Anda di halaman 1dari 10

No. ID dan Nama Peserta : dr.

Musdalifah
No. ID dan Nama Wahana: RSAL dr. Azhar Zahir Manokwari
Topik: dyspnea ec bronkopnemonia
Tanggal (kasus) : 15 februari 2018
 Nama Pasien : an. D No. RM: 05 65 47
 Jenis Kelamin : laki-laki
 Umur : 6 tahun

Tanggal presentasi : Pendamping:


dr. Yodi Kahuripan Sp.B
Tempat presentasi: RSAL dr. Azhar Zahir Manokwari
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
 Pasien masuk IGD dengan sesak dialami sejak 3 hari yang lalu. Sebelum masuk
rumah sakit..
 Demam (+)
 Batuk pilek (+) sejak 1 minggu SMRS
 Mual (-), muntah (-)
 Lemah (+),
 Nyeri kepala (-), pusing (-)
 Riwayat sakit yang sama sebelumnya (-)
 Riwayat berobat(+) diberi puyer obat batuk dan pilek
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat atopi dalam keluarga (+) ayah
 BAB: belum hari ini
 BAK: lancar, warna kuning
Tujuan: : Menegakkan diagnosis dyspnea ec asma bronkhial dd bronkopnemoni
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi

Data Pasien: Nama: An. D No.Registrasi: 056547


Nama klinik RSAL dr. Azhar Zahir
Manokwari
Data utama untuk bahan diskusi:
Pasien masuk IGD dengan sesak dialami sejak 3 hari yang lalu. Sebelum masuk rumah
sakit..
 Demam (+)
 Batuk pilek (+) sejak 1 minggu SMRS
 Mual (-), muntah (-)
 Lemah (+),
 Nyeri kepala (-), pusing (-)
 Riwayat sakit yang sama sebelumnya (-)
 Riwayat berobat(+) diberi puyer obat batuk dan pilek
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat atopi dalam keluarga (+) ayah
 BAB: belum hari ini
 BAK: lancar, warna kuning

Pemeriksaan Fisis
Stasus Generalis: sakit sedang/ Gizi cukup/ sadar
Status Vitalis
 BB : 26 kg
 Nadi : 121 x/menit, irregular, kuat angkat
 Pernafasan : 38 x/menit,
 Suhu : 37,8°C
 saturasi : 56%
Status lokalis:
 Kepala : konjungtiva anemis : +/+
Sklera Ikterus : -/-
Bibir Sianosis :+
 Leher : Nyeri Tekan :-
Massa tumor :-
Pembesaran KGB :-
 Paru-Paru
Inspeksi : Simetris kiri=kanan
Retraksi intercostal +
Retraksi supraklavicula (+)
Palpasi : MT(-), NT(-), VF kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : BP: vesikulerr, Rh +/+, Wheezing +/-
 Cor : dalam batas normal

 Abdomen :
Inspeksi: datar, ikut gerak napas
Auskultasi: peristaltik (+) kesan normal
Palpasi: nyeri tekan (-) massa tumor (-)
Perkusi: timpani
 Ekstremitas : sianosis (+), akral dingin (+)
Daftar Pustaka
1. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan I.
2. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes.
3. . Pneumonia, Penyebab Kematian Balita Nomor Satu. Diunduh dari :
(http://www.kematian.biz/pdf/article/health/pneumonia-penyebab-kematian-balita-
nomor-satu.pdf
4. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga Press Surabaya
5. Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI
6. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Airlangga Press
Surabaya
7. World Health Organization. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Pasien masuk IGD dengan sesak dialami sejak 3 hari yang lalu. Sebelum masuk rumah
sakit..
 Demam (+)
 Batuk pilek (+) sejak 1 minggu SMRS
 Mual (-), muntah (-)
 Lemah (+),
 Nyeri kepala (-), pusing (-)
 Riwayat sakit yang sama sebelumnya (-)
 Riwayat berobat(+) diberi puyer obat batuk dan pilek
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat atopi dalam keluarga (+) ayah
 BAB: belum hari ini
 BAK: lancar, warna kuning

2. Obyektif:
Pemeriksaan Fisis
Stasus Generalis: sakit sedang/ Gizi cukup/ sadar
Status Vitalis
 BB : 26 kg
 Nadi : 121 x/menit, irregular, kuat angkat
 Pernafasan : 38 x/menit,
 Suhu : 37,8°C
 saturasi : 56%
Status lokalis:
 Kepala : konjungtiva anemis : +/+
Sklera Ikterus : -/-
Bibir Sianosis :+

 Leher : Nyeri Tekan :-


Massa tumor :-
Pembesaran KGB :-
 Paru-Paru
Inspeksi : Simetris kiri=kanan
Retraksi intercostal +
Retraksi supraklavicula (+)
Palpasi : MT(-), NT(-), VF kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : BP: vesikulerr, Rh +/+, Wheezing +/-
 Cor : dalam batas normal

 Abdomen :
Inspeksi: datar, ikut gerak napas
Auskultasi: peristaltik (+) kesan normal
Palpasi: nyeri tekan (-) massa tumor (-)
Perkusi: timpani
 Ekstremitas : sianosis (+), akral dingin (+)
Pneumonia itu sendiri merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh infeksi akut,
biasanya disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan adanya konsolidasi sebagian dari
salah satu atau kedua paru. Sedangkan bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis
merupakan peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyebar membentuk
bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus
terminal. Bronkopneumonia sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan pada sistem
pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak pada alveoli paru.
Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan respon
imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri sebagai penyebab
tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah Streptococcus pneumoniae dan
Haemophilus influenzae.
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Lahir - 20 hari Bakteri : Bakteri :
E.colli Bakteri anaerob
Streptococcus grup B Streptococcus grup D
Listeria monocytogenes Haemophillus influenza
Streptococcus pneumonie
Virus :
CMV
HMV
3 miggu – 3 bulan Bakteri : Bakteri :
Clamydia trachomatis Bordetella pertusis
Streptococcus Haemophillus influenza tipe B
pneumoniae
Virus : Moraxella catharalis
Adenovirus Staphylococcus aureus
Influenza Virus
Parainfluenza 1,2,3 CMV
4 bulan – 5 tahun Bakteri: Bakteri :
Clamydia pneumonia Haemophillus influenza tipe B
Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis
Streptococcus Staphylococcus aureus
pneumoniae
Virus : Neisseria meningitides
Adenovirus Virus:
Rinovirus Varisela Zoster
Influenza
Parainfluenza

Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita bronkopneumonia berulang atau
bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain
faktor imunitas, faktor iatrogen juga memacu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada
paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.
Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Asal infeksi
a. Community-acquired pneumonia (CAP)
infeksi parenkim paru yang didapatkan individu yang tidak sedang dalam perawatan di
rumah sakit paling sedikit 14 hari sebelum timbulnya gejala.
b. Hospital-acquired pneumonia (HAP)
infeksi parenkim paru yang didapatkan selama perawatan di rumah sakit yang terjadi
setelah 48 jam perawatan (Depkes : 72 jam) atau karena perawatan di rumah sakit
sebelumnya, dan bukan dalam stadium inkubasi.
2. Lokasi lesi di paru
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia)
c. Pneumonia interstitialis (Bronchiolitis)
Penderita datang dengan keluhan utama sesak nafas. Dari keluhan ini dapat
dipikirkan adanya kelainan pada paru-paru, jantung, kelainan metabolic seperti asidosis dan
uremia serta adanya kelainan di otak. Dari heteroanamesis tidak didapatkan keluhan BAK
sehingga kemungkinan kelainan metabolic dapat disingkirkan. Dari pemeriksaan fisik tidak
didapatkan penurunan kesadaran sehingga kelainan disentral dapat disingkirkan, selain itu
dari hasil pemeriksaan pada jantung didapatkan dalam batas normal sehingga kelainan pada
jantung dapat disingkirkan. Oleh karena itu dapat dipastikan merupakan kelainan pada
paru.
Dari heteroanamesa didapatkan pasien mengalami batuk serta demam, sehingga
dapat dipikirkan adanya suatu penyakit infeksi. Selain itu, didapatkan ronki basah halus
nyaring dan frekuensi pernapasan meningkat yang khas untuk gejala bronkopneumonia,
sehingga diagnosis bronkopneumonia pada pasien ini dapat ditegakkan.
Diagnosis banding anak yang datang dengan keluhan kesulitan bernafas dan atau
disertai batuk pilek diantaranya yaitu :

Diagnosis Gejala klinis yang ditemukan


Bronkiolitis - episode pertama wheezing pada anak umur < 2 tahun
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
- gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai kurang atau
tidak ada respon dengan bronkodilator
Tuberculosis (TB) - riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa
- uji tuberculin positif (≥10 mm, pada keadaan
imunosupresi ≥ 5 mm)
- pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan menurun
- demam (≥ 2 minggu) tanpa sebaba yang jelas
- batuk kronis (≥ 3 minggu)
pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal yang
spesifik. Pembengkakan tulang/sendi punggung,
panggul, lutut, falang.
Asma - riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan
dengan batuk dan pilek
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
berespon baik terhadap bronkodilator
Terapi untuk pasien ini diberikan O2 nasal 1-2 liter/menit karena pasien mengalami
sesak nafas. Dilakukan stop oral pada pasien ini karena dikhawatirkan terjadi aspirasi
karena pasien masih sesak
Sebelum memberikan obat ditentukan dahulu : Berat ringannya penyakit, riwayat
pengobatan sebelumnya dan respons terhadap pengobatan tersebut, adanya penyakit yang
mendasarinya
- Antibiotik awal (dalam 24-72 jam pertama) :
a. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
 ampicillin + aminoglikosid (gentamisin)
 amoksisillin-asam klavulanat
 amoksisillin + aminoglikosid
 sefalosporin generasi ke-3
b. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
 beta laktam amoksisillin
 amoksisillin-amoksisillin klavulanat
 golongan sefalosporin
 kotrimoksazol
 makrolid (eritromisin)
c. Anak usia sekolah (> 5 thn)
 amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
 tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam untuk quo ad vitam dan functionam
karena pada pasien ini telah dilakukan pengobatan yang adekuat serta belum ada tanda-
tanda yang mengarah pada komplikasi.
Untuk mengklasifikasikan beratnya pneumonia perlu diperhatikan adanya tanda
bahaya (danger signs), yaitu : takipnea dan tarikan dinding dada bagian bawah ke arah
dalam (retraksi epigastrik).
Berdasarkan kedua tanda ini, maka klasifikasi beratnya pneumonia pada anak
bawah lima tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia, sebagai berikut :
Klasifikasi Anak usia < 2 bulan Anak usia 2 bulan – 5 tahun
Pneumonia  Hipo/hipernatremi  Kesadaran turun
sangat berat  Kesadaran turun  Tidak mau minum
 Kurang mau minum  Kejang
 Kejang  Stridor
 Wheezing  Sianosis sentral
 Stridor  Gizi buruk
Pneumonia berat  Tarikan dinding dada  Tarikan dinding dada
dalam yang tampak jelas dalam
 Takipnea  Dapat minum
 Sianosis (-)
Pneumonia  Takipnue
 Tarikan dinding dada
dalam (-)
Bukan Tarikan dinding dada dalam (-), takipnea (-)
pneumonia
3. Rencana Penatalaksanaan

Anjuran: pemeriksaan darah rutin (WBC), DDR, foto thoraks PA.

Diagnosis: dyspnea ec bronkopnemonia

Penatalaksanaan
 O2 via mask 5-6 lpm
 IVFD RLD 18-20 tetes/ menit
 Ceftriaxon 650mg/ 12 jam/ IV (skin test)
 Gentamicin 65 mg/12 jam/IV
 Dexametason 8 mg/ 8 jam/ IV
 Nebulizer combivent : bisolvon: nacl
 Oral : salbutamol 2x 2mg
Cetrizine 1x1 cth
 Konsul dokter anak

manokwari, april 2018

PESERTA, PENDAMPING,

(dr. musdalifah) (dr. Yodi Kahuripan Sp. B )

Anda mungkin juga menyukai