SKIZOFRENIA RESIDUAL
Diajukan Kepada:
dr. Ida Rochmawati, M. Sc, Sp. KJ. (K).
Disusun Oleh:
Raudatul Maulida (20174011098)
Damar Arya Bagaskara (20174011101)
Nindya Putri Prasasya (20174011113)
SKIZOFRENIA RESIDUAL
Disusun Oleh:
B. ANAMNESIS
1. KELUHAN UTAMA
Bingung
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis:
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan bingung.
Keluhan tersebut sudah muncul sejak 23 tahun yang lalu saat pasien kelas
6 SD dan pasien juga menunjukkan keluhan, seperti pandangan kosong,
suka menyendiri, bicara sendiri dan terkadang mengamuk, tetapi keluarga
pasien hanya membawa pasien ke kyai dan ustadz saja. Menurut ayah
3
pasien, pasien mengalami keluhan seperti itu karena pasien memang
seorang yang pendiam, kurang adanya perhatian dari keluarga pasien,
kadang keluarga pasien pernah berselisih pendapat, masalah ekonomi,
serta pasien sering diejek dan dimarahi oleh teman-temannya di sekolah.1
tahun belakangan ini (2017), keluhan pasien dirasa menjadi semakin
memberat, seperti bingung, telanjang di pinggir jalan, berbicara sendiri,
mengamuk, sering menyendiri, melihat bayangan api dan rawat diri buruk
karena pasien tidak pernah mandi selama 2 bulan. Oleh Bapak Dukuh
setempat dan dengan persetujuan orang tua pasien, pasien dibawa ke RSJ
Ghrasia. 2,5 bulan setelah mondok, pasien dikatakan membaik, tetapi
pasien kambuh dengan keluhan yang sama pada tahun berikutnya
(Februari 2018). 1 bulan kemudian, pasien dikatakan membaik dan setelah
itu pasien kontrol ke RSUD Wonosari.
Pasien saat ini mengeluhkan masih bingung, kadang sulit tidur,
ingatan masih sering lupa, rendah diri, gelisah, bicara sendiri dan belum
bisa berkomunikasi dengan baik (seperti menjawab pertanyaan dari orang
lain). Pasien saat ini sudah mulai dapat merawat diri sendiri, seperti mandi
dan berpakaian. Pasien saat ini tidak mengeluhkan mendengar bisikan
yang orang lain tidak dengar, melihat bayangan yang orang lain tidak lihat,
mengamuk, pikiran curiga dan dikejar-kejar. Pusing (-), mudah lelah (-),
mual (-) dan pegal-pegal (-). Pasien merasa keluhan yang dialaminya
sedikit berkurang ketika minum obat rutin dari dokter.
3. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
a. Riwayat Psikiatrik: Menurut keluarga pasien, Sdr. S. pernah mondok di
RSJ Grhasia sebanyak 2 kali, terakhir mondok 1 bulan yang lalu
(Februari 2018) dengan riwayat bingung.
Pertama kali mondok dengan riwayat telanjang di pinggir jalan, tidak
pernah mandi selama 2 bulan, rawat diri buruk, tidur di sembarang
tempat, serta menyendiri.
Riwayat putus obat (-).
b. Riwayat Medis: Pasien belum pernah mondok di rumah sakit karena
sakit yang serius. Pasien hanya sakit biasa dan sembuh sendiri.
Riwayat penyakit gula : Disangkal
4
Riwayat tekanan darah tinggi : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat trauma fisik : Disangkal
Riwayat gangguan tidur : Disangkal
4. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pasien ini merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Pasien tinggal
bersama kedua orang tua di rumah. Menurut kelurga pasien, Sdr. S
merupakan seorang yang pendiam, suka menyendiri dan kurang percaya
diri (rendah diri).
a. Prenatal dan Perinatal : Informasi dari keluarga pasien, Sdr. S lahir
normal di rumah dengan riwayat ASI ekslusif.
b. Early Childhood : Pasien sewaktu kecil diasuh oleh kedua
orang tua dan dibantu oleh tetangga pasien.
c. Middle Childhood : Pasien merupakan seorang yang pendiam,
suka menyendiri dan kurang percaya diri (rendah diri). Keluarga
pasien mengatakan pasien sering merasa rendah diri terhadap teman-
temannya karena sering diejek dan dimarahi teman-temannya.
d. Late Childhood : Pasien tidak lulus SD sehingga tidak dapat
melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya.
e. Adulthood :
Riwayat pernikahan dan hubungan: Pasien tidak menikah.
Riwayat pendidikan : Pendidikan terakhir pasien yaitu
TK.
Riwayat pekerjaan : Pasien tidak bekerja.
Agama : Islam
Aktivitas sosial: Pasien tidak pernah bergaul
dengan orang- orang sekitar.
Kebiasaan sehari-hari : Pasien hanya di
rumah saja (duduk dan tiduran).
5. RIWAYAT KELUARGA
a. Riwayat keluhan serupa : Disangkal
b. Riwayat tekanan darah tinggi : Tidak diketahui
c. Riwayat penyakit gula : Tidak diketahui
d. Riwayat asma : Tidak diketahui
Genogram Keluarga
Keterangan:
(Kotak) : Laki-Laki
(Bulat) : Perempuan
5
(Garis Miring) : Sudah meninggal
(Tanda Panah Hitam) : Pasien
(Garis Putus-Putus) : Orang Tua Pasien
C. STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
Penampilan:
Pasien seorang laki laki sesuai umur, berpenampilan sesuai usia,
berbadan kurus tinggi dengan postur membungkuk, berambut
pendek dan rapi. Pasien menggunakan kaos berwarna kuning dan
menggunakan celana pendek. Tampak bingung, sering menunduk,
berbicara sendiri, rawat diri baik dan kurang kooperatif.
Kesadaran:
Compos mentis.
Perilaku dan Aktivitas Psikomotor:
Tenang.
6
Sikap Terhadap Pemeriksa:
Sikap pasien terhadap pemeriksa kurang kooperatif.
b. Fungsi Intelektual (Kognitif)
Orientasi:
Orang : sulit dinilai
Waktu : sulit dinilai
Tempat: sulit dinilai
Daya Ingat
Jangka Panjang : sulit dinilai
Jangka Pendek : sulit dinilai
Segera : sulit dinilai
c. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan
Mood : sulit dinilai
Afek : sempit, tumpul
Kesesuaian : inapropiate
d. Proses Berpikir
Bentuk Pikir : sulit dinilai
Isi Pikir : Waham curiga sulit dinilai
e. Gangguan Persepsi
Halusinasi Visual : sulit dinilai
Halusinasi Auditorik : sulit dinilai
Halusinasi Taktil : sulit dinilai
Halusinasi Olfaktori : sulit dinilai
f. Pembicaraan
Kecepatan : Cepat, Volume suara lirih
Kuantitas : Bicara sendiri
Kualitas : Tidak relevan
Hendaya berbahasa : Tidak ada
g. Psikomotor (Pengendalian Impuls)
Hipoaktif
h. Insight (Tilikan)
Sulit dinilai
i. Reliabilitas/Taraf Dapat Dipercaya
Tidak dapat dipercaya
D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda Vital
Tekanan Darah: 120/90mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu Badan : 36,7 oC
c. Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala: Mesocephal, rambut pendek
Wajah : Simetris
7
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Telinga: Sekret (-/-), nyeri (-/-), perdarahan (-/-).
Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-), deformitas (-/-)
Mulut : Sianosis (-)
d. Pemeriksaan Leher
JVP meningkat (-/-), PKGB (-)
e. Pemeriksaan Thorak
Pulmo :
o Inspeksi : Simetris
o Palpasi : Nyeri tekan (-/-)
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi: SDV (+/+), suara tambahan (-/-)
Cor :
o Inspeksi : Kuat angkat (-)
o Palpasi : Iktus kordis tidak melebar
o Perkusi : Batas atas jantung kanan terdapat pada SIC II
parasternalis dextra, batas atas jantung kiri pada SIC II
parasternalis sinistra, batas bawah jantung kanan pada SIC VI
parasternalis dextra, dan batas bawah jantung kiri pada SIC V
pada garis mid clavicula sinistra.
o Auskultasi: SI-II murni, bising (-)
f. Pemeriksaan Ekstremitas Atas : Akral hangat, sianosis (-/-)
g. Pemeriksaan Ekstremitas Bawah : Akral hangat, sianosis (-/-)
8
pasien tampak lebih banyak berdiam diri. Pemeriksaan psikiatri
menunjukkan rawat diri sudah baik, akan tetapi pasien masih bingung dan
tidak kooperatif. Afek masih tumpul dan tidak serasi engan mood pasien.
Pembicaraan pasien cepat tapi lirih serta tidak relevan, pikiran persepsi serta
tilikan diri pasien sulit dinilai.
E. DIAGNOSIS
1. Diagnosis utama : F20.5 Skizofrenia Residual
2. Diagnosis banding:
a. F20.0 Skizofrenia Paranoid
b. F20.3 Skizofrenia Tak Terinci
3. Diagnosis multiaksial:
Aksis 1 : F20.5 Skizofrenia Residual
Aksis 2 : Ciri Kepribadian Skizoid
Aksis 3 : Tidak ada diagnosis
Aksis 4 : Masalah dengan “primary support group” (keluarga),
masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, masalah ekonomi
Aksis 5 : GAF 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
F. TERAPI
1. Farmakoterapi:
Tab Risperidone 2 mg No. LX
S 2 dd tab I
Tab Clozapine 50 mg NO. XXX
S 0-0-1
2. Psikososial edukasi:
- Edukasi pada pasien: memotivasi pasien untuk tidak bosan
minum obat dan harus rajin kontrol ke dokter untuk
meningkatkan tilikan diri pasien.
- Edukasi pada keluarga: menyarankan agar keluarga selalu
memberikan dukungan dan perhatian kepada pasien, serta harus
tetap mengawasi dan memantau pasien dalam keteraturannya
meminum obat, jika ada gejala perilaku yang dapat mencelakai
dirinya sendiri atau orang lain, maka pasien harus segera dibawa
ke rumah sakit.
G. PROGNOSIS
Dubia et malam.
Dengan gambaran prognosis yang negatif, seperti:
- Onset lebih awal.
- Tingkah laku autistik, menarik diri.
- Lajang.
9
- Sistem pendukung yang buruk.
- Simtom negatif.
- Sering kambuh.
- Riwayat serangan berulang.
BAB II
PEMBAHASAN
10
Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin
yaitu:
a. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala
positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways
memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum
area (VTA) di batang otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah
limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya
halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik
bekerja melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin
D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin pathways menyebabkan
gejala positif meningkat.
b. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke
daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan
mesokortikal dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala
negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala negatif dan
kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur
mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks.
Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi
secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui inhibisi
dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade
antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada
mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala
kognitif.
c. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra
pada batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini
merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan
dopamin di nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan
gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson
yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau
peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan
pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik.
11
d. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah
hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal
tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan
penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan
inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini
akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi
peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea,
amenorea atau disfungsi seksual.
SKIZOFRENIA RESIDUAL
a). Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktifitas yang menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi
non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara
dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.
b). Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.
c). Sedikitnya sudah melewatikurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom “negatif” dari skizofrenia.
d). Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi
kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III. PT. Nuh Jaya: Jakarta
Maslim, Rusdi. 2014. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik.
Jakarta: PT. Nuh Jaya
Http://Repository.umy.ac.id/skizofrenia residual
13
14