Anda di halaman 1dari 25

Epidemiology

WABAH/KEJADIAN LUAR BIASA

OLEH :

Fifi Riskayani C121-14-005


Dian Sari Hatta C121-14-035
Noer Azizah C121-14-509

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-

Nya sehingga makalah tentang wabah/kejadian luar biasa untuk mata kuliah epidemiology dapat

terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa program studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasnuddin.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi

dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari dosen

pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, kami

sampaikan penghargaan dan terima kasih.Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa

melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.

Penyusun,

Kelompok 7
DAFTAR IS
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa (KLB)

penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan perlunya

peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut dengan langkah-

langkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih

cepat dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal

pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan.

Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman

penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para

petugas mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.

Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global, sehingga

mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan

penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian wabah penyakit lainnya terjadi

tidak hanya di berbagai negara berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya

buruk, tetapi juga di negara-negara maju. Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi

berupaya menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu

penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan

tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.

Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit

di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan

membuat panik masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini kita sebut sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua

penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB, penyakit yang disebabkan oleh keracunan

makanan dan keracunan lainnya.

Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh

semua pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi

penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah.

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui definisi wabah.

2. Untuk mengetahui bentuk/tipe wabah.

3. Untuk mengetahui defenisi dari KLB.

4. Untuk mengetahui kriteria KLB/Wabah.

5. Untuk mengetahui peran penyelidikan KLB/Wabah.

6. Untuk mengetahui penyakit-penyakit berpotensi wabah.

7. Untuk mengetahui faktor pendukung terjadinya wabah.

8. Untuk mengetahui cara investigasi/penyelidikan KLB/Wabah.

9. Untuk mengetahui penanggulangan KLB/Wabah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Wabah

Beberapa ahli telah mengemukakan beberapa defenisi mengenai wabah, diantaranya

adalah sebagai berikut (Rianty & Emy, 2009):

a. Last (1981) :Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa

penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang

berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.

b. Undang-undang RI No 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular : Wabah adalah

kejaian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah

penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu

dan daerahh tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

c. Benenson (1985) : Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada

penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah biasa.

d. Depkes RI, Dirjen pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan 2004 :

Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah

penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan

daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menter menetapkan dan mencabut

daerah tertentu dalam wilayah indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.

Kesimpulannya wabah adalah meningkatnya kasus atau kejadian kesakitan atau kematian

yang melebihi dari biasanya dan bermakna secara epidemiologi serta menimbulkan

kepanikan dan malapetaka pada masyarakat. Selain kata wabah di kenal juga letusan

(outbreak,yaitu serangan penyakit) dan kejadian luar biasa (KLB).lingkup yang lebih luas
(epidemis) atau bahkan lingkup global (pandemi). Apabila peningkatan penderita penyakit

memenuhi kriteria definisi wabah di atas, akan dinyatakan sebagai letusan penyakit bila

kejadian tersebut terbatas dan dapat ditanggulangi sendiri oleh pemerintah daerah dan

dinyatakan sebagai KLB bila penanggulangannya membutuhkan bantuan dari pemerintah

pusat. Pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh menteri kesehatan.

B. Bentuk dan tipe Tipe Wabah

1. Bentuk wabah

a. Epidemi

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu

daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.

b. Pandemi

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu

singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas.

c. Endemi

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya pada wilayah

tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal

biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.

2. Tipe wabah

Pembagian wabah berdasarkan sifatnya yaitu :

a. Common Source Epidemic

Adalah suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang

dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang reatif

singkat. Adapun common source epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada

letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu


puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya dalam

hitungan jam, tidak ada angka serangan kedua

Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung sangat cepat

dalam waktu yang singkat (point source of epiemic), maka resultan dari semua kasus/

kejadian berkembang hanya dalam satu masa tunas saja Point source epidemic dapat

pula terjadi pada penyakit oleh faktor penyebab bukan infeksi yang menimbulkan

keterpaparan umum seperti adanya zat beracun polusi zat kimia yang beracun di

udara terbuka.

b. Propagated / Progresive Epidemic

Bentuk epidemik dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih

lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated / progresif epidemik terjadi

karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vektor,

relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk

serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk

setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari

waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang rentan, lebih

memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan generasi kasus.

Masa tuntas penyakit tersebut diatas adalah sekitar satu bulan sehingga tampak bahwa

masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke

waktu sampai pada saat di mana jumlah masyarakat yang rentan mencapai batas yang

minimal. Contohnya, kejadian wabah demam berdarah di suatu tempat yang dalam

penyebarannya memerlukan waktu yang lama, dimana wabah ini memerlukan masa
inkubasi. Selain itu penularan wabah demam berdarah ini, melalui vector yang berupa

nyamuk Aides Aigepty.

Berdasarkan Cara transmisinya wabah dibedakan atas :

1. Wabah dengan penyebaran melalui media umum (common vehicle epidemics),

yaitu:

a. Ingesti bersama makanan atau minuman, misalnya Salmonellosis.

b. Inhalasi bersama udara pernafasan, misalnya demam Q (di laboratorium).

c. Inokulasi melalui intravena atau subkutan, misalnya hepatitis serum.

2. Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke pejamu (epidemics

propagated by serial transfer from host to host), yaitu :

a. Penjalaran melalui rute pernafasan (campak), rute anal-oral (shigellosis), rute

genitalia (sifilis), dan sebagainya.

b. Penjalaran melalui debu.

c. Penjalaran melalui vektor (serangga dan arthropoda).

C. Contoh Wabah

1. Polio

Polio (juga disebut poliomyelitis) adalah penyakit menular yang telah

menghancurkan populasi manusia di belahan bumi Barat di paruh kedua abad ke-20.

Walaupun polio telah menjangkiti manusia sejak zaman kuno, wabah yang paling luas

terjadi di paruh pertama 1900-an sebelum vaksinasi dibuat oleh Jonas Salk, dan telah

tersedia secara luas pada tahun 1955.


2. Cacar (variola vera)

Cacar adalah penyakit menular yang serius dan kadang-kadang fatal. Tidak ada

obat khusus untuk penyakit cacar. Yang ada hanya pencegahan melalui vaksinasi. Ada

dua bentuk klinis dari cacar. Variola mayor (besar) adalah bentuk parah dan paling

umum, ditandai dengan ruam kulit yang luas dan demam tinggi. Secara historis, variola

besar memiliki tingkat kematian keseluruhan sekitar 30%, namun, perdarahan yang

terjadi bisa berakibat fatal. Variola minor. merupakan bentuk kurang umum dari cacar.

Jenis ini kurang parah, dengan angka kematian historis dari 1% atau kurang.

3. Kolera

Adalah suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae.

Gejala utamanya adalah diare dan muntah. Penularan terutama melalui air minum atau

mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Keparahan diare dan muntah dapat

menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Pengobatan primer dengan

larutan rehidrasi oral dan jika ini tidak bisa mengatasinya maka harus dilakukan injeksi

cairan elektrolit intravena. Antibiotik bisa diberikan pada pasien dengan kondisi parah.

4. Kejadian Luar Biasa/KLB

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1501/MENKES/PER/X/2010 KLB/Kejadian luar biasa adalah kejadian yang melebihi

keadaan biasa, pada satu /sekelompok masyarakat tertentu. Peningkatan frekuensi penderita

penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama.

Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian

kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk

dalam kurun waktu tertentu.


5. Kriteria KLB

Kepala wilayah/daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah maupun KLB

penyakit menular di wilyahnya atau tersangka penderita penyakit menular yang dapat

menimbulkan wabah, wajib segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan

seperlunya, dengan bantuan unit kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi wabah

7 Kriteria KLB menurut Permenkes 1501 tahun 2010 :

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada

suatu daerah.

2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu dalam jam, hari atau

minggu berturut turut menurut jenis penyakitnya.

3. Peningkatan kejadian kesakitan 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode

sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.

4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau

lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah perbulan dalam tahun sebelumnya

5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1 tahun menujukkan kenaikan 2 kali

atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun

sebelumnya.

6. Angka kematian kasus suatu penyakit dalam 1 kurun waktu menunjukkan kenaikan 50-

atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit dalam periode

sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

7. Angka proporsi penyakit proportional rate, penderita baru pada 1 periode menujukkan

kenaikan dua kali atau lebih disbanding 1 periode sebelumnya dalam kurun waktu yang

sama.
Peningkatan jumlah kasus atau penderita yang dilaporkan belum tentu suatu wabah

(pseudo epidemic) karena peningkatan penderita tersebut bisa karena :

a) Perubahan cara pencatatan

b) Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat

c) Ada penyakit lain dengan gejala yang sama

d) Jumlah penduduk yang bertambah

Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, maka dilakukan kajian secara terus menerus

dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi KLB dengan menggunakan bahan

kajian (Depkes RI, 2004) :

a) Data surveilans epidemiologi penyakit

b) Kerentanan masyarakat, antara lain status gizi dan imunisasi

c) Kerentanan lingkungan

d) Kerentanan pelayanan kesehatan

e) Ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah atau negara lain

Sumber data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB adalah :

a) Laporan KLB/Wabah dari hasil penyelidikan KLB

b) Data epidemiologi KLB dan upaya penanggulangannya

c) Surveilans terpadu penyakit berbasis KLB

d) Sistem peringatan dini KLB di rumah sakit

Salah satu kegunaant surveilans adalah untuk mendeteksi adanya wabah atau KLB

(Kejadian Luar Biasa). Wabah dan KLB itu sendiri dapat dideteksi pada saat melakukan

analisis data surveilans. Wabah atau KLB ini terdeteksi apabila hasil surveilans menunjukan
adanya peningkatan kasus yang dilaporkan atau adanya kejadiaan yang tidak seperti

biasanya.

Beberapa alasan mengenai perlu dilaksanakannya investigasi atau penyelidikan terhadap

adanya wabah atau KLB adalah untuk program pencegahan dan pengendaliaan penyakit,

untuk keperluan penelitian dan pelatihan, sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun

kebijakan, menjaga hubungan masyarakat, keprihatinan politik dan merupakan suatu

kewajiban yang harus dilaksanakan.

Jika investigasi terhadap KLB suatu penyakit memang harus dilaksanakan hasilnya juga

harus rasional, sesuai dengan akal sehat, secara ilmiah memang logis dan dapat dibuktikan.

Selain itu, temuannya jelas dan berguna bagi mereka yang terpengaruh dengan hasilnya yaitu

kelompok populasi.

6. Penyakit-penyakit Potensi Wabah

Penyakit-penyakit menular yang dapat dilaporkan adalah penyakit-penyakit yang

memerlukan kewaspadaan ketat yang merupaka penyakit-penyakit wabah atau yang dapat

menimbulkan kejadian luar biasa/KLB.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang

Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah sebagai berikut :

a. Penyakit karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever.

b. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/mempunyai mortalitas

tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan

segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanus neonatorum, Diare, Pertusis, Poliomyelitis.


c. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting : Malaria,

Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis, Meningitis, Keracunan,

Encephalitis, Tetanus.

d. Tidak berpotensi wabah dan KLB, tetapi Penyakit-penyakit menular yang masuk

program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis, Gonorrhoe, Filariasis, dll.

7. Penggolongan KLB

Menurut Penyebab :

a. Toksin : Entero toksin, exotoxin, endotoxin

b. Infeksi : Virus, bakteri, cacing, protozoa

c. Toksin Biologis : Racun jamur, plankton, alfatoxin, racun ikan, racun, tumbuh-tumbuhan

d. Toksin Kimia : Zat organic (logam berat, cyanide), insekta, gas beracun

Menurut Sumber :

a. Dari manusia : jalan nafas, tangan, tenggorokan, hubungan seks, tinja

b. Kegiatan manusia : toksin bilogis dan kimia (tempe brongke, penyemprotan,

penangkapan ikan dengan racun), jarum suntik tidak steril

c. Dari binatang : binatang piaraan, ikan, binatang pengerat (contoh : leptospirosis)

d. Serangga : lalat, nyamuk (dbd, filarial, malaria)

e. Dari udara dan air : stapilococcus, streptococcus, vibrio

f. Dari makanan dan minuman : keracunan singkong, jamur makanan kaleng

8. Peran Penyelidikan KLB/Wabah

Penyelidikan Epidemiologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau survey yang

bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara

lebih menyeluruh. Sedangkan Penyelidikan Wabah adalah suatu kegiatan untuk memastikan
adanya KLB/Wabah, mengetahui penyebab, mengetahui sumber penyebaran, mengetahui

faktor resiko dan menetapkan program penanggulangan KLB Perbedaan keduanya

penyelidikan epidemiologi dilakukan secara menyeluruh sedangkan penyelidikan wabah

dilakukan untuk memastikan adanya wabah.

Fungsi penyelidikan wabah/ KLB, yaitu:

a) Mencegah meluasnya Wabah/ KLB

b) Mencegah terulangnya Wabah/ KLB dimasa yang akan datang

c) Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit.

d) Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB

e) Mengidentifikasi sumber dan cara penularan

f) Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB

g) Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko

9. Faktor pendukung terjadiya KLB/Wabah

Berikut ini adalah faktor-faktor pendukung terjadinya KLB/Wabah :

a) Lemahnya sistem pencegahan dan penanggulangan KLB ataupun wabah akibat masalah

ekonomi dll.

b) Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular tidak efektif

c) Perpindahan penyakit dari binatang ke manusia

d) Meningkatnya resistensi antimikroba di masyarakat

e) Pengungsian penduduk
10. Investigasi/penyelidikan KLB/Wabah

Investigasi atau penyelidikan KLB/Wabah adalah suatu kegiatan untuk memastikan

adanya KLB maupun wabah, mengetahui penyebab, mengetahui sumber penyebaran,

mengetahui faktor risiko, dan menetapkan program penanggulangan KLB/wabah tersebut.

Penanggulangan KLB/wabah adalah suatu kegiatan yang bertujuan menangani penderita,

mencegah perluasan wabah, mencegah terjadinya penderita/kematian baru pada saat

terjadinya KLB/wabah.

Langkah-langkah investigasi KLB/wabah adalah :

1. Persiapan investigasi dilapangan

2. Memastikan adanya wabah

3. Memastikan diagnosis

4. a. membuat defenisi kasus

b. menemukan dan menghitung kasus

5. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat dan orang)

6. Membuat hipotesis

7. Menilai hipotesis (penelitian kohort atau kasus kontrol)

8. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitin tambahan

9. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan

10. Menyampaikan hasil penyelidikan

Uraian untuk setiap tahap tersebut sebagai berikut :

1. Persiapan Investigasi di Lapangan

Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:

a) Investigasi : pengetahuan ilmiah perlengkapan dan alat


b) Administrasi : prosedur administrasi termasuk izin dan pengaturan perjalanan

c) Konsultasi : peran masing – masing petugas yang turun kelapangan

2. Memastikan adanya wabah

Dalam menentukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu

atau bulan sebelumnya.

b) Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang

diharapkan.

c) Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya

 Catatan hasil surveilans

 Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain.

 Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data

nasional.

 Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang

biasanya ada.

3. Memastikan diagnosa

Cara diagnosis penyakit pada KLB dapat dilakukan dengan mencocokan gejala/tanda

penyakit yang terjadi pada individu, kemudian disusun distribusi frekuensi gejala

klinisnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a) Pemastian diagnosa berkaitan erat dengan pemastian adanya wabah

b) Jika penyebab penyakit sudah diberitahukan oleh tenaga kesehatan setempat periksa

kembali untuk meyakinkan diagnosa


c) Bila gejala sama dan 15-20 % mendapatkan konfirmasi laboratorium tidak perlu

pemeriksaan laboratorium.

4. a) Membuat defenisi kasus

 Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah

seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh

waktu, tempat, dan orang.

 Jenis dibagi menjadi 3, yakni pasti (confirmed), mungkin (probable), dan

meragukan (possible).

Untuk penyakit yang sudah jelas diagnosanya, data yang harus diperoleh yaitu :

Masa inkubasi dan cara penularan.

 Bila penyakit yang belum diketahui diagnosanosisnya, maka : diperlukan

kemampuan, kecerdasan serta kecermatan akal (common sense) dari penyelidik.

b) Menemukan dan menghitung hasil.

 Kasus yang dilaporkan harus mewakili kasus yang ada sesungguhnya

 Penyelidik harus menggunakan sebanyak ungkin sumber yang ada untuk

menemukan tambahan kasus.

 Sumber data : praktek dokter, rumah sakit, dan labortorium

 Pada tembat yang terbatas, survey dilakukan pada seluruh populasi

5. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat dan orang)

a) Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu.

Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB

berlangsung) digambarkan dalam suatu kurva epidemik. Kurva epidemik adalah suatu

grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of
illness) selama periode wabah. Penggunaan kurva epidemik untuk menentukan cara

penularan penyakit. Salah satu cara untuk menentukan cara penularan penyakit pada

suatu KLB yaitu dengan melihat tipe kurva epidemik, sebagai berikut:

1) Kurva epidemik dengan tipe point common source (penularan berasal dari satu

sumber). Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan kasus-kasus yang terpapar

dalam waktu yang sama dan singkat. Biasanya ditemui pada penyakit-penyakit

yang ditularkan melalui air dan makanan (misalnya: kolera, typoid).

2) Kurva epidemik dengan tipe propagated. Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan

cara penularan kontak dari orang ke orang. Terlihat adanya beberapa puncak.

Jarak antara puncak sistematis, kurang lebih sebesar masa inkubasi rata rata

penyakit tersebut.

3) Tipe kurva epidemik campuran antara common source dan propagated. Tipe

kurva ini terjadi pda KLB yang pada awalnya kasus-kasus memperoleh paparan

suatu sumber secara bersama, kemudian terjadi karena penyebaran dari orang ke

orang (kasus sekunder).

b) Deskripsi kasus berdasarkan tempat

Tujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan

petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat

pekerjaan). Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber

penularan. Agar tujuan tercapai, maka kasus dapat dikelompokan menurut daerah

variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus), tempat pekerjaan, tempat

(lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan


(kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau

melalui vektor.

c) Deskripsi kasus berdasarkan orang

Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan atau

etiologi penyakit. Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras,

status kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat. Pada

tahap dini kadang hubungan kasus dengan variabel orang ini tampak jelas. Keadaan

ini memungkinkan memusatkan perhatian pada satu atau beberapa variabel di atas.

Analisis kasus berdasarkan umur harus selalu dikerjakan, karena dari age spscific rate

dengan frekuensi dan beratnya penyakit. Analisis ini akan berguna untuk membantu

pengujian hipotesis mengenai penyebab penyakit atau sebagai kunci yang digunakan

untuk menentukan sumber penyakit.

6. Membuat hipotesis

7. Menilai hipotesis (penelitian kohort atau kasus kontrol)

8. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitin tambahan

9. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan

10. Menyampaikan hasil penyelidikan

Hasil penyelidikan epidemiologi hendaknya dilaporkan kepada pihak yang berwenang

baik secara lisan maupun secara tertulis. Laporan secara lisan kepada instansi kesehatan

setempat berguna agar tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB yang disarankan

dapat dilaksanakan. Laporan tertulis diperlukan agar pengalaman dan hasil penyelidikan

epidemiologi dapat dipergunakan untuk merancang dan menerapkan teknik-teknik sistim


surveilans yang lebih baik atau dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan

serta dapat dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian KLB.

11. Penanggulangan Wabah

Bila penyebab, sumber, dan jalur penularan diketahui, akan lebih mudahuntuk

menjelaskan sebab terjadinya wabah. Langkah penanggulangan tergantung dari jenis

penyakit yang dihadapi.

Strategi utama penanggulangan wabah penyakit menular diuraikan sebagai berikut :

Membasmi sumber Memutuskan rantai penularan Melindungi orang yang rentan


Mengobati pasien dan Sanitasi lingsungan Imunisasi
pengidap
Mengisolasi kasus Higiene perseorangan Profilaksis kimiawi
Surveilans sumber yang Penanggulangan vektor Perlindungan perseorangan
dicurigai
Pembasmian hewan yang Desinfeksi dan sterilisasi Gizi yang baik
mati
Pelaporan kasus Pembatasan mobilitas
penduduk

Pencegahan primer dicapai melalui suatu tindakan yang tercantum di kolom

“memutuskan rantaipenularan” dan “melindungi orang yang rentan”, disertai pemberantasan

tendon hewan. Bila semua langkah ini dijalankan dengan benar, jumlah kasus baru dapat

dikurangi secara drastis.

Pencegahan sekunder dapat dicapai dengan menemukan kasus subklinis dan pengidap

sehingga tidak dapat menyebarkan kuman secara lanjut.


Pencegahan tersier merupakan tindakan pengobatan kasus atau pengidap sehingga tidak

dapat menyebarkan kuman lebih lanjut. Karena itu, unsur utama penanggulangan wabah

sebagai berikut :

a) Memberantas sumber dan memutuskan rantai penularan

b) Mencegah pemakaian air tercemar atau air disterilkan dulu sebelum dipakai

c) Memusnahkan makanan yang tercemar dan juga tempat pembiakan vektor

d) Meningkatkan pengetahuan masyrakat tentang kesehatan

e) Mengobati dan mengisolasi semua kasus, jenis pengobatan yang diberikan bergantung

pada penyakit dan juga sarana, serta perengakapan yang tersedia

f) Meningkatkan daya tahan penduduk setempat. Beberapa jenis penyakit menular dapat

dicegah dengan obat (misalnya penyakit malaria), atau imunisasi (misalnya polio dan

campak).

Selama fase akut, suatu wabah perlu tetap diawasi termasuk orang-orang yang dicurigai

memiliki risiko penyakit. Segera setelah wabah berhasil diatasi, perlu dijalnkan

surveilans untuk menemukan kasus baru, supaya dapat dipastikan bahwa penanggulangan

berhasil secara efektif. Karena sistem pelaporan rutin mungkin tidak memadai untuk hal

tersebut, maka surveilans di masyarakat merupakan alat penting untuk mengenal dan

melaporkan setiap kasus baru.

(Zulkifli, 2012)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1501/MENKES/PER/X/2010, Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya

kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu

daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada

terjadinya wabah.

2) Istilah wabah dan KLB memiliki persamaan yaitu peningkatan kasus yang melebihi

situasi yang lazim atau normal, namun wabah memiliki konotasi keadaan yang sudah

kritis, gawat atau berbahaya, melibatkan populasi yang banyak pada wilayah yang lebih

luas.

3) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1501/MENKES/PER/X/2010, suatu derah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB apabila

memenuhi salah satu dari 7 kriteria KLB.

4) Langkah-langkah yang harus dilalui pada penyelidikan KLB, adalah: (1) mempersiapkan

penelitian lapangan, (2) menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB, (3)

memastikan diagnosa etiologis, (4) mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau

paparan, (5) mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat; (6) membuat

cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan), (7) mengidentifikasi

sumber penularan dan keadaan penyebab KLB, (8) merencanakan penelitian lain yang

sistematis, (9) menetapkan saran cara pengendalian dan penanggulangan, (10)


melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepada sistim

pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

5) Penanggulanagan dilakukan melalui kegiatan yang secara terpadu oleh pemerintah,

pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi: (1) penyelidikan epidemilogis, (2)

pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina,

(3) pencegahan dan pengendalian, (4) pemusnahan penyebab penyakit, (5) penanganan

jenazah akibat wabah, (6) penyuluhan kepada masyarakat, (7) upaya penanggulangan

lainnya.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah masih terdapat banyak kekurangan terkait dengan

kelengkapan isi dari materi dan juga penyusunannya maka dari itu kami sebgai tim

penyusun memerlukan saran dari pembaca dan kami berharap makalah ini bisa

memberikan manfaat bagi para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, U. (2001). Perubahan Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Direktorat Jenderal

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan . Departemen Kesehatan

RI.

Budioro, B. (1997). Pengantar Epidemiologi Edisi II. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Dipenegoro.

Bustan. (2002). Pengantar Epidemiologi. Jakrta: PT. Rineka Cipta.

Indonesia, M. K. (n.d.). peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1501/MENKES/PER/X/2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat

menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan. Jakarta.

Rajab, W. (2009). Buku Ajar Epidemiology untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.

RI, D. (2004). Pedoman Upaya Kesehatan Olahraga di Puskesmas. Ditjen Bina Kesmas

Departemen Kehatan RI.

Rianty, & Emy. (2009). Buku Ajar Epidemiology Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku

Keperawatan dan Kebidanan .

Zulkifli, A. (2012). Epidemiology Teori dan Aplikasi. Makassar : Masagena Press.

Anda mungkin juga menyukai