Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PANCASILA

NAMA : RENATA MAISSY NOVALITA

NIM : P23138115028

TEKNIK ELEKTROMEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 2

2016
I. Toleransi Beragama

“Umat Islam dan Kristen tunjukkan toleransi di hari raya”

Tahun ini hari raya umat Islam Maulid Nabi Muhammad dan umat Kristen Natal jatuh
hampir bersamaan yakni pada tanggal 24 Desember dan 25 Desember.

Bagi sejumlah pemuda di Cirebon momen ini digunakan untuk saling bantu membantu
agar perayaan kedua hari raya tersebut berjalan dengan lancar.

Sugianto, seorang anggota dari organisasi masyarakat bernama Pelita (Pemuda Lintas
Agama) mengatakan dirinya dan beberapa pemuda anggota lainnya membantu perayaan
Maulid Nabi di sebuah universitas di Cirebon, meski bukan penganut agama Islam.
"Dalam membantu itu kita menyiapkan segala sesuatunya, baik angkut-angkut
kursi, soundsystem (sistem suara), perlengkapan lain seperti dekorasi, lalu dalam hal ini juga
kita berbagi tugas soal parkiran," kata Sugianto.

Di lain pihak, pemuda yang beragama Islam juga membantu umat Kristen
mempersiapkan acara untuk Natal.
"Udah dua hari ini bantu-bantu, nyiapin persiapan Natal. Itu bentuk dari kegiatan sosial
karena Pelita kan orientasinya menjaga kerukunan umat beragama, di bidang sosialnya, bukan
teologinya," ucap Haryono yang juga tergabung dalam Pelita.

Gereja dan masjid berdampingan


Natal tahun ini juga kebetulan jatuh pada hari Jumat. Oleh karena itu, Gereja Immanuel
di Malang akan melakukan perayaan hari Natal pada pukul 08.00 - 10.30 WIB untuk tidak
mengganggu jalannya Salat Jumat.
Gereja tersebut berada dekat dengan sebuah masjid, yakni Masjid Agung Jami yang juga
mengadakan pengajian Maulid Nabi pada Kamis (24/12) malam, bertepatan dengan misa
malam Natal.

"Kemarin kami kordinasi, sifatnya sama-sama kita mengatur keamanan, sama-sama kita
mengatur parkir. Parkir kita kan bersama yah," kata Emmawati Baule, pendeta dan ketua di
GPIB Immanuel Malang.
Menurut KH Zainuddin A Muhith, ketua umum takmir Masjid Agung Jami Malang, masjidnya
dan Gereja Immanuel selama ini memang selalu saling toleransi dan bekerja sama.
"Misalnya, pihak-pihak gereja mengajak pada suatu saat di ulang tahunnya untuk kerja
bakti tentang keindahan kota, ngecat jalan, kami menyediakan tenaga, antara lain. Itu kan
menunjukkan kebersamaan kita," kata Zainuddin.

(Sumber: Rizki WashartiWartawan BBC Indonesia 24 Desember 2015)


 KESIMPULAN
Jadi dilihat dari berita diatas toleransi beragama yang terjadi diantara kedua
agama sangatlah baik. Terjalinnya hubunagan silaturahmi, tenggang rasa dan tolong
menolong walaupun berbeda hari agamanya. Dari berita diatas yang dilakukan oleh
mahasiswa dicilegon dan para warga di Malang mereka telah mengaplikasikan Pancasila
yang merupakan dasar Negara kita.

 SARAN
Jadi kita sebagai warga Negara yang baik seharusnya mencontoh apa yang telah
dilakukan oleh para mahasiswa dan warga malang tersebut. Supaya tidak ada pertikaian
dan saling menghargai antar agama menjadi lebih baik. Dan pengaplikasian dari
Pancasila tidak hanya dilakukan dibeberapa daerah saja seharusnya se- Indonesia
dengan kesadaran penuh warga Negara Indonesia.

II. Kehidupan dan Kemanusiaan yang Beradab

“Orang Miskin Bebas Iuran Jaminan Kesehatan”

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan No 101 Tahun 2012 tentang Penerima


Bantuan Iuran (PBI) pada penghujung tahun 2012 lalu. Peraturan itu pada intinya mengatur
tentang siapa saja yang berhak menerima bantuan pembayaran iuran jaminan kesehatan dari
pemerintah yang diambil dari APBN. Jaminan Kesehatan ini akan mulai berlaku pada 1 Januari
2014.
Dalam peraturan itu, PBI Jaminan Kesehatan ditujukan untuk fakir miskin dan orang
tidak mampu. Fakir miskin didefinisikan sebagai orang yang sama sekali tidak mempunyai mata
pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang layak bagi dirinya dan keluarganya.

Sedangkan golongan orang tidak mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata
pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak namun
tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan keluarganya.

Pihak yang berwenang untuk menetapkan kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu
adalah Kementerian Sosial setelah melakukan koordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan
lembaga terkait. Antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi serta Kementerian Dalam Negeri.

Nantinya, kriteria yang sudah ditetapkan oleh Kementerian tersebut ditindaklanjuti oleh
Badan Pusat Statitistik (BPS) dengan melakukan pendataan.

Kementerian Kesehatan lantas menindaklanjuti data dari BPS itu dengan


menyampaikannya kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. BPJS
Kesehatan lantas memberikan nomor identitas tunggal kepada para penerima bantuan iuran.
(sumber:Hukumonline.com)

 KESIMPULAN
Dengan adanya bantuan iuran jaminan kesehatan pada orang miskin itu
membuat tingkat kesehatan manusia yang ada di Indonesia menjadi lebih baik. Dengan
begitu masyarakat yang tidak mampu bisa berobat tanpa harus memikirkan biaya yang
mahal. Dengan iuran jaminan kesehatan kita dapat memberikan kehidupan bagi orang
miskin.
 SARAN
Menurut saya ini adalah langkah yang baik untuk membantu warga miskin dan
warga yang kurang mampu. Karena masalah terbesar di Indonesia adalah kemiskinan.
Banyak orang-orang miskin dan yang kurang mampu tidak bisa ke rumah sakit ketika
mereka sakit, bahkan ada yang ditolak dari rumah sakit karena mereka tidak mempunyai
uang. Akan tetapi peraturan BPJSnya lebih baik tidak dipersulit bagi orang yang tidak
mampu dengan berbagai ketentuan, seperti golongan yang terendah fasilitasnya yang
dibatasi.
III. Wawasan Kebangsaan

“Banyak Generasi Muda Tak Tertarik Lagi Isu Wawasan Kebangsaan”

Pekalongan, Info Publik - Nilai-nilai dan wawasan kebangsaan saat ini seakan menjadi
isu yang kurang menarik bagi generasi muda terutama pelajar dan mahasiswa. Padahal
mereka merupakan pemegang estafet perjalanan bangsa. Karenanya diperlukan kesadaran
dikalangan mereka agar nilai-nilai dan wawasan kebangsaan generasi muda tidak melemah,
yang ujungnya bisa melunturkan jiwa nasionalisme mereka.

Hal itu disampaikan Asisten I Sekda Bidang pemerintahan dan Administrasi Kota
Pekalongan saat membuka acara Lomba Cerdas Cermat Wawasan Kebangsaan Tingkat SMA,
SMK dan MA Se Kota Pekalongan di Ruang Amarta, Senin (24/9).
Menurut Slamet Prihantono saat ini generasi muda kita terlalu sibuk mengurusi hal-
hal yang pragmatis. Mereka terlena dengan modernisme yang dipahami secara simplistis.
Dalam bahasa sederhana, nilai-nilai kebangsaan itu telah luntur oleh gerusan modernitas.

“Padahal Generasi Muda kita saat ini juga menghadapi tantangan kehidupan yang
bersifat multi dimensi yang berbeda dari generasi pendahulunya. Era Globalisasi dengan
terobosan teknologi, komunikasi dan informasi, serta perdangan bebas berpengaruh pada
dimensi politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Kondisi krisis nasional
yang meliputi krisis kebangsaan, moral, kepercayaan, kepemimpinan dan krisis ekonomi,
telah menimbulkan kesenjangan antar generasi Indonesia pada saat ini diakibatkan oleh
hilangnya figur teladan, menipisnya rasa nasionalisme, dan jiwa juang mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara,” tegasnya.
Karenanya Slamet Prihantono berharap kegiatan Cerdas Cermat Wawasan
Kebangsaan bagi pelajar SMA, SMK dan MA se-Kota Pekalongan dapat menambah wawasan
kebangsaan bagi para peserta. ”Selain itu bisa menumbuhkan kesadaran, dan dapat
menggugah semangat persatuan dan rasa cinta tanah air, yang pada akhir-akhir ini
dirasakan menurun,” tandasnya. (diskominfo/007)

(Sumber : Selasa, 25 September 2012 | pukul : 01:41:55 | Administrator | Hits : 3058)

 KESIMPULAN
Dari berita diatas dapat saya simpulkan bahwa para generasi muda sekarang
banyak yang tidak mengetahui wawasan kebangsaan. Para generasi muda lebih terlena
dengan canggihnya teknologi dan modernritas yang terjadi pada saat ini. Padahal kita
sebagai generasi muda baik pelajar ataupun mahasiswa harusnya mempunyai wawasan
kebangsaan yang tinggi dan luas supaya kita bisa menjadi Negara yang lebih maju dan
lebih baik lagi.

 SARAN
Menurut saya, kita sebagai penerus bangsa seharusnya sadar akan pentingnya
wawasan kebangsaan. Jangan hanya terlena dengan teknologi,fashionable dan
modernritas yang terjadi karena itu akan berlangsung sementara. Jika ingin
memanfaatkan teknologi yang ada seharusnya kita sebagai generasi muda
menggunakannya dengan mecari info wawasan kebangsaan yang terjadi di Indonesia
dan Negara lain, serta mengkreatifkannya menjadi wawasan yang bagus. Sehingga kita
bisa menjadi Negara yang maju dan diakui lebih baik di kalangan Internasional.
IV. Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (contoh: Lingkup DPR)

“ANGGOTA DPR-RI SOSIALISASIKAN KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA”

Langkat, (PDE)

Anggota DPR dan MPR-RI Delia Pratiwi Sitepu SH sosialisasikan kehidupan berbangsa
dan bernegara pada masyarakat se Kecamatan Sei Lepan beberapa waktu yang lalu. Sosialisasi
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat pentingnya memahami dan
menerapkan nilai-nilai luhur berbangsa dan bernegara dalam kehidupan sehari hari.

Dalam sambutanya pada Sosialisasi yang diikuti sekira 150 peserta dari berbagai elemen
masyarakat itu. Delia mengemukakan, sosialisi kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan
salah satu tanggung jawab seluruh anggota MPR-RI. Politisi Partai Golkar ini mengharapkan
masyarakat dapat menjadikan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai
pedoman hidup.

"MPR sebagai lembaga wujud perwakilan seluruh rakyat Indonesia, memiliki


tanggung jawab untuk mengukuhkan nilai-nilai fundamental kehidupan berbangsa dan
bernegara, sesuai dengan mandat konstitusional yang diembannya. Salah satu upaya yang
dilakukan MPR adalah dengan melaksanakan tugas memberikan pemahaman nilai-nilai
luhur bangsa yang terdapat pada 4 pilar itu kepada masyarakat. Masing masing pilar
memiliki kedudukan yang sama dan harus menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara,” sebut Delia dalam paparanya pada warga masyarakat.

Delia yang juga merupakan anggota Komisi IV DPR-RI itu berharap masyarakat dapat
menjadikan empat pilar kehidupan berbangsa dan berenagara yakni Pancasila,UUD 1945. NKRI
dan Bhenika Tunggal Ika, merupakan prinsip-prinsip moral bangsa Indonesia yang memandu
tercapainya perikehidupan berbangsa dan bernegara yang maju, berdaulat, adil dan makmur.
Sementara itu Camat Sei Lepan Faisa Rizal Matondang mengemukakan sosialisasi empat
pilar kehidupan berbangsa dan bernegara diharapkanya dapat membuka wawasan masyarakat
tentang makna empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Camat berkeyakinan
dengan dilaksanakanya sosialisasi tersebut masyarakat dapat memahami nilai-nilai luhur
kehidupan berbangsa dan bernegara,serta mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari.

Camat sangat berharap sosialisasi dapat dilaksakana setiap tahunya agar pemahaman
masyarakat tentang nilai-nilai luhur Pancasila serta NKRI, UUD 1945 dan Bhenika Tunggal Ika
semakin tersosialisasi ke seluruh warga masyarakat, harap Rizal. (Humas/Informasi)

(Sumber : 24 Juni 2015 - 00:00:00 WIB, hendra – PDE)

 KESIMPULAN
Jadi dari berita diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya kehidupan
berbangsa dan bernegara dengan tujuan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat
pentingnya memahami dan menerapkan nilai-nilai luhur berbangsa dan bernegara
dalam kehidupan sehari hari. Dan sosialisi kehidupan berbangsa dan bernegara
merupakan salah satu tanggung jawab seluruh anggota MPR-RI. Anggota Komisi IV DPR-
RI itu berharap masyarakat dapat menjadikan empat pilar kehidupan berbangsa dan
berenagara yakni Pancasila,UUD 1945.

 SARAN
Menurut saya dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh DPR-RI kepada
masyarakat sangatlah penting, tetapi masyarakat juga harus sadar akan pentingnya
kehidupan berbangsa dan bernegara jangan diingatkan dulu oleh anggota DPR baru
ingin mencari tau. Dan untuk anggota DPR-RI pun sebaiknya harus ingat dengan
tanggung jawabnya, kalau bisa setiap daerah diadakan sosialisasi kehidupan berbangsa
dan bernegara.
V. Keadilan dibidang Hukum

Keadilan Hukum di Indonesia "Wani Piro"

JAKARTA - Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo (HT) menilai keadilan dari
dua sisi. Pertama, aspek hukum di Indonesia saat ini masih menganut prinsip "wani piro".
Alhasil, keadilan cenderung kebablasan lantaran tidak lagi melihat benar dan salah.

"Keadilan bisa dua, satu hukum, disini wani piro? Itu faktanya begitu, kebablasan tidak
melihat benar salah. Kan susah. Korupsi juga masih dimana-mana," ujar HT kepada para
pengurus DPC dan DPRT DKI Jakarta di Gedung Smesco, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta
Selatan, Rabu (13/1/2016).

Akibatnya, degradasi moral saat ini makin menonjol. Dalam kasus narkoba misalnya,
Indonesia dikenal sebagai pengguna terbesar di Asia.

"Dulu Thailand, sekarang Indonesia pengguna narkoba terbesar di Asia," imbuhnya.

Selanjutnya, keadilan sosial, terlebih dalam bidang pendidikan, hampir sebagian


penduduk Indonesia masih tamatan Sekolah Dasar (SD). Akibatnya, hal tersebut berdampak
pada produktifitas negara.
"49 persen masih SD kebawah. Produktivitas nasional tidak bisa meningkat. Pemuda
banyak, tapi produktivitas kurang, karena pendidikannya kurang. Angkanya 120 juta lebih. Dari
dulu sampai sekarang angka menengah ke atas 30 persen. 70 persen stabil di bawah. UMKM ya
begitu saja, petani makin sedikit," tukasnya.

(Sumber: Rabu, 13 Januari 2016 - 18:53 wib (wal))

 KESIMPULAN
Dari berita diatas dapat disimpulkan bahwa untuk keadilan di Indonesia itu bisa
dibeli. Menurut HT korupsi masih banyak terjadi di Negara Indonesia dan kebanyakkan
yang melakkukan korupsi hampir tidak ketahuan karna keadilan hukum di Indonesia
dapat dibeli. Dan angka pendidikan di Indonesia masih kurang, menurut reset ada 120
juta orang yang masih belum menduduki pendidikan sekolah hingga SMA.

 SARAN
Menurut saya, yang dikatakan bapak HT ada benarnya keadilan di Indonesia
sangat mudah dibeli jika memiliki uang dan kedudukan yang tinggi. Dan angka
pendidikan yang kurang ini juga merupakan ketidakadilan hukum dan kesenjangan di
Indonesia. Saran saya sebaiknya keadilan Hukum di Indonesia lebih dipertegas lagi
dengan tidak adanya perbedaan uang dan kedudukan yang tinggi. Untuk para pejabat
atau pemerintah sebaiknya tidak melakukan korupsi sehingga uang Negara bisa
digunakan untuk pembangunan sekolah didaerah dan pembiayaan untuk paket B dan C.
Jadi angka pendidikan menjadi baik keadilan pun menjadi lebih tegas dan Indonesia
menjadi Negara yang maju.
VI. Kelahiran Pancasila
“PDIP-NU Dorong Penetapan 1 Juni Hari Lahir Pancasila”

Pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 adalah fakta sejarah yang tak dapat disangkal dan
Soekarno adalah penggali Pancasila. Agar momen kesejarahan itu tak hilang, maka 1 Juni harus
dikukuhkan sebagai Hari Kelahiran Pancasila.
Simpulan itu mengerucut dalam seminar nasional "Kembali ke Pancasila" yang digelar
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur di Surabaya, Senin 1 Maret 2016.
Hadir sebagai pembicara adalah Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj, Sekjen PDI Perjuangan
Hasto Kristiyanto, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, dan pengamat yang juga Dirut Polmark
Indonesia Eep Saifulloh Fatah.
Sambutan terkait agenda itu disampaikan oleh Ketua PB NU Jawa Timur, KH Hasan
Mutawakkil Alallah, dan Wakil Gubernur Jawa Timur yang juga pengurus PB NU Saifullah Yusuf.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan, kesimpulan seminar yang menegaskan
dukungan agar pemerintah menetapkan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila sungguh
diapresiasi oleh PDIP.
"Kelahiran Pancasila pada 1 Juni 1945 adalah realitas sejarah sebagaimana disampaikan
melalui surat wasiat Bung Hatta dan dokumen otentik yang ditandatangani oleh DR. Radjiman
Wedyodiningrat. Dukungan NU ini sangat penting, lebih-lebih dengan penegasan bahwa
Pancasila sebagai ideologi negara sudah final," ujarnya.

Pada saat kesempatan sebagai pembicara, Hasto menegaskan pemahaman terhadap


spirit kelahiran Pancasila tersebut dengan seluruh tesis perjuangan Indonesia Merdeka yang
diawali dengan kontemplasi ideologis Bung Karno ketika bertemu dengan petani yang bernama
Marhaen.
Menurutnya, kembali pada Pancasila juga dimaknakan pada watak pembebasan,
keberpihakan pada wong cilik, dan watak untuk mengubah tata pergaulan hidup yang
menghisap yang harus dilakukan secara progresif atas dasar nilai-nilai yang terkandung pada
Pancasila.
"Pancasila harus menjadi praksis ideologis untuk merancang suatu tatanan masyarakat
Indonesia agar terbebas dari sistem budaya, sistem ekonomi, dan tata pergaulan hidup yang
saat ini lebih banyak diwarnai oleh praktik-praktik kapitalisme dan liberalisme," katanya.
Hasto menggarisbawahi, PDIP dan NU memiliki sejarah panjang dengan dedikasi hidup
untuk bangsa dan negara Indonesia. Menurut dia, PDIP dan NU dipersatukan oleh kesadaran
terhadap sejarah kebangsaan Indonesia yang menempatkan Pancasila sebagai ideologi negara
yang final.
"Pancasila yang pertama kalinya disampaikan oleh SK dalam pidato 1 Juni 1945 menjadi
pemersatu bangsa, dasar negara, dan pandangan hidup yang menjadi dasar keputusan politik
pemerintahan negara," ujarnya.

(Sumber: Viva.co.id)

 KESIMPULAN
Dari berita diatas dapat disimpulkan bahwa hari lahirnya Pancasila akan
ditetapkan pada tanggal 1 Juni yang merupakan Pancasila adalah idiologi dasar Negara
kita. Pancasila harus menjadi praksis ideologis untuk merancang suatu tatanan
masyarakat Indonesia agar terbebas dari sistem budaya, sistem ekonomi, dan tata
pergaulan hidup yang saat ini lebih banyak diwarnai oleh praktik-praktik kapitalisme dan
liberalisme. Karena pada tanggal 1 juni tahun 1945 Pancasila pertama kali dicetuskan
oleh Soekarno Hatta yang menjadi pemersatu bangsa,dasar Negara, dan pandangan
hidup yang menjadi dasar keputusan politik pemerintahan Negara.
 SARAN
Menurut saya, saya setuju dengan pendapat PDIP-NU karena Pancasila itu
sendiri merupakan dasar Negara bagi kita. Kalau perlu setiap tanggal 1 Juni diperingati
dengan lahirnya Pancasila. Dan kita juga bisa mengaplikasikan Pancasila kepada penerus
bangsa dengan memperingatinya seperti melakukan upacara setiap tanggal atau ada
melakukan drama perjuangan lahirnya Pancasila sehingga para generasi muda sekarang
tau betapa susahnya dan betapa kerasnya perjuangan para pahlawan kita untuk
membangun bangsa Indonesia ini.

VII. Pancasila dan Konstitusi

“MPR Ajak Siswa Pahami Pancasila dan Konstitusi”

Sekretaris Jenderal MPR Ma'ruf Cahyono menjadi narasumber dalam Forum Diskusi IV
Federation Legislator dengan tema Legislatif Untuk Inovasi di SMAN 26, Tebet, Jakarta Selatan,
Jumat t20/5). Forum diskusi ini diikuti sekitar 90 siswa perwakilan dari Majelis Perwakilan Kelas
(MPK) 18 SMA di Jakarta.

Berbicara di depan siswa, Ma'ruf Cahyono mengajak para siswa untuk memahami
Pancasila dan Konstitusi serta menyadari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
Bhinneka Tunggal Ika. Ma'ruf menjelaskan dan memperkenalkan mengenai MPR dan juga isu-
isu terkini termasuk dinamika di MPR terkait konstitusi dan tata negara.
Ma'ruf mengungkapkan, masih ada kesalahan dalam kosa kata UUD. Seringkali UUD
masih disebut sebagai UUD 1945, padahal saat ini penyebutan yang benar adalah UUD Negara
Republik Indonesia (NRI) Tahun 1945.

Selain itu, masih terdengar penyebutan MPR sebagai lembaga tertinggi negara. Padahal
sekarang kedudukan MPR sama dengan lembaga negara lainnya.

"MPR setara dengan lembaga negara lain karena tidak seperti pada masa lalu, MPR
sekarang tidak membuat GBHN, tidak mengeluarkan Tap yang mengatur, dan tidak memilih
presiden," katanya.

Sedangkan, sosialisasi Empat Pilar MPR, lanjut Ma'ruf, adalah metode untuk
melaksanakan tugas MPR sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan
DPRD (MD3). Jadi, sosialisasi Empat Pilar MPR adalah amanat UU, untuk menumbuhkan
kesadaran Pancasila dan berkonstitusi, agar NKRI tetap kokoh, dan hidup dalam Bhinneka
Tunggal Ika.

"Bagaimana seseorang bisa menyadari kalau tidak paham? Bangsa ini tidak hanya
didominasi satu generasi. Yang utama adalah bagaimana bisa melaksanakan Pancasila kalau
tidak memahami atau menghafal (Pancasila)? Kelihatannya memahami dan menghafal
Pancasila itu sepele, tapi ternyata tidak mudah," ujarnya.

Sekarang ini, tambah Ma'ruf Cahyono, tidak ada lembaga seperti BP7 pada masa Orde
Baru. Karena itu lahirlah UU No. 17 Tahun 2014, MPR diamanatkan mensosialisasikan Empat
Pilar MPR. Ma'ruf pun mengajak para siswa untuk menjadi generasi yang melaksanakan
Pancasila sebagai ideologi yang hidup (living ideology) dan konstitusi.

"Artinya betul-betul menjalankan dan dilaksanakan. Agar kita menjadi bangsa yang
religius, bangsa yang humanis, bangsa yang bersatu, bangsa yang demokratis dan berkeadilan
sosial," ucapnya.

(Sumber : REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA)

 KESIMPULAN
Dari berita diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman terhadap Pancasila dan
Konstitusi itu penting. Apalagi dengan adanya perbedaan pada zaman dulu dengan
sekarang. Misalnya dengan penyebutan UUD 1945 penyebutan kosa kata yang benar
setelah diamandemen UUD Negara Republik Indonesia (NRI) Tahun 1945. Contoh
lainnya, Selain itu, masih terdengar penyebutan MPR sebagai lembaga tertinggi negara.
Padahal sekarang kedudukan MPR sama dengan lembaga negara lainnya.

"MPR setara dengan lembaga negara lain karena tidak seperti pada masa lalu, MPR
sekarang tidak membuat GBHN, tidak mengeluarkan Tap yang mengatur, dan tidak
memilih presiden."

 SARAN
Menurut saya, yang dilakukan MPR benar dengan melakukan sosialisasi
memahami Pancasila dan Konstitusi. Seperti yang terdapat didalam berita tadi ada
perbedaan politik zaman dulu dengan sekarang yaitu kedudukan MPR. Jika tidak
melakukan sosialisasi atau pembaruan terhadap pelajaran maka para pelajar akan selalu
menganggap MPR sebagai lembaga Negara yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai