BAB I
Pendahuluan ....................................................................................................................... 2
BAB II
BAB III
A. Penelitian .............................................................................................................. 11
B. Lokasi Penelitian dan pelaksanaan ........................................................................ 11
C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 11
D. Objek Penelitian .................................................................................................... 11
E. Sumber Data ......................................................................................................... 11
BAB IV
BAB V
PENUTUP ............................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 13
B. Daftar Pustaka ...................................................................................................... 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur. keselamatan dan keamanan kerja mempunyai
banyak pengaruh terhadap factor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart
(K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya
kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang di derita karyawan tanpa
sepengetahuan pengawas (K3). Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan
dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat
seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan
dimana para pekerja terjamin keselamatan pada saat bekerjabaik itu dalam
menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan
lingkungannya juga terjamin. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang
kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu
sendiri. Banyak factor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang
diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Begitu banyak
berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan
dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana
mewujudkannya dalam keadaan yang nyata
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kesehatan dan keselamatan kerja
Kesehatan kerja (occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial
yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan
karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), seperti hal nya masalah kesehatan
lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan
efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan
dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu
diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktivitas,
kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaannya,
Keselamatan dan keshatan kerja merupakan suatu bentuk usaha atau upaya bagi
para pekerja untuk memperoleh jaminan atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerja tersebut dapat mengancam dirinya
yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya.
3
Faktor-faktor yang menentukan kondisi pekerja yaitu :
Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja
secara disiplin agar tidak lalai yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
4
B. Pemasangan tulangan pada balok
Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu untuk
menahan gaya tarik. Oleh karena itu pada struktur balok, pelat, fondasi, ataupun
struktur lainnya dari bahan beton bertulang, selalu diupayakan agar tulangan
longitudinal (memanjang) dipasang pada serat-serat beton yang mengalami
tegangan tarik. Keadaan ini terjadi terutama pada daerah yang menahan momen
lentur besar (umumnya di daerah lapangan/tengah bentang, atau di atas
tumpuan), sehingga sering mengakibatkan terjadinya retakan beton akibat
tegangan lentur tersebut.
Tulangan longitudinal ini dipasang searah sumbu batang . Berikut ini diberikan
beberapa contoh pemasangan tulangan memanjang pada balok maupun pelat.
5
2. Pemasangan tulangan geser
Retakan beton pada balok juga dapat terjadi di daerah ujung balok yang dekat
dengan tumpuan. Retakan ini disebabkan oleh bekerjanya gaya geser atau gaya
lintang balok yang cukup besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh material
beton dari balok yang bersangkutan.
Agar balok dapat menahan gaya geser tersebut, maka diperlukan tulangan geser
yang dapat berupa tulangan miring/tulangan-serong atau berupa
sengkang/begel. Jika sebagai penahan gaya geser hanya digunakan begel saja,
maka pada daerah yang gaya gesernya besar (mislnya pada ujung balok yang
dekat tumpuan) dipasang begel dengan jarak yang kecil/rapat, sedangkan pada
daerah dengan gaya geser kecil (daerah lapangan/tengah bentang) dapat
dipasang begel dengan jarak yang lebih besar/renggang.
6
3. Jarak tulangan pada balok
Tulangan longitudinal maupun begel balok diatur pemasangannya dengan jarak
tertentu, seperti terlihat pada gambar berikut :
7
Keterangan gambar :
Sb = tebal penutup beton minimal (9.7-1 SNI 03-2847-2002).
Jika berhubungan dengan tanah/cuaca : Untuk D >atau =16 mm, tebal Sb = 50 mm. ;
Untuk D< 16 mm, tebal Sb = 40 mm ; Jika tak berhubungan tanah dan cuaca tebal Sb
= 40 mm.
b = Jarak maksimum (as-as) tulangan samping (3.3.6-7 SK SNI T-15-1991-03),
diambil < atau = 300 mm dan < atau = balok (1/6) kali tinggi efektif balok.Tinggi
efektif = tinggi balok – ds atau d = h – ds
S av = Jarak bersih tulangan pada arah vertikal (9.6-2 SNI 03-2847-2002) diambil >
atau = 25 mm, dan > atau = D.
Sn = Jarak bersih tulangan pada arah mendatar (9.6-1 SNI 03-2847-2002) diambil >
atau = 25 mm, dan > atau = D. Disarankan d > atau = 40 mm, untuk tulangan balok.
D = diameter tulangan longitudinal (mm)
ds = Jarak titik berat tulangan tarik sampai serat tepi beton bagian tarik, sebaiknya
diambil > atau = 60 mm.
8
Keterangan gambar :
As = luas turangan tarik (mm2)
As’ = luas tulangan tekan (mm2)
b = lebar penampang balok (mm)
c = jarak antara garis netral dan tepi serat beton tertekan (mm)
d = tinggi efektif penampang balok (mm)
ds1= Jarak antara titik berat tulangan tarik baris pertama dan tepi serat beton tarik
(mm)
ds2= jarak antara titik berat tulangan tarik baris kedua dengan tulangan tarik baris
pertama (mm)
ds’ = jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan (mm)
h = tinggi penampang balok (mm)
Karena lebar balok terbatas pada nilai b, maka jumlah tulangan yang dapat dipasang
pada 1 baris (m) juga terbatas. Jika dari hasil hitungan tulangan balok diperoleh
jumlah total (n) yang ternyata lebih besar daripada nilai m, maka terpaksa tulangan
tersebut harus dipasang pada baris berikutnya. Jumlah tulangan maksimal pada baris
(m) tersebut ditentukan dengan persamaan berikut :
𝑏−2∗𝑑𝑠1
m= +1
𝐷+𝑆𝑛
9
keterangan :
m = jumlah tulangan maksimal yang dapat dipasang pada 1 baris. Nilai m dibulatkan
ke bawah, tetapi jika angka desimal lebih besar daripada 0,86 maka dapat dibulatkan
ke atas.
b = lebar penampang balok (mm)
ds1 = jarak antara titik berat tulangan tarik baris pertama dan tepi serat beton tarik
(mm)
D = diameter tulangan longitudinal balok (mm)
Sn = jarak bersih antar tulangan pada arah mendatar, dengan syarat lebih besar dari
D dan lebih besar dari 40 mm (dipilih nilai yang besar)
Pada persamaan di atas, jika ternyata jumlah tulangan balok (n) > jumlah tulangan
per baris (m), maka kelebihan tulangan (n-m) tersebut harus dipasang di baris
berikutnya.
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang risk assessment,
tingkat risiko, dan upaya pengendalian risiko di area pembangunan konstruksi proyek
Mall Jambi City Center oleh PT. Black Steel sebagai salah satu langkah awal untuk
mencegah timbulnya risiko berdasarkan hasil evaluasi yang diperoleh .
D. Objek Penelitian
Sebagai objek penelitian adalah aspek manusia, mesin atau peralatan, bahan, proses,
cara kerja serta aspek lingkungan di area konstruksi Mall Jambi City oleh PT. Black Steel.
E. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data yang diperoleh
dengan melakukan observasi, survey ke lapangan dan wawancara serta diskusi dengan
tenaga kerja.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan di lokasi proyek Mall Jambi City Center oleh
PT. Black Steel yang berlokasi di kota jambi.
Pemasangan
Tulangan Terjatuh dari Pekerja yang *Cedera Menggunakan alat
Beton ketinggian tidak berhati- *Pingsan APD
hati dalam *Gegar otak
bekerja *Patah Tulang
Terkena Tidak
percikan pada menggunaka *Terjadi kerusakan Menggunakan
saat Mengelas n kacamata pada mata kacamata las
pada saat
mengelas
12
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu bentuk usaha atau upaya
bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan atas keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerja tersebut dapat
mengancam dirinya yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya.
B. DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (k3): Definisi, Indikator penyebab dan Tujuan
Penerapan Kesehatan dan keselamatan kerja (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html)
13
14
15
16
17