Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:

Fiska Martatillah Muhammad

15014101265

Masa KKM : 30 April 2018 – 27 Mei 2018

Pembimbing :

dr. L.F. Joyce Kandou, SpKJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI PASIEN

LAPORAN KASUS

SEORANG PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID

Nama : Tn. JK

Oleh :
Fiska Martatillah Muhammad
15014101265

Telah disetujui untuk menjadi pasien Laporan Kasus pada Mei 2018

Mengetahui,

dr. Frida M. Agu, Sp.KJ

SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fiska Martatillah Muhammad


NRI : 15014101265
Masa KKM : 30 April – 27 mei 2018

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar–benar telah melakukan wawancara psikiatri

terhadap pasien laporan kasus saya.

Manado, 7 Mei 2018

Fiska Martatillah Muhammad

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus yang berjudul, “SEORANG PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA


PARANOID” telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada Mei 2018.

Oleh :
Fiska Martatillah Muhammad
15014101265
Masa KKM : 30 April – 27 Mei 2018

Pembimbing,

dr. L.F. Joyce Kandou, SpKJ

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................v

3
I. IDENTITAS PASIEN............................................................................1
II. RIWAYAT PSIKIATRI..........................................................................2
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI.....................................................5
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL................................................10
V. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI.................13
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA...........................................15
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK............................................................16
VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL............................................................17
IX. DAFTAR MASALAH........................................................................18
X. RENCANA TERAPI...........................................................................18
XI. PROGNOSIS......................................................................................19
XII. DISKUSI.............................................................................................20
XIII. KESIMPULAN...................................................................................25
XIV. WAWANCARA PSIKIATRI...............................................................26

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................36

LAMPIRAN 37

4
LAPORAN KASUS

I.IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. JK

Umur : 48 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Tempat/tanggal lahir : Langoan, 5 Januari 1971

Status perkawinan : Belum Menikah

Pendidikan terakhir : SD

Perkerjaan : Petani

Suku/ Bangsa : Minahasa / Indonesia

Agama : Kristen Katolik

Alamat sekarang : Kaiuran Atas

Tanggal Datang di Poli : 7 Mei 2018

Cara Datang di Poli: Diantar oleh Kakanya

Tanggal pemeriksaan : 7 Mei 2018

Tempat pemeriksaan : Kaiuran Atas

No. Telepon : 081356XXXXX

5
II. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh melalui:

1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 7 Mei

2018 di rumah pasien di Desa Kaiuran Atas,

Langoan, Minahasa

2. Alloanamnesis dengan orang tua pasien bernama Tn.

AS pada tanggal 7 Mei 2018 di rumah pasien di Desa

Kaiuran Atas, Langoan, Minahasa

A. Keluhan Utama

Pasien dibawa ke RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

Manado oleh kakaknya karena pasien mulai berbicara

kacau, marah-marah, dan merontak.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang diantar oleh kakaknya ke RS. Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang Manado pada tanggal 7 Mei 2018 untuk menjalani

prosedur rawat jalan yaitu pemeriksaan setiap dua minggu dan

pengambilan obat untuk satu bulan.

Pasien pertama kali datang ke RSJ. Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang Manado pada Oktober 2017 diantar oleh

Kakanya dengan keluhan pasien mulai berbicara kacau,

marah-marah dan tiba-tiba ingin memukul ibunya tanpa

ada sebab serta pasien sering lari dari rumah dan

6
bertelanjang, pasien sering masuk keluar rumah sakit

dikarenakan pasien tidak teratur minum obat karena jarak

rumah ke rumah sakit yang sangat jauh.

Saat ditanya apakah pasien mnedengar bisikkan

pasien menjawab ada suara laki-laki yang ingin

menyuruhnya untuk memukul. Saat wawancara pasien

mengatakan seringkali melihat ada bayangan hitam di

dinding menyerupai gambar wanita bertelanjang atau

sedang bersetubuh. Pasien juga mengatakan jika bertemu

dengan orang-orang atau sedang bercerita pasien ingin

sekali meludahi orang tersebut tapi pasien menahan agar

tidak meludah.

Saat ditanya hubungan dengan keluarga pasien

mengaku baik-baik saja dan menyayangi kedua orang

tuanya, dan saudara - saudaranya.

Saat wawancara pasien menjawab sesuai pertanyaan

namun seringkali tiba-tiba berubah.

Pasien mengatakan mendengar bisikan suara laki-

laki yang mengganggu dan menyruhnya untuk memukul.

Pasien mengaku ketakutan berlebihan setiap saat dan bila

suara itu terdengar, pasien langsung bersembunyi dibawah

tempat tidur. Seringkali pasien menjawab bisikan tersebut

dengan teriakan. Bisikan-bisikan tersebut tidak pernah

menyuruh pasien untuk melakukan tindakan anarkis

7
seperti merusak barang ataupun melukai orang lain, pasien

juga mengatakan bahwa dia tidak mau tetangga-tetangga

sekitar rumah (motoling) sering menghina ibunya atau

berkata yang tidak-tidak tentang ibunya, namun menurut

keluarganya itu tidak benar.

Pasien juga sering berjalan-jalan tanpa tujuan, dan

jika ada yang menanyakan akan langsung dibentak. Pasien

juga mengalami perubahan sikap dimana pasien menjadi

sering marah-marah, jika ditanya sering membentak dan

tidak menjawab dengan benar. Keluhan perubahan sikap

dan halusinasi auditorik, mulai dirasakan pasien sejak awal

Juni 2010 dan semakin memburuk membuat Kakaknya

pasien memutuskan untuk membawa pasien berobat.

Pasien maupun keluarga pasien tidak mengetahui sebab

pasti atau pencetus dari timbulnya gejala.

Pasien akhirnya menjalani rawat jalan di RSJ. Prof. Dr.

V. L. Ratumbuysang Manado dari mei 2012 hingga

sekarang. Seminggu setelah Pasien sampai saat ini masih

mengkonsumsi obat-obatan namun tidak rutin sehingga

membuat pasien keluar masuk rumah sakit dikarenakan

kondisi pasien yang sering membuat kekacauan.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya

1. Psikiatrik

8
Pasien sebelumnya sudah pernah memeriksakan diri ke RSJ Prof.

Dr. V. L. Ratumbuysang Manado pada tahun 2012 dengan keluhan

berbicara kacau, dan mulai ingim memukul ibunya tanpa sebab. Sejak saat

itu pasien menjadi rutin kontrol ke Poli RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

Manado sampai sekarang.

2. Medis

Pasien tidak pernah mengalami riwayat kejang, ataupun penyakit

malaria namun pasien pernah dirawat di RS. Budi Setia dengan Nyeri dada.

3. Riwayat alkohol dan zat lain

Pasien merokok, minum alkohol dan tidak konsumsi

obat-obatan terlarang.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir secara normal dengan berat 2300 gram di RS. Budi

Setia dan ditolong oleh Dokter Spesialis. Pasien merupakan anak

kesepuluh dari 10 bersaudara. Pasien memiliki 4 saudara perempuan dan

5 saudara laki - laki. Saat mengandung, ibu pasien dalam keadaan baik.

Pasien lahir dengan kondisi sehat dan langsung menangis serta tidak

didapatkan tanda kecacatan.

9
2. Masa Anak-anak Awal (usia 0-3 tahun)

Pada stadium oral, pasien akan menangis saat merasakan haus dan

lapar. Segera setelah diberikan ASI, pasien akan menjadi tenang kembali.

Pasien mendapatkan ASI hingga usia 2 tahun 4 bulan.

Pada stadium anal, pasien diajarkan oleh ibunya untuk BAB di

toilet (toilet training). Saat pasien ingin BAB pasien sudah bisa berkata ke

ibunya, dan ibu pasien langsung membawanya ke toilet.

Pada stadium urethral, pasien juga sudah diajarkan untuk BAK di

toilet oleh orang tuanya. Kemudian pasien sudah bisa pergi BAK ke toilet

sendiri.

Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar

(basic trust versus basic mistrust), pasien menangis ketika di tinggal oleh

orang tuanya. Pasien merangkak usia 8 bulan dan mulai berjalan pada usia

11 bulan.

Pada stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu (autonomy versus

shame and doubt), pasien sudah mulai bisa mengucapkan mama-papa dan

pasien sudah mulai bisa makan sendiri.

3. Masa Anak-anak Pertengahan (usia 4-11 tahun)

Pada stadium falik, pasien sudah menyadari bahwa dirinya berjenis

kelamin laki-laki dan sudah mulai memakai pakaian seperti anak laki-laki.

Dan pasien akan masuk ke toilet umum khusus untuk laki-laki. Pasien

dekat dengan kedua orang tuanya.

10
Pada stadium latensi, pasien sudah mulai bisa bersosialisasi dengan

teman-teman seusianya, di sekolah maupun teman yang dekat dengan

sekitar lingkungannya.

Pada stadium industri lawan inferioritas, pasien memiliki ingatan

yang baik dalam belajar. Pasien bisa membaca dan menulis. Pasien

mengaku tidak memiliki kesulitan dalam belajar semasa sekolah.

4. Masa Anak-anak Akhir (pubertas sampai masa remaja)

Pada stadium genital, pasien bisa mandiri. Pasien berusaha untuk

melakukan tugasnya dan bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan

kepadanya.

Pada stadium identitas lawan difusi peran (identity versus role

diffusion), pasien mudah bergaul dengan teman-temannya. Untuk masalah

pribadi, pasien adalah orang yang awalnya menutupi hal tersebut pada

ibunya ataupun ayahnya namun pada akhirnya akan bercerita juga.

Orientasi seksual pasien adalah lawan jenis yang sebaya.

5. Masa Dewasa

 Riwayat Pendidikan

Pasien masuk SD saat usianya 6 tahun, pasien SD Katolik di Langoan

dan tidak melanjutkan ke Tingkat SMP dan selajutnya.

 Riwayat Pekerjaan

11
Pasien bekerja sebagai tani dan pekerjaan serabutan di Desa Kaiuran

Atas.

 Riwayat Psikoseksual

Pasien mengetahui identitas seksualnya sebagai laki-laki karena ia

menyadari bahwa secara biologis dan karakteristik adalah seorang laki-

laki. Pasien pernah pacaran.

 Riwayat Pernikahan

Pasien belum menikah

 Riwayat Keagamaan

Pasien beragama Kristen Katolik. Pasien adalah seorang yang taat

beragama. Pasien sering pergi ke gereja dan mengikuti ibadah-ibadah

di lingkungan setempat.

 Aktivitas Sosial

Hubungan pasien dengan lingkungannya baik.

 Situasi Hidup Sekarang

Saat ini pasien tinggal di rumah yang berlokasi Desa Kaiuran Atas,

Langoan. Rumah pasien berlantai semen, beratap seng, berdinding

kayu, memiliki 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi, 2 kamar tidur

dan 1 sumur. Pasien tinggal sendiri.

 Riwayat Hukum

12
Pasien tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib ataupun

melanggar hukum.

 Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak kesepuluh dari sepuluh bersaudara. Hubungan

pasien dengan keluarganya baik dan hangat. Tidak ditemukan adanya

riwayat gangguan jiwa pada keluarga pasien.

Genogram

: Laki-laki

: Perempuan

a. Persepsi pasien terhadap diri

Pasien merasa dirinya sakit, tahu faktor penyebabnya dan berusaha

mencari pengobatan.

b. Persepsi pasien terhadap keluarga

13
Pasien sadar selama ini keluarga mendukungnya untuk sembuh dari sakit.

Pasien juga merasa tidak mampu menjalani masa sakit jika keluarganya

tidak ada.

c. Persepsi keluarga terhadap pasien

Keluarga pasien mendukung penuh pasien untuk bisa sembuh. Keluarga

mengontrol pasien dalam mengkonsumsi obat.

14
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien   laki­laki,   berusia   48   tahun,   tampak   tidak   sesuai   usianya.

Kulit kuning langsat dan rambut berwarna putih. Pasien memakai baju

coklat  dan   celana   hitam.   Sikap   pasien   cukup   tenang   dan   membuat

kontak mata dengan pemeriksa.

2. Perilaku dan aktivitas motorik
Selama wawancara, pasien dapat duduk tenang. Pasien merespon

setiap pertanyaan pemeriksa. Pasien sering kali menghindari kontak

mata dengan pemeriksa dan cenderung tidak menatap mata pemeriksa

saat di anamnesis.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kurang kooperatif pada saat menjawab pertanyaan.

B. Mood dan Afek
1. Mood : Aleksitimia

2. Afek : Menyempit

C. Karakteristik bicara

Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan dan menjawab sesuai

pertanyaan. Artikulasi jelas, volume kecil dan intonasi jelas, isi

pembicaraan cukup.

15
D. Gangguan Persepsi

Halusinasi auditorik: (+)

Halusinasi visual : (+)

E. Proses pikir
1. Arus pikir :  Flight of idea. Saat wawancara pasien menjawab sesuai

dengan pertanyaan, namun seringkali dengan cepat jawaban berubah

menjadi topik lain.


2. Isi pikiran : Waham paranoid (waham rujukan).

F. Kesadaran dan Kognitif
1. Kesadaran : compos mentis
2. Orientasi
a. Orientasi waktu : Pasien dapat membedakan siang dan malam.
b. Orientasi tempat :   Pasien   mengetahui   dirinya   sedang   berada   di

rumah.
c. Orientasi orang : Pasien dapat mengenali keluarganya.
3. Daya ingat
a. Jangka panjang :   Tidak   terganggu,   pasien   dapat   mengingat   nama

anggota keluarganya.
b. Jangka sedang : Tidak terganggu, pasien ingat kapan terakhir kali

berobat.
c. Jangka pendek : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat bahwa

tadi pagi pasien sarapan apa.
d. Segera : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat kembali

nama pemeriksa yang disebutkan sebelumnya.
4. Konsentrasi dan perhatian
Tidak   terganggu.   Ketika   wawancara   berlangsung   pasien   dapat

memusatkan   perhatiannya   terhadap   pertanyaan   pemeriksa   dan

16
menjawab pertanyaan tersebut dengan baik sesuai dengan pertanyaan

yang ditanyakan.
5. Kemampuan membaca dan menulis
Pasien bisa membaca.
6. Kemampuan visuospasial
Baik,   pasien   dapat   menggambarkan   denah   jalan   ke   rumah   pasien

dengan baik dan benar.
7. Intelegensi dan daya informasi
Baik, semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik.

G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang

cukup lama dengan baik dan tenang.

H. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya nilai sosial

Baik. Pasien mengucapkan terima kasih kepada pemeriksa karena telah

mengunjungi pasien di rumahnya.

2. Uji daya nilai

Terganggu karena masih ada waham.

3. Tilikan

Derajat tilikan 6, dimana pasien sadar bahwa dirinya sedang sakit, sadar

bahwa membutuhkan pengobatan, dan tahu apa penyebabnya.

I. Taraf dapat Dipercaya

17
Penjelasan yang diberikan pasien sebagian besar benar setelah

dikonfirmasi dengan kakak pasien.

V. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI
A. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : baik, kesadaran compos mentis

Tanda vital : TD 120/70 mmHg, N 74x/menit, RR 20x/menit,

S 36,7°C

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

R. Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal

R. Abdomen : Hepar/Lien tak teraba, Bising Usus: normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologi

1. GCS : E4M6V5

2. Mata : Gerakan, searah, pupil bulat

3. Pemeriksaan nervus kranialis :

a. N. olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi.

b. N. optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi.
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat dilihat bahwa pasien memiliki gerakkan

bola mata yang wajar.


d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat pasien dapat tersenyum.

18
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan. Hal ini

memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan

pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.


g. N. glosssopharyngeus (N.IX)
Tidak dievaluasi
h. N. vagus (N.X)
Tidak dievaluasi

i. N. aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat

menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan

bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.


j. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dievaluasi.
k. Sindrom ekstrapiramidal
Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal (tremor, rigiditas, tardif

diskinesia, hipersalivasi)

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan pasien mulai

berbicara kacau dan tiba-tiba ingin memukul ibunya tanpa

ada sebab, serta pasien sering lari dari rumah dan

bertelanjang, pasien sering masuk keluar rumah sakit

dikarenakan pasien tidak teratur minum obat karena jarak

rumah ke rumah sakit yang sangat jauh.

Sikap pasien duduk tenang dan kontak mata dengan

pemeriksa baik. Pasien tidak menghindari kontak mata

dengan pemeriksa dan cenderung menatap mata

pemeriksa saat wawancara. Pasien kooperatif dan

menjawab sesuai pertanyaan, volume kecil, artikulasi dan

19
intonasi jelas, dan isi pembicaraan cukup. Kesadaran

pasien compos mentis. Orientasi waktu, tempat dan orang

serta daya ingat pasien baik. Pasien dapat memusatkan

perhatian terhadap pertanyaan dan menjawab pertanyaan

dengan baik sesuai pertanyaan yang ditanyakan. Arus pikir

pasien saat diwawancara adalah flight of idea, ditemukan

waham paranoid (rujukan). Persepsi pasien ditemukan

halusinasi auditorik yang menyuruh untuk memukul, dan

halusinasi visual yaitu sering melihat bayangan hitam di

dinding menyerupai perempuan dan sedang bersetubuh.

Mood aleksitimia dan afek menyempit. Dari pertimbangan

tilikan terhadap penyakit, termasuk tilikan derajat 6,

dimana pasien sadar bahwa dirinya sedang sakit dan butuh

pengobatan, dan tahu apa penyebabnya. Pemeriksaan fisik

interna dan neurologi dalam batas normal, tidak ditemukan

kelainan.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Gangguan jiwa memiliki kriteria yaitu adanya gejala klinis yang

bermakna berupa sindrom atau pola perilaku atau pola psikologis. Gejala

klinis tersebut cukup bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress)

serta disabilitas. Gejala-gejala tersebut telah menyebabkan kemampuan

pasien untuk menilai realita (insight) terganggu sehingga mempengaruhi

fungsi sosial dan kehidupan sehari-hari.


Keadaan pasien compos mentis dan pada pemeriksaan status

interna dan status neurologi tidak ditemukan adanya gangguan medis

20
umum yang dapat menimbulkan disfungsi otak sehingga diagnosis

gangguan mental organik dapat disingkirkan.


Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan yang

telah dilakukan, menurut DSM V dapat disimpulkan bahwa pasien

menderita skizofrenia paranoid, karena didapatkan adanya waham rujukan

dan halusinasi auditorik dan visual yang berlangsung bertahun-tahun.

Gejala ini muncul bukan karena pengaruh zat atau kondisi medis. Tidak

didapatkan adanya gangguan mood pada pasien.


Pada aksis I ditemukan adanya gejala psikotik seperti halusinasi

auditorik dan visual serta waham rujukan sehingga diagnosis pasien ini

adalah skizofrenia paranoid.


Pada aksis II, ciri kepribadian pasien ini adalah paranoid dimana

pasien sering berprasangka buruk kepada tetangga-tetangganya.


Pada aksis III, tidak ditemukan kondisi medis umum yang

bermakna sehingga tidak ada diagnosis untuk aksis III.


Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan kehidupan pribadi pasien

dimana pasien pernah mau menikah dengan seorang wanita tetapi ditolak.
Pada aksis V, Global Assesment of Functioning (GAF) scale

current 80-71, yaitu terdapat gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain. GAF scale High

Level Past Year (HLPY) 70-61, yaitu gejala ringan dan menetap,

disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL


Aksis I : Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Ciri kepribadian paranoid
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah dengan mantan pacar.
Aksis V : GAF current 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain. GAF scale

21
High Level Past Year (HLPY) 70-61, yaitu gejala ringan dan

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

IX. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologi : Tidak ada faktor genetik.
B. Psikologi :Bicara kacau, halusinasi auditorik,

halusinasi visual, waham rujukan


C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Pasien saat di berada di rumah,

dapat menjalin hubungan baik dengan keluarga intinya dan lingkungan

sekitarnya.
X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakologi
Risperidon 2mg 2x1 tablet/hari
Tryhexilphenidil 2mg 2x1 tablet/hari
B. Psikoterapi
1. Terhadap pasien
a. Menjelaskan kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya,

tujuan dari pengobatan yang sedang dijalaninya dan pentingnya

keteraturan minum obat.


b. Memberi edukasi dan dukungan dengan jelas agar pasien mengerti

fungsi dari obat yang dikonsumsi, sehingga pasien percaya dan

mau mengkonsumsi obat secara teratur.


2. Terhadap keluarga
a. Memberikan penjelasan terhadap keluarga tentang penyakit pasien,

dan pengobatannya agar keluarga dapat menerima kondisi pasien.


b. Meminta keluarga agar mengawasi pasien agar teratur minum obat

dan memberikan motivasi serta dukungan kepada pasien.


c. Meminta keluarga untuk memastikan pasien dalam pengawasan

sehingga pasien terhindar dari benda-benda yang dapat mengancam

keselamatan pasien dan orang sekitar.

XI. PROGNOSIS
A. Ad vitam : dubia ad bonam
B. Ad functionam : dubia ad bonam
C. Ad sanationam : dubia ad bonam
I. DISKUSI

22
A. Diagnosis

Skizofrenia merupakan sindrom yang heterogen yang mana


diagnosisnya belum dapat ditegakkan memakai suatu uji laboratorium
tertentu, diagnosisnya ditegakkan berdasarkan sekumpulan gejala yang
dinyatakan karakteristik untuk skizofrenia. Untuk mengetahui dan
memahami perjalanan penyakit skizofrenia diperlukan pendekatan yang
sifatnya holistik, yaitu dari sudut organobiologik, psikodinamik,
psikoreligius dan psikososial.1,2
Pedoman untuk dapat menegakkan diagnostik adalah DSM-V (Diagnostic
and statistical manual). Penegakkan diagnosis pada kasus ini berdasarkan
dari anamnesis terhadap pasien dan keluarga.3,4
Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:
a. Dua (atau lebih) dari gejala di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami
selama periode 1 bulan (atau kurang apabila berhasil diterapi).
Setidaknya harus terdapat kriteria (1), (2), atau (3) Di antaranya:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau
inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada
kemauan (avolition)
Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau
atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari
perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling
bercakap-cakap satu sama lainnya.
b. Disfungsi sosial/pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan,
hubungan interpersonal, atau perawatan diri adalah jelas di bawah
tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-

23
anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian
interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
c. Durasi : tanda gangguan terus-menerus menetap sekurangnya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau
kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu,
gejala fase aktif) dan mugkin termasuk periode gejala prodromal atau
residual. Selama periode prodromal atau residual, tanda gangguan
mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau
lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang
diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi
yang tidak lazim).
d. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood : gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah
disingkirkan karena : (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau
campuran yang telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif,
atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi
totalnya adalah relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan
residual.
e. Penyingkiran zat/kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan
oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
f. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif : jika terdapat
riwayat adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan
pervasif lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika
waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk
sekurangnya 1 bulan ( atau kurang jika diobati secara berhasil).
Pada kasus yang didapat pasien Bpk.AS 42 tahun masuk di dalam
kategori Skizofrenia Paranoid karena memenuhi kriteria diagnosis :
1. Preokupasi pada satu atau lebih waham atau sering mengalami
halusinasi.
2. Tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe
terdisorganisasi atau katatonik.

24
Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling sering
dijumpai di negara manapun. Gambaran klinis didominasi oleh waham-
waham yang secara relatif stabil, seringkali bersifat paranoid, biasanya
disertai oleh halusinasi-halusinasi terutama halusinasi pendengaran dan
gangguan persepsi (gejala positif). Awitan subtipe ini biasanya terjadi lebih
belakangan dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia yang lain.
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksan status mental, di mana ditemukan gejala-gejala yang mengarah
dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid berupa waham dan halusinasi yang
menonjol.
B. Ciri Kepribadian

Kepribadian pasien ini adalah ciri kepribadian paranoid.


Beradasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III
diagnostik dari kepribadian paranoid memiliki ciri-ciri:3

1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan


2. Kecendrungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
3. Kecurigan dan kecendrungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dengan menyalah artikan tindakan orang lain yng netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
4. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan
situasi yang ada (actual situation)
5. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification), tentang kesetiaan
seksual dari pasangannya
6. Kecendrungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
brmanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self refferential
attitude)
7. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substantif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri
maupun dunia pada umumnya.
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari ciri-ciri diatas.

25
A. Rencana terapi

Obat-obat anti psikotik terutama bekerja sebagai antagonis reseptor


dopamin dan serotonin diotak, dengan target untuk menurunkan gejala-
gejala psikotik seperti halusinasi, waham dan lain-lain. Sistem dopamin
yang terlibat yaitu sistem nigrostriatal, sistem mesolimbokortikal, dan
sistem tuberoinfudibuler. Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang
utama: antagonis reseptor dopamin, risperidone dan clozapine.
Terapi medikamentosa pasien saat ini yang diberikan adalah
risperidone 2 mg 2x1 tablet perhari. Risperidone merupakan derivat dari
benzisoksasole mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor
serotonin (5HT2), dan aktifitas menengah terhadap reseptor dopamin (D2),
alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor histamin. Aktifitas antipsikosis
melalui hambatan terhadap reseptor serotonin dan dopamin. Risperidone
menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena
kemungkinan obat ini lebih efektif dan aman daripada antagonis reseptor
dopamin. Efek samping ekstrapiramidal umumnya lebih ringan.
Pada beberapa penderita skizofrenia ini juga diberikan trihexypenidil
(THP) dengan dosis 2 mg 2x1 tablet perhari untuk mengurangi kegoyahan
dan gelisah yang dapat disebabkan oleh beberapa efek obat yang tidak
diinginkan dan membantu mengurangi gejala ekstrapiramidal yang
muncul. Namun, pemberian trihexypenidil (THP) dalam jangka waktu
yang lama dapat mempengaruhi fungsi kognisi di daerah hipokampus,
sehingga pada pasien juga perlu diberikan haloperidol untuk mengurangi
efek samping dari pemberian jangka panjang dari trihexypenidil (THP)
tersebut. 5
XII. KESIMPULAN
1. Pasien di diagnosis dengan skizofrenia paranoid
2. Dibutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama keluarga untuk

memberikan semangat dan motivasi kepada pasien dalam proses

kesembuhannya.
3. Keluarga harus diberi penjelasan agar dapat membantu pasien untuk dapat

kontrol dan meminum obatnnya dengan rutin.

26
XIII. WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan dengan pasien dan korang tua di rumah pasien di Desa

Kaiuran Atas, Langoan pada tanggal 7 Mei 2018 pukul 19.00 WITA.
Keterangan:
A = Pemeriksa
B = Pasien
C = kakak pasien

A : Selamat malam bapak, saya dengan dokter muda Fiska Martatillah. Kita mo

batnya-tanya sadiki ne.

B : Boleh dok

A : Bapak pe nama lengkap?

B : Jerry Kolandus

A: Umur berapa bapak?

B : 48 tahun

A : Boleh tau tempat dan tanggal lahirnya pak?

B : Langoan, tanggal 1 Mei 1976

A : Bapak so menikah?

B : belum

A : Pendidikan terakhir?

B : SD kog so nda lanjut dok.

A : Pekerjaan?

B : Tani mar sering serabutan lagi kadang kita bantu babikin Gula dok.

27
A : Bapak suku mana ?

B : Minahasa dokter

A : Maaf bapak, kalo boleh tahu agama apa?

B : Agama Kristen Katolik

A : Alamat sekarang di mana kang bapak?

B : Desa Kaiuran Atas dok

A : Jadi kemarin datang ba control ada rasa apa?

B : nyanda dok, cuma ambe obat

A : Bapak baru pertama kali maso rumah sakit atau so pernah?

B : so pernah so dari 2013 so maso kaluar

A : Karena apa dang sampe bapak maso rumah sakit itu 2013

B : Karena kita kwa mo pigi kobong kong bakalae deng kita pe sudara soalnya

kita dorang bilang kata kita nakal dokter kita kata ja manakal orang p tanaman

kata karena kita nae pitam kita marah kong dusu, dokter kita nimau itu tetangga-

tetangga kwa mo kucilkan kita pe mama kita nimau dorang mo bacerita.

A: Bapak ada dengar dorang bilang bagitu?

B : Nyanda mar kita rasa bagitu

A : Selain itu karena apa le dorang bawa di rumah sakit

B : kita kata ada bajalan kong batelanjang kong dorang bawa noh

28
A : bapak tau sapa yang antar?

B : nda tau dok, orang sei jalan

A : Bapak waktu itu ada dengar suara-suara begitu?

B : Iyo ada suara-suara begitu.

A : Ada orang bisik-bisik apa?

B : Rupa mo suruh bapukul dok

A : Suara laki-laki? Ibu kenal depe suara?

B : Iyo laki-laki, kita nda kenal.

A : Bapak dang ada ja liat bayangan-bayangan ja muncul ?

B : Ada dokter, kita ja lia ada bayang itam di dinding bentuk perempuan, ato

lengkali gambar da bagitu (bersetubuh).

A : So lama ja lia bagitu

B : Iyo so lama skali

A : Bapak suka minum kopi?

B : Suka, mar skrang so nda talalu

A : Bapak ja merokok deng minum alcohol?

B : hehehe iyo dokter ada itu dari muda apa le kalo stress,

A : Bapak anak keberapa kang dari berapa bersaudara?

29
B : Anak kesepuluh, kog kita yang bungsu dok, baru kita ada sudara kembar le

dok.

A : Depe urutan?

B : Anak pertama perempuan, anak kedua perempuan, tiga perempuan, baru yg ke

empat laki-laki sampe kita p kakak kedelapan laki-laki, baru kita kembar

perempuan kog kita noh dok.

A : kong bapak p sudara kembar dimana dang?

B : ada no dok.

C : Ada kerja di Hongkong dokter.

A : kalo bapak p mama dang?

B : so meninggal waktu kita sakit itu no dok

Bertanya ke kakak pasien

A : Ibu kita mo tanya ibu pe anak masa kecil ne. Waktu dulu lahir dirumah atau di

rumah sakit?

C : lahir dirumah sakit dokter di RS. Budi Setia

A : kalo ibu tau, dulu bapak jerry minum ASI?

C : Iyo ASI. Lama dok sampe 2 taon lebe kwa dok

A : Ibu waktu kecil ja se manja pa bapak jerry

C : ya biasa dok soalnya kasiang dia yang bungsu dng dokter

30
A : bapak jerry pe pergaulan dulu dang bagus-bagus?

C : ado io kalo soal batamang-batamang

A : Kalo di sekolah dang bu?

C : biasa no dok bgitu jo

A : Bapak jerry pe hubungan deng kakak adik?

C : bae-bae skali dok, dia dang ja babantu p torang dok.

A : oh..oke dang bu ne makase so ba jawab-jawab, jang lupa ne bapak jerry rutin

minum obat

C : iya dokter sama-sama

B : iyo dok kita kalo antar makan selalu kita tunggu sampe dia minum obat dok.

A: Kita permisi dulu ne ibu. Makasih

B, C : makasih dokter.

DAFTAR PUSTAKA

1. First M.B., Tasman A. Schizophrenia. In: DSM-IV-TR Mental Disorders


Diagnosis, Etiology and Treatment. London: Wiley, 2004. p. 640-700
2. Hawari, D : Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia edisi 2
cetakan ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006.
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dario
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT
Nuh Jaya, 2001.

31
4. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. Washington DC: American
Psychiatric Publishing, 2013
5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya,
2007.
6. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010.
7. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2013

LAMPIRAN

Jl. Raya Langoan

Gereja Sentrum

32
Rumah pasien

33
34

Anda mungkin juga menyukai