Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Era modern ini, masyarakat menyadari akan kebutuhan penggunaan kosmetik pada
kulit sebagai pelindung dari sengatan sinar matahari. Selain sebagai sumber kehidupan, sinar
matahari juga memiliki kerugian terutama pada kulit manusia yaitu sinar ultraviolet (UV) yang
terdapat dalam sinar matahari memiliki dampak yang berbahaya pada kulit. Apabila kulit terkena
paparan sinar matahari secara berlebihan maka akan menimbulkan efek seperti kulit terbakar
bahkan kanker kulit. Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mencegah bahaya yang
ditimbulkan oleh sinar matahari adalah dengan penggunaan tabir surya. Penggunaan tabir surya
setiap hari dapat menurunkan probabilitas terjadinya kanker kulit (Green et al., 1999).

Penelitian tentang usaha pencegahan dan pengurangan dampak negatif dari sinar
matahari terhadap kulit semakin meningkat, diantaranya dengan penggunaan kosmetik tabir
surya (sunscreen) (Garoli et al., 2009). Kemampuan menahan sinar ultraviolet dalam tabir surya
dinilai dalam faktor proteksi sinar yaitu perbandingan antara waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan erythemapada kulit yang diolesi oleh tabir surya dengan yang tidak diolesi
(Wasitaatmadja, 1997). SPF atau sun protecting factor, didefinisikan sebagai jumlah energi UV
yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose(MED) pada kulit yang dilindungi oleh
suatu tabir surya, dibagi dengan jumlah energi yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit
yang tidak diberikan perlindungan. MED didefinisikan sebagai jangka waktu terendah atau dosis
radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya erythema(Wood & Murphy,
2000).

Berdasarkan penelitian kulit buah Pisang Goroho mengandung senyawa fenolik,


flavonoid dan tanin. Ekstrak kulit Pisang Goroho memiliki aktivifitas sebagai penangkal radikal
bebas yang tertinggi pada ekstrak etanol sebesar 75,71% dan untuk nilai SPFnya 16,63 (Alhabsyi
et al,2014).Sediaan farmasi dalam bentuk kosmetik dikalangan masyarakat sudah menjadi salah
satu kebutuhan yang mendasar. Hal ini dikarenakan penggunaan kosmetika tidak hanya terbatas
untuk mempercantik dan merawat diri saja tetapi juga untuk tujuan kesehatan. Salah satu sediaan
farmasi dalam bentuk kosmetik yang digunakan oleh masyarakat sampai sekarang ini ialah
1
losio.Losio adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar
(Anonim, 1997). Losio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau obat
karena sifat bahan-bahannya, kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat
pada permukaan kulit yang luas, losio dimaksudkan segera kering pada kulit setelah pemakaian
dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit (Ansel, 1995).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk memformulasi sediaan losio
tabir surya dengan ekstrak etanol kulit buah Pisang Goroho

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah

seperti berikut:

1. Apa saja jenis- jenis sunscreen ?

2. Bagaimana mekanisme sunscreen?

3. Bagaimana formulasi sediaan lotio ekstrak etanol Kulit Buah Pisang Goroho?

5. Apakah ekstrak etanol Kulit Buah Pisang Goroho memiliki potensi sebagai tabir surya?

6. Berapa nilai SPF pada ekstrak etanol Kulit Buah Pisang Goroho yang ditentukan secara in
vitro menggunakan spektrofotometri UV-Vis?

3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengertian sunscreen.

2. Mengetahui mekanisme sunscreen

2
3. Mendapatkan nilai SPF dari ekstrak etanol Kulit Buah Pisang Gohoro menggunakan
spektrofotometri UV-Vis.

4. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara kandungan total fenolik dengan nilai SPF pada
ekstrak etanol kulit pisang Goroho

4.1. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai formulasi dan nilai SPF
dari ekstrak etanol kulit buah pisang Goroho

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN

Sunscreen merupakan sejenis krim atau lotion yang digunakan untuk melindungi kulit
dari paparan sinar matahari (UV-A dan UV-B). Sediaan tabir surya (sunscreen) adalah sediaan
kosmetika yang digunakan untuk maksud membaurkan atau menyerap secara emisi gelombang
ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya
mahatari.

2.2. KOMPONEN SINAR MATAHARI

Sinar matahari terdiri dari 3 komponen, yaitu sinar UVA, UVB, dan UVC. Sinar UVA
(panjang gelombang antara 315 – 400 nm) mampu lebih dalam menembus kulit dan memiliki
jangka waktu yang lebih lama untuk menimbulkan kerusakan pada kulit, seperti kerutan, dan
gejala-gejala penuaan dini. Sinar UVA ini akan membuat kulit menjadi hitam
(tanning).Sedangkan sinar UVB (panjang gelombang 290 – 320 nm) hanya 0.2 % dari sinar
matahari total. Paparan sekitar 15 menit/hari dari sinar UVB ini sebenarnya sangat penting untuk
memicu pembentukan vitamin D3 (salah satu komponen Vitamin D) dari provitaminnya.

· Sinar UVC (panjang gelombang 270 - 290 nm) sebenarnya amat berbahaya dan sangat
merusak kulit, tetapi sinar ini ditahan oleh lapisan ozon. Kebocoran lapisan ozon (O3)
menyebabkan beberapa (sebagian kecil) sinar ini masuk ke bumi. Tak heran mengapa akhir-akhir
ini sinar matahari terasa begitu menyengat dan membakar kulit.

American Cancer Society menyatakan bahwa pemaparan UV dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan perubahan pada kulit yang meliputi :

· Penuaan

· Kerutan

4
· Kehilangan elastisitas kulit

· Noda gelap (lentigos, kadang disebut “age spots” atau “liver spots” )

· Keratosis aktinik

2.3. JENIS-JENIS SUNSCREEN

Beberapa jenis sunscreen yang tersedia adalah:

1. Penghambatan fisik (physical bloker), antara lain TiO2, ZnO, kaolin, CaCO3, MgO, dan

2. Penyerap kimia (chemical absorber) meliputi anti UV A misalnya turunan benzophenon


antara lain oksibenson, dibenzoilmetan, serta anti UV B yaitu turunan salisilat, turunan para
amoni benzoic acid (PABA) misalnya oktil dimetil PABA, turunan sinamat (sinoksat, etil heksil
parametoksisinamat) dan lain-lain.

Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan kombinasi antar tabir
surya fisik dan tabir surya kimia, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir surya
dalam satu sediaan kosmetika.

2.4. MEKANISME KERJA SUNSCREEN

Tabir surya (sunscreen atau sunblock) atau UV filter, memiliki 2 mekanisme utama yaitu :

a. Mengabsorbsi energi sinar UV. Mengubahnya menjadi bentuk energy panas. Umumnya
senyawa UV filter organic termasuk dalam kelompok ini.

b. Menghamburkan dan memantulkan energi sinar UV. Umumnya senyawa UV filter anorganik
termasuk dalam kelompok ini. Misalnya titanium dioxida, Zinci oxida dll

5
Sangat banyak tabir surya mengandung bahan-bahan yang bekerja dengan kedua
mekanisme ini yang dikenal dengan istilah UV protection. Sekarang ini UV protection
digunakan bersama dengan produk yang digunakan sehari-hari, seperti krim pelembab dan
produk perawatan rambut, produk aftershave, lipstik atau produk make-up. UV protection dapat
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok berdasarkan asalnya. Anorganik UV protection, atau yang
juga disebut UV protection fisik, terutama bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan
radiasi UV, organik UV protection, yang juga disebut UV protection kimia atau sunblock,
bekerja dengan mengabsorbsi radiasi.

2.5. EFEKTIFITAS TABIR SURYA

Parameter yang berbeda digunakan untuk mengevaluasi efikasi produk tabir surya dan
memberikan kepada pemakai yang berhubungan dengan informasi pada label produk. Parameter
yang biasa digunakan disebut sebagai Sun Protection Factor (SPF) produk tabir surya, dengan
hubungan terhadap peningkatan dosis UV pada kulit yang dilindungi dapat dengan tanpa
menunjukkan eritema, sebagai perbandingan pada kulit yang tidak terlindungi.

Faktor proteksi sinar (Sun Protecting Factor/SPF) yaitu menunjukkan tingkat lamanya tabir surya
bisa melindungi.

2.6. Kriteria Sunscreen Cream yang Baik

Syarat-syarat yang baik bagi penggunaan sediaan tabir surya (sunscreen)

antara lain :

a. Enak dan mudah dipakai

b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan

c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur.

6
d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono,
2007).

Penentuan efektifitas sediaan tabir surya dilakukan dengan cara menghitung nilai SPF (Sun
Protection Factor) dari sediaan (Soeratri, 2004). SPF merupakan perbandingan dosis minimal
yang diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi oleh sunscreen dengan tidak
(Wasitaatmadja, 1997). Sedangkan angka SPF menyatakan berapa kali daya tahan alami kulit
seseorang dilipat gandakan sehingga aman dibawah matahari tanpa terkena luka bakar. Misalnya,
sebuah tabir surya anti UV SPF 15 artinya jika seseorang memiliki daya tahan alami 30 menit
(dapat bertahan 30 menit dibawah sinar matahari tanpa mengalami luka bakar), maka ia dapat
bertahan 15 kali lebih lama yaitu selama 15x 30 menit= 450 menit= 7,5 jam (Wilkinson, 1982).

2.7. Penggunaan Bahan-bahan ada Sunscreen Cream

Pada umumnya komposisi krim meliputi bahan aktif, dan bahan-bahan tambahan meliputi
bahan pengemulsi (emulsifier), pelembut (emollient), pengental, pengharum (fragrance),
pengawet, humektan dan pewarna.

2.8. Bahan Aktif pada Sunscreen Cream

Menurut Tranggono dalam bukunya “Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik” tahun


2007,pemilihan penggunaan bahan aktif untuk sediaan tabir surya (sunscreen cream) memiliki
syarat-syarat diantaranya sebagai berikut :

a. Efektif menyerap radiasi UV-B tanpa perubahan kimiawi karena jika tidak demikian
akan mengurangi efisiensi bahkan menjadi toksik atau menimbulkan iritasi.

7
b. Meneruskan UV-A untuk mendapatkan tanning (di kulit Kaukasia/Eropa).

c. Stabil yaitu tahan keringat dan tidak menguap.

d. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya.

e. Tidak berbau atau boleh berbau ringan. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan tidak
menyebabkan sensitisasi (Tranggono, 2007)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah gelas ukur (Pyrex),gelas beker (Pyrex),
Erlenmeyer (Pyrex), Tabung reaksi (Pyrex), aluminium foil, batang pengaduk, cawan petri
(Pyrex), Timbangan analitik (aeADAM®), blender (WARING), hot plate (ACIS), wadah losio,
penggaris berskala, penggaris, pH universal, desikator, sudip, kertas saring, blender, rotary
evaporator(SRETOGLASS), serangkaian alat refluks, spektrofotometer UV-Vis.

3.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kulit buah Pisang Goroho, etanol 80%,
asam stearat, metil parben, akuades, gliserin, parafin cair, trietanolamin, dan aquades.

3.3. Cara Kerja

1. Pembuatan Ekstrak

Ekstraksi kulit buah Pisang Goroho menggunakan metode refluks dengan pelarut etanol
80%. Sebanyak 50 g sampel kulit buah Pisang Goroho dimasukkan ke dalam labu destilat
kemudian ditambahkan pelarut etenol, sebanyak 250 mL hingga sampel terendam semuanya, lalu
dipanaskan selama 2 jam pada suhu 70-78ºC. Filtrat disaring lalu diuapkan untuk

2. Formulasi

8
Fomulasi Losio Ekstrak etanol kulit buah Pisang Goroho (Musa acuminafe L.) akan dibuat
dalam
sediaan losio tabir surya dalam berbagai variasi konsentrasi yaitu 2,5; 5; 7,5% serta dengan
penambahan zat tambahan sediaan losio

3. Evaluasi Sediaan Losio


Evaluasi organoleptis Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan bentuk, bau,
dan warna dari sediaan losio antibakteri dilakukan dengan tiga formulasi (Anonim, 1995).

4. Evaluasi Homogenitas
Sediaan losio harus menunjukkan susunan homogen dan tidak terlihat adanya partikel kasar
(Anonim, 1985).

5. Evaluasi pH
Pengukuran pH sediaan losio antibakteri menggunakan kertas pH universal Pengukuran
dilakukan secara langsung dengan mencelupkan kertas pH ke dalam losio dan disesuaikan
hasil yang tertera pada warna pH (Anonim, 1995).

6. Evaluasi Daya Sebar


Evaluasi daya sebar ialah untuk mengetahui luas penyebaran losio saat saat dioleskan pada
kulit sehingga merata tanpa tekanan yang besar. Luar penyebaran losio yang dihasilkan
dengan penambahan beban menggambarkan suatu karakteristik untuk daya sebar (Voight,
1948).

7. Uji Tabir Surya


Pengujian daya tabir surya, dilakukan dengan penentuan nilai SPF dengan spektrofotometer
UV-Vis sebagai berikut;

a. Uji Tabir Surya Pengujian daya tabir surya, dilakukan dengan penentuan nilai SPF
dengan spektrofotometer UV-Vis sebagai berikut; 1. Spektrofotometer UV-Vis di
9
kalibrasi dengan etanol 80% dengan cara etanol 80% sebanyak 2 mL dimasukkan
kedalam kuvet, kemudian kuvet tersebut dimasukkan dalam spektrofotometer UvVis
untuk proses kalbrasi. 2. Losio ekstrak kulit buah Pisang Goroho diencerkan menjadi
masing – masing 1000 mg/L diambil 0,01 gram dan dilarutkan dalam 10 mL etanol 80%.
Losio yang telah ditambahkan etanol dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 2 mL.
b. Losio ekstrak kulit buah Pisang Goroho diencerkan menjadi masing – masing 1000 mg/L
diambil 0,01 gram dan dilarutkan dalam 10 mL etanol 80%. Losio yang telah
ditambahkan etanol dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 2 mL.
c. Dibuat kurva serapan uji dalam kuvet dengan panjang gelombang antara 290 – 320 nm.
Etanol 80% digunakan sebagai blanko. Pengukuran nilai SPF dilakukan dengan
mengukur serapan sediaan pada spektrofotometer setiap 5 nm pada rentang panjang
gelombang dari 290 – 320 nm, nilai SPF dihitung dengan persamaan matematika yang
sangat sederhana yang mensubstitusikan metode in vitro yang diusulkan oleh Sayre et al.
(1979) dengan memanfaatkan spektrofotometer UV dan menghitung nilai SPF
mengunakan persamaan berikut:

SPF = CF x ∑ EE (λ) x I (λ) x absorbansi (λ) Keterangan: CF = factor koreksi (10)


EE = efisiensi eritermal
I = spectrum simulasi sinar surya dan Abs (I) -absorbansi produk tabir surya

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. JENIS-JENIS SUNSCREEN


Beberapa jenis sunscreen yang tersedia adalah:
1. Penghambatan fisik (physical bloker), antara lain TiO2, ZnO, kaolin, CaCO3, MgO, dan
2. Penyerap kimia (chemical absorber) meliputi anti UV A misalnya turunan benzophenon antara
lain oksibenson, dibenzoilmetan, serta anti UV B yaitu turunan salisilat, turunan para amoni
benzoic acid (PABA) misalnya oktil dimetil PABA, turunan sinamat (sinoksat, etil heksil
parametoksisinamat) dan lain-lain.
Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan kombinasi antar
tabir surya fisik dan tabir surya kimia, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir
surya dalam satu sediaan kosmetika.

4.2. MEKANISME KERJA SUNSCREEN


Tabir surya (sunscreen atau sunblock) atau UV filter, memiliki 2 mekanisme utama yaitu:
a. Mengabsorbsi energi sinar UV. Mengubahnya menjadi bentuk energy panas. Umumnya
senyawa UV filter organic termasuk dalam kelompok ini.
b. Menghamburkan dan memantulkan energi sinar UV. Umumnya senyawa UV filter anorganik
termasuk dalam kelompok ini. Misalnya titanium dioxida, Zinci oxida dll
Sangat banyak tabir surya mengandung bahan-bahan yang bekerja dengan kedua
mekanisme ini yang dikenal dengan istilah UV protection. Sekarang ini UV protection
digunakan bersama dengan produk yang digunakan sehari-hari, seperti krim pelembab dan
produk perawatan rambut, produk aftershave, lipstik atau produk make-up. UV protection dapat
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok berdasarkan asalnya. Anorganik UV protection, atau yang
juga disebut UV protection fisik, terutama bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan

11
radiasi UV, organik UV protection, yang juga disebut UV protection kimia atau sunblock,
bekerja dengan mengabsorbsi radiasi.

4.3. EFEKTIFITAS TABIR SURYA


Parameter yang berbeda digunakan untuk mengevaluasi efikasi produk tabir surya dan
memberikan kepada pemakai yang berhubungan dengan informasi pada label produk. Parameter
yang biasa digunakan disebut sebagai Sun Protection Factor (SPF) produk tabir surya, dengan
hubungan terhadap peningkatan dosis UV pada kulit yang dilindungi dapat dengan tanpa
menunjukkan eritema, sebagai perbandingan pada kulit yang tidak terlindungi.
Faktor proteksi sinar (Sun Protecting Factor/SPF) yaitu menunjukkan tingkat lamanya
tabir surya bisa melindungi kulit dari radiasi sinar matahari (UV) atau berapa lama anda bisa
berada dibawah sinar matahari tanpa membuat kulit terbakar (sun burn). Semakin tinggi nilai
SPF, semakin besar perlindungan yang akan didapat. Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100.
Sediaan tabir surya dikatakan dapat memberikan perlindungan apabila memiliki nilai SPF 2 – 8.

Tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut :


1. Minimal, bila SPF antara 2-4, contoh salisilat, antranilat.
2. Sedang, bila SPF antara 4-6, contoh sinamat, bensofenon.
3. Ekstra, bila SPF antara 6-8, contoh derivate PABA.
4. Maksimal, bila SPF antara 8-15, contoh PABA.
5.Ultra, bila SPF lebih dari 15, contoh kombinasi PABA, non-PABA dan fisik.
Jika suatu body lotion mengandung SPF 15 berarti krim tersebut akan meneruskan sinar
matahari seperlima belas saja. Krim dengan SPF 60 hanya meneruskan seperenam puluh sinar
matahari ke kulit. Oleh karena itu, makin besar nilai SPF maka makin efektif fungsinya sebagai
tabir surya. Krim tabir surya dapat dioleskan di seluruh bagian tubuh yang terbuka, terutama
wajah, tetapi jangan sampai terkena bagian mata. Krim inipun dapat digunakan setiap hari
sebagai alas bedak.
Faktor protektif terhadap sinar (SPF) menunjukkan kelipatan peningkatan toleransi
terhadap kontak dengan sinar matahari dengan penggunaan produk ini tanpa menimbulkan

12
eritema. Dengan perkataan lain, SPF 8 akan mengizinkan orang yang biasa menderita eritema
setelah berkontak 20 menit untuk bertahan 160 menit terhadap sinar matahari.

4.4. BENTUK – BENTUK SEDIAAN


Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, misalnya bentuk larutan air atau
alkohol, emulsi, krim, dan semi padat, yang merupakan sediaan lipid non-air, gel, dan aerosol.
Syarat-syarat bagi preparat kosmetik tabir surya yaitu :
1. Enak dan mudah dipakai.
2. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.
3. Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur.
4. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan keembaban kulit.
5. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan tidak menyebabkan sensitisasi.

Bentuk-bentuk preparat susnscreen dapat berupa :


1. Preparat anhydrous
Minyak-minyak cair suntan menduduki tempat yang paling penting. Keuntungan yang
spesifik dari sediaan berminyak adalah sifat tahan terhadap air yang timbul saat berkeringat pada
saat berjemur atau berenang. Efek lubrikan (perlindungan mekanik) juga dipertimbangkan
sebagai hal yang sangat menolong. Minyak nabati digunakan sebagai tabir surya karena mamiliki
kemampuan menyerap dalam range UV kritikal. Hal ini ditunjukkan oleh minyak wijen yang
paling luas penggunannya. Minyak nabati merupakan pelarut yang lebih baik dibandingkan
minyak mineral untuk mebanyakan bahan-bahan tabir surya yang larut minyak.
2. Emulsi (m/a, a/m)
Berbagai jenis emulsi, non lemak m/a, semi lemak , lemak m/a, telah digunakan sebagai
tabir surya dengan kandungan lemak yang tinggi menyerupai minyak dan non lemak serupa
dengan sediaan berair. Keuntungan dari produk emulsi adalah penampilan dan konsistensi yang
menyenangkan saat penggunaannya.
3. Preparat tanpa lemak
Dibandingkan dengan minyak suntan, sediaan ini memiliki keuntungan yaitu tidak
berlemak dan lengket serta nyaman dalam penggunannya. Kelompok ini dibagi atas komposisi

13
alcohol tinggi atau rendah. Kerugian utama dari sediaan berair dan rendah alcohol adalah
kelarutannya dalam air yaitu kehilangan aktivitas pada kondisi berkeringat atau dalam air.

Tabir surya yang baik:


1. Mempunyai nilai SPF 15 atau 15+
2. Punya nomor register/terdaftar CL,CD.
3. Pilih produk tabir surya yang tanpa wewangian.
4. Ada tanggal kadaluarsa, bila disimpan secara
benar 2 tahun.
5. Bentuk padat terpisah dari bagian cair
rusak

4.5. BEBERAPA CONTOH SUNSCREEN


1. Parasol 33
 Komposisi : Octyl methoxycinnamate, Oxybenzone, Microtitanium dioxide, Methyl
benzilidene camphor, Butyl methoxy dibenzoil methane, Cetil alcohol, Tocopherol
acetate, Red ion oxide, Cl No. 77492, Sodium lauryl sulphate, Propyl
paraben, Methyl paraben, Aloe vera, Purified water.
 Kegunaan : Krim pelindung terhadap sinar matahari yang mengandung Aloe Vera dan
Vitamin E, bekerja melindungi kulit akibat pengaruh buruk sinar matahari sekaligus
menjaga kelembaban kulit sehingga tetap lembut, halus.dan tidak kering. Dapat dipakai
sebagai alas make up yang baik.
 Cara Pemakaian : Sebelum bepergian keluar kena sinar matahari, oleskan krim tipis-tipis
pada bagian kulit yang akan dilindungi. Pastikanlah bahwa seluruh kulit tersebut telah
tertutupi dan bila mana perlu ulangi pemakaian untuk memastikan suatu perlindungan
yang cukup. Hilangkan krim pada waktu malam hari dengan memakai krim/susu
pembersih atau dengan sabun dan air dan pakailah kembali waktu pagi hari.
 Perhatian :
1. Individu-individu yang diketahui peka terhadap salah satu komponen krim
ini hendaknya tidak memakai sediaan ini.
2. Hindari kontak dengan mata atau mulut.
14
3. Pemakaian dihentikan bilamana timbul iritasi atau kemerah-merahan pada
kulit.
 Kemasan : Pemakaian dihentikan bilamana timbul iritasi atau kemerah-merahan pada
kulit.

2. Solare
 Kandungan : Oktil metoksisinamat 7,5%, benzopfenon-3 3%, pemutih.
 Indikasi : Tabir surya yang mengandung pelembab dan pemutih, berfungsi
melindungi kulit dari reaksi terbakar sinar matahari, proses penuaan dini, flek hitam dan
kanker kulit, membantu memutihkan wajah.
 Perhatian : Hindari kontak dengan mata, bila timbul kemerahan pada kulit, hentikan
pemakaian.
 Dosis : Oleskan merata pada kulit 30 menit sebelum terkena sinar matahari.
 Kemasan : Botol plastik 100ml.

3. Intersun
 Komposisi : Per ml lotion Vit E, aloe vera, ethylhexyl methoxycinnamate,
benzophenone-3.
 Indikasi : Tabir surya & pelembab.
 Kemasan : Lotion SPF 30 x 100 ml.
 Dosis : Gunakan pada area kulit yang perlu dilindungi dari sinar matahari 30
menit sebelum pemaparan terhadap sinar matahari.
 Pabrik : Interbat.

4. Rossolare Lation
 Komposisi : Oktil Metoksisinnamat / octyl methoxycinnamate 7,5 %, Benzofenon-3
3 %.
 Indikasi : Tabir surya, pelembab
 Kemasan : Lotion 100 mL.
 Dosis :Gunakan 30 menit sebelum terpapar sinar matahari.
 Pabrik : Yupharin.

4.6. Formulasi sediaan lotion ekstrak etsnol Kulit Buah Pisang

15
4.7. Hasil Evaluasi sediaan

16
 Pembahasan table 2,3,4, dan 5

Sediaan losio tabir surya yang dibuat pada penelitian ini menggunakan bahan aktif yaitu
bagian kulit buah Pisang Goroho mengandung antioksidan yang dapat bekerja sebagai tabir surya
untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Antioksidan adalah senyawa kimia yang
dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas
tersebut dapat diredam. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda,
memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas (perioksida) dalam
oksidasi lipid (Dalimartha and Soedibyo, 1999).

Metode Refluks dipilih karena merupakan metode ekstraksi yang digunakan untuk
penarikan zat aktif. Kandungan senyawa tabir surya dari kulit buah pisang goroho seperti
flavonoid,. Pelarut yang digunakan yaitu etanol 80% . Etanol merupakan pelarut polar yang
17
dapat melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat polar yang terkandung dalam kulit buah Pisang
Goroho antara lain flavonoid

Kandungan flavonoid yang digunakan sebagai tabir surya serperti kuersetin, katekin,
luteolin berfungsi lebih baik dari pada antioksidan nutrisi dari vitamin C, vitamin E dan β-
karoten (Gao et al., 2001). Kandungan flavonoid Pisang Goroho menurut Alhabsy (2014)
flavonoid jenis flavonol yang di dalamnya ialah kuersetin. Kuersetin memiliki sifat titik lebur
3160C. Dari proses refluks dihasilkan filtrat dan residu, kemudian filtrat diuapkan dengan rotary
evaporator untuk menghilangkan pelarut serta mendapatkan ekstrak yang lebih pekat. Pemekatan
bertujuan untuk mengetahui persen rendemen sekaligus mencegah kemungkinan terjadinya
kerusakan komponen yang terkandung dalam ekstrak dan mempermudah dalam hal
penyimpanannya bila dibandingkan dalam keadaan ekstrak yang masih terkandung pelarut
(Yulia, 2006).
Losio tabir surya yang mengandung bahan aktif ekstrak kulit buah Pisang Goroho dengan
konsentrasi 2,5; 5; 7,5%. Pada pembuatan losio dibagi menjadi dua fase yatu fase minyak dan
fase air. Fase minyak yaitu asam stearat yang bertujuan sebagai bahan pengemulsi yang larut
dalam minyak dan mengikat kedua fase bercampur menjadi homogen. Parafin cair bahan yang
bertujuan sebagai pelarut, bertujuan untuk melarutkan asam stearate dan setil alkohol . Setil
alkohol bertujuan penstabil emulsi pada sediaan losio. Fase air memerlukan humektan yaitu
gliserin untuk sebagai bahan pengontrol perubahan kelembaban antara produk dan udara, baik
dalam wadah maupun pada kulit dan mencegah iritasi pada kulit. Triethanolamin bahan fase air
yang bertujuan untuk mengatur pH dan bertujuan sebagai pengemulsi pada fase air dan menjaga
kestabilan pH, dimaksudkan menjaga kestabilan pH sediaan sehingga sediaan tidak rusak dan
tidak mengiritasi kulit. Nipagin sebagai pengawet untuk menjaga stabilitas sediaan agar tidak
terjadi kontaminasi dan dapat menghambat bakteri dengan daya hambat yang kecil. Pembuatan
sediaan losio dilakukan pada suhu 700C dengan diaduk-aduk terus-menerus. Ketiga losio
memiliki bentuk dan bau yang sama yaitu bentuk cair dan bau khas Pisang Goroho. Untuk
warna yang hasilkan yaitu putih pada basis losio, warna hijau kecoklatan, hijau kehitaman pada
losio F1, F2, F3. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin pekat warnanya. Warna yang
ditimbulkan ini dihasilkan dari ekstrak yang digunakan. Evaluasi homogenitas bertujuan untuk
melihat dan mengetahui apakah semua komponen dalam sediaan losio sudah tercampur semua.
18
Untuk hasilnya di peroleh bahwa keempat sediaan losio tidak memiliki partikel-partikel kasar
pada kaca objek. Sediaan losio harus menunjukkan susunan homogen dan tidak terlihat adanya
partikel kasar (Anonim, 1985). Keempat sediaan tersebut homogen.
Dan hasil pengamatan dapatkan untuk F0, F1, F2, dan F3 ialah 7; 6; 7; 7. Hal ini sesuai
dengan acuan pada SNI 16-4952-1998 (Anonim , 1998) nilai pH untuk sediaan losio yaitu
berkisaran antara 4-7,5. Ini menunjukkan sediaan losio aman dan dapat digunakan pada kulit
kerena telah sesuai dengan persyartan. Semakin luas daya sebar maka semakin cepat penyebaran
kontak obat dengan permukaan kulit akan meningkat. Daya sebar yang dihasilkan F0, F1, F2, F3
secara berturut-turut 7,5; 6; 6,5; 7,9 cm. Basisnya sendiri telah memiliki nilai SPF 1,3 ini berarti
nilai SPF yang kurang dari 1 berarti tidak memiliki kemampuan untuk melindungi kulit dari
paparan sinar matahari.
Hasil yang diperoleh dari ketiga variasi losio yaitu F1 dengan nilai SPF 3,2 , F2 dengan
nilai SPF 3,8 , F3 dengan nilai SPF 4,4 sedangkan menurut Idaho (2008) tabir surya dianjurkan
paling sedikit 15. Hal ini berarti seseorang yang memiliki daya tahan alami terhadap sinar
matahari selama 30 menit (Moore,1982), jika penggunaan losio tabir surya dengan nilai SPF 4,4
berarti akan dapat bertahan selama 30 x 4,4 menit = 132 menit sama dengan 2 jam 2 menit
dibawah paparan sinar matahari. Mengacu pada hasil yang didapat dilihat bahwa kosentrasi
sediaan losio 2,5% (F1), dan 5% (F2) akan melindungi kulit dari sinar UVB tidak terlalu lama
karena tingkat kemampuannya sebagai tabir surya hanya masuk proteksi minimal ,sedangkan
7,5% (F3) sudah termasuk di antara proteksi minimal dan proteksi sedang.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
19
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Sunscreen merupakan sejenis krim atau lotion yang digunakan untuk melindungi kulit
dari paparan sinar matahari (UV-A dan UV-B)

2. Ekstrak kulit buah Pisang Goroho (Musa acuminafe L.) dapat diformulasikan sebagai
sediaan losio dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan memenuhi persyaratan sediaan
losio meliputi evaluasi organoleptis, evaluasi homogenitas, evaluasi pH, evaluasi daya
sebar
3. Nilai SPF yang didapat untuk konsentrasi 2,5% dan 5% ialah 3,2; 3,8 sudah memiliki
kemampuan tabir surya dalam proteksi minimal. Untuk konsentrasi 7,5% nilainya berada
diantara proteksi minimal dan proteksi sedang 4,4

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian kembali dengan melakukan isolasi senyawa aktif dari kulit Buah
Pisang Goroho dan dilanjutkan ke pembuatan sediaan semi padat.

Daftar Pustaka

Alhabsyi, Dita., Suryanto, E. dan Wewengkang, D. 2013. Analisis Fitokimia dan Uji Aktivitas
Antioksidan dan Tabir Surya pada Ekstrak Kulit Buah Pisang Goroho (Musa acuminate
L.). Jurnal Ilmiah Farmasi. Pharmacon. 3: 2302 – 2493.
20
Anonim, 1985. Formularium kosmetika Indonesia. Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi4. Depertemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta Anonim. 1997. Farmakope Indonesia Edisi ke-3. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta

Anonim. 1998. Losio Bayi. Standar Nasional Indonesia. Jakarta

Ansel, H.C., Popovich, N.G., Allen, L.V., 1995. Pharmaceutical Dosage From and Drug Delivery
System, 6th ed.,Malvern: Williams dan Wilkins, p. 60-65.

Dalimartha, S. and Soedibyo, M. 1999. Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan Diet suplemen.
Trubus Agriwidya, Jakarta.

Gao, Z., Huang, K. & Xu, H. 2001. Protective Effects of Flavonoids in The roots of Scutellaria
baicalensis Georgi Againts Hydrogen Peroxide Induce Oxidative Stress in HS-SY5 Cells.
Pharmacol. Res. 43: 173-56

Idaho. 2008. Sunscreen and Skin SelfChecks Frequently Asked Questions. Dapertement Of
Health and Welfane Moore, Wilkinson. 1982. Harry’s Cosmeticology (7th ed). George
London: Godwin, 3-6, 247-254 Sayre, R.M., Agin, P.P., Levee, G.J. & Marlowe, E. 1979. A
Comparison of In Vivo and In Vitro Testing of Sunscreening Formulas. Photochem.
Photobiol. 29: 559566.

Suryanto E., 2012 Fitokimia Antioksidan.Putra Media Nusantara, Surabaya.

Voight, R. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Yulia R. 2006. Kandungan Tanin dan Potensi Anti Streptococcus mutans Daun The Var.
Assamica Pada Berbagai Tahap Pengelolahan. Institut Pertanian Bogor.

21

Anda mungkin juga menyukai