Konsep Konstipasi
Konsep Konstipasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MATERI
DEFINISI
Menurut NANDA (2015), konstipasi merupakan penurunan frekuensi normal
defekasi yang disertai kesulitan atau pengeluaran feses tidak tuntas atau feses yang
keras, kering dan banyak. Menurut Chudahman Manan (2010), konstipasi adalah
gejala defekasi (BAB) yang tidak memuaskan, ditandai dengan frekuensi buang air
besar kurang dari tiga kali dalam seminggu atau kesulitan dalam evakuasi feses akibat
feses yang keras. Menurut North American Society for Pediatric Gastroenterology
Hepatology and Nutrition (NAPSGAN) 2006, menyebutkan konstipasi adalah
kelambatan atau kesulitan dalam defekasi yang terjadi dalam 2 minggu atau lebih dan
cukup membuat pasien menderita.
Berdasarkan pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa konstipasi
merupakan suatu kondisi terjadinya penurunan frekuensi normal defekasi yang
disertai dengan gejala defekasi yang tidak memuaskan, feses keras, kering dan
banyak serta kesulitan dalam mengevakuasi feses.
ETIOLOGI
Berikut ini merupakan beberapa penyebab terjadinya konstipasi diantaranya :
a. Kecenderungan alami gerakan usus yang lebih lambat, misalnya pada anak
dengan riwayat feses yang lebih padat dari normal pada minggu-minggu awal
setelah lahir.
b. Nutrisi yang buruk, misalnya yang tinggi lemak hewani dan gula (pencuci
mulut, makanan-makanan manis), serta rendah serat (sayuran, buah-buahan).
c. Beberapa obat dapat menyebabkan konstipasi, misalnya antasid, fenobarbital
(obat kejang), obat pereda nyeri, dan obat batuk yang mengandung kodein.
d. Kebiasaan BAB yang tidak baik, misalnya tidak tersedianya cukup waktu untuk
BAB dengan tuntas.
e. Kurangnya asupan cairan.
f. Kurangnya aktivitas fisik.
g. Adanya kondisi anus yang menyebabkan nyeri, misalnya robekan pada
lapisanmukosa anus (anal fissure). Hal ini dikarenakan mengedan untuk
mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan terjadinya fissure, dan nyeri
yang disebabkan fissure menyebabkan anak menahan kebutuhan BAB yang
memperparah konstipasi.
h. Toilet training yang dipaksakan. Toilet training pada anak yang belum siap
secara emosional dapat mengakibatkan anak memberontak dengan menahan
keinginan BAB. Jika anak belum siap untuk menjalani toilet training, tunggu
beberapa bulan sebelum memulainya kembali.
i. Kadang konstipasi dapat terjadi karena penganiayaan seksual (sexual abuse).
Konstipasi dapat merupakan akibat dari beberapa penyakit seperti tidak adanya
saraf normal di sebagian usus (Hirschprung disease), kelainan saraf tulang
belakang, kurangnya hormon tiroid, keterbelakangan mental, atau beberapa
kelainan metabolik. Namun sebab-sebab ini relatif jarang dan umumnya disertai
gejala lain.
MANIFESTASI KLINIS
Konstipasi dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti:
a. Sakit perut, BAB mungkin disertai rasa sakit.
b. Turun atau hilangnya napsu makan.
c. Mual atau muntah.
d. Turunnya berat badan.
e. Noda feses di celana dalam anak yang menandakan banyaknya feses yang
tertahan di rektum (bagian usus besar terdekat dengan anus). Jika anak
mengalami konstipasi yang cukup berat, ia dapat kehilangan kemampuan
merasakan kebutuhan ke toilet untuk BAB sehingga menyebabkan anak BAB
di celananya. Hal ini disebut encopresis atau fecal incontinence.
f. Mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan robekan
kecil pada lapisan mukosa anus (anal fissure) dan perdarahan.
g. Konstipasi meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
h. Perut terasa begah, penuh dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika
tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita seperti
sedang hamil).
i. Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna gelap, jumlahnya sedikit daripada
biasanya (kurang dari 30 gr), bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil.
j. Pada saat buang air besar feses sulit dikeluarkan sehingga perlu melakukan
penekanan pada area abdomen untuk mengeluarkan feses.
k. Bising usus melemah
l. Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada
biasanya
PENCEGAHAN
Berikut beberapa pencegahan untuk mencegah terjadinya konstipasi:
1. Jangan jajan di sembarang tempat.
2. Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
3. Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan
cairan lainnya setiap hari.
4. Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk
olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
5. Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air
besar.
6. Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan
dan sayur-sayuran.
7. Tidur minimal 4 jam sehari.
WOC/ PATHWAYS
Etiologi
Konstipasi
B. ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
- Nama
- Usia
- Jenis Kelamin
- Alamat
- Diagnose Medis
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dibuat untuk mendapatkan informasi tentang awitan dan
durasi konstipasi, pola emliminasi saat ini dan masa lalu, serta harapan pasien
tentang elininasi defekasi. Informasi gaya hidup harus dikaji, termasuk latihan
dan tingkat aktifitas, pekerjaan, asupan nutrisi dan cairan, serta stress.
Riwayat medis dan bedah masa lalu, terapi obat-obatan saat ini, dan
penggunaan laksatif serta enema adalah penting. Pasien harus ditanya tentang
adanya tekanan rektal atau rasa penuh, nyeri abdomen, mengejan berlebihan
saat defekasi, flatulens, atau diare encer.
4. Riwayat / Keadaan Psikososial
a) Bahasa yang digunakan : bahasa yang biasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari pasien.
b) Persepsi klien tentang penyakitnya : Klien menganggap penyakitnya
mengganggu aktifitas dan mengurangi nafsu makannya. Namun klien
tetap bersyukur semua yang dideritanya dan menganggap semua sakit
yang dideritanya tersebut sebagai cobaan dari Tuhan.
c) Konsep diri
1) Citra tubuh yaitu kumpulan sikap individu yang di sadari terhadap
tubuhnya termasuk persepsi masa lalu/sekarang, perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan dan potensi dirinya.
2) Ideal diri yaitu persepsi individu tentang bagaimana seharunya ia
berlakukan berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu.
3) Harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang di peroleh
dengan menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan
ideal dirinya. Harga diri tinggi merupakan perasaan yang berakar
dalam menerima dirinya tanpa syarat, meskipun telah melakukan
kesalahan, kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai orang
yang penting dan berharga.
4) Penampilan peran yaitu serangkaian perilaku yang di harapakan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok sosial.
5) Identitas diri yaitu pegorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab tehadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan
keunikan individu.
5. Pemeriksaan Fisik
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
B. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya
nafsu makan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen.
C. Intervensi Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat
defekasi dengan teratur (setiap hari)
Kriteria hasil :
- Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari.
- Konsistensi feses lembut
- Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Mandiri:
a. Tentukan pola defekasi bagi a. Untuk mengembalikan
klien dan latih klien untuk keteraturan pola defekasi klien
menjalankannya
b. Atur waktu yang tepat untuk b. Untuk memfasilitasi refleks
defekasi klien seperti sesudah defekasi
makan
c. Berikan cakupan nutrisi c. Nutrisi serat tinggi untuk
berserat sesuai dengan indikasi melancarkan eliminasi fekal
d. Berikan cairan jika tidak d. Untuk melunakkan eliminasi
kontraindikasi 2-3 liter per hari feses
2. Kolaborasi:
Pemberian laksatif atau enema
sesuai indikasi Untuk melunakkan feses
2. Kolaborasi:
a. Observasi:
1) Pantau nilai laboratorium, 1) Untuk dapat mengetahui
seperti Hb, albumin, dan tingkat kekurangan
kadar glukosa darah kandungan Hb, albumin, dan
glukosa dalam darah.
2) Ajarkan metode untuk 2) Klien terbiasa makan
perencanaan makan dengan terencana dan teratur.
b. Health Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga Menjaga keadekuatan asupan
tentang makanan yang nutrisi yang dibutuhkan.
bergizi dan tidak mahal
2. Kolaborasi
a. Observasi a. Observasi
1) Minta pasien untuk menilai 1) Mengetahui tingkat nyeri
nyeri atau ketidak nyaman yang dirasakan klien
pada skala 0 – 10
2) Gunakan lembar alur nyeri
3) Lakukan pengkajian nyeri 2) Mengetahui karakteristik
yang komperhensif nyeri
b. Health education 3) Agar mngetahui nyeri
1) Instruksikan pasien untuk secara spesifik
meminformasikan pada
perawat jika pengurang nyeri b. Health Education
kurang tercapai 1) Perawat dapat melakukan
2) Berikan informasi tetang tindakan yang tepat dalam
nyeri mengatasi nyeri klien
DAFTAR PUSTAKA
Budiana Keliat, dkk (penerjemah). 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC
Chudahman Manan. 2010. Cara Tepat Atasi Sembelit. Jakarta : medika Republika