Etika Berpakaian Dalam Islam
Etika Berpakaian Dalam Islam
Oleh:
Kelompok V (Lima)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya,
karena, berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis
dapat vmenyelesaikan makalah dengan tema “Etika Berpakaian Dalam Islam” yang
sederhana ini dapat terselesaikan tidak kurang dari pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi
salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah, serta merupakan bentuk langsung
tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak/Ibu selaku dosen serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar
bahwasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan yang maha Esa, sehingga
dalam penulisan dan penyusununnya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi
diri.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
B. Dalil Pakaian Wanita Dalam Islam
C. Etika Berpakaian Dalam Islam
D. Hikmah Berpakaian Islami
BAB III : PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Adanya berbagai kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang serba
canggih dan cepat dapat menghasilakan produk-produk yang beraneka ragam yang
digunakan untuk kebutuhan manusia. Salah satu aspek yang sangat berkembang dan
dapat mempengaruhi kehidupan manusia adalah industri pakaian. Pakaian pada
dasarnya adalah kebutuhan primer (pokok) yang sangat dibutuhkan oleh manusia di
dunia dan perkembanganya cukup signifikan, hal ini terbukti dengan berdirinya
pabrik-pabrik pakaian dengan berbagai model dan bahan yang sangat bervariasi
diseluruh dunia, khususnya di Indonesia.
Sebagai seorang muslim kita harus melihat kaidah-kaidah berpakaian yang
sesuai dengan syari’at islam, supaya apa yang kita kenakan dapat
dipertanggungjawabkan di akhirat kelak dan tidak memicu hal-hal yang tidak
diinginkan. Berbeda dengan zaman sekarang banyak dikenal model yang tidak sesuai
dengan syari’at islam, sebagai contoh adalah model pakaian yang dikenal dengan
istilah “you can see” yang artinya kamu boleh melihat, atau bahkan ada yang rela
mati-matian untuk menaikan bagian bawahnya ke atas dan yang atas rela diturunkan
kebawah, atau ada yang mengenangkan baju yang tidak semestinanya dipakai oleh
anak TK/SD (pakaian super ketat) hingga terlihatlah apa yang seharusnya tidak
terlihat. Naudzubillah min dzalik.
Begitu pula dengan kehidupan di kampus yang tentunya tidak terlepas dari
peratura-peraturan kampus sendiri. Dimana kampus merupakan salah satu media
untuk mencetak kader-kader penerus bangsa yang menjadi figur dari beberapa
kalangan, baik kota maupun desa dan kalangan lainnya. Sehingga masalah berpakain
di kampus juga perlu di jaga dan disesuaikan dengan syari’at Islam.
Akhir-akhir ini banyak diantara mahasiswa dan mahasiswi yang memfigurkan
pakaian-pakain barat sebagai kebanggaan mereka biasanya identik serba seksi
walaupun melanggar ketentuan syari’at islam. Dengan gaya dan mode pakaian
tersebut secara tidak langsung akan dapat memicu para generasi muda bangsa pada
perbuatan-perbuatan tidak diinginkan, terutama moral dan akhlak mereka serta
merugikan baik secara duniawi maupun ukhrawi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati
dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-
masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa
merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan
sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak
asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat
kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata
Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-
ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
B. Dalil Pakaian Wanita Dalam Islam
Adapun dalil bahwa jilbab merupakan pakaian dalam kehidupan umum,
adalah hadits yang telah diriwayatkan dari Ummu, Athiyah r.a, bahwa dia berkata:
“Rasulullah Saw memerintahkan kaum wanita agar keluar rumah menuju shalat ied,
maka Ummu’ Athiyah berkata, ‘salah seorang diantara kami tidak memiliki jilbab’
Maka Rasulullah Saw bersabda: “Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya
kepadanya.” (Muttafaqun ‘alaihi) (Al-Albani,)[1]
“Barangsiapa yang memanjangkan kainnya karena sombong maka Allah tidak akan
melihatnya.” Ummu Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus
dilakukan oleh para wanita dengan ujung pakaian mereka?” Beliau menjawab,
“Kalian boleh memanjangkannya sejengkal.” Ummu Salamah bertanya lagi, “Jika
begitu, maka kaki mereka akan terbuka!” Beliau menjawab, “Kalian boleh
menambahkan satu hasta dan jangan lebih.” (HR. At-Tirmizi) Sehasta adalah dari
ujung jari tengah hingga ke siku.[4]
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
“Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat:
(1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk
memukul orang. (2) Wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan
dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka
(disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga,
bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari
begini dan begini.” (HR. Muslim)[5]
Makna ‘berpakaian tetap telanjang’ adalah: Dia menutup sebagian auratnya
tapi menampakkan sebagian lainnya. Dan ada yang menyatakan maknanya adalah:
Dia menutupi seluruh auratnya tapi dengan pakaian yang tipis sehingga nampak
bagian dalam tubuhnya.[6]
Dari dalil di atas menunjukkan wajibnya seorang muslimah untuk berhijab.
Hijab secara syar’i adalah seorang wanita menutupi seluruh tubuhnya dan
perhiasannya, yang dengan hijab ini dia menghalangi orang asing (non mahram)
untuk melihat sedikitpun dari bagian tubuhnya atau perhiasan yang dia pakai. Dan
hijab ini bisa berupa pakaian dan bisa juga berupa berdiam di dalam rumah.
Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak
tangan. Ini ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:
1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan
mereka dari yang bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan
sempurna kecuali jika wanita tersebut berhijab dengan hijab yang sempurna menutupi
seluruh tubuhnya. Sementara tidak diragukan lagi bahwa menyingkap wajah
merupakan sebab terbesar untuk memandang ke arahnya.
2. Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya
kepada non mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa
disembunyikan, semisal pakaian terluarnya. Jika Allah Ta’ala melarang untuk
memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka tentunya wajah dan telapak
tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang wanita lebih wajib
lagi untuk disembunyikan.
3. Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dada-
dada mereka, sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk menutup
kepalanya. Jika khimar diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada, maka tentunya
secara otomatis wajah tertutup oleh khimar tersebut.
Aisyah radhiallahu anha berkata, “Semoga Allah merahmati wanita-wanita
Muhajirin yang pertama. Tatkala Allah menurunkan, “Dan hendaklah mereka
menutupkan khimar ke dada-dada mereka,” mereka merobek kain-kain mereka lalu
menjadikannya sebagai khimar.”
Islam tidak menetapkan bentuk atau warna pakaian untuk dipakai, baik ketika
beribadah atau di luar ibadah. Islam hanya menetapkan bahwa pakaian itu mestilah
bersih, menutup aurat, sopan dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim.
Mengapa berjilbab bagi wanita muslim diwajibkan oleh Allah swt ?
Karena dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah aurat bagi wanita dan
diperintah kan oleh Allah untuk menutupinya. Aurat wanita dapat mengundang
kemaksiatan bagi orang yang melihatnya, menutup auratpun dapat menghindarkan
wanita dari kedzaliman orang lain. Selain daripada itu, bisa mengangkat derajat dan
martabat wanita di mata Allah maupun masyarakat.
11) Selepas beli pakaian: apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud:
"Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon
kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan
kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya.
Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".
12) Berdoa: ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang
mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri
dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia”.
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai
menurut tuntutan agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup
aurat adalah cermin seorang Muslim yang sebenar.
D. Hikmah berpakaian Islami :
1) Seseorang yang berpakaian islami akan terjaga kehormatannya. Akhwat2 yang
memakai jilbab insyaAllah tidak akan diganggu oleh para ikhwan usil (Al Ahzab:59).
2) Terjaga dari perilaku yang menyimpang. Kalau di sekeliling kita masih banyak yang
membuka aurat, maka kita harus pandai2 mengalihkan pandangan. '' Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman,hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.'' (Q.S. An Nur:
30).
" Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan
pandangannya." (Q.S. An Nur: 31)
3) Terhindar dari penyakit tertentu. Pakaian takwa adalah pakaian yang menutupi tubuh.
Artinya, secara otomatis kulit kita akan terlindungi dari bahaya sinar ultraviolet yang
bisa menyebabkan kanker kulit.
4) Terhindar dari azab Allah. Pernah ada kejadian, seorang wanita yang sedang hamil
muda pergi ke suatu tempat untuk melaksanakan tugar dari perusahaan tempat ia
bekerja. Jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Tiba-tiba dalam perjalanan
mobilnya bertabrakan dengan mobil lain. Setelah diselidiki, tidak ada satu korban pun
yang selamat dari kecelakaan itu. Dan setelah diselidiki lebih jauh, tidak ada satu pun
identitas korban yang diketahui. Makanya mayat para korban dimakamkan oleh
penduduk setempat termasuk wanita yang hamil muda itu. Setelah beberapa hari
ternyata sang suami dan keluarga korban menerima berita tersebut dan langsung
menuju pemakaman sang istri. Kemudian mayatnya dipindahkan ke dekat tempat
tinggalnya. Tapi ketika makamnya digali,mereka melihat mayat wanita itu langsung
pingsan karena tidak kuat melihat mayat. Ketika dimakamkan, mayat tersebut
diletakan dalam kondisi membujur sementara setelah digali kembali posisi mayat
sudah berubah menjadi jongkok dengan kedua tangan diletakan diatas kepala seperti
menahan siksaan sementara kepalanya ditumbuhi paku2 besi yang sangat banyak
hampir memenuhi semua bagian kepalanya. Setelah diselidiki, ternyata wanita
tersebut belum berjilbab semasa hidupnya. Itu siksaan di alam kubur belum lagi
siksaan nanti di akhirat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak
tangan. Ini ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:
1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan mereka
dari yang bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan sempurna
kecuali jika wanita tersebut berhijab dengan hijab yang sempurna menutupi seluruh
tubuhnya. Sementara tidak diragukan lagi bahwa menyingkap wajah merupakan
sebab terbesar untuk memandang ke arahnya.
2. Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya
kepada non mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa
disembunyikan, semisal pakaian terluarnya. Jika Allah Ta’ala melarang untuk
memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka tentunya wajah dan telapak
tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang wanita lebih wajib
lagi untuk disembunyikan.
3. Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dada-dada
mereka, sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk menutup
kepalanya. Jika khimar diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada, maka tentunya
secara otomatis wajah tertutup oleh khimar tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Abdurrahman, Asymuni, dkk. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
Yogyakarta:Pustaka “SM”