Anda di halaman 1dari 5

Pemuda Yang Menangis

PS : Jadilah si pemuda.

Di suatu kota yang cukup modern,hiduplah seorang pemuda yang menjalani


kehidupannya yang normal sebagai manusia. Dia berusia 19 tahun,seorang mahasiswa
yang masih terseok – seok mengikuti arus kesibukannya di dunia.Dia adalah pemuda
yang pantang menyerah, penuh kebahagiaan,dan sensitif. Tetapi yang harus diingat
adalah,ada hal baik dan hal buruk yang terdapat dalam setiap manusia di dunia ini dan
setiap kepribadian terbentuk karena perjalanan yang telah ditempuh dan latar belakang
manusia itu sendiri. Mari kita tarik kehidupan pemuda ini 10 tahun ke belakang.

Di usia nya yang menginjak 9 tahun,dia sudah dihadapkan dengan masalah yang
berat bagi anak berusia 9 tahun. Ayahnya tidak bekerja dan sang Ibu yang
penghasilannya hanya cukup untuk kehidupan sehari hari ditambah Kakaknya yang
ingin melanjutkan pendidikan ke Universitas. Ayahnya banting tulang mencari
pinjaman demi memperpanjang impian sang Kakak. Kondisi keluarga sedang
kritis,cekcok tak jarang di dengar para tetangga,lirih tangisan Ibu masih tetap terdengar
oleh pemuda itu ditengah tengah diamnya pada larut malam. Psikis pemuda itu
hancur,dia sendirian di dunia ini. Ditengah kondisi keluarga yang runyam,pemuda ini
akhirnya di asuh oleh kakek dan neneknya. Kakeknya adalah pribadi yang keras dan
sangat disiplin terhadap aturan dan nenek adalah seseorang yang penuh kehangatan dan
kasih sayang. Pemuda yang awalnya hancur ini perlahan mulai membaik. Hari harinya
terbebas dari perdebatan sengit orang tuanya. Di suatu sore pemuda itu duduk di teras
bersama neneknya, mereka membicarakan tentang cita cita pemuda itu. Pemuda itu
berkata ingin menjadi seorang pilot. Neneknya pun tersenyum lebar dan berkata satu
hal. Satu hal masih dia ingat sampai sekarang “Jangan pernah biarkan orang lain
mengatakan bahwa kau tidak bisa melakukan apa apa nak. Sekalipun itu
keluargamu”,nenek berkata dengan lirih. Hati pemuda itu seketika tersentak, dan
melihat senyum lebar neneknya. Dia percaya dengan kata - kata tersebut. Banyak hal
yang disampaikan oleh neneknya dari mulai bagaimana cara menjahit seragam sekolah
hingga cara menjadi seorang pemuda yang beradab di tengah sadisnya dunia. Singkat
cerita pemuda ini memutuskan untuk membantu orang tuanya. 3 tahun ia jalani sebagai
tukang semir sepatu, memang tidak seberapa penghasilannya,tetapi cukup untuk ongkos
bermain Playstation di hari minggu. Kakek, nenek serta orang tuanya pun tidak
mengetahui jika pemuda itu bekerja, apa yang ada dipikiran mereka jika tahu pemuda
itu bekerja? Pastilah mereka tidak akan rela, tetapi itulah jalan yang dia tempuh. 3 tahun
itu pun ia telah melihat getirnya kehidupan jalanan,dirinya sudah cukup matang bila
dihadapkan dengan kerasnya jalanan, dari mulai kejaran satpol PP yang mengadakan
razia sampai perampasan oleh preman pasar telah ia alami. Tak jarang pemuda itu
terlambat pulang kerumah. Dia tahu konsekuensi pulang terlambat. Kakeknya sudah
menunggu di depan ruang keluarga sambil menggenggam rotan di tangan kanannya. Di
hajarlah pemuda itu hingga lebam punggungnya. Namun di lain sisi bukan kekerasanlah
yang membentuk kepribadian pemuda itu.

Masa SD telah usai dan keluarganya telah kembali membaik. Ayah telah
bekerja,Ibu menempati posisi yang lebih baik dan Kakak telah memasuki semester 6 di
masa kuliahnya. Pemuda itu kembali ke keluarganya. Hasil tempaan kakek dan
neneknya sangatlah berguna baginya. Disiplin,taat,jujur dan berani. Dia siap
menghadapi babak baru dalam hidupnya. Singkat cerita ada yang kurang dalam
kehidupannya. Pemuda itu belum mengenal baik siapa tuhannya. Inilah yang menjadi
awal titik balik kehidupannya.

Pada tengah pelajaran Agama Islam, pemuda itu termenung, ia benar – benar
memperhatikan apa yang dikatakan oleh gurunya. Gurunya berbicara tentang jalan
hidup seorang muslim yang baik. Pada satu momen pemuda itu tertegun dan tersadarkan
oleh perkataan sang guru. Guru itu mengatakan “Jalan hidup seorang muslim adalah
kasih sayang. Seorang muslim itu menyebarkan kasih sayang” nadanya pelan dan tegas.
Pemuda itu lalu bertanya “Apa manfaatnya berlaku baik? Sama saja ada yang jahat
kepada kita”. Gurunya menghampirinya dan menatap pemuda itu dalam dalam seraya
berkata “Jika kamu melakukan kebaikan, Allah akan tersenyum diatas dan
membanggakan dirimu kepada para malaikatNya nak dan jika ada yang berlaku jahat
kepadamu,biarkan saja tetaplah berlaku baik” Pemuda itu membalas “Apakah Allah
selalu begitu?” nadanya lirih, semua teman kelas melihatnya dalam diam, “Ya, Allah
akan selalu membanggakan dirimu. Dia lah yang Maha Kuasa, mintalah sesuatu
kepadaNya dia akan memberikannya padamu. Itu pasti.” Sahut gurunya mantap. Bel
sekolah pun berbunyi.
Dalam perjalanan pulangnya pemuda itu masih terngiang akan percakapan
singkatnya tadi. Dia bingung. Akal sehatnya belum bisa memahami hal tersebut,
bagaimana bisa seseorang dapat berlaku baik sementara dunia berbalik kejam
terhadapanya. Butuh waktu yang lama bagi pemuda itu memahami konsep yang
dikatakan oleh gurunya. Pemuda itu memutuskan untuk mencobanya terlebih dahulu.
Dalam benaknya dia tidak tahu apakah ini benar atau salah,dia hanya mencoba.

Pada suatu siang yang sangat terik pemuda itu merasa sangat lelah dan rasanya
ingin pulang naik bis. Uangnya cukup untuk ongkos naik bis dari sekolah ke
rumahnya,Rp.2500 sudah di genggam. Dia menahan nafsunya untuk membeli air
sebagai pelepas dahaga di siang itu. Langkahnya tertatih menuju terminal dekat
sekolahnya,di tengah jalan dia melihat wanita tua terduduk lemas di trotoar dengan
pakaian yang sudah rombel,terlihat sangat tidak berdaya. Pemuda itu berfikir untuk
menolongnya, apa daya di kantongnya sudah tidak ada uang lagi. Pemuda itu melewati
nenek tersebut begitu saja. Sesampainya dirumah pemuda tersebut balas dendam atas
apa yang dia rasakan,seketika dia terbayang kondisi nenek yang dia temui di perjalanan
pulangnya tadi,hatinya lirih merasakan derita nenek tersebut. Dia duduk termenung
tanpa kata,dirinya merasa bersalah karena tidak menolong nenek tadi. Tapi itu hanyalah
sesaat saja, pemuda itu kembali ke kehidupan normalnya yang masih arogan dan labil.
Dirinya masih belum mengenal tuhannya dengan baik. Singkat cerita pemuda itu sering
menghiraukan orang yang membutuhkan pertolongannya.

Di suatu sore, hujan turun sangat deras kala itu. Pemuda itu bangun dari
tidurnya,dia keluar untuk melihat kondisi diluar,dia duduk melamun,maklum dirinya
masih setengah sadar. Tiba – tiba dirinya teringat kejadian lampau,dimana dia
meninggalkan nenek tua yang tidak berdaya tersebut,pikirannya jadi runyam. Dia
bertanya dalam hati “Apa yang sedang dilakukan nenek tersebut saat ini? Apakah dia
kehujanan? Apakah perutnya kosong?” Harusnya aku menolongnya saat itu” Semua
rasa bersalah atas penolakan yang dia lakukan itu menghampirinya kembali. Pemuda itu
berniat menceritakan perasaan ini kepada ibunya. Ibunya sedang membaca Al
Quran,pemuda itu bertanya “Bu apakah Al Quran dapat menolongku?” Ibunya
mengakhiri bacaannya lalu tersenyum melihat anaknya yang kebingungan “Al Quran
adalah jawaban segala masalahmu nak, bacalah dan kau akan menemukan jawabannya
dan juga bacalah Hadits nak” jawab ibunya. Dimulai lah perjalanannya mengenal
Allah, perlahan melalui Al Quran. Ia baca dengan perlahan dan ia baca juga arti dari
setiap ayat, niat kecilnya ia jaga sebaik mungkin agar tidak mengalami kemunduran.
Pemuda itu mencoba – coba mengikuti kajian,membaca hadits,bertanya tanya kepada
ahli agama disekitarnya tentang cara menjadi muslim yang baik. Masa SMP nya dia
habiskan untuk mencari jawaban dan menempa hatinya yang keras menjadi lembut. Dia
telah merangkum apa yang dia dapatkan selama ini. Bahwa kita haruslah bersyukur atas
nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, kita harus menyayangi apa yang ada
disekitar kita, kita harus menolong orang disekitar kita.Pemuda itu akhirnya mecoba
lembar baru dalam hidunya. Dirinya telah siap dan dia merasa mantap. Singkat cerita
pemuda itu tetap konsisten dengan apa yang telah ia tempuh dan dapatkan selama ini
sampai saat ini.

1 minggu yang lalu. Pada suatu pagi menjelang siang ia sedang makan dengan
sahabatnya, mereka membicarakan bagaimana susahnya mendapatkan nilai pada mata
kuliah Matematika 2. Lalu datang seorang anak kecil,sekitar berusia 10 tahun,anak kecil
itu adalah pengemis, raut wajahnya melas dan sangatlah kusam wajahnya,melihat anak
kecil ini ingatan pemuda itu ditarik 10 tahun kebelakang, bahwa keadaan waktu itu
sama persis dengan anak kecil yang ada dihadapannya,lalu pemuda itu bertanya
“Apakah kau sudah makan nak?” anak itu menjawab “Belum kak,aku sangatlah lapar”
ucapnya lirih,”Marilah duduk bersama,mari kita makan” balas pemuda itu. Sahabatnya
terheran kenapa pemuda itu mau duduk bersanding dengan seorang pengemis udik,tapi
mereka hanya membatin. Mereka makan dengan santai,pemuda itu tersenyum melihat
anak kecil tersebut makan lahapnya. Di akhir momen, saat anak kecil tersebut ingin
berpamitan,pemuda itu memberikannya uang dan berkata “Hei, ini untuk jajan di siang
nanti, pasti cuaca nya panas” sambil tersenyum. Lalu,anak kecil itu mendekatkan
dirinya ke pemuda itu dan berkata “Andaikan semua orang sepertimu, pastilah dunia
menjadi tempat yang lebih baik. Orang sepertimu adalah pilihan Allah,aku berterima
kasih kepada Allah karena sudah menciptakan orang sepertimu”, Perasaan sensitif
pemuda itu keluar,ia belutut dihadapan anak kecil tersebut. Pemuda itu menangis tanpa
kontrol,dan memeluk anak kecil tersebut, orang sekelilingnya hanya melihat dalam
diam,dalam tangisnya pemuda itu berkata “Waktu aku seumuranmu, aku juga
merasakan hal yang sama sepertimu,hidupku susah dan aku karena bantuan Allah akan
terus menolong orang yang kesusahan, aku tidak ingin lagi melihat orang lain susah,
sudah jadi kewajibanku untuk menolong mereka”. Pemuda itu melepaskan
pelukannya,dia masih menangis,anak kecil tersebut mengusap air matanya “Terima
kasih kak,kau akan selalu kuingat dan ku doakan” mereka pun berpisah dan pemuda ini
kembali lagi kepada sahabatnya.

Dan akhirnya, pada akhirnya. Tidak ada lagi keraguan dalam diri pemuda itu
untuk menolong siapa pun yang membutuhkan. Pemuda itu memegang 2 prinsip dalam
hidupnya,yaitu “Jangan pernah menyerah akan mimpimu,hidupilah mimpimu”, impian
besarnya adalah bahwa dia ingin membuka badan amal untuk anak anak difabel di hari
nanti. Dan “Hiduplah untuk Allah melalui orang lain,dia teringat bahwa sebaik –
baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Pemuda itu berdoa
di setiap malam “Ya Allah,berilah hambaMu ini kesempatan untuk menolong orang
lebih banyak lagi”dia berdoa hingga menangis, memohon agar Allah memberikannya
satu kesempatan lagi. Di niatnya dalam bulan Ramadhan ini, pemuda itu berniat untuk
menolong orang makin banyak lagi, ya mungkin dengan membagi takjil kepada fakir
sudah cukup membuat dirinya sangat bahagia dan bersyukur atas apa yang diberikan
Allah kepadanya. Allah selalu mengetahui yang terbaik untuk kita dan Allah akan selalu
menjaga diri kita,Allah bersama kita. Kebaikan banyak bentuknya, marilah kita
berlomba melakukannya agar mendapat ridho dari Allah. Syukron.

Anda mungkin juga menyukai