Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

DENGAN DEMENSIA

OLEH:

YUNI YULIAYANI

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK
DENGAN REMATIK
A. KONSEP DASAR LANSIA
1. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter,
2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa,
dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-
manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam Maryam
(2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun (Maryam, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).
2. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptife.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).
3. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
1. Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
4. Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5. Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
4. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe usia
lanjut. Yang menonjol antara lain:
1. Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan,
dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
3. Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
4. Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan
kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5. Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
5. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi
kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan
okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006)
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat
diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif, emosional,
dan psikomotor. (Lumbantobing, 2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada sel yang
terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan hipokampus.
Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan
asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada
tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau
menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
B. Etiologi
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala
demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara
sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar
peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit
Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia
frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia, misalnya : gangguan
peredaran darah di otak, radang, neoplasma, gangguan metabolic, penyakit degenerative.
Semua hal ini harus ditelusuri. Gejala atau kelainan yang menyertai demensia kita teliti.
Sering diagnose – etiologi dapat ditegakkan melalui atau dengan bantuan kelainan yang
menyertai, seperti : hemiparese, gangguan sensibilitas, afasia, apraksia, rigiditas, tremor.
(Lumbantobing, 2006)
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer.
Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari
otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita
Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga
penurunan proses berpikir.
C. Klasifikasi
Ø Demensia Tipe Alzheimer
Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini. Orang yang
pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun 1910.
Demensia ini ditandai dengan gejala :
 Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
 Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi
eksekutif,
 Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
 Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan)
 Kehilangan inisiatif.
Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya, walaupun
pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah ditemukan lose selective
neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.
Ø Demensia Vaskuler
Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer tetapi terdapat
gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :
- Peningkatan reflek tendon dalam,
- Respontar eksensor,
- Palsi pseudobulbar,
- Kelainan gaya berjalan,
- Kelemahan anggota gerak.
Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia, sehingga
perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer.
Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko misalnya ;
hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan MRI dan aliran
darah sentral.
Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :
- Terdapat gejala demensia
- Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
- Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal
D. Tanda dan Gejala
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa
perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
E. Patofisiologi
Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus demensia. Penyebab
spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetika berperan dalam
hal itu. Teori-teori lain yang pernah popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain
adalah efek toksik dari aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan
respon atau imun, atau defisiensi biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali
mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang
menderita penyakit Alzheimer:plak amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga penurunan
neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer
terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dalam
fungsi kognitif dan memori.
Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protei yang lebih
besar, protein precursor amiloid (amyloid precursor protein[APP]). Keluarga-keluarga dngan
awitan dini penyakit Alzheimer yang tampak sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani
penelitian, dan beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi genAPP
lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah
diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan
menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-
serat sel saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan filamen heliks. Peran spesifik dari
simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan
zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati system saraf. Deficit
neurotransmiter menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel
pada system saraf. Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya sudah
meningkat sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada
menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di tingkat selular, dengan atau
menjadi penanda molecular di sel-sel tersebut.
Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi. Pasien-
pasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya, berkembang menjadi
infark multiple di otak. Namun, tidak semua orang yang menderita infark serebral multiple
mengalami demensia. Dalam perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-
orang dengan demensia multi infark mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari
sekedar deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan beberapa perbaikan
di antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.
Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan penyakiy yang
lama dan parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-pasien diamati selama 15
sampai 18 tahun setelah memasuki program pengobatan levodopa, dan 80% di antaranya
menderita demensia sedang atau [parah sebelum akhirnya meninggal dunia. (Mickey Stanley,
2006).
F. Pathway Demensia

Faktor genetik Infeksi Virus Lingkungan Imunologi Trauma

Kekusutan neuro Hilangnya serat – serat

hh
fibriliar yg difus koligemik di korteks
dan plak senilis

atropi otak penurunan sel neuro koligemik yg


berproyeksi dihimokampus dan
amigdala

degenerasi neuron kelainan neurotransmiter


irreversibel

Demensia asetilkoin

Daya Gangguan Gangguan Gangguan Perubahan Perubahan Kehilangan


Ingat kognitif memori fungsi bhs intelektual perilaku fungsi tonus otot

Kemampuan Mudah Muncul gejala -Kehilangan Tingkah laku


melakukan lupa neuro psikiatrik kemampuan berubah
aktivitas menyelesaikan MK :
perubahan nafsu masalah Risiko perubahan
pola
MK : Defisit makan -Emosi labil, trauma eliminasi
perawatan diri
pelupa, apatis urine

MK :
ketidakseimbang MK : MK :
an ntrisi kurang
Perubahan proses pikir Koping
dari kebutuhan
Individu
tubuh Hambatan interaksi tidak efektif
sosial
Kesulitan Perubahan persepsi Hambatan komunikasi
transmisi dan verbal

integritas sensori
MK :
Perubahan MK : Perubahan
pola tidur persepsi sesori

G. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
- Pembedaan antara delirium dan demensia
- Bagian otak yang terkena
- Penyebab yang potensial reversible
- Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
- Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
- Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
- Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
- Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
H. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang disfungsional
dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat pada
waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk
pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien
menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk
mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan
medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan
farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu.
Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan
farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia.
Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi
dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah
medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi
kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga
yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien
selama periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit
kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor tersebut
adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan
alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk berhenti, karena penghentian merokok
disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi kognitif.
· Obat untuk demensia
1) Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian
cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita;
namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh
defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya.
Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks;
pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu
sistem kardiovaskular.
2) Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan hipotesis tentang
sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan
perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan
salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal
yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan
visual. Denganlecith in hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih
sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik
sampai 58 persen.
3) Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian. Neuropeptida
dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada
lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi
dan memperbaiki keadaan umum.
4) Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan dalam terapi
demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap
katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi
tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku,
aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak
bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
5) Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels
menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi
kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan
fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin
memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan
demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap
hipertensi esensial.
I. Pencegahan dan Perawatan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat
adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap
hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif.
- Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
- Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi.
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan
sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tanda dan Gejala yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian pada pasien dengan
demensia adalah sebagai berikut :
1. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
2. Pelupa
3. Sering mengulang kata-kata
4. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
5. Cepat marah dan sulit di atur.
6. Kehilangan daya ingat
7. Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
8. Kurang konsentrasi
9. Kurang kebersihan diri
10. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
11. Tremor
12. Kurang koordinasi gerakan
2. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron
ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak
mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau
integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur,
nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
3. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah
tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan
tingkah laku agresif.
4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan
kebutuhan/ waktu tidur.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas
kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
perawatan diri.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat
ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.
7. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan
disorientasi tempat, orang dan waktu.
8. Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan sensori.
9. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot
tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1 Perubahan proses Setelah diberikan
1. Kembangkan lingkungan yang 1. Mengurangi kecemasan
pikir berhubungan tindakan keperawatan mendukung dan hubungan dan emosional, seperti
dengan perubahan diharapkan klien mampu klien-perawat yang terapeutik. kemarahan,
fisiologis mengenali perubahan2. Kaji derajat gangguan kognitif, meningkatkan
(degenerasi neuron dalam berpikir. seperti perubahan orientasi, pengembangan evaluasi
ireversibel) ditandai Kriteria Hasil : rentang perhatian, kemampuan diri yang positif dan
dengan hilang Mampu memperlihatkan berpikir. Bicarakan dengan mengurangi konflik
ingatan atau kemampuan keluarga mengenai perubahan psikologis.
memori, hilang kognitifuntuk menjalani perilaku. 2. Memberikan dasar
konsentrsi, tidak konsekuensi 3. Pertahankan lingkungan yang
kejadian perbandingan yang
mampu yang menegangkan menyenangkan dan tenang. akan datang dan
menginterpretasikan terhadap emosi dan
4. Lakukan pendekatan dengan memengaruhi rencan
stimulasi dan pikiran tentang diri. cara perlahan dan tenang. intervensi. Catatan:
menilai 
realitas Mampu 5. Tatap wajah ketika berbicara evaluasi orientasi secara
dengan akurat. mengembangkan strategi dengan klien. berulang dapat
untuk mengatasi6. Panggil klien dengan namanya. meningkatkan respon
anggapan diri 7. Gunakan suara yang agak
yang yang negative/tingkat
negative. rendah dan berbicara dengan frustasi.
 Mampu mengenali perlahan pada klien. 3. Kebisingan merupakan
perubahan dalam berpikir 8. Gunakan kata-kata pendek, sensori berlebihan yang
atau tingkah laku dan kalimat dan ulangi instruksi meningkatkan
factor penyebab. tersebut sesuai kebutuhan. gangguan neuron.
 Mampu memperlihatkan 9. Berhenti sejenak di antara 4. Pendekatan terburu-
penurunan tingkah laku kalimat/pertanyaan. Beri buru menyebabkan
yang tidak diinginkan, isyarat tertentu, gunakan klien bingung,
ancaman, dan kalimat terbuka. kesalahan
kebingungan 10. Dengarkan dengan penuh persepsi/perasaan,
perhatian pembicaraan klien. terancam.
Interpretasikan pertanyaan,
5. Menimbulkan
arti, dan kata. Beri kata yang perhatian, terutama
benar. pada klien dengan
11. Hindari kritikan, argumentasi, gangguan perceptual.
dan konfrontasi negative. 6. Nama adalah bentuk
12. Gunakan distraksi. Bicarakan identitas diri dan
tentang kejadian yang menimbulkan
sebenarnya saat klien pengenalan terhadap
mengungkapkan ide yang realita dan klien.
salah, jika tidak meningkatkan 7. Meningkatkan
kecemasan. pemahaman. Ucapan
13. Hindari klien dari aktivitas dan tinggi dank eras
komunikasi yang dipaksakan. menimbulkan
14. Gunakan hal yang humoris saat stress/marah yang
berinteraksi pada klien. mencetuskan
konfrontasi dan respons
marah.
8. Seiring perkembangan
penyakit, pusat
komunikasi dalam otak
terganggu sehingga
menghilangkan
kemampuan klien
dalam respons
penerimaan pesan dan
percakapan secara
keseluruhan.
9. Menimbulkan respons
verbal, meningkatkan
pemahaman. Isyarat
menstimulasi
komunikasi, memberi
pengalaman positif.
10. Mengarahkan perhatian
dan penghargaan.
Membantu klien dengan
alat bantu proses kata
dalam menurunkan
frustasi.
11. Provokasi menurunkan
harga diri dan
merupakan ancaman
yang mencetuskan
agitasi yang tidak
sesuai.
12. Lamunan membantu
dalam meningkatkan
disorientasi. Orientasi
pada realita
meningkatkan perasaan
realita klien,
penghargaan diri dan
kemuliaan
(kebahagiaan) personal.
13. Keterpaksaan
menurunkan
keikutsertaan dan
meningkatkan
kecurigaan, delusi.
14. Tertawa membantu
dalam komunikasi dan
meningkatkan
kestabilan emosi
2 Perubahan persepsi Setelah diberikan
1. Kembangkan lingkungan yang 1. Keterlibatan otak
sensori tindakan keperawatan suportif dan hubungan perawat memperlihatkan
berhubungan diharapkan perubahan –klien terapeutik. masalah yang bersifat
dengan perubahan persepsi sensori klien 2. Bantu klien untuk memahami asimetris menyebabkan
persepsi, transmisi dapat berkurang atau halusinasi. klien kehilangan
atau integrasi terkontrol. 3. Beri informasi tentang sifat kemampuan pada salah
sensori (penyakit Kriteria Hasil : halusinasi ,hubungannya satu sisi tubuh
neurologis, 
tidak Mengalami penurunan dengan stresor/pengalaman (gangguan unilateral).
mampu halusinasi. emosional yang Klien tidak dapat
berkomunikasi,  Mengembangkan traumatic,pengobatan dan cara mengenali rasa lapar.
gangguan tidur, strategi psikososial untuk mengatasi. 2. Untuk menurunkan
nyeri) ditandai mengurangi stress atau 4. Kaji derajat sensori atau kebutuahan akan
dengan cemas, mengatur prilaku. gangguan persepsi dan halusinasi.
apatis, gelisah, Mendemonstrasikan bagaimana hal tersebut
3. Meningkatkan masukan
halusinasi. respon yang sesuai mempengaruhi klien termasuk sensori,membatasi
stimulasi. penurunan penglihatan atau /menurunkan kesalahan
 Perawat mampu pendengaran. interpretasi stimulasi
mengidentifikasi factor 5. Ajarkan strategi untuk
4. Meningkatkan
eksternal yang berperan mengurangi stress. kenyamanan dan
terhadap perubahan 6. Anjurkan untuk menggunakan menurunkan kecemasan
 Kemampuan persepsi kaca mata atau alat bantu pada klien.
sensori pendengaran sesuai keperluan.5. Meningkatkan koping
dan menurunkan
halusinasi.
6. Untuk membantu klien
dalam memahami
halusinasi
3 Sindrom stress Setelah diberikan
1. Jalin hubungan saling
1. Untuk membangun
relokasi tindakan keperawatan mendukung dengan klien. kepercayaan dan rasa
berhubungan diharapkan klien dapat 2. Orientasikan pada lingkungan aman.
dengan perubahan beradaptasi dengan dan rutinitas baru. 2. Menurunkan
dalam aktivitas perubahan aktivitas
3. Kaji tingkat stressor (seperti kecemasan dan
kehidupan sehari- sehari- hari dan penyesuaian diri, krisis perasaan terganggu.
hari ditandai dengan lingkungan. perkembangan, peran keluarga, 3. Untuk menentukan
kebingungan, Kriteria Hasil : akibat perubahan status persepsi klien tentang
keprihatinan,  Mengidentifikasi kesehatan). kejadian dan tingkat
gelisah, tampak perubahan. 4. Tempatkan pada ruangan serangan.
cemas, mudah Mampu beradaptasi pada pribadi jika mungkin dan 4. Perawatan di rumah
tersinggung, perubahan lingkungan bergabung dengan orang sakit mengubah
tingkah laku dan aktivitas kehidupan terdekat dalam aktivitas aktivitas klien dan
defensive, sehari- hari. perawatan, waktu makan, dan meningkatkan masalah
kekacauan mental,  Mempertahankan rasa sebaginya. tingkah laku. Memberi
tingkah laku curiga, berharga pada diri dan 5. Tentukan jadwal aktivitas yang kesempatan mengontrol
dan tingkah laku identitas pribadi yang wajar dan masukkan dalam lingkungan dan
agresif. positif. kegiatan rutin. melindungi dari
 Membuat pernyataan 6. Identifikasi kekuatan klien kelainan tingkah laku.
positif tentang yang dimiliki sebelumnya. 5. Konsistensi
lingkungan yang baru 7. Berikan penjelasan dan mengurangi
 Memperlihatkan informasi yang menyenangkan kebingungan dan
penerimaan terhadap mengenai kegiatan/peristiwa. meningkatkan rasa
perubahan lingkungan 8. Catat tingkah laku, munculnya kebersamaan.
dan penyesuaian perasaan curiga/paranoid,6. Memfasilitasi bantuan
kehidupan. mudah tersinggung, defensive. dengan komunikasi dan
 Mampu menunjukan 9. Pertahankan keadaan tenang. manajemen dari
tentang perasaan yang Tempatkan dalam lingkungan kekurangan sekarang
sesuai/tidak cemas dan tenang yang memberikan serta selanjutnya.
rasa takut berkurang. kesempatan untuk
 Tidak menyimpan “beristirahat”.
pengalaman 10. Atasi tingkah laku agresif
menyakitkan. dengan pendekatan yang
 Menggunakan bantuan tenang.
dari sumber yang tepat 11. Gunakan sentuhan jika tidak
selama waktu pengaturan mengalami paranoid/sedang
pada lingkungan baru mengalami agitasi sesaat. 7.Menurunkan
12. Rujuk ke sumber pendukung ketegangan,
perawatan diri. mempertahankan rasa
saling percaya dan
orientasi. Saat klien
mengetahui secara
perlahan tentang apa
yang terjadi, koping
klien akan meningkat.
8. Stress meningkat, rasa
tidak nyaman/nyeri
fisik dan kelelahan
mencetuskan penurunan
tingkah laku dan
gangguan komunikasi.
Perilaku katastropik ini
menimbulkan panic dan
rasa
bermusuhan.Menenang
kan situasi dan member
klien waktu untuk
memperoleh kendali
terhadap perilaku dan
emosinya.
9. Rasa diterima
menurunkan rasa takut,
dan respons agresif.
4 Perubahan pola Setelah dilakukan 1.Jangan menganjurkan klien 1. Hambatan kortikal
tidur berhubungan tindakan keperawatan tidur siang apabila berakibat pada formasi reticular
dengan perubahan diharapkan tidak terjadi efek negative terhadap tidur akan berkurang selama
lingkungan ditandai gangguan pola tidur pada pada malam hari. tidur, meningkatkan
dengan keluhan klien. 2. Evaluasi efek obat klien respons otomatik,
verbal tentang Kriteria Hasil : (steroid ,diuretik) yang karenanya respons
kesulitan 
tidur, Memahami factor mengganggu tidur. kardiovaskular terhadap
terus-menerus penyebab gangguan pola 3. Tentukan kebiasaan dan suara meningkat selama
terjaga, tidak tidur. rutinitas waktu tidur malam tidur.
mampu menentukan  Mampu menentukan dengan kebiasaan klien
2. Gangguan tidur terjadi
kebutuhan/ waktu penyebab tidur (memberi susu hangat). dengan seringnya tidur
tidur. inadekuat. 4.Memberika lingkungan yang dan mengganggu
 Mampu memahami nyaman untuk meningkatkan pemulihan sehubungan
rencana khusus untuk tidur (mematikan lampu, dengan gangguan
menangani/mengoreksi ventilasi ruang adekuat, suhu psikologis dan
penyebab tidur tidak yang sesuai, menghindari fisiologis, sehingga
adekuat. kebisingan). irama sirkadian
 Mampu menciptakan 5. Buat jadwal intervensi untuk terganggu.
pola tidur yang adekuat memungkinkan waktu tidur 3. Aktivitas fisik dan
dengan penurunan lebih lama(memeriksa tanda mental yang lama
terhadap pikiran yang vital, mengubah posisi). mengakibatkan
melayang-layang 6. Berikan kesempatan untuk kelelahan yang dapat
(melamun). tidur sejenak, anjurkan latihan meningkatkan
 Tampak atau saat siang hari, turunkan kebingungan, aktivitas
melaporkan dapat aktivitas mental/fisik pada sore yang terprogram tanpa
beristirahat yang cukup. hari. stimulasi berlebihan
7. Hindari penggunaan meningkatkan waktu
“pengikatan” secara terus tidur.
menerus. 4. Risiko gangguan
8. Evaluasi tingkat sensori, meningkatkan
stress/orientasi sesuai agitasi dan menghambat
perkembangan hari demi hari. waktu istirahat.
9. Buat jadwal tidur secara 5. Peningkatan
teratur. Katakan pada klien kebingungan,
bahwa saat ini adalah waktu disorientasi, tingkah
untuk tidur. laku tidak kooperatif
10. Berikan makanan kecil sore (sindrom sundower)
hari, susu hangat, mandi, dan dapat mengurangi tidur.
masase punggung. 6. Penguatan bahwa
11. Turunkan jumlah minuman saatnya tidur dan
sore. Lakukan berkemih mempertahankan
sebelum tidur. kestabilan lingkungan.
12. Putarkan musik yang lembut Catatan : penundaan
atau “suara yang jernih”. waktu tidur
diindikasikan agar klien
membuang kelebihan
energy dan
memfasilitasi tidur.
7. Meningkatkan relaksasi
dengan perasaan
mengantuk.
8. Menurunkan kebutuhan
akan bangun untuk
berkemih selama
malam hari.
9. Menurunkan stimulasi
sensori dengan
menghambat suara lain
dari lingkungan sekitar
yang akan menghambat
tidur
10. Irama sirkadian (siklus
tidur-bangun)yang
tersinkronisasi
disebabkan oleh tidur
siang yang singkat.
11. Derangement psikis
terjadi bila terdapat
penggunaan
kortikosteroid,
termasuk perubahan
mood, insomnia.
12. Mengubah pola yang
sudah terbiasa dari
asupan makan klien
pada malam hari
terbukti mengganggu
tidur.
5 Kurang perawatan Setelah diberikan
1. Identifikasi kesulitan dalam
1. Memahami penyebab
diri berhubungan tindakan keperawatan berpakaian/ perawatan diri, yang mempengaruhi
dengan intoleransi diharapkan klien dapat seperti: keterbatasan gerak intervensi. Masalah
aktivitas, merawat dirinya sesuai fisik, apatis/ depresi, dapat diminimalkan
menurunnya daya dengan kemampuannya. penurunan kognitif seperti dengan menyesuaikan
tahan dan kekuatan Kriteria Hasil : apraksia. atau memerlukan
ditandai 
dengan Mampu melakukan
2. Identifikasi kebutuhan konsultasi dari ahli lain.
penurunan aktivitas perawatan diri kebersihan diri dan berikan2. Seiring perkembangan
kemampuan sesuai dengan tingkat bantuan sesuai kebutuhan penyakit, kebutuhan
melakukan aktivitas kemampuan. dengan perawatan rambut / kebersihan dasar
sehari-hari.  Mampu kuku / kulit, bersihkan kaca mungkin dilupakan.
mengidentifikasi dan mata, dan gosok gigi. 3. Kehilangan sensori dan
menggunakan 3.
sumber Perhatikan adanya tanda-tanda penurunan fungsi
pribadi/ komunitas yang nonverbal yang fisiologis. bahasa menyebabkan
dapat memberikan 4. Beri banyak waktu untuk klien mengungkapkan
bantuan. melakukan tugas. kebutuhan perawatan
5. Bantu mengenakan pakaian diri dengan cara
yang rapi dan indah. nonverbal, seperti
terengah-engah, ingin
berkemih dengan
memegang dirinya.
4. Pekerjaan yang tadinya
mudah sekarang
menjadi terhambat
karena penurunan
motorik dan perubahan
kognitif.
5. Meningkatkan
kepercayaan untuk
hidup.
6. Koping individu Setelah diberikan
1. Kaji perubahan dari gangguan 1. Menentukan bantuan
tidak efektif asuhan keperawatan persepsi dan hubungan dengan individual dalam
berhubungan diharapkan koping derajat ketidakmampuan. menyusun rencana
dengan pemecahan individu menjadi efektif.2. Dukung kemampuan koping. perawatan atau
masalah tidak Kriteria Hasil : 3. Pernyataan pengakuan pemilihan intervensi.
adekuat 
ditandai Mampu menyatakan terhadap penolakan tubuh, 2. Kepatuhan terhadap
dengan cepat atau mengkomunikasikan mengingatkan kembali fakta program latihan dan
marah, curiga, dengan orang terdekat kejadian tentang realitas bahwa berjalan membantu
mudah tersinggung. tentang situasi dan masih dapat menggunakan sisi memperlambat
perubahan yang sedang yang sakit dan belajar kemajuan penyakit.
terjadi. mengontrol sisi yang sehat. Dukungan dan sumber
 Mampu menyatakan4. Beri dukungan psikologis bantuan dapat diberikan
penerimaan diri terhadap secara menyeluruh. melalui ketekunan
situasi. 5. Bentuk program aktivitas pada berdoa dan penekanan
 Mengakui dan keseluruhan hari. keluar terhadap
menggabungkan 6. Anjurkan orang yang terdekat aktivitas dengan
perubahan ke dalam untuk mengizinkan klien mepertahankan
konsep diri dengan cara melakukan hal-hal untuk patisipasi aktif.
yang akurat tanpa haraga dirinya semaksimal mungkin. 3. Membantu klien untuk
diri yang negatif 7. Dukung perilaku atau usaha melihat bahwa perawat
seperti peningkatan minat atau menerima kedua bagian
partisipasi dalam aktivitas sebagai bagian dari
rehabilitasi. seluruh tubuh.
8. Monitor gangguan tidur Mengizinkan klien
peningkatan konsentrasi, untuk merasakan
letargi, dan withdrawal adanya harapan dan
Kolaborasi mulai menerima situasi
1. Rujuk pada ahli baru.
neuropsikologi dan
4. Klien Demensia sering
konseling bila ada merasa malu, apatis,
indikasi tidak adekuat, bosan
dan merasa sendiri.
Perasaan ini dapat
disebabkan akibat
keadaan fisik yang
lambat dan upaya yang
besar dibutuhkan
terhadap tugas-tugas
kecil. Klien dibantu dan
didukung untuk
mencapai tujuan yang
ditetapkan (seperti
meningkatnya
mobilitas).
5. Bentuk program
aktivitas pada
keseluruhan hari untuk
mencegha waktu tidur
yang terlalu banyak
yang dapat mengarah
pada tidak adanya
keinginan dari apatis.
Setiap upaya dibuat
untuk mendukung klien
keluar darii tugas-tugas
yang termasuk koping
dengan kebutuhan
mereka setiap hari dan
untuk membentuk klien
mandiri. Apapun yang
dilakukan hanya untuk
keamanan sewaktu
mencapai tujuan dengan
meningkatnya
kemampuan koping.
6. Menghidupkan kembali
perasaan kemandirian
dan membantu
perkembangan harga
diri serta
mempengaruhi proses
rehabilitasi
7. Klien dapat beradaptasi
terhadap perubahan dan
pengertian tentang
peran individu masa
mendatang.
8. Dapat mengindikasikan
terjadinya
depresi dimana
memerlukan intervensi
dan evaluasi lebih
lanjut

Kolaborasi
1. Dapat memfasilitasi
perubahan peran yang
penting untuk
perkembangan
perasaan. Kerjasama
fisioterapi, psikoterapi,
terapi obat-obatan, dan
dukungan partisipasi
kelompok dapat
menolong mengurangi
depresi yang juga
sering muncul pada
kejadian ini.
7. Hambatan Setelah diberikan asuhan
1. Kaji kemampuan klien untuk 1. Untuk memudahkan
komunikasi verbal keperawatan, diharapkan berkomunikasi. klien dalam memanggil
berhubungan klien tidak mengalami 2. Menentukan cara-cara perawat saat
dengan perubahan hambatan komunikasi berkomunikasi seperti membutuhkan bantuan.
persepsi ditandai verbal. mempertahankan kontak mata, 2. Untuk menentukan
dengan disorientasi Kriteria Hasil : pertanyaan dengan jawaban ya tingkat kemampuan
tempat, orang dan Membuat teknik/metode atau tidak, menggunakan kertas klien dalam
waktu. komunikasi yang dapat dan pensil/bolpoint, gambar, berkomunikasi.
dimengerti sesuai atau papan tulis; bahasa 3. Untuk membantu
kebutuhan dan isyarat, penjelas arti dari proses berkomunikasi
meningkatkan komunikasi yang disampaikan. dengan klien, dan agar
kemampuan 3. Letakkan bel/lampu panggilan tidak terjadi
berkomunikasi di tempat mudah dijangkau dan miskomunikasi.
berikan penjelasan cara
menggunakannya. Jawab
panggilan tersebut dengan Kolaborasi
segera. Penuhi kebutuhan 1. Memberikan terapi
klien. Katakan kepada klien bicara pada klien.
bahwa perawat siap membantu
jika dibutuhkan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli wicara
bahasa.
8. Risiko terhadap Setelah dilakukan1. Kaji pengetahuan1. Bantuan diperlukan
perubahan nutrisi tindakan keperawatan klien/keluarga mengenai untuk mengembangkan
kurang dari diharapkan klien kebutuhan makan. keseimbangan diet dan
kebutuhan tubuh mendapat nutrisi yang 2. Usahakan/ berikan bantuan menemukan kebutuhan
berhubungan seimbang. dalam memilih menu. / makan yang disukai
dengan mudah lupa, Kriteria Hasil : 3. Berikan makanan kecil setiap2. Identifikasi kebutuhan
kemunduran hobi,  Mengubah pola asupan jam sesuai kebutuhan. untuk membantu
perubahn sensori. yang benar. 4. Hindari makanan yang terlalu perencanaan
 Mendapat diet nutrisi panas. pendidikan.
yang seimbang. Kolaborasi : 3. Klien tidak mampu
 Mempertahankan/ 1. Rujuk atau konsultasikan menentukan pilihan
mendapat kembali berat dengan ahli gizi kebutuhan nutrisi.
badan yang sesuai. 4. Makan makanan kecil
 Ikut serta dalam aktifitas meningkatkan masukan
yang mempermudah yang sesuai.
koping adaptif. 5. Makan panas
mengakibatkan mulut
terbakar atau menolak
untuk makan
9. Risiko terhadap Setelah dilakukan1. Kaji derajat gngguan 1. Mengidentifikasi risiko
cedera berhubungan tindakan keperawatan kemampuan,tingkah laku di lingkungan dan
dengan kesulitan diharapkan Risiko cedera impulsive dan penurunan mempertinggi
keseimbangan, tidak terjadi . persepsi visual. Bantu keluarga kesadaran perawat akan
kelemahan, otot Kriteria Hasil : mengidentifikasi risiko bahaya. Klien dengan
tidak terkoordinasi, Meningkatkan tingkat terjadinya bahaya yang tingkah laku impulsif
aktivitas kejang. aktivitas. mungkin timbul. berisiko trauma karena
 Dapat beradaptasi
2. Hilangkan sumber bahaya kurang mampu
dengan lingkungan untuk lingkungan. memgendalikan
mengurangi 3.
risiko Alihkan perhatian saat perilaku perilaku. Penurunan
trauma/cedera. teragitasi. persepsi visual berisiko
 Tidak mengalami 4. Gunakan pakaian sesuai terjatuh.
trauma/cedera. dengan lingkungan 2. Klien dengan gangguan
 Keluarga mengenali fisik/kebutuhan klien. kognitif, gangguan
potensial di lingkungan 5. Kaji efek samping obat, tanda persepsi adalah awal
dan mengidentifikasi keracunan (tanda terjadi trauma akibat
tahap-tahap untuk ekstrapiramidal,hipotensi tidak bertanggung
memperbaikinya ortostatik,gangguan jawab terhadap
penglihatan, gangguan kebutuhan keamanan
gastrointestinal). dasar.
6. Hindari penggunaan restrain 3. Mempertahankan
terus-menerus. Berikan keamanan dengan
kesempatan keluarga tinggal menghindari
bersama klien selama periode konfrontasi yang
agitasi akut meningkatkan risiko
terjadinya trauma.
4. Perlambatan proses
metabolism
mengakibatkan
hipotermia.
Hipotalamus
dipengaruhi proses
penyakit yang
menyebabkan rasa
kedingina.
5. Klien yang tidak dapat
melaporkan
tanda/gejala obat dapat
menimbulkan kadar
toksisitas pada lansia.
Ukuran
dosis/penggantian obat
diperlukan untuk
mengurangi gangguan
6. Membahayakan klien,
meningkatkan agitasi
dan timbul risiko
fraktur pada klien lansia
(berhubungan dengan
penurunan kalsium
tulang)

Evaluasi
1) Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi.
2) Perubahan persepsi sensori tidak terjadi atau terkontrol.
3) Mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas.
4) Perubahan pola tidur tidak terjadi atau terkontrol.
5) Perawatan diri dapat terpenuhi.
6) Klien menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.
7) Teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi
8) Nutrisi klien seimbang
9) Risiko cedera tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika


Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI
Nugroho,Wahjudi.1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
Stanley,Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai