LP Amputasi PBL Rumah Sakit
LP Amputasi PBL Rumah Sakit
PENGERTIAN
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan
sebagian anggota tubuh atau anggota gerak yang disebabkan oleh adanya trauma,
gangguan peredaran darah, osteomielitis dan kanker (PSIK FKUI,2009). Dengan
melihat beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa amputasi adalah
pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota tubuh atau anggota
garak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah,
osteomielitis dan kanker melalui proses pembedahan.
Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir
manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh
yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
cardiovaskuler.
B. ETIOLOGI
Indikasi utama bedah amputasi adalah :
1. Iskemia
Karena penyakit vaskularisasi perifer (sering terjadi sebagai gejala sisa
diabetes militus), gangrene, tumor ganas, infeksi dan arterosklerosis.
Penyakit vaskularisasi perifer merupakan penyebab tertinggi amputasi
ekstremitas bawah (Smeltzer,2002).
2. Trauma
Dapat diakibatkan karena perang, kecelakaan thermal injury seperti luka
bakar, cedera remuk dan sebagainya.
D. PATOFISIOLOGI
Amputasi dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan
metode :
1. Metode terbuka (guillotine amputasi)
Metode ini digunakan pada Pasien dengan infeksi yang mengembang atau
berat. Dimana pemotongan dilakukan pada tingkat yang sama. Bentuknya
benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih dan luka dapat
ditutup setelah tidak terinfeksi.
2. Metode tertutup
Dilakukan dalam kondisi yang lebih mungkin. Pada metode ini kulit tepi
ditarik atau dibuat skalf untuk menutupi luka, pada atas ujung tulang dan
dijahit pada daerah yang diamputasi.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada pasien dengan post operasi amputasi
antara lain :
a. Nyeri akut
b. Keterbatasan fisik
c. Pantom syndrome
d. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
e. Adanya gangguan citra tubuh, mudah marah, cepat tersinggung, pasien
cenderung berdiam diri
F. KOMPLIKASI
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit.Perdarahan
dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi
masif.Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran darah yang
buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat
penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan protesis.
G. PENANGANAN
Penatalaksanaan Amputasi :
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi dan
menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat .
pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang
buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut
terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak
(rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari
infeksi.
1. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang
dipasang waktu dikamar operasi.Pada waktu memasang balutan ini harus
direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan
dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki
buatan.Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang
merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah
kontraktur.Kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang
pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut dengan
gips elastic yang ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata.
Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh darah.Gips diganti sekitar 10-14
hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar
harus segara diganti.
2. Balutan lunak.
Balutan lunak dengan atau tanpakompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan.Bidai imobilisasi
dapat dibalutkan pada balutan.Hematoma puntung dikontrol dengan alat
drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
3. Amputasi bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama
dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan
sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering.Jika dalam beberapa hari
infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil, dilakukan amputasi definitife
dengan penutupan kulit.
4. Protesis.
Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera
dapat dimulai.Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah
membiasakan Pasien menggunakan protesis sedini mungkin.Kadang protesis
darurat baru diberikan setelah satu minggu luka sembuh.Pada amputasi,
untuk penyakit pembuluh darah proteis sementara diberikan setelah 4
minggu.Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang
hilang.Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek
faal.Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat
dicapai.Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan
dengan tangan miolektrik canggih yang bekerja atas sinyal miolektrik dari
otot biseps dan triseps.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik
I. Foto rontgen untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
II. CT Scan untuk mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, dan pembentukan
hematoma.
III. Aniografi dan pemeriksaan aliran untuk mengevaluasi perubahan
sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensi penyembuhan
jaringan setelah amputasi.
IV. Ultrasound Doppler, flowmetri Doppler dilakukan untuk mengkaji dan
mengukur aliran darah
V. Tekanan O2 transkutaneus untuk member peta pada area perfusi paling besar
dan paling kecil dalam ketrelibatan ekstremitas.
VI. Termografi untuk mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik di dua sisi
dari jaringan kutaneus ketengah tulang. Perbedaan yang rendah antara dua
pembacaan, makin besar untuk sembuh.
VII. Plestimografi untuk mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas
bawah mengevaluasi aliran darah arterial.
VIII. LED, peningkatan mengidentifikasikan respon inflamasi.
IX. Kultur luka untuk mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab.
X. Biopsi, menginformasi diagnosis massa/benigna.
XI. Hitung darah lengkap/diferensial, peninggian dan pergeseran ke kiri diduga
proses infeksi.
I. PENCEGAHAN
a. Mengajarkan klien tentang hidup sehat
b. Pemeriksaan kesehatan teratur untuk deteksi penyakit diabetes melitus, dan
mengajarkan perawatan kaki
c. Memberitahu kebiasaan berkendara yang aman
d. Memberitahu tentang penggunaan mesin industri dengan prinsip K-3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Keluhan Utama: Keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan
gangguan neurosensori
3. Riwayat kesehatan Masa Lalu: kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi,
trauma dan fraktur), cara penanggulangan dan penyakit (diabetes melitus)
4. Riwayat kesehatan sekarang: kapan timbul masalah, riwayat trauma,
penyebab, gejala (tiba tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan cara
penanggulangan.
5. Pemeriksaan Fisik: keadaan umum dan kesadaran, keadaan integumen (kulit
dan kuku), kardiovaskuler (hipertensi dan takikardia), neurologis (spasme
otot dan kebas atau kesemutan), keadaan ekstremitas, keadaan rentang
gerak dan adanya kontraktur, dan sisa tungkai (kondisi dan fungsi).
6. Riwayat Psikososial: reaksi emosional, citra tubuh, dan sistem pendukung
7. Pemeriksaan diagnostik: rontgen (lokasi/luas), Ct scan, MRI, arteriogram,
darah lengkap dan kreatinin.
8. Pola kebiasaan sehari-hari: nutrisi, eliminasi, dan asupan cairan.
9. Aktifitas / Istirahat
Gejala : keterbatasan actual / antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi /
amputasi
10. Integritas Ego
Gejala : masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situsi financial,
reaksi orang lain, perasaan putus asa, tidak berdaya
Tanda : ansietas, ketakutan, peka, marah, menarik diri, keceriaan semu
11. Seksualitas
Gejala : masalah tentang keintiman hubungan
12. Interaksi Sosial
Gejala : masalah sehubungan dengan kondisi tentang peran fungsi, reaksi
orang lain
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan luka amputasi, pasca pembedahan
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan
nyeri
3) Gangguang citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
4) Risiko Infeksi berhubungan dengan port de entrée luka pasca-bedah
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakit, pengobatan dan perawatan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 Nyeri berhubungan NOC NIC
dengan luka amputasi,
pasca pembedahan Rasa nyaman terpenuhi 1) Kaji lokasi, intensitas
dan nyeri berkurang 3 x 24 dan tupe nyeri sebagi
jam
observasi penyebaran
Kriteria Hasil: nyeri
Klien melaporkan
Rasional : nyeri merupakan
penurunan nyeri
pengalaman subjek yang
- skala nyeri 0 - 1 hanya dapat di
gambarkan oleh klien
- dapat
sendiri
mengidentifikasi
aktivitas yang 2) Jelaskan dan bantu klien
meningkatkan atau dengan tindakan pereda
menurunkan nyeri nyeri nonfarmakologis
dan non invasive
- klien menunjukan
perilaku yang lebih Rasional : Pendekatan
rileks dengan menggunakan
relaksasi dan
nonfarmakologis
lainnya telah
menunjukan keefektifan
dalam mengurangi nyeri.
Rasional : meningkatkan
asupan oksigen sehingga
menurunkan nyeri
sekunder akibat iskemia
2) Bersama-sama klien
mencari alternatif
koping yang positif
Rasional : dukungan
perawat pada klien dapat
meningkatkan rasa
percaya diri klien
3) Kembangkan
komunikasi dan bina
hubungan antara klien
kluarga dan teman serta
berikan aktifitas rekreasi
dan permainan guna
mengatasi perubahan
body image
Rasional : memberikan
semangat bagi klien agar
dapat memandang
dirinya secara positif dan
tidak merasa rendah diri
Rasional : mendeteksi
kondisi perkembangan
klien secara dini
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta :
EGC
2. Nanda Internasional. 2011. Diagnosis Keperwatan Definisi & Klasifikasi
2012. Jakarta : EGC
3. Davey, Pattrick. 2005. At a Glace Medicine. Jakarta : Erlangga