Anda di halaman 1dari 25

PERENCANAAN KOTA

OLEH

I Gusti Bagus Ary Sanjaya Putra (1519251012)


Cokorda Gede Agrawidya Putra (1519251013)
Putu Fajar Waskita Pinuntun (1519251051)

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
TAHUN AJARAN
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis sampaikan ke hadirat tuhan yang maha esa karena berkat
rahmat-Nya dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada masalah. Dalam makalah ini penulis
akan membahas tentang “ Perencanaan Kota”

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pengetahuan pembaca pada


Perencanaan Kota.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Senin, 12 Maret 2018

Penyusun
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang ................................................................................................ 1

1.2 RumusanMasalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

1.4 Manfaat.......................................................................................................... 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kota ............................................................................................................... 3

2.1.1 Definisi Kota ........................................................................................ 3

2.1.2 Pengertian Kota Menurut Ahli .............................................................. 3

2.1.3 Fungsi Kota .......................................................................................... 4

2.1.4 Jenis - Jenis Kota .................................................................................. 4

2.1.5 Perbedaan Antara Kota dan Desa .......................................................... 5

2.1.6 Sejarah Perkembangan Kota ................................................................. 5

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Kota di Indonesia .................................................................... 8

3.1.1 Perkembangan Sebuah Kota ............................................................. 10

3.2 Pola dan Struktur Kota ................................................................................... 11

3.2.1 Pola Kota ......................................................................................... 12

3.2.2 Bentuk Kota ..................................................................................... 13

3.2.3 Struktur Kota ................................................................................... 14

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 19

4.2 Saran .......................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur merupakan seseorang yang bisa merancang dan merencanakan suatu bangunan. Tetapi
didalam arsitektur ada yang namanya tentang perencanaan kota dimana para arsitektur membuka ide mereka
dan membuat desain tentang perencanaan sebuah kawasan kota. Kota merupakan sebuah kawasan pemukiman
yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki
berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri. Pertumbuhan kota mengacu
pada pengertian secara kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi
yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi berarti ada
peningkatan permintaan yang meningkat. Sedangkan perkembangan kota mengacu pada
kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang bersifat pematangan. Indikasi ini dapat
dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari primer kesekunder atau tersier. Secara umum
kota akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber
daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang
bersangkutan.
Bentuk kota yang sering dijumpai dan dipakai sebagian, keseluruhan ataupun gabungan
adalah berupa garis, memusat, bercabang, melingkar, berkelompok, pola geometris dan
organisme hidup. Bentuk-bentuk tersebut erat pula berkaitan dengan sejarah kehidupan kota
tersebut, baik itu sejarah secara fisik ataupun ideologis. Perwujudan spasial fisik merupakan
produk kolektif perilaku budaya masyarakatnya serta pengaruh ”kekuasaan tertentu” yang
melatar belakanginya. Perkembangan dan pembentukan kota sering kali merupakan wujud dari
ekpresi masyarakat yang hidup di dalamnya. Sejumlah kota seringkali dipengaruhi oleh
kondisi sosial politik dan kondisi pemerintah atau pemerintahannya. Sementara itu bentuk-
bentuk lainnya sangat mungkin sekali oleh kondisi karakteristik lingkungannya, seperti yang
terjadi di sebagian Manhattan, New York. Kota-kota berkembang pula dengan kondisi-kondisi
setempat serta pengaruh-pengaruh yang datangnya dari luar. Pada sisi lainnya perkembangan
penduduk, juga perkembangan karena proses urbanisasi menjadi sebab perubahan bentuk dan
struktur suatu kota.

1|P e re n ca na an k o ta
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja pengertian kota menurut para ahli ?


2. Apa saja jenis-jenis kota?
3. Bagaimana perkembangan kota di Indonesia ?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian kota
 Untuk mengajak para pembaca agar tau jenis-jenis kota.
 Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kota di Indonesia.

1.4 Manfaat

Untuk Mahasiswa Arsitektur


1. Memahami tentang pengertian kota, jenis-jenis kota dan perkembangan kota di
Indonesia.

Untuk Dosen
1. Memberi informasi tambahan mengenai tentang pengertian kota, jenis-jenis kota dan
perkembangan kota di Indonesia.

2|P e re n ca na an k o ta
BAB II

TINJAUAN UMUM
2.1. Kota

2.1.1 Definisi Kota

Menurut Wikipedia Kota merupakan sebuah kawasan pemukiman yang secara fisik
ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki
berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri.

2.1.2 Pengertian Kota Menurut Para Ahli

UU No. 22 th. 1999 Tentang Otonomi Daerah, Kota adalah kawasan yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Louis Wirth, Kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat, dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
Istilah perkembangan kota (urban development) dapat diartikan sebagai suatu perubahan
menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan di dalam masyarakat kota secara
menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik
(Hendarto, 1997).
Jorge E. Hardoy, Kota memiliki beberapa ciri diantara lain sebagai berikut.
Ciri-ciri kota adalah:
1. Ukuran dan jumlah penduduknya yang besar terhadap masa dan tempat.
2. Bersifat permanen.
3. Kepadatan minimum terhadap masa dan tempat.
4. Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditujukan oleh jalur jalan dan ruang-
ruang perkotaan yang nyata.
5. Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja.
6. Fungsi perkotaan minimum yang diperinci, yaitu meliputi sebuah pasar, sebuah pusat
administratif atau pemerintahan, sebuah pusat militer, sebuah pusat keagamaan, atau
sebuah pusat aktivitas intelektual bersama dengan kelembagaan yang sama.
7. Heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hirarkis pada masyarakat.
8. Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di tepi kota
dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas.

3|P e re n ca na an k o ta
9. Pusat pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan setempat.
10. Pusat penyebaran, memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada masa dan tempat itu.
2.1.3 Fungsi Kota
Menurut Noel P. Gist dalam “Urban Society” (hasil kuliah Drs.M Thalla, 1972) sebagai
berikut:
a. Production center, yakni kota sebagai
b. pusat produksi, baik barang setengah jadi maupun barang jadi.
c. Center of trade and commerce, yakni kota sebagai pusat perdagangan dan niaga,
yang melayani daerah sekitarnya. Kota seperti ini sangat banyak, seperti
Rotterdam, Singapura, Hamburg.
d. Political capital, yakni kota sebagai pusat pemerintahan atau sebagai ibukota
negara, misalnya kota london dan Brazil.
e. Cultural center, kota sebagai pusat kebudayaan, contohnya : kota Vatikan, Makkah,
Yerusalem.
f. Health and recreation, yakni kota sebagai pusat pengobatan dan rekreasi wisata,
misalnya : Monaco, Palm Beach, Florida, Puncak Bogor, Kaliurung.
g. Divercified cities, Yakni kota-kota yang berfungsi ganda atau beraneka. Kota-kota
pada masa kini (setelah perang dunia ke II) banyak yang termasuk kategori ini.
Sebagai contoh : Jakarta, Tokyo, Surabaya yang mencanangkan diri sebagai “kota
indarmardi” (kota industri, perdagangan, maritim, dan pendidikan),disamping sebagai
pusat pemerintahan.
2.1.4 Jenis - Jenis Kota
Menurut Lewis Mumford tahap - tahap perkembangan kota dapat dibedakan menjadi 6 jenis,
yaitu:
1. Eopolis : Kota demikian merupakan suatu pusat dari beberapa daerah pertanian dan
mempunyai adat istiadat yang bercorak sederhana

2. Polis : Kota demikian merupakan tempat berpusatnya kehidupan keagamaan


danpemerintahan. bentuknya adalah bagaikan benteng yang kokoh yang didalamnya terdapat
tempat - tempat ibadah, pasar, dan industri kecil (gilda), lembaga pendidikan, tempat hiburan
dan olahraga.

3.Metropolis : Kota demikian dicirikan oleh wilayahnya yang kurang luas dan penduduknya
yang banyak. terdapat percampuran perkawinan antar bangsa dan ras sehingga memunculkan

4|P e re n ca na an k o ta
filsafat dan kepercayaan baru. Secara fisik, perkembangan ini (metropolis) menunjukkan sifat
kemegahan, tetapi dari segi sosial memperlihat adanya kekontrasan antara golongan yang
kaya dan golongan yang miskin.

4. Megapolis : Jenis kota ini merupakan tingkat perkembangan lanjutan dari metropolis. Pada
tahap perkembangan ini gejala sosio-patologis sangat menonjol; disuatu pihak terdapat
kekayaan dan kekuasaan yang didukung oleh birokrasi yang ketat, tapi dipihak lain terdapat
kemiskinan dan keresahan yang semakin meluas dalam masyarakat sehingga mendorong
terjadinya pemberontakan kaum proletar.

5. Trianopolis : Kota yang mencapai tingkat ini ditandai oleh terjadinya degenerasi,
merosotnya moral penduduk, adanya kejahatan dan kemaksiatan serta timbulnya kekuatan
politik baru dari kaum proletariat yang sewaktu-waktu akan melanda kota dengan
pemberontakan

6. Nekropolis : Jenis kota ini adalah kota yang sedang mengalami kehancuran menjadi
rangka (bangkai). Peradabannya runtuh dan kota menjadi puing-puing reruntuhan.
seperti: babylon, nineve, romawi kuno.

2.1.5 Perbedaan Antara Kota dan Desa


Dari definisi yang telah diajukan baik definisi kota maupun desa kita dapat membuat
perbedaan diantara keduanya. Dikutip dari apa yang dikemukakan oleh P.J.M. Nas, (1979 :
35) yang mengutip pendapat Costandse, sbb :
1) Kota bersifat besar dan memberikan gambaran yang jelas sedangkan pedesaan itu kecil
dan bercampur-baur, tanpa gambaran yang tegas.
2) Kota mengenal pembagian kerja yang luas, desa (pedalaman) tidak.
3) Struktur sosial dikota mengenal differensiasi yang luas sedangkan dipedesaan relatif
sederhana.
4) Individualitas memainkan peranan penting dalam kebudayaan kota, sedangkan di
pedesaan hal ini kurang penting, di pedesaan orang menghayati hidupnya terutama dalam
kompak primer.
5) Kota mengarahkan gaya hidup pada kemajuan, sedangkan pedesaan lebih berorientasi
pada tradisi, dan cenderung pada konservatisme.

5|P e re n ca na an k o ta
2.1.6 Sejarah Perkembangan Kota
Pra Sejarah
a. Kehidupan
Sebelum mengenal peradaban, kehidupan manusia (homo sapiens) dilakukan dengan
cara mengeksplorasi alam. Untuk mencari makanan mereka langsung mencari dari alam
dengan cara memetik buah-buahan di hutan, berburu binatang untuk mendapatkan daging,
mencari ikan di sungai atau danau, menggali tanah untuk mencari umbi-umbian.

b. Wilayah
Sebelum mengenal peradaban, wilayah ditandai dengan batas-batas alam seperti
sungai, hutan, lembah, gunung; yang menandai batas mereka mencari penghidupan.
Dalam budaya megalitik, wilayah kekuasan ditandai dengan menhir yang diinterpretasikan
sebagai perkawinan langit dan bumi yang memungkinkan tempat tinggal manusia bisa
dibangun. Keberadaan menhir memberi petunjuk kepada orang asing bahwa wilayah
sekitarnya telah menjadi wilayah bertuan (Wiryomartono; 1995).
c. Bentuk tempat tinggal
Tempat tinggal dibuat dengan memanfaatkan alam; yaitu tinggal di gua; di atas
pohon; atau membuat tenda dari kulit binatang (cara hidup nomaden)

Mengenal Peradaban
a. Kehidupan
Setelah mengenal alat (batu, besi, roda) manusia mampu membudidayakan makanan dengan
cara bercocok tanam, beternak, memelihara ikan.
Surplus makanan menyebabkan terjadinya segregasi masyarakat; muncul kelompok petani,
pedagang, prajurit dan pemimpin (awal kehidupan kota yang dipimpin penguasa).
b. Wilayah

6|P e re n ca na an k o ta
Wilayah kekuasaan di luar tempat tinggalnya ditandai dengan menhir yang
ditempatkan pada batas-batas wilayah.
c. Bentuk tempat tinggal
Habitat (tempat tinggal) dicerminkan oleh kebiasaan dalam menjalankan
kehidupannya.

Kota Abad Pertengahan


Kota-kota abad pertengahan mulai dibangun pada abad ke-11 sampai abad ke-13 yang
ditujukan untuk kepentingan kegiatan perdagangan, pemasaran dan pertanahan.
Penemuan mesiu pada abad ke-15 telah merubah struktur kota abad pertengahan. Di luar kota
benteng dibangun tembok-tembok baru agak jauh dari kota untuk membentuk suatu kawasan
penyangga yang disebut ”daerah tak bertuan” yang difungsikan untuk menampung jatuhnya
peluru meriam musuh agar tidak mencapai tembok kota.Pasca abad pertengahan muncul
aliran renaissance dan pemikiran yang mengombinasikan ilmu pengetahuan (berpegang pada
rasio) dan kekuatan modal.

7|P e re n ca na an k o ta
BAB III
PERKEMBANGAN KOTA DI INDONESIA

3.1 Perkembangan Kota di Indonesia


1. Kota Pusat Perkebunan
Indonesia terkenal memiliki morfologi yang bervariasi terutama dataran tinggi. Kota-kota di
Indonesia beberapa berasal dari kegiatan perkebunan yang sudah dimulai sejak zaman
kolonial. Kota tersebut diantaranya Bandung, Bogor, Deliserdang dan Brastagi.
Kota Bandung
saat ini, pic:

bandung.bisnis.com

2. Kota Pusat Pertambangan


Ditemukannya bijih mineral di beberapa lokasi mengakibatkan munculnya pertambangan.
Kegiatan pertambangan lambat laun tumbuh pesat dan menghasilkan kota. Beberapa kota
besar yang lahir dari kegiatan pertambangan diantaranya Sawahlunto, Tembagapura dan
Bontang.

8|P e re n ca na an k o ta
Kota Bontang di Kalimantan Timur, pic: badaklng.co.id

3. Kota Pusat Industri dan Perdagangan


Pertumbuhan manusia membuat kebutuhan semakin banyak. Pelaku industri kemudian masuk
menancapkan pabriknya di beberapa lokasi. Lokasi pabrik kemudian berkembang dengan
dibangunnya jalan, pemukiman dan lahirlah kota baru. Contoh kota yang berbasis industri
diantaranya Karawang dan Batam.

Kawasan Industri Karawang

4. Kota Pusat Pendidikan dan Kebudayaan


Adanya lembaga-lembaga pendidikan terkemuka dan budaya lokal yang khas menjadi suatu
daerah menjadi pusat kegiatan pendidikan dan kebudayaan. Contohnya adalah Jogjakarta dan
Denpasar.

9|P e re n ca na an k o ta
Jogjakarta pusat kebudayaan dan pendidikan, pic: oia.ukdw.ac.id

5. Kota Pusat Pemerintahan


Adanya kegiatan pemerintahan membuat berbagai aktifitas semakin pesat sehingga
menghasilkan kutub pertumbuhan. Contoh paling nyata adalah Jakarta dan Surabaya.

Kota Jakarta di pagi hari, flikr.com

6. Kota Pusat Pelabuhan


Aktivitas bongkar muat barang membuat daerah sekitar pelabuhan berkembang semakin
menyebar. Jakarta, Semarang dan Surabaya pada awalnya merupakan sebuah pelabuhan yang
berkembang menjadi kota pusat pemerintahan hingga saat ini.

Pelabuhan Sunda Kelapa, pic: port.trikarsa.com

Perkembangan kota juga dapat dilihat dari jumlah penduduknya. Menurut jumlah
populasinya, kota dibagi menjadi:

10 | P e r e n c a n a a n k o t a
- kota kecil, populasi 20.000 – 100
.000 jiwa.
- kota besar, populasi 100.000 - 1 juta jiwa.
- kota metropolitan, populasi > 1 juta jiwa.

3.1.1 Perkembangan Sebuah Kota


Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian secara kuantitas, yang dalam hal ini
diindikasikan oleh besaran faktor produksi yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota
tersebut. Semakin besar produksi berarti ada peningkatan permintaan yang meningkat.
Sedangkan perkembangan kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan
yang bersifat pematangan. Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari
primer kesekunder atau tersier. Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan
jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang bersangkutan (Hendarto, 1997).
.
Pada umumya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kota, yaitu:
1. Faktor penduduk, yaitu adanya pertambahan penduduk baik disebabkan karena
pertambahan alami maupun karena migrasi.
2. Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiatan usaha masyarakat
Faktor sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara masyarakat akibat
pengaruh luar, komunikasi dan sistem informasi.

3.2 Pola dan Struktur Kota

3.2.1 Pola Kota

Pola Kota Menurut Kostof, pola kota secara garis besar dapat dibagi dalam tiga
bentuk, yaitu grid, organik dan diagram.

A. Grid
Pola kota dengan sistem grid dapat ditemui hampir di semua kebudayaan dan
merupakan salah satu bentuk kota tua. Pola kota dengan sistem grid dikembangkan oleh
Hippodamus, salah satunya adalah kota Miletus. Pola grid ini merupakan mekanisme yang
cukup universal dalam mengatur lingkungan dan pola ini terbentuk karena adanya kebutuhan

11 | P e r e n c a n a a n k o t a
suatu sistem yang berbentuk segi empat (grid iron) guna memberikan suatu bentuk geometri
pada ruangruang perkotaan. Blok-blok permukimannya dirancang untuk memungkinkan 18
rumah tersebut dihubungkan kepada bangunan dan ruang publik (Kostof, 1991).

B. Organik
Pola organik merupakan organisme yang berkembang sesuai dengan nilai-nilai
budaya dan sosial dalam masyarakatnya dan biasanya berkembang dari waktu ke waktu tanpa
adanya perencanaan. Pola organik ini perubahaanya terjadi secara spontan serta bentuknya
mengikuti kondisi topografi yang ada. Sifat pola organik ini adalah fleksibel, tidak geografis,
biasanya berupa garis melengkung dan dalam perkembangan masyarakat mempunyai peran
yang besar dalam menentukan bentuk kotanya. Berbeda dengan bentuk grid dan diagram
yang biasanya ditentukan penguasa kotanya (Kostof, 1991).

C. Diagram
Pola kota dengan sistem diagram ini biasanya digambarkan dalam simbol atau hirarki
yang mencerminkan bentuk sistem sosial dan kekuasaan yang berlaku saat ini. Berbeda
dengan sistem grid yang lebih mengutamakan efisiensi dan nilai ekonomis, motifasi dasar
dari pola kota dengan sistem diagram ini adalah (Kostof, 1991) :
• Regitimation, sistem kota yang dibentuk berdasarkan simbol kekuasaan dan dari segi politik
berfungsi untuk mengawasi/mengorganisir sistem masyarakatnya. Seperti bentuk kerajaan
atau monarki (Versailles) dan demokrasi (Washington DC). 19
• Holy City, kota yang dibangun berdasarkan sistem kepercayaan masyarakatnya seperti kota
Yerusalem.

Bentuk kota yang sering dijumpai dan dipakai sebagian, keseluruhan ataupun
gabungan adalah berupa garis, memusat, bercabang, melingkar, berkelompok, pola geometris
dan organisme hidup. Bentuk-bentuk tersebut erat pula berkaitan dengan sejarah kehidupan
kota tersebut, baik itu sejarah secara fisik ataupun ideologis. Perwujudan spasial fisik
merupakan produk kolektif perilaku budaya masyarakatnya serta pengaruh ”kekuasaan
tertentu” yang melatar belakanginya. Perkembangan dan pembentukan kota sering kali
merupakan wujud dari ekpresi masyarakat yang hidup di dalamnya. Sejumlah kota seringkali
dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan kondisi pemerintah atau pemerintahannya.
Sementara itu bentuk-bentuk lainnya sangat mungkin sekali oleh kondisi karakteristik
lingkungannya, seperti yang terjadi di sebagian Manhattan, New York. Kota-kota

12 | P e r e n c a n a a n k o t a
berkembang pula dengan kondisi-kondisi setempat serta pengaruh-pengaruh yang datangnya
dari luar. Pada sisi lainnya perkembangan penduduk, juga perkembangan karena proses
urbanisasi menjadi sebab perubahan bentuk dan struktur suatu kota.

3.2.2 Bentuk Kota

Kota merupakan suatu komponen yang memiliki unsur yang terlihat nyata secara fisik
seperti perumahan & prasarana umum, hingga komponen yang secara fisik tidak dapat
terlihat yaitu berupa kekuatan politik & hukum yang mengarahkan kegiatan kota (Melville C.
Branch, 1984:154). Rossi, Aldo (1982) dalam bukunya yang berjudul The Architecture of the
city, Kota didefinisikan sebagai objek buatan manusia dalam sekala besar dan dipandang
sebagai sebuah arsitektur yang berupa konsentrasi elemen-elemen fisik spasial yang tumbuh
dan berkembang. Sesuai dengan bentukan alam kota terbentuk secara topografis, morfologi
berwawasan lingkungan dan respon lansekap. Sedangkan sesuai dengan pertumbuhan
karakteristiknya kota terbentuk secara sosial dan ekonomi, mengakomodasi kegiatan
penduduk dengan efektif dan efisien.

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk kota :


1. Bentuk kompak mempunyai 7 macam bentuk, yaitu:

1. Bentuk Bujur Sangkar (The Squre city) = Kota berbentuk bujur sangkar menunjukan
adanya kesempatan perluasan kota ke segala arah yang “relatif” seimbang dan kendala fisikal
“relatif” tidak begitu berarti. Hanya saja, adanya jalur transportasi pada sisi-sisi
memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan areal kota pada arah jalur yang
bersangkutan.

2. Bentuk Empat Persegi Panjang (The Rectangular Cities) Melihat bentuknya sudah terlihat
jelas bahwa dimensi memanjang sedikit lebih besar daripada dimensi melebar. Hal ini
dimungkinkan timbul karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan
areal kota pada salah satu sisi-sisinya.Hambatan-hambatan tersebut antara lain dapat berupa
lereng yang terjal, perairan, gurun pasir, hutan, dan lain sebagainya. “Space” untuk
perkembangan arealnya cukup besar baik melebar maupun memanjang.

13 | P e r e n c a n a a n k o t a
3. Bentuk Kipas (Fan Shaped Cities) = Bentuk semacam ini sebenarnya merupakan bentuk
sebagian lingkaran. Dalam hal ini, ke arah luar lingkaran kota yang bersangkutan mempunyai
kesempatan berkembang yang relatif seimbang. Oleh sebab-sebab tertentu pada bagian-
bagian lainnya terdapat beberapa hambatan perkembangan areal kekotaannya yang dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu Hambatan-hambatan alami (natural constraints), misalnya
perairan, pegunungan ; Hambatan-hambatan artificial (artificial constraints), misalnya saluran
buatan, zoning, ring road

4. Bentuk Bulat (Rounded Cities) = Bentuk kota seperti ini merupakan bentuk paling ideal
daripada kota. Hal ini disebabkan karena kesempatan perkembangan areal ke arah bagian
luarnya sama. Tidak ada kendala-kendala fisik yang berarti pada sisi-sisi luar kotanya. Pada
bagian-bagian yang terlalu lambat perkembangannya, dipacu dengan peraturan-peraturan
misalnya “Planned Unit Development” sedang untuk bagian-bagian yang terlalu cepat
perkembangan areal kekotaannya dapat dihentikan, misalnya dengan “Devolopment
Moratoria”. Batas terluar dari pada kotanya ditandai dengan “green belt zoning” atau “growth
limitation” dengan “ring roads”. Dengan demikian terciptalah bentuk bulat artifisial.

5. Bentuk Pita (Ribbon Shaped Cities) = Sebenarnya bentuk ini juga mirip “rectangular city”
namun karena dimensi memanjangnya jauh lebih besar dari pada dimensi melebar maka
bentuk ini menempati klasifikasi tersendiri dan mengambarkan bentuk pita. Dalam hal ini
jelas terlihat adanya peranan jalur memanjang (jalur transportasi) yang sangat dominan dalam
mempengaruhi perkembangan areal kekotaannya, serta terhambatnya perluasan areal ke
samping. Sepanjang lembah pegunungan, sepanjang jalur transportasi darat utama adalah
bagian-bagian yang memungkinkan terciptanya bentuk seperti ini. “Space” untuk
perkembangan areal kekotaannya hanya mungkin memanjang saja.

6. Bentuk Gurita / Bintang (Octopus/Star Shaped Cities) = Peranan jalur transportasi pada
bentuk ini juga sangat dominan sebagaimana dalam “ribbon-shaped city”. Hanya saja, pada
bentuk gurita jalur transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi beberapa arah ke luar kota.
Hal ini hanya dimungkinkan apabila daerah “hinterland” dan pinggirannya tidak memberikan
halangan-halangan fisik yang berarti terhadap perkembangan areal kekotaanya.

7. Bentuk Yang Tidak Berpola (Unpatterned Cities) = Kota seperti ini merupakan kota yang
terbentuk pada suatu daerah dengan kondisi geografis yang khusus. Daerah di mana kota

14 | P e r e n c a n a a n k o t a
tersebut berada telah menciptakan latar belakang khusus dengan kendala-kendala
pertumbuhan sendiri. Sebuah cekungan struktural dengan beberapa sisi terjal sebagai kendala
perkembangan areal kekotaannya, sangat mungkin pula ditempati oleh suatu kota dengan
bentuk yang khusus pula. Contohnya adalah sebuah kota pulau yang mempunyai bentuk
khusus, karena perkembangan arealnya terhambat oleh laut dari berbagai arah.

2. Bentuk tidak kompak mempunyai empat macam bentuk, yaitu:

A. Berantai (chained cities). Merupakan bentuk kota terpecah tapi hanya terjadi di sepanjang
rute tertentu. Kota ini seolah-olah merupakan mata rantai yang dihubungkan oleh rute
transportasi, sehingga peran jalur transportasi sangat dominan.

B. Terpecah (fragment cities). Merupakan bentuk kota dimana perluasan areal kota tidak
langsung menyatu dengan induk, tetapi cenderung membentuk exclaves (umumnya berupa
daerah permukiman yang berubah dari sifat perdesaan menjadi sifat perkotaan).

C. Terbelah (split cities). Merupakan bentuk kota kompak namun terbelah perairan yang
lebar. Kota tersebut terdiri dari dua bagian yang terpisah yang dihubungkan oleh jembatan-
jembatan.

D. Satelit (stellar cities). Merupakan bentuk kota yang didukung oleh majunya transportasi
dan komunikasi yang akhirnya tercipta bentuk kota megapolitan. Biasa terdapat pada kota-
kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala penggabungan
antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan
morfologi kotanya mirip “telapak katak pohon”.

3.2.3 Struktur Kota

Menurut Hadi Sabari Yunus secara garis besar terdapat tiga macam proses perluasan area
perkotaan menjadi lebih terstruktur, yaitu sebagai berikut :

1. Teori konsentris dapat dikatakan bahwa kota meluas secara merata dari suatu inti asal,
sehingga tumbuhlah zona-zona yang masing-masing meluas sejajar dengan pentahapan
kolonisasi ke arah zona yang letaknya paling luar. Dengan demikian dapat ditemukan

15 | P e r e n c a n a a n k o t a
sejumlah sejumlah zona yang letaknya konsentris, sehingga strukturnya bergelang. Dalam
kenyataannya zona-zona konsentris ini tidak dapat ditemukan dalam bentuknya yang murni.
Konsentrasi pelayanan berada di suatu pusat, dengan jaringan transportasi yang terarah ke
suatu titik.

Keterangan model teori konsentrik menurut Teori Konsentris Dari Ernest W. Burgess (1929)
:
• Zona pusat wilayah kegiatan
• Zona peralihan
• Zona permukiman kelas proletar.
• Zona permukiman kelas menengah.
• Zona penglaju.

2. Teori Sektoral. Menurut Hommer Hoyt (1939), pengelompokkan tata guna lahan di kota
menyebar dari pusat ke arah luar berupa sektor. Hal ini disebabkan oleh sifat masyarakat
kotanya, latar belakang ekonomis, kondisi fisik geografis kotanya, serta rute pengangkutan.
Namun pada dasarnya teori ini merupakan modifikasi dari teori konsentris Burgess. Dari teori
ini, terjadi proses penyaringan (filtering process) dari penduduk yang tinggal pada sektor-
sektor yang ada.

Keterangan Teori Sektoral (Sector Theory) dari Homer Hoyt :


• Zona 1: Zoona pusat wilayah kegiatan.
• Zona 2: Zona dimana terdapat grossier dan manufactur.
• Zona 3: Zona wilayah permukiman kelas rendah.
• Zona 4: Zona permukiman kelas menengah.
• Zona 5: Zona permukiman kelas tinggi.

3. Teori inti ganda (multiple nuclei). Menurut Harris dan Ullman (1945), pola konsentris
dan sektoral itu akan ada, namun dalam kenyataannya sifatnya lebih rumit lagi.
Pertumbuhan kota mulai dari intinya dirumitkan lagi oleh adanya beberapa pusat
tambahan. Di sekeliling suatu inti tata guna lahan yang saling bertalian, munculah
sekelompok tata guna tanah yang akan menciptakan suatu struktur perkotaan yang
memiliki sel-sel pertumbuhan lengkap. Teori ini disebut teori multiple nuclei yang
sifatnya serba akurat, tertib, dan fleksibel. Pembentukan inti-inti ganda merupakan

16 | P e r e n c a n a a n k o t a
gejala lanjut dari kota yang berpola sektoral, sedangkan makin menuju ke kota makin
jelas adanya pola konsentris teori inti ganda ini sesuai dengan keadaan kota-kota
besar.

Sistem Infrastruktur

Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur dasar, peralatan,


instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem
ekonomi masyarakat (Grigg, 2000 dalam Kodoatie,R.J.,2005). Sistem infrastruktur
merupakan pendukung utama sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan
masyarakat.Disini, infrastruktur berperan penting sebagai mediator antara sistem ekonomi
dan sosial dalam tatanan kehidupan manusia dan lingkungan. Kondisi itu agar harmonisasi
kehidupan tetap terjaga dalam arti infrastruktur tidak kekurangan (berdampak pada manusia),
tapi juga tidak berlebihan tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan alam karena akan
merusak alam dan pada akhirnya berdampak juga kepada manusia dan makhluk hidup
lainnya.

Dalam hal ini, lingkungan alam merupakan pendukung sistem infrastruktur, dan sistem
ekonomi didukung oleh sistem infrastruktur, sistem sosial sebagai obyek dan sasaran
didukung oleh sistem ekonomi. Analoginya seperti gambar dibawah ini :

Pengelompokan sistem insfrastruktur dapat dibedakan menjadi (Grigg, 2000 dalam


Kodoatie,R.J.,2005) :

1. Grup keairan

2. Grup distribusi dan produksi energi

3. Grup komunikasi

4. Grup transportasi (jalan, rel)

17 | P e r e n c a n a a n k o t a
5. Grup bangunan

6. Grup pelayanan transportasi (stasiun, terminal, bandara, pelabuhan, dll)

7. Grup pengelolaan limbah

Komponen Infrastruktur

Komponen-komponen di dalam infrastruktur menurut APWA (American Public Works


Association) adalah :

1. Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi, fasilitas
pengolahan air (water treatment)

2. Sistem pengelolaan air limbah : pengumpul, pengolahan, pembuangan, daur ulang

3. Fasilitas pengelolaan limbah padat

4. Fasilitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi

5. Fasilitas lintas air dan navigasi

6. Fasilitas transportasi: jalan, rel, bandar udara (termasuk tanda-tanda lalu lintas dan
fasilitas pengontrol

7. Sistem transit publik

8. Sistem kelistrikan: produksi dan distribusi

9. Fasilitas gas alam

10. Gedung publik: sekolah, rumah sakit

11. Fasilitas perumahan publik

12. Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion

13. Komunikasi

Sedangkan menurut P3KT, komponen-komponen infrastruktur antara lain:

1. Perencanaan kota

18 | P e r e n c a n a a n k o t a
2. Peremajaan kota

3. Pembangunan kota baru

4. Jalan kota

5. Air minum

6. Drainase

7. Air limbah

8. Persampahan

9. Pengendalian banjir

10. Perumahan

11. Perbaikan kampung

12. Perbaikan prasarana kawasan pasar

13. Rumah sewa

Dilihat dari input - output bagi penduduk, komponen-komponen tersebut dapat


dikelompokkan menjadi tiga karakteristik, yaitu:

1. Komponen yang memberi input kepada penduduk. Jenis infrastruktur yang termasuk
dalam kategori ini adalah prasarana air minum dan listrik

2. Komponen yang mengambil output dari penduduk. Jenis infrastruktur yang termasuk
dalam kelompok ini adalah prasarana drainase/pengendalian banjir, pembuangan air
kotor/sanitasi, dan pembuangan sampah.

3. Komponen yang dapat dipakai untuk memberi input maupun mengambil output. Jenis
infrastruktur yang termasuk dalam kelompok ini meliputi: prasarana jalan dan
telepon.

19 | P e r e n c a n a a n k o t a
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kota merupakan sebuah kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh
kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas
untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri. Istilah perkembangan kota (urban
development) dapat diartikan sebagai suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut
segala perubahan di dalam masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial
ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik. Indonesia terkenal memiliki morfologi
yang bervariasi terutama dataran tinggi. Kota-kota di Indonesia beberapa berasal dari
kegiatan perkebunan yang sudah dimulai sejak zaman kolonial. Kota tersebut diantaranya
Bandung, Bogor, Deliserdang dan Brastagi.

4.2 Saran

Agar para mahasiswa arsitektur banyak membaca tentang perencanaan kawasan


sebuah kota, sebab ini sangat penting bagi para mahasiswa arsitektur. Karena jika para
arsitektur tidak mengetahui tentang perencanaan sebuah kota, maka arsitektur tersebut tidak
akan bisa membuat rencana dan rancangan desain sebuah kota yang baik dan indah.

20 | P e r e n c a n a a n k o t a
Daftar Pustaka
Malik,Muhammad, 2013,Jenis Kota Berdasarkan Tingkat,dalam karya tulis
simplenews05.blogspot.co.id/2013/10/jenis-kota-berdasarkan-tingkat
Agnas Setiawan, 2017,Perkembangan Kota di Indonesia, dalam karya tulis
gurugeografi.id/2017/04/perkembangan-kota-di-indonesia
Rizki Adriadi Ghiffari,2011, Sejarah Perkembangan Kota, dalam karya tulis
tugaspwk.blogspot.co.id/2011/11/sejarah-perkembangan-kota
Dara Puspa Agustin,2015,Apa itu Infrastruktur, dalam karya tulis
radarplanologi.com/2015/10/apa-itu-infrastruktur
Yunus,2011,Teori-teori Perkembangan Kota
pengembanganperkotaan.wordpress.com/2011/11/09/teori-teori-perkembangan-kota/

Anda mungkin juga menyukai