Anda di halaman 1dari 33

BAB I

KAJIAN TEORI

1.1 Terbentuknya Panas Bumi


Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu kulit bumi (crust),
selubung bumi (mantle) dan inti bumi (core). Kulit bumi adalah bagian terluar dari bumi.
Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi umumnya kulit bumi di bawah suatu daratan
(continent) lebih tebal dari yang terdapat di bawah suatu lautan. Di bawah suatu daratan
ketebalan kulit bumi umumnya sekitar 35 kilometer sedangkan di bawah lautan hanya sekitar 5
kilometer. Batuan yang terdapat pada lapisan ini adalah batuan keras yang mempunyai density
sekitar 2.7 - 3 gr/cm3. Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut selubung
bumi (mantel) yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900 km. Bagian teratas dari
selubung bumi juga merupakan batuan keras.
Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai ketebalan sekitar
3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan tekanan yang sangat tinggi sehingga
lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang diperkirakan mempunyai density sekitar 10.2 -
11.5 gr/cm3. Diperkirakan temperatur pada pusat bumi dapat mencapai sekitar 60000 F.
Kulit bumi dan bagian teratas dari selubung bumi kemudian dinamakan litosfir (80-200
km). Bagian selubung bumi yang terletak tepat di bawah litosfir merupakan batuan lunak tapi
pekat dan jauh lebih panas. Bagian dari selubung bumi ini kemudian dinamakan astenosfer (200
- 300 km). Di bawah lapisan ini, yaitu bagian bawah dari selubung bumi terdiri dari material-
material cair, pekat dan panas, dengan density sekitar 3.3 - 5.7 gr/cm3.
Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah permukaan
bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas tersebut hingga ke pemukaan. Hal
ini menyebabkan tejadinya perubahan temperatur dari bawah hingga ke permukaan, dengan
gradien temperatur rata-rata sebesar 300C/km. Di perbatasan antara dua lempeng (di daerah
penujaman) harga laju aliran panas umumnya lebih besar dari harga rata-rata tersebut. Hal ini
menyebabkan gradient temperatur di daerah tersebut menjadi lebih besar dari gradien tempetatur
rata-rata, sehingga dapat mencapai 70-800C/km, bahkan di suatu tempat di Lanzarote (Canary
Island) besarnya gradien temperatur sangat tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi dinyatakan
dalam 0C/km tetapi dalam 0C/cm.
Pada dasarnya sistim panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu
sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan
panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi
terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara
konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu
mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak
dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air
menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas
bergerak ke atas dan air yang lebih
Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia serta karakteristiknya dijelaskan oleh
Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu
lempeng Pasifik, lempeng India‐Australia dan lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara
ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi
terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia.
Tumbukan antara lempeng India‐Australia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di
sebelah utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160 ‐ 210 km di bawah
Pulau Jawa ‐ Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau
Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal
dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman
jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang
dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatic yang lebih
tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan
menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir
panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik, sedangkan
reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan ditemukan pada
kedalaman yang lebih dangkal.
1.2 Sistem Panas Bumi
Panas bumi merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan relatif ramah
terhadap lingkungan, terutama karena tidak menimbulkan efek rumah kaca. Dalam buku
Handbook of Geothermal Energy, Chilingar dkk mendefinisikan energi panas bumi sebagai
panas alami di dalam bumi yang terperangkap dan tidak terhubungkan dengan permukaan
sehingga bisa diekstraksi secara ekonomi. Energi panas bumi dihasilkan dari ekstraksi panas
yang tersimpan di dalam bumi yang berasal dari transfer panas dari sumber magma.
Seperti diketahui bahwa thermal gradien (landaian suhu) pada kondisi normal adalah
sekitar 300C/km, tetapi pada lapangan panas bumi kenaikan suhunya dapat melebihi landaian
suhu pada kondisi normal. Aliran panas di dalam bumi pada lapangan panas bumi rata-rata
mencapai 1,5 x 10-6 cal/cm2/detik dan menghasilkan gradien geotermal sekitar 10C/50 m,
sehingga pada kedalaman 1000 – 2000 m suhunya dapat mencapai 1500 – 3000 C atau lima
hingga sepuluh kali dari kondisi normal.
Ada beberapa persyaratan mendasar pada suatu sistem panas bumi, yaitu :
1. Sumber panas yang cukup besar
2. Reservoar yang mengakumulasikan panas
3. Penghalang/lapisan tudung (cap rock)
Untuk memperkirakan sumberdaya panas bumi dapat dilakukan dengan didasarkan pada data-
data geologi dan geofisika, seperti :
1. Kedalaman, ketebalan dan penyebaran reservoir
2. Properti dari formasi batuan
3. Salinitas dan geokimia fluida reservoir
4. Temperatur, porositas dan permeabilitas formasi batuan
Air yang ada pada reservoar panas bumi dapat berasal dari berbagai macam jenis air,
diantaranya dapat berasal dari air meteorik yang masuk beberapa kilometer ke dalam lapisan
batuan melaui rekahan ataupun lapisan yang permeabel, air formasi atau air konat yang terjebak
pada proses sedimentasi. Sumber lainnya adalah air laut, air metamorfik dan air magma yang
merupakan produk pada proses pembentukan batuan metamorf dan batuan beku. Tetapi secara
umum, beberapa penelitian seperti Goguel (1953) dan Craig (1963) dalam Panichi & Gonfiantini
(1981) dan Hutasoit & Hendrasto (2007) membuktikan bahwa fluida di beberapa reservoar panas
bumi sebagian besar berasal dari air meteorik.

Sistem Panas Bumi Hidrotermal


Sistem hidrotermal didefinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50° – 500°C ), secara
lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang bervariasi di bawah permukaan bumi.
Sistem ini mengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi
fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil dan
cenderung menyesuaikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral yang sesuai
dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal. Endapan mineral
hidrotermal dapat terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi (leaching),
mentranspor, dan mengendapkan mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan fisik
maupun kimiawi (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004 ).

Gambar (2.2) Sistem Panas Bumi Hidrotermal (Saptadji, 2011)

Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal yang


mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai
temperature sedang (150‐225oC). Pada dasarnya sistem panas bumi jenis hidrothermal terbentuk
sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara
konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan,
sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan
suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung
(bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak
kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi
perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan.
Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin
bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.
Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh
adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal surface manifestation). Berikut adalah
jenis – jenis manifestasi permukaan :
1. Tanah Hangat (Warm Ground)
2. Tanah Beruap (Steaming Ground)
3. Mata Air Panas Atau Hangat (Hot or Warm Spring)
4. Kolam Air Panas (Hot Pools)
5. Telaga Air Panas (Hot Lakes)
6. Fumarole
7. Geyser
8. Kubangan Lumpur Panas (Mud Pools)
Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan
panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahanrekahan yang memungkinkan fluida
panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan. Dibandingkan dengan temperatur
reservoir minyak, temperatur reservoir panasbumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500C.
Berdasarkan pada besarnya temperatur, Hochstein (1990) membedakan sistem panasbumi
menjadi tiga, yaitu:
1. Sistem panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistem yang reservoirnya
mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 1250C.
2. Sistem/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistem yang reservoirnya mengandung
fluida bertemperatur antara 1250C dan 2250C.
3. Sistem/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistem yang reservoirnya mengandung
fluida bertemperatur diatas 2250C.
Sistem panasbumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida yaitu sistem entalpi
rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya
tidak berdasarkan pada harga entalphi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat
entalphi adalah fungsi dari temperatur.
2.3 Hilang Panas Alamiah
Q = m (hfT–hfTo) ≈ m c (T –To)
Keterangan :
M = mass flowrate (kg/s) = V. ρf
ρf = fluid density (kg/m3)
V = volume flowrate (m3/s)
hfT, hfTo = fluid enthalpi (kJ/kg)
T = temperature of discharge fluids
To = mean annual temperature (from climatologicalstation nearby using a mean lapse rate of -
0.7oC/100 m
c = specific heat capacity (kJ/kg K) c for water has average value = 4.2 kJ/kg K

Hilang Panas Alamiah Total


 Kesalahan(error)=15%

 Sistem temperature rendah= 3 hingga 10 MW

 Sistem temperature tinggi = 10 hingga 300 MW

 Tanah beruap (steaming ground) menunjukkan sistem yang sangat tinggi, meskipun
demikian hilang panas alamiahnya sulit dihitung

 Sumber daya spekulatif = 10 x Hilang panas alamiah total


BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil

2.1.1 Lokasi 1 Toraget

Desa Toraget secara Geografis terletak di 1o10’6.92”LU - 124o49’22,14”BT Secara


administrative desa Toraget berada pada wilayah Pemerintahan Kecamatan Langowan Utara
Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Desa Toraget

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat 5 jenis manifestasi permukaan yang muncul
berupa kolam air panas, lumpur panas, tanah beruap, Fumarol dan solfatara. Ada 2 kolam air
panas dengan rata- rata pH < 7 (bersifat asam), dengan Tm > 85 0C, dengan besar hilang panas
pada masing-masing kolam sebesar 40,47417 kW dan 72,527 kW. Lokasi manifestasi panas
bumi yang terdapat disekitar perkebunan. Selanjutnya, ada 7 manifestasi berupa lumpur panas
dengan pH < 7 dan suhu rata-rata > 450C, dengan besar energi evaporasi masing-masing lumpur
panas sebesar 2,4925 kW 1,1012 kW.
Tabel 2.1 Data Lokasi 1

2.1.2 Lokasi 2 Tempang

Desa Tempang secara Geografis terletak di 1o10’17.9”LU - 124o49’15,5”BT Secara


administrative desa Tempang berada pada wilayah Pemerintahan Kecamatan Langowan Utara
Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Gambar 2.2 Peta Lokasi Desa Tempang

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat 2 jenis manifestasi permukaan yang muncul
berupa kolam air panas dan lumpur panas. Kolam air panas memiliki pH < 7 (bersifat asam) dan
Tm > 50 0C, serta energi evaporasi sebesar 1462,455 kW. Selanjutnya, ada 3 manifestasi lumpur
panas dengan rata-rata pH < 7 (bersifat asam) dan Tm > 400C, serta energi evaporasi masing-
masing lumpur panas sebesar 3,815247 kW 49,24444 kW dan 14,29023 kW.

Tabel 2.2 Data Lokasi 2


2.1.3 Lokasi 3 Totolan

Desa Totolan secara Geografis terletak di 1o11’41,39”LU - 124o50’7,05”BT Secara


administrative desa Totolan berada pada wilayah Pemerintahan Kecamatan Kakas Barat
Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Gambar 2.3 Peta Lokasi Desa Totolan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat 2 jenis jenis manifestasi permukaan yang
muncul berupa mata air panas dan kolam air panas. Kolam air panas memiliki pH < 7 (bersifat
asam) dan Tm = 800C, serta energi evaporasi sebesar 657,4375 kW. Selanjutnya, manifestasi
mata air panas dengan pH < 7 (bersifat asam) dan Tm = 800C, serta energi total sebesar 722,283
kW.

Tabel2.3 Data Lokasi 3


2.1.4 Lokasi 4 Passo

Desa Passo secara Geografis terletak di 1o12’39,27”LU - 124o51’15,53”BT Secara


administrative desa Passo berada pada wilayah Pemerintahan Kecamatan Kakas Barat Kabupaten
Minahasa, Sulawesi Utara.

Gambar 2.4 Peta Lokasi Desa Passo


Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hanya terdapat 1 jenis manifestasi permukaan yang
muncul berupa mata air panas. Manifestasi ini berada di sekitar permukiman warga. Mata air
panas ini memiliki pH = 7 (Bersifat Netral) dan Tm > 50 0C, serta energi total masing – masing
mata air panas sebesar 8,189491 kW dan 5.401,5402 kW.
Tabel 2.4 Data Lokasi 4

2.2 Pengolahan Data

Sumber daya spekulatif yang terdapat di tiap lokasi penelitian, yaitu :

Sumber daya spekulatif = energi hilang panas x 10

a. Lokasi 1 desa Toraget memiliki sumber daya spekulatif sebesar 4.142,8370 kW

b. Lokasi 2 desa Tempang memiliki sumber daya spekulatif sebesar 15.298,04817 kW

c. Lokasi 3 desa Totolan memiliki sumber daya spekulatif sebesar 13.797,205 kW

d. Lokasi 4 desa Passo memiliki sumber daya spekulatif sebesar 54.015,4


LAMPIRAN
b. Lokasi 2
1. Lumpur Panas 2

2. Lumpur Panas 3

3. Lumpur Panas 4
4. Kolam air panas Toraget

5. Kolam air panas

6. Lumpur Panas
7. Kolam air panas

8. Mata air panas (memiliki aliran)

Anda mungkin juga menyukai