleh bahan
dan/atau sisi donor sesuai indikasi. dengan permukaan tembus pandang tak
reaktif.

6. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan 6. Kulit graft baru dan sisi donor yang
minyaki dengan krim, beberapa waktu sembuh memerlukan perawatan khusus
dalam sehari, setelah balutan dilepas dan untuk mempertahankan kelenturan.
penyembuhan selesai.
7. Graft kulit diambil dari kulit orang itu
7. Lakukan program kolaborasi : Siapkan / sendiri/orang lain untuk penutupan
bantu prosedur bedah/balutan biologis. sementara pada luka bakar luas sampai
kulit orang itu siap ditanam.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi
vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera
kulit yang sebagian besar dapat dicegah
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang beratmemperlihatkan
morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang
dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain karena api ( secara langsung
ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald),
tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia,
serta sengatan matahari.

B. Saran
a. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan luka
bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar serta konsep asuhan keperawatan.
b. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit
ini.
c. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan ketrampilan
yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar dengan cepat dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Digiulio, Marry. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rapha Publishing
Kartikawati, Dewi. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat Jilid 1. Jakarta:
Salemba Medika
Musliha. (2010). Perawatan Gawat Darurat Dengan Pendekatan NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif, Amin Huda. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA
NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Oman, Kathleen S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergenci. Jakarta: EGC
Padila. (2012). Perawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Patty, Pamela. (2010). Pedoman Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai