Anda di halaman 1dari 2

Insidensi penyakit Hirschprung terjadi kurang lebih 1 dalam 5000 kelahiran hidup.

Sehingga di HIRSCPRUNG Penyakit Hirschprung / Megakolon merupakan kelainan kongenital yang menjadi salah satu
Indonesia diperkirakan akan lahir 1200 bayi dengan penyakit Hirschprung setiap tahunnya. penyebab obstruksi intestinal pada bayi ( LeeCarlo dkk, 2016)
(Leecarlo dkk, 2016)

Kelainan kongenital Penatalaksanaan :


1. Konservatif pada neonates
Manifestasi Klinis :
dilakukan pemasangan sonde
Terhentinya migrasi kraniokaudal sel krista neuralisdi kolon distal untuk membentuk system saraf intestinal parasismpatis pada lambung serta pipa rectal
1. Adanya obstruksi total pada minggu ke 5 – minggu ke-12 kehamilan untuk mengeluarkan mekonium
pada saat lahir,
dan udara.
distruksi abdomen,
Aganglianosis meisner &Aurbach 2. Tindakan pembedahan,
dan ketiadaan
kolostomi pada neonates, untuk
meconium.
menghilangkan pasase usus..
2. Bayi sering mengalami
Gangguan peristaltic usus 3. Tindakan bedah definitive
konstipasi, muntah,
dilakukan dengan monoseksi
dam dehidrasi.
bagian usus aganglionik dan
3. Bisa konstipasi ringan
Tidak dapat mendorong makanan yang dicerna membuat anastomosis, yaitu
ataupun enterokolitis
biasanya pembedahan
dengan diare, distensi
rektosimoidektomi dilakukan
abdomen dan demam.
dengan teknik pull trhough
(Ridha, 2014) Obstruksi usus fungsional
dengan jenis teknik operasi
Hischprung letak rendah Swenson, soave, renbein, dan
Hischprung letak tinggi
Duhamel. (Ridha 2014)
Pemeriksaan Penunjang :
Aganglionik dari rectum sampai sigmoid
Aganglionik meluas lebih tinggi dari sigmoid Komplikasi
 pemeriksaan foto pas
abdomen : terlihat tanda
1. Kebocoran
obstruksi usus fungsional. Obstruksi kolon distal
Mengenai seluruh seluruh kolon Penimbunan feses anastomotik
 Pemeriksaan enema
2. Dehisensi
barium : gambaran
anastomotic
irregularitas pada segmen Kolon aganglionik total konstipasi
3. Retraksi segmen
aganglionik.
Gangguan pull-through
 Pemeriksaan manometri
gastrointestinal Gangguan eliminasi bowel 4. Inkontinensia
 Pemeriksaan patologi
5. Striktur
Anatomi :
6. Ekskoriasi perianal.
1. Pewarnaan rutin Obstruksi kolon proksimal
Distensi abdomen, mual 7. Akalasia sfingter.
dengan hematoksilin
muntah (Leecarlo, 2016)
eosin : pengambilan
specimen dilakukan Intervensi pembedahan
dengan biopsy hisap
anoreksia
noblet maupun Kerusakan jaringan pasca
biopsy manual. pembedahan
2. Pemeriksaan
histokimia. Fatiq/ kelemahan Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Portal de entry
3. Pemeriksaan
Nyeri
Imunohistokimia
Intoleransi aktivitas Resiko infeksi
Cemas pada orang tua
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
Ketidak mampuan untuk memasukan atau mencerna nutrisi. intoleransi aktivitas b/d fatique , kelemahan
Gangguan eliminasi bowel b/d obstruksi usus fungsional NOC : NOC :
NOC : Nutritional status Adequacy of nutrient Energy conversation
 Bowel elimination  Nutritional Status food and Fluid Intake Self Care : ADLs
immun
Kriteria hasil :  Weight control NIC :
NIC : Activity Terapy
Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi.
Nutrition management.
NIC :  Bantu bayi/anak untuk melakukan aktivitas yang mampu
 Kaji adanya alergi makanan pada bayi/anak
Constipation / impaction management. dilakukan dan disukai.
 Kaji kemampuan bayi/anak untuk mendapatkan nutrisi
 Monitor tanda & gejala konstipasi, bising usus dan feses : Energy Management
yang dibutuhkan.
frekuensi, konsistensi dan volume.  Observasi adanya pembatasan anak dalam melakukan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
 Dukung intake cairan aktivitas.
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
 Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan  Monitor adanya kelelahan fisik dan emosi secara
Nutritition Monitoring
peningkatan bising usus. berlebihan.
 Monitor mual dan muntah, anoreksia, penurunan BB
 Kolaborasikan pemberian laksatif.  monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat.
 Monitor kalori dan intake nutrisi
 Monitor pola istirahat dan tidur pasien

Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, Nyeri b/d Kerusakan jaringan pasca pembedahan
intervensi pembedahan pada anak. NOC : Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan Invasif
NOC : Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua Pain level NOC :
Kriteria hasil : Pain control  Knowledge : infection control
 keluarga sudah tidak sering bertanya kepada Comfort level  Risk control
petugas dan mau terlibat secara aktif dalam NIC : Kriteria hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
merawat anaknya.
Pain Management NIC :
NIC :
1. Berikan informasi secukupnya kepada orang tua  Kaji nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, Infection control
(perawatan dan pengobatan yang diberikan). durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi.  Monitor tanda & gejala infeksi sistemik dan local.
2. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak  Ajarkan atau berikan pengalihan nyeri pada anak sesuai usia.  Pertahankan teknik isolasi
terhadap terapi yang diberikan.  Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai indikasi.  Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat.
3. Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika
Analgesic administration  Tingkatkan intake nutrisi
melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak jelas.
 Cek intruksi dokter tentang jenis obat dosis dan frekuensi.  Kolaborasi dalam pemberian antobiotik
4. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara
 Tentukan pilihan analgesic tregantung tipe dan beratnya  Ajarkan pasien dan keluarga tanda & gejala infeksi serta cara
langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.
nyeri. menghindarinya.
 Evaluasi efektivitas analgesik .

DAFTAR PUSTAKA

Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
M. Leecarlo, dkk. 2016. Ilmu Bedah Anak. Jakarta : EGC
Nurarif, Huda dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Kyle, Terri. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai