Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH

TENTANG BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BAGI


PENGGUNA (SEKOLAH) DAN PENYEDIA (PENERBIT)

Sentot Mardjuki, Tedy Tavianto


Program Studi Penerbitan, Politeknik Negeri Media Kreatif

Abstrak:
Penelitian ini membahas tentang Analisis Kebijakan Pemerintah tentang Buku
Sekolah Elektronik, yaitu Permendiknas RI Nomor 2 Tahun 2008 dan
Permendiknas RI Nomor 28 Tahun 2008.Kegiatan penelitian ini memiliki dua
tujuan utama, yaitu: (1) Untuk melihat sejauh mana implementasi kebijakan BSE
ditinjau dari sisi pemakai (siswa sekolah dasar), (2) Untuk melihat sejauh mana
implementasi kebijakan BSE tersebut dilihat dari sisi pemroduksi dan penjual
(penerbit/percetakan). Metode yang digunakan adalah perpaduan metode
kuantitatif dan kualitatif dengan cara pengambilan data melalui survei dan
kuesioner deskriptif. Populasi penelitian ini adalah sekolah dasar di kota Jakarta
Selatan dan IKAPI Jawa Barat. Analisis yang akan digunakan adalah dengan
persentase dan deskriptif kualitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel
tunggal yaitu kebijakan pemerintah mengenai buku sekolah elektronik, sedangkan
data yang diukur berhubungan dengan implementasi kebijakan tersebut
yangdisesuaikan dengan rumusan masalah dapat diukur dengan menarik
kesimpulan dari fakta-fakta yang ada. Hasilnya adalah Kebijakan Pemerintah
tentang Buku Pelajaran Murah belum berjalan dengan baik dalam hal
keefektivitasan dan keefisiensian. Penelitian ini dapat menghasilkan sebuah
rekomendasi terhadap kebijakan pemerintah tentang buku pelajaran murah.

Kata kunci: kebijakan BSE, sekolah dasar, tidak berjalan


PENDAHULUAN untuk berpartisipasi aktif, serta
Undang-Undang Republik memberikan ruang yang cukup bagi
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 prakarsa, kreativitas, dan
tentang Sistem Pendidikan Nasional kemandirian sesuai bakat, minat, dan
(UU Sisdiknas) mengartikan perkembangan fisik serta psikologis
pendidikan sebagai usaha sadar dan peserta didik. Dalam proses
terencana untuk mewujudkan pembelajaran ditentukan pula agar
suasana belajar dan proses pendidik memberikan keteladanan.
pembelajaran agar peserta didik Jan Komensky, atau lebih dikenal
secara aktif mengembangkan potensi dengan nama Johann Amos
dirinya untuk memiliki kekuatan Comenius (1592-1670), telah
spiritual keagamaan, pengendalian menerapkan pendapatnya bahwa
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak program pembelajaran harus bertolak
mulia, serta keterampilan yang dari alam sekitar, dan untuk itu
diperlukan dirinya, masyarakat, diperlukan peragaan visual dalam
bangsa dan negara. Sedangkan proses pembelajaran. Comenius juga
standar nasional pendidikan adalah dikenal sebagai pendidik pertama
kriteria minimal tentang sistem yang mengembangkan penggunaan
pendidikan di seluruh wilayah gambar (ilustrasi) dalam buku
hukum Negara Kesatuan Republik pelajaran (Heinich, Molenda and
Indonesia. Pengertian pembelajaran Russell, 1989). Johann Heinrich
dalam UU Sisdiknas tersebut adalah Pestalozzi (1746-1827) menekankan
proses interaksi peserta didik dengan perlunya perombakan sistem
pendidik dan sumber belajar pada pembelajaran di sekolah yang
suatu lingkungan belajar. menekankan pada hafalan dan
Dalam Bab IV Pasal 19 ayat ingatan. Apa yang dilakukannya
(1) SNP tentang standar proses adalah bahwa pembelajaran harus
ditentukan bahwa proses mengikuti perkembangan alamiah,
pembelajaran pada satuan pendidikan yaitu dari konkret ke abstrak, dari
diselenggarakan secara interaktif, lingkungan dekat ke yang jauh, dari
inspiratif, menyenangkan, yang mudah ke sukar, dan secara
menantang, memotivasi peserta didik

44
gradual ke kumulatif (Thompson, daya tarik yang kuat; indikatornya
1962; Ornstein, 1981). meliputi di antaranya: kesempatan
Secara konseptual, indikator belajar yang tersebar dan karena itu
kualitas proses belajar mengajar mudah dicapai dan diikuti, isi
(PBM) di sekolah diartikansecara pendidikan yang mudah dicerna
beragam, tergantung pada situasi dan karena telah diolah sedemikian rupa,
lingkungan. Penelitian yang kesempatan yang tersedia yang dapat
dilaksanakan oleh Conect di diperoleh siapa saja pada setiap saat
Amerika Serikat, yang hasilnya diperlukan, pesan yang diberikan
divalidasikan oleh the Center for pada saat dan peristiwa yang tepat,
Reseach on Educational Policy dari keterandalan yang tinggi, terutama
University of Memphis pada tahun karena kinerja lembaga dan
2005, menunjukkan adanya sejumlah lulusannya yang menonjol,
indikator kualitas pembelajaran keanekaragaman sumber, baik yang
(instructional quality indicators), dengan sengaja dikembangkan
yang dikelompokkan ke dalam 10 maupun yang sudah tersedia dan
kategori, yaitu: (1) lingkungan fisik dapat dipilih serta dimanfaatkan
yang kaya dan merangsang, (2) iklim untuk kepentingan belajar, dan
kelas yang kondusif untuk belajar, suasana yang akrab, hangat, dan
(3) harapan jelas dan tinggi para merangsang.
peserta didik, (4) pembelajaran yang Buku merupakan salah satu
koheren dan berfokus, (5) wacana prasyarat bagi tercapainya tujuan
ilmiah yang merangsang pikiran, (6) pendidikan.Karena pentingnya fungsi
belajar otentik, (7) asesmen buku bagi institusi pendidikan, dalam
diagnostik belajar yang teratur, (8) hal ini guru dan siswa, diperlukan
membaca dan menulis sebagai jaminan atas tersedianya buku. Di
kegiatan regular, (9) pemikiran sisi lain, harga buku cenderung terus
matematis, dan (10) penggunaan naik sehingga guru dan siswa
teknologi secara efektif.Kesepuluh terbebani. Pengadaan buku paket ajar
kategori tersebut dijabarkan lagi bagi sekolah tingkat dasar dan
menjadi 42 indikator. Pembelajaran menengah merupakan salah satu
yang bermutu juga harus mempunyai upaya pemerintah untuk

45
mencerdaskan kehidupan bangsa. bentuk buku elektronik yang dapat
Buku paket ajar berfungsi sebagai diunduh dari laman
buku pegangan resmi bagi pengajar http://www.bse.depdikans.go.id.
dan pembelajar, dan digunakan Sudibyo (2008:1) memastikan bahwa
sebagai acuan dalam pembelajaran setiap tahun jumlah buku terus
suatu bidang studi.Namun, besarnya bertambah. Ketiga, pemerintah
populasi rakyat Indonesia beserta mengeluarkan peraturan tentang
tersebarnya wilayah menjadi kendala penggunaan BSE gratis karena buku
tersendiri dalam upaya pengadaan tersebut meliputi buku mata
buku paket di seluruh sekolah, pelajaran yang diajarkan di sekolah
ditambah dengan keterbatasan (Depdiknas, 2008: 1).Pemerintah
anggaran yang dapat dialokasikan melakukan beberapa hal terkait
untuk menunjang program tersebut. kebijakan e-book.
Kebijakan Depdiknas Jadi, peluncuran buku sekolah
merupakan tindak lanjut elektronik (BSE) gratis merupakan
Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008 alternative solusi dan respons
tentang Perbukuan yakni: Pemerintah pemerintah untuk menjamin
Pusat dan Daerah dapat membeli hak ketersediaan buku yang murah,
cipta buku dari pemiliknya. Semua terjangkau, dan berkualitas.
orang berhak mencetak, Kebijakan tersebut memberikan
memfotokopi, mengalihmediakan manfaat bagi institusi pendidikan
dan atau memperdagangkan buku untuk meningkatkan kualitas proses
yang hak ciptanya telah dibeli belajar dan mengajar, khususnya
pemerintah. Pemerintah melakukan guru dan siswa. Kegiatan penelitian
beberapa hal terkait kebijakan e- ini memiliki tujuan, yaitu sebagai
book antara lain: Pertama, membeli berikut.
hak cipta buku-buku pelajaran yang 1. Untuk mengetahui dan
berkualitas tinggi dari penulis menganalisis sejauh mana BSE
(Wahono, 2008: 1). Kedua, semua digunakan sebagai bahan ajar
buku yang hak ciptanya telah dibeli di sekolah, ditinjau dari sisi
(lebih dari 407 buku) disediakan bagi harga, distribusi, dan relevansi
masyarakat secara gratis dalam

46
isi BSE dengan soal ujian Sawah 07 Pagi, SDN Srengseng
nasional. Sawah 08 Pagi, SDN Srengseng
2. Untuk mengetahui aspek Sawah 11 Pagi, SDN Srengseng
harga BSE bagi pihak penerbit, Sawah 13 Petang, dan SDN
menurut perhitungan ekonomi, Srengseng Sawah 17 Pagi
menguntungkan atau tidak. Kecamatan Jagakarsa Jakarta
Kemudian, membandingkan Selatan.
kalkulasi yang dibuat pihak Analisis Peneliti tentang
penerbit dengan hasil kalkulasi Implementasi Kebijakan Pemerintah
harga oleh peneliti. Nomor 2 Tahun 2008. Dalam bab ini
peneliti mencoba untuk melakukan
METODE PENELITIAN analisis proses pengambilan
Metode penelitian yang keputusan Permendiknas No 2 Tahun
digunakan adalah metode deskriptif 2008 tentang kebijakan buku sekolah
dengan teknik wawancara. Populasi elektronik (BSE ) atau E-Book sesuai
pada penelitian ini adalah guru kelas dengan siklus Donelly, dkk. ( 2005:
yang mengajar di 5 (lima) SDN di 128-130 ).
Kecamatan Jagakarsa Jakarta
Selatan. Sample pada penelitian ini Penetapan Masalah
yaitu 4 kepala Sekolah SDN Gebrakan-gebrakan pemerintah
Srengseng Sawah Jagakarasa Jakarta memperhatikan pendidikan
Selatan. Indonesia, perlahan demi perlahan
menunjukkan aksinya untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN mencapai amanat UUD 1945,
Data yang diperoleh pada walaupun belum harapan
penelitian ini merupakan data primer sepenuhnya. Setelah berupaya
berdasarkan hasil wawancara tentang merealisasikan anggaran pendidikan
implementasi kebijakan pemerintah 20%, kemudian kenaikan gaji guru
Nomor 2 Tahun 2008 (buku sekolah dengan tujuan meningkatkan
elektronik/BSE). Kepala Sekolah kesejahteraan, dan untuk tahun 2011,
yang diobservasi berjumlah 5 orang Dinas Pendidikan Nasional akan
yang berasal dari SDN Srengseng mewajibkan buku secara gratis.

47
Menteri Pendidikan Nasional, kurikulum pendidikan Indonesia
Muhammad Nuh mengatakan, buku sama antara daerah satu dengan
gratis akan direalisasikan pada tahun lainnya. Namun yang
2011. Pelajar SD dan SMP baik membedakannya adalah fasilitas
negeri dan swasta yang akan penunjang pendidikan.
menerima buku gratis tersebut. Implementasi kebijakan e-book
Adapun tantangan yang tidak akan menemui kendala
dihadapi jika penggunaan e-book berarti diwilayah Indonesia Barat
dipaksakan sebagai bahan ajar adalah karena berbagai fasilitas seperti::
1. Aspek Sumber daya Manusia Jaringan internet, hardware,
(MAN): Tingkat melek internet software dan brainware nya
para guru di Indonesia yang memadai. Hal tersebut terjadi
hanya mencapai 10% - 15% sebaliknya di wilayah Indonesia
(Media Indonesia, 27 Juli 2008). Timur dengan segala
Hal tersebut akan menghambat keterbatasan yang dimilikinya.
implementasi kebijakan e-book. Idealnya penggunaan e-book
Apalagi para guru telah terbiasa sebagai bahan ajar harus
menggunakan pedagogik memperhitungkan kelengkapan
konvensional dengan antara lain: ketersediaan
mengesampingkan alat bantu laboratorium komputer/ multi
pembelajaran. Sedangkan siswa media; jaringan internet; jaringan
yang terbiasa dengan pengajaran LAN; LCD/ projektor serta rasio
konvensional akan tumbuh antara komputer dengan siswa
budaya „Yess Man‟. Karena guru berbanding 1: 1. Selain itu
adalah sumber pembelajaran infrastruktur Jardiknas belum
yang tidak terbantahkan.Padahal menjangkau seluruh sekolah
guru dan murid dituntut bersikap berbagai jenjang di Indonesia
kritis, kreatif dan inovatif dalam serta penggunaanya rentan
mencari sumber-sumber mengalami ‟Bottle neck‟
pembelajaran saat ini. (gangguan jaringan akibat
2. Aspek Sarana dan Prasarana pengguna mengakses secara
(MACHINE): Walaupun serentak pada suatu situs).

48
3. Aspek Metode Distibusinya Pengembangan Alternatif
(METHOD): Penggunaan E- Beranjak dari masalah yang
book diklaim pemerintah mampu ada, maka pemerintah kemudian
menurunkan ‟biaya tinggi‟ menggulirkan Penggunaan e-book
pendidikan. Karena mampu sebagai media bahan ajar merupakan
memangkas rantai distribusi. Jadi sebuah langkah maju. Terdapat 3
pemerintah yang telah membeli kebijakan sebagai pilihan alternatif
hak cipta akan mengalih- dalam penggunaan bahan ajar untuk
mediakan buku tersebut dan meningkatkan kualitas proses belajar
meng-upload-nya di situs dan mengajar di sekolah, dengan
Jardiknas. Sedangkan guru dan diterbitkan beberapa kebijakan
siswa yang membutuhkan buku peraturan Menteri pendidikan
tersebut tinggal mengunduhnya Nasional, yaitu:
dari situs tersebut.Sekilas hal 1. Permendiknas Nomor 11 Tahun
tersebut praktis dan hemat biaya. 2005 tentang buku teks pelajaran
Namun jika dicermati maka 2. PP 19/2005 Bab IV pasal 19
biaya yang akan dikeluarkan Ayat 1: Standar Nasional
lebih besar. Anggap saja seorang Pendidikan tentang standar
siswa ingin mendownload buku proses mengenai penyediaan
maka ia harus mengeluarkan buku teks semua mata pelajaran
ongkos untuk sewa Warnet Rp. 3. Permendiknas Nomor 2
6.000,-; ongkos transportasi Tahun2008 tentang Kebijakan
dalam kota pp Rp. 4.000,-; Beli Buku Sekolah Elektronik atau E-
Compact Disk untuk menyimpan Book.
Rp. 5.000,- dan ongkos
memprintkan perlembarnya Rp. Evaluasi Alternatif
500,. Dari item-item pengeluaran Harapan orangtua untuk sedikit
tersebut maka anda dapat bernapas lega dari keharusan
mengkalkulasikannya sendiri. mengeluarkan biaya pembelian buku
pelajaran, setidaknya hingga
sepertiga dari biaya buku pada tahun-
tahun sebelumnya, lagi-lagi

49
kandas.Pihak sekolah belum juga Pelaksanaan Kebijakan
merekomendasikan pemakaian buku- Pembelian hak cipta buku teks
buku pelajaran yang sudah dibeli hak pelajaran sekolah bertujuan untuk
ciptanya oleh pemerintah, padahal mewujudkan buku pelajaran murah
gaungnya sudah dipakai juga dalam dan diharapkan mengurangi beban
kampanye calon presiden dan calon masyarakat. Namun, masih banyak
wakil presiden beberapa waktu lalu. pula yang belum bisa merasakan
Jika mendapatkan buku murah manfaatnya karena berbagai hal.
saja masih sulit, rasanya untuk Penyebab utama adalah kurang
membayangkan suatu saat orangtua maksimalnya manfaat BSE gratis
dan siswa tidak perlu mengeluarkan bagi institusi pendidikan adalah
uang buku juga akan sia-sia. adanya faktor unfamiliarity atau
Nyatanya, untuk pendidikan dasar gagap teknologi, sumber daya
sembilan tahun (jenjang SD-SMP manusia yang kurang berkompeten
sederajat) saja, yang seharusnya di bidang IT (unskillfull), dan asumsi
gratis, tanggung jawab penyediaan salah masyarakat.
buku masih dibebankan kepada Berkaca pada faktor-faktor
peserta didik. tersebut, Depdiknas seharusnya
mengeluarkan kebijakan
Pemilihan Alternatif pendukung.Pertama, jika sasaran
Setelah melalui berbagai utama pengguna BSE gratis adalah
proses maka pemerintah menetapkan institusi pendidikan, guru dan siswa,
bahwa proses belajar dan mengajar kebijakan pendukung harus
di sekolah akan berkualitas jika diorientasikan bagaimana
dalam proses menggunakan standar memberdayakan mereka agar mampu
bahan ajar yang relevan,murah dan menggunakan fasilitas tersebut.
terjangkau sesuai dengan
permendiknas no.2 tahun 2008 Pengawasan dan Evaluasi
tentang kebijakan buku sekolahj Kebijakan
elektronik (BSE ) atau E-Book. Pada masa pemerintahan Orde
Baru, setiap siswa pernah merasakan
kebijakan yang menguntungkan

50
dengan disediakannya buku gratis dalam bentuk CD/DVD
dari sekolah.Anehnya, di tengah didistribusikan ke sekolah-
kenaikan anggaran pendidikan yang sekolah.
diklaim sudah mencapai 20 persen
dari APBN - sesuai dengan amanat PENUTUP
UUD 1945 - wacana buku gratis Terlepas dari fakta
semakin sayup terdengar. keterbatasan infrastruktur IT di
Pemerintah malah berkutat di institusi pendidikan (karena
program buku murah.Itu pun tidak ketersambungan aliran listrik di
juga kunjung langsung dirasakan Indonesia yang baru mencapai 40%,
manfaatnya oleh dan guru yang sudah melek teknologi
masyarakat.Padahal, kebijakan yang hanya sekitar 10%-15%, serta hanya
mengusung label reformasi di bidang sebagian kecil sekolah dapat
perbukuan ini sudah berlangsung mengakses internet) tetapi itu karena
sejak 2007. Dari faktor-faktor yang spektrum Indonesia sebagaimana
di jelaskan pada pengawasan negara-negara berpenduduk besar
kebijakan Pemerintah seharusnya lainnya memang sangat lebar, dari
mengeluarkan kebijakan pendukung, mulai pelajar yang masih telanjang
yaitu: kaki sampai dengan para pelajar
1. Pemberdayaan SDM supaya yang sudah sangat familiar dengan
mampu menggunakan fasilitas perangkat digital. strategi
internetMempromosikan dan pembangunannya dengan demikian
merekomendasikan Keuntungan harus beragam untuk dapat
BSE/E-book Gratis sebagai buku menggapai seluruh lapisan. untuk
sumber utama. yang masih tidur, mari kita
2. Menjamin intitusi pendidikan bangunkan. untuk yang sudah
memiliki Sarana,prasarana dan bangun, mari kita ajak jalan. untuk
jaringan internet yang memadai yang baru bisa berjalan, mari kita
3. Kebijakan depdiknas di daerah ajak jogging ringan. untuk yang
memfasilitasi jaringan internet, sudah lari, mari kita ajak sprint.
komputer bahkan menformat kebijakan pemerataan memang
atau mencetak BSE/E-book sangat intristik, akan tetapi apakah

51
kita akan menunggu semuanya hidup tidak lebih 15%. saat ini buku teks
pada frekwensi yang sama, baru sudah “over-rated.” harga jual jauh
melangkah maju lagi? melebihi ongkos produksi. buku
Kebijakan Depdiknas yang seharusnya tersedia murah
merupakan tindak lanjut menjadi sangat mahal. inisiatif e-
Permendiknas No. 2 Tahun 2008 book ini sebenarnya upaya untuk
tentang Perbukuan yakni: Pemerintah menghapus “monopoli” perbukuan
Pusat dan Daerah dapat membeli hak yang dilakukan oleh segelintir
cipta buku dari pemiliknya. Semua korporat dan merupakan solusi untuk
orang berhak mencetak, tersedianya buku pelajaran yang
memfotokopi, mengalihmediakan murah dan terjangkau.
dan atau memperdagangkan buku Kebijakan pendidikan gratis
yang hak ciptanya telah dibeli tidak diiringi subsidi bagi buku
pemerintah. Sedangkan penggunaan pelajaran. Panjangnya rantai
E-book sebagai media bahan ajar distribusi serta ketiadaan subsidi
berdasarkan fakta bahwa selama ini buku pelajaran menyebabkan
telah terjadi praktik-praktik kolusi tingginya harga buku
antara pihak sekolah dan penerbit pelajaran.Padahal buku merupakan
dalam memasarkan buku sumber pembelajaran. Kondisi ini
disekolah.Inisiatif e-book tidak untuk melandasi Depdiknas berencana
semua, hanya bagi mereka yang membeli 289 hak cipta buku-buku
punya akses internet.di daerah- pelajaran berbagai jenjang
daerah yang masih belum terjangkau pendidikan dan mengalih mediakan
internet, Kemendiknas mendorong kedalam bentuk digital serta
dan mempersilahkan kepada pihak menyebarluaskan melalui
swasta untuk mencetak dan internet.”E-book merupakan versi
menggandakan tanpa perlu pusing electronik buku tercetak traditional
ada tuntutan hak cipta, karena yang dapat dibaca menggunakan
pemerintah sudah membeli hak personal computer atau
ciptanya. lalu dipersilahkan menjual, menggunakan peralatan yang
bahkan membuka toko buku teks, didisain khusus untuk membaca e-
dengan ketentuan margin profit yang books. Peralatan tersebut bisa berupa

52
tablet type, hand held device (PDA) http://jurnal.pendidikan.net/....29/3/2
atau eBook reader” (Prita Wulandari: 011 12:04 wib
http://www.mediaindonesia.com/....2
2006).
9/3/2011 12:10 wib
Permasalahan aksesbilitas BSE http://bse.depdiknas.go.id. 29/3/2011
ke daerah pelosok sebetulnya dapat 12:30 wib
http://sabdian08prestasi.wordpress.c
disiasati dengan distribusi file BSE
om/2011/04/08/meningkatkan-
secara langsung melalui CD jadi manfaat-buku-sekolah-
tidak perlu mendownload lagi, dan elektronik/....30/3/2011 13:04
wib
langkah ini pun sudah dilakukan oleh
http://www.jakartabutuhrevolusibuda
Kemendiknas. Jadi bukan lagi ya.com/2008/04/13/pengemban
menjadi kendala apabila sekolah gan-perbukuan/...29/4/2011
belum terjangkau oleh internet, 11:04 wib
http://agusw.penamedia.com/2008/0
walaupun pemerintah masih terus 9/18/menyikapi-pengadaan-
berupaya untuk lebih meningkatkan buku-sekolah elektronik-
lagi penetrasi internet di seluruh bse/....29/4/2011 11:15 wib
http://www.timorexpress.com/index.
sekolah di Indonesia. Menyikapi
php?act=news&nid=25311)
adanya BSE, tentu peran serta 29/4/2011 12:20 wib
sekolah atau gurulah yang harus http://artikeligi.blogspot.com/2010/0
5/guru-bukan-sales-
dominan. Adalah sebuah kesalahan
buku.html.... Selasa, 09 Maret
kalau siswa diwajibkan download 2010 09:08
dan mencetak sendiri satu persatu http://oase.kompas.com/read/2009/0
7/24/05072897/Buku.Gratis..B
materi pelajaran yang disediakan
ukan.Buku.Murah, 15.30 WIB,
pemerintah. Banyak langkah dan 5/5/2011
solusi yang bias ditempuh untuk http://id.shvoong.com/social-
mencapai tujuan tersedianya buku sciences/education/2137044-
standar-proses-belajar-
murah yang terjangkau demi
mengajar/10:41 WIB, 5/6/2011
peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah.

DAFTAR RUJUKAN
Analisis Pengambilan Keputusan,
Donelly dkk (1995: 128-130)

53

Anda mungkin juga menyukai