Anda di halaman 1dari 4

ANATOMI LENSA

Lensa merupakan struktur kristalin transparan, bikonveks, yang terletak di antara


iris dan vitreous pada bentukan depresi yang disebut fossa patellar.
Diameter lensa berkisar antara 9-10 mm dan ketebalannya bervariasi tergantung
usia, mulai 3.5 mm saat lahir hingga 5 mm pada usia tua. Beratnya bervariasi dari
135 mg hingga 255 mg.
Lensa memiliki dua permukaan : permukaan anterior kurang konveks
dibandingkan permukaan posterior. Kedua permukaan ini bertemu di ekuator.
Indeks refraktif lensa 1.39 dan kekuatan totalnya 15-16 D. Kekuatan akomodatif
lensa bervariasi dengan usia, mulai 14-16 D saat lahir hingga 1-2 D saat usia 50
tahun.

Struktur Lensa:
1. Kapsul Lensa
Merupakan membrane hyaline tipis, transparan yang mengelilingi lensa
yang lebih tebal di anterior daripada di permukaan posterior. Kapsul lensa
lebih tebal di daerah pre-ekuator dan paling tipis di polus anterior.
2. Epitelium anterior
Merupakan selapis sel kuboidal di dalam kapsul anterior. Di daerah ekuator
sel-sel ini menjadi kolumnar dan secara aktif memanjang dan membelah
untuk membentuk serat lensa baru seumur hidup. Tidak ada epithelium
posterior, karena sel-sel ini digunakan untuk mengisi kavitas sentral lensa
selama perkembangan lensa.
3. Fiber lensa
Sel epitel memanjang membentuk fiber lensa yang memiliki bentuk
struktural rumit. Fiber lensa matur adalah sel yang telah kehilangan
nukleusnya. Sejalan dengan fiber lensa baru yang terbentuk seumur hidup,
fiber matur ini akan memadat sebagai nucleus dan korteks lensa.
 Nukleus, merupakan bagian sentral yang mengandung fiber tertua.
Nukleus terdiri dari berbagai zona berbeda. Zona-zona ini meliputi:
o Nukleus embrionik, merupakan bagian paling dalam dari
nucleus. Terdiri dari fiber lensa primer yang dibentuk dari
pemanjangan sel-sel dinding posterior vesikel lensa.
o Fetal nucleus, terletak disekitar nucleus embrionik. Serat-
seratnya bertemu di jahitan berbentuk Y di anterior dan jahitan
berbentuk Y terbalik di posterior
o Nukleus infatil, bertanggung jawab terhadap lensa dari lahir
hingga pubertas
o Nukleus dewasa, bertanggung jawab terhadap lensa dari
setelah pubertas hingga seumur hidup
 Korteks, merupakan bagian perifer yang terdiri dari serat lensa paling
muda.
4. Ligamen suspensorium lensa (Zonula Zinn)
Disebut juga zonula siliaris, tersusun dari fiber yang memanjang dari badan
siliaris hingga lensa. Jaringan ini mempertahankan lensa tetap di posisinya
dan membolehkan muskulus siliaris untuk bekerja. Serat-serat ini tersusun
dalam 3 kelompok:
 Fiber yang muncul dari pars plana dan bagian anterior ora serrata
untuk berinsersi pada bagian anterior ekuator
 Fiber yang berasal dari prosesus siliaris anterior dan berjalan
posterior untuk berinsersi pada bagian posterior ekuator
 Fiber yang berjalan dari puncak prosesus siliaris dan berinsersi
langsung ke dalam ekuator.
KATARAK KONGENITAL DAN DEVELOPMENTAL
Terjadi karena ada gangguan perkembangan normal lensa. Ketika gangguan
terjadi sebelum kelahiran, anak terlahir dengan katarak congenital. Oleh karena
itu, pada katarak congenital opasitas terbatas pada nucleus embrionik dan fetal.
Katarak developmental mungkin terjadi antara masa balita hingga adolesen. Oleh
karena itu, opasitas mungkin melibatkan nucleus infantile atau dewasa, bagian
lebih dalam dari kapsul dan korteks. Katarak ini biasanya terdeteksi dengan slit
lamp dalam keadaan midriasis penuh.

Etiologi secara pasti tidak diketahui tetapi beberapa faktor diduga berasosiasi
dengan katarak congenital dan developmental adalah:
1. Hereditas
Disebabkan karena anomaly pada pola kromosomal. Sekitar sepertiga
kasus katarak congenital disebabkan karena hereditas. Pewarisan ini
biasanya bersifat dominan.
2. Faktor maternal
 Malnutrisi saat kehamilan dihubungkan dengan katarak non-familial
zonular
 Infeksi maternal seperti rubella diasosiasikan dengan katarak pada
50% kasus. Infeksi lain yang juga terlibat seperti toxoplasmosis dan
cytomegalovirus.
 Ingesti obat tertentu oleh ibu saat hamil juga berpengaruh.
Contohnya ingesti thalidomide dan kortikosteroid.
 Radiasi maternal saat hamil juga berpengaruh terhadap katarak.
3. Faktor fetal atau infatil
 Anoksia karena perdarahan plasenta
 Gangguan metabolic seperti galaktosemia, defisiensi galaktokinase
dan neonatal hipoglikemia
 Katarak berhubungan dengan anomaly congenital seperti Lowe’s
syndrome, myotonia dystrophica dan congenital icthyosis.
 Trauma lahir
 Malnutrisi saat awal balita juga bisa menyebabkan katarak
developmental
4. Idiopatik, sekitar 50% kasus katarak adalah sporadic dan tanpa etiologi
yang jelas

Tipe klinis katarak congenital dan developmental :


1. Katarak kapsuler congenital
 Katarak kapsul anterior
 Katarak kapsul posterior
2. Katarak polar
 Katarak polar anterior
 Katarak polar posterior
3. Katarak nuclear
4. Katarak lamellar
5. Katarak sutural dan axial
 Katarak floriform
 Katarak coralliform
 Katarak spear-shaped
 Katarak embrionik axis anterior
6. Katarak general
 Katarak koronari
 Katarak blue dot
 Katarak congenital total
 Katarak membranous kongenital

Anda mungkin juga menyukai