Anda di halaman 1dari 78

KEDAMAIN DIANTARA SENJA

Masa muda adalah masa mencari jati diri,


masa membuktikan eksistensi, masa mencari
perhatian dan masa penuh semangat dan
bergairah, akan tetapi dibalik semangat ini perlu
kontrol dan perlu pembinaan agar tidak berlebihan
dan keluar dari bimbingan syariat. Dengan
keunggulan dan kelebihan pada usia muda seperti
semangat masih membara, tenaga masih kuat,
pikiran masih fresh dan tekad yang kuat, masa
muda akan diminta pertanggung jawabannya
secara khusus. masa SMA pun tak lain arti dari
masa muda, dimana letak kesombongan masih di
puncak puncak nya, merasa paling kuat dan
istimewa.

Tertulis sebuah kisah di lembaran ingatan,


kisah seorang siswa yang berkehidupan putih.
namun suatu saat tinta hitam mengotori kertasnya,
karena pada hari itu ia menyakiti hati gurunya.
alkisah, seorang siswa ini adalah seorang yang
selalu berhubungan baik dan tak pernah
bermasalah dengan gurunya disekolah. hingga
suatu hari, salah satu guru dirasa tak enak hati
kepadanya Dan karena si siswa menuruti saja
prasangkanya terjadilah sedikit perenggangan
dalam hubungan keduanya, berbulan bulan berlalu.
Tibalah di penghujung semester akhir sekolah.
Saat itu pembagian nilai dan hasil ujian dibagikan,
naasnya dari semua temannya. Hanya si siswa
yang tidak lulus ujian karena nilainya dibawah
KKM, dengan keberaniaannya siswa bertanya pada
guru mengapa hanya ia yang nilai hanya mendekati
KKM. Bukan melebihi atau mencukupi. Sang guru
menjawab bahwa nilai yang di peroleh siswa
memang begitu adanya. Kemudian sang siswa
tidak menerima keputusan sang guru dengan baik.
dan meminta guru untuk mengoreksi ulang.
sang guru awalnya enggan untuk menurutinya,
terpaksa mengoreksi ulang karena tadi saat
berdiskusi didepan kelas pembicaraannya didengar
oleh seluruh siswa di ruangan itu.
Akhirnya beliau pun mengoreksi ulang
jawaban si siswa dengan kunci jawaban yang
ada. Tanpa diduga sang guru ternyata jawaban
siswa memang ada yang benar, namun disalahkan.
Sang siswa yang sudah tak sabar lagi ini tentu
meminta kepada guru untuk mengubah nilainya
kembali. dengan permintaan yang cukup halus.
Seketika itu juga sang guru sangat malu bercampur
rasa kesal pada siswa yang sudah membuatnya
sakit hati. ia pun marah sambil menangis, sembari
menyadari kesalahannya dalam mengoreksi.
Beliau menangis sembari menceritakan mengapa
selama ini beliau bersikap berbeda kepada si
siswa. Sang siswa pun menyesal dalam hatinya
telah berbuat demikian pada guru. Hubungan
keduanya tampak semakin jauh.
karena saat itu, sang siswa merasa dirinya benar
dan tak ingin meminta maaf kepada sang guru.

Singkat cerita sang siswa itu sudah kuliah


dan akan melaksanakan KKN disekolah asalnya.
Entah takdir tuhan macam apa yang menimpanya
hingga ia masuk jurusan yang sama dengan
jurusan di mana ia bermasalah dahulu.
ia kembali bertemu guru nya dahulu. Dan dengan
takzim penuh kesadaran atas kesalahannya dulu,
ia meminta maaf pada sang guru,
dan sang guru berkata “aku sudah memaafkan dan
mendoakanmu sejak dulu”.
Sang siswa menangis haru, penuh penyesalan atas
tindakannya dulu. dan kini kata maaf terucap dari
bibir sang guru. meskipun telah lalu, namun
kebesaran nya masih terasa.
Indah nya senja itu, guru tetaplah guru. Hatinya
tetaplah guru dan jiwanya tetap lah guru. Maka
sungguh mulia pekerjaan sebagai seorang guru.
“Kini sebagai calon guru aku perlu mengaplikasikan
budi pekerti teladanku kepada diri ku”. ucap sang
siswa.

Berpuluh senja telah lalu. dan siswa yang


kini jadi mahasiswa itu pun menjalani hidupnya
yang baru, dengan semangat dan motivasi baru
tentunya. Dari sini kita dapat mengambil ibrah.
bahwa menjadi seorang pendidik bukan hanya
mengajarkan apa yang dia tahu. tapi pendidik itu
mendidik tentang siapa dirinya. (Ir Soekarno 1960).
(oleh: Achmad Ramadhan)
INTORVERT SEHARI JADI GURU

Menjadi guru tak melulu dari bakat yang


harus dimiliki masing-masing individu. Pada
dasarnya orang yang tak berbakat pun dapat
menjadi seorang guru selama adanya kemauan
dan tekat bulat untuk mencerdaskan calon generasi
bangsa. Selama KKN yang kembali di sekolah asal
saya mendapat pengalaman yang sangat banyak.
Salah satunya melakukan softskill dengan
melakukan negosiasi dengan guru pamong untuk
melakukan kegiatan sit-in atau membuka kelas
bahkan hingga mengajar di dalam kelas yang
semula bukan merupakan kepiawaian saya dalam
melakukan hal tersebut di SMA, karena saya waktu
SMA hanyalah anak yang penurut dan cenderung
malas untuk melakukan negosiasi perkara tugas.
Selama tugas itu mampu saya kerjakan maka saya
kerjakan, apabila saya kesulitan saya mencari di
Brainly.com dan berusaha memahaminya. Saat
saya melakukan negosiasi dengan guru pamong
saya sempat meminta untuk membuka kelas pada
jam beliau sebanyak empat kali dan kedua guru
pamong tersebut mengiyakan dan saya melakukan
hal tersebut sebanyak empat kali. Namun
sayangnya untuk lembar penilaian membuka
pelajaran yang ternilai hanya satu dan saat saya
mencari beliau pada hari terakhir saya KKN, beliau
sedang tidak masuk.

Namun ada hal yang paling sulit saya


lupakan saat melakukan KKN di sekolah asal saya
adalah saat saya diminta untuk mengajar oleh
salah satu guru pamong karena beliau ada
kegiatan MGMP se-kabupaten sidoarjo. Keesokan
harinya, dan saat itu saya mengajar kelas 10 IPA 5
dan dimana kelas tersebut terdapat adik saya
sendiri yang sekolah di MAN SIDOARJO. Pada
malam harinya saya tidak belajar materi karena
pada dasarnya materi ini merupakan materi
santapan sehari-hari saya saat belajar mau masuk
perguruan tinggi negeri. Saya lebih condong untuk
belajar bagaimana dapat menyampaikan materi
tersebut di kelas dan bagaimana saya dapat
menghidupkan atmosfer gemar fisika pada semua
murid. Maka dari itu saya berlatih hingga larut
malam di depan cermin. Saat melihat wajah saya di
cermin terdapat rasa pesimis tidak dapat mencapai
segala target keterampilan mengajar sebagaimana
yang ada di STKIP Al-Hikmah. Kenapa hal tersebut
muncul? Karena dahulu saya hanyalah seorang
anak yang jarang melakukan interaksi sosial, jadi
saat saya bertemu dengan seseorang saya hanya
menyapa saja tanpa melakukan basa-basi dalam
bentuk percakapan hal tersebut berbeda apabila
saya bertemu dengan teman akrab maka saya
akan bersenda gurau. Baik kita kembalikan ke
cerita KKN. Karena masa lalu akan membawa
glombang nostalgia yang tak akan berujung,
akhirnya pada pukul 01.00 dini hari saya
memutuskan untuk istirahat supaya fresh disaat
turun pertama kali mengajar sebagai pemain
cadangan dari guru pamong.

Keesokanya saya berangkat dengan


meyakinkan diri bahwa saya sanggup, dan saya
ingat saat saya kecil melihat rekaman bagaiman
seekor wildebeast dengan penuh keyakinan
menyebrangi sungai nil yang penuh dengan buaya
dengan yakin untuk mencapai seberang yang
penuh rumput segar, dari ingatan yang ringan
tersebut membuat saya meneguhkan hati untuk
melangkah dan siap untuk mengajar selama tiga
jam pelajaran atau pada waktu normal slama dua
jam dan hal tersebut saya lakukan saat semester
satu dan saya harus mengubur sikap introvert saya
untuk siap mengajar. Sesampai di kelas yang ingin
saya ajar saya disambut dengan riuh seisi kelas.
“Masnya, Mas e Adil yooo” ucap salah satu siswi.
“Darimana kamu tahu ?”celetuk saya.
“Tau dari adil lah mas” jawab siswi tersebut.
“Oooh” balas saya.

Setelah percakapan singkat tersebut saya


langsung membuka kelas yang saya usahakan
sesuai dengan yang saya terima di STKIP Al-
Hikmah dan semua siswa memperhatikan apa
instruksi yang saya berikan seperti melakukan do’a,
merapikan bangku, dan membersihkan daerah
sekitar tempat dudu. Saat saya melakukan review
mereka sangat antusias dan banyak yang paham
tentang materi yang diajarkan minggu lalu oleh
guru pamong, maka saya langsung masuk ke
materi berikutnya.

Saat saya selesai menerangkan materi


mereka meminta saya untuk menerangkan ulang
karena bahasa penyampaian saya terlalu belibet
dan susah dipahami, hal tersebut seperti
prediksiku.
Suasana kelas saat di berikan soal dan saling
berlomba menyelesaikanya
Hasil siswa yang berlomba untuk maju
menyelesaikan soal

Maka saya menerangkan materi tersebut kembali


secara perlahan hingga mereka paham setiap
bagian dari simbol permisalan yang ada dan
bagaimana memperoleh rumus dan saya merasa
sangat senang karena saya berhasil memahamkan
mereka untuk satu materi tersebut hingga siswa
dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam soal
yang saya berikan.
Dari kegiatan mengajar pertama ini saya
mendapatkan pengalaman yang sangat
mengesankan dan saya memperoleh sebuah
pelajaran berharga dalam bagaimana memanage
kelas dan membimbing kelas.
(oleh : Ahmad Iqbal Majid)
SEORANG GURU DAN KAKAK KELAS

Menjadi seorang guru adalah salah satu


pekerjaan yang mulia dan mampu merubah dan
menentukan nasib sebuah bangsa. Tugas seorang
guru bakan hanya mengajar, tetapi juga
membimbing siswanya agar menjadi orang yang
baik untuk memajukan bangsa. Guru bukan hanya
sebagai seorang pengajar, tapi guru juga harus
mampu berperan sebagai orang tua dan teman
agar mudah dalam membimbing siswa.

Kesabaran, ketegasan, dan wibawa adalah


modal utama yang harus dimiliki oleh seorang guru
untuk membimbing siswanya menjadi lebih baik.
Itulah yang sedang saya bangun dan saya latih
agar bisa menjadi seorang guru yang berkualitas
dan profesional. Saya melatihnya melalui kegiatan
IGS dan KKN yang saya laksanakan di SMK Islam
Krembung pada tanggal 16-23 Januari 2018. Saya
melatih keguruan saya dengan mengajar siswa
kelas sepuluh.

Saat pertama kali mengajar, saya merasa


berdebar-debar karena itu adalah pengalaman
pertama saya mrngajar siswa diluar Al Hikmah.
Disamping itu, saya mersa berdebar-debar karena
yang saya ajar adalah adik kelas saya sendiri. Jadi
selama saya mengajar di SMK Islam Krembung,
disamping saya berperan sebagai seorang guru,
saya juga berperan sebagai kakak kelas bagi
mereka. Satu lagi yang membuat saya berdebar-
debar adalah saya pertama mengajar diawasi oleh
guru pamong yang bernama ibu Lukita Dwi I, S.Si.
Pertama saya takut materi yang saya sampaikan
pada siswa salah. Tetapi berikutnya saya mengajar
sudah lebih baik dan tidak berdebar-debar lagi
pada apapun dan saya merasa percaya diri.

Di sana saya mengajar dengan cara saya


sendiri dan saya mengajar mata pelajaran fisika
yang dimana itu adalah mata pelajaran yang paling
banyak tidak disukai siswa. Sebelum
menyampaikanmateri secara mendalam, saya
terlebih dahulu memberikan pengantar materi agar
siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan
saya sampaikan. Saya juga dalam mengajar
menekankan pada konsep bukan pada rumus agar
siswa tidak bingung dengan rumus yang ada. Saat
memberikan rumus, saya juga membikan asal
rumus tersebut terbentuk. Dan juga saya
memberikan cara mudah memahami rumus dan
memodifikasi rumus yang ada agar siswa faham
dengan rumus yang saya berikan.
Hal yang saya alami dan saya amati saat
IGS dan KKN di SMK Islam Krembung yaitu saya
faham dan sadar dengan kondisi siswa di sana
khususnya siswa laki-laki yang mengalami
kemunduran moral di setiap angakatan. Rasa
hormat mereka terhadap guru sangat kurang,
mereka ramai saat pebelajaran, bahkan yang lebih
parah ada siswa yang berkata kasar pada guru
perempuan. Itu membuat saya sangat prihatin.
Akhirnya pada saat hari terakhir saya IGS dan KKN
di SMK Islam Krembung, saya memberi motivasi
kepada beberapa kelas. Di kelas X TKJ 2, saya
memberi motivasi tentang pentingnya rasa terima
kasih terhadap perjuangan guru-guru khususnya
kepala sekolah SMK Islam Krembung untuk
memajukan sekolah sampai seperti sekarang, saya
juga memberi motivasi kepada mereka untuk
memikirkan mulai sekarang yang harus disiapkan
untuk menghadapi dunia kerja setelah mereka lulus
nanti agar mereka sadar dan tidak menjadi
pengangguran seperti kebanyakan kakak kelas
mereka. Kelas X TKJ 2 adalah termasuk kelas yang
ramai, tetapi saat saya memberi motivasi pada
mereka, semuanya diam dan mendengarkan apa
yang saya ucapkan. Itu menandahkan rasa simpati
mereka dan moral mereka mesih berpeluang besar
untuk diperbaiki dan menjadi lebih baik lagi.

Saya juga memberikan motvasi di kelas X


TP 2. Awalalnya mereka sangat rama bahkan saat
saya menyampaikan materi hanya sebagian kecil
siswa yang memperhatikan saya. Setelah
menyampaikan meteri, saya memberi mereka
motivasi tentang pentingnya rasa sopan dan
hormat terhadap guru. Tetapi hanya sebagian
siswa yang memperhatikan saya. Akhirnya saya
memberikan mereka tantangan yang intiinya “jika
mereka tetap tidak bisa diatur seperti sekarang,
maka setelah lulus nanti, mereka pasti tidak akan
sukses bakahkan menjadi pengangguran. Tetapi
jika mereka bisa berubah dan bisa menghormati
guru, bersikap sopan, dan bersungguh-sungguh
maka pasti mereka akan sukses suatu hari nanti
walaupun mereka tidak unggul dibidang akademik”.
Saya menantang mereka untuk membuktikannya
sendiri kata-kata yang saya ucapkan tersebut.

Guru pamong saya juga kagum dengan


cara mengajar saya yang masih semester satu
sudah percaya diri dalam mengajar dan mampu
mengajar adik-adik kelasnya. Dengan ini pula saya
menjadi sanyat akrab dengan guru pamong saya
dan sudah saya anggap sebagai ibu saya sendiri
karena dulunya beliau juga wali kelas saya.
(oleh : Faris Ashari)
Keadaan pelajar indonesia sangat
memperihatinkan. Kebanyakan dari mereka sangat
obsesif akan nilai, sampai-sampai tidak
mempedulikan bagaimana mereka
mendapatkanya. Tidak hanya itu sistem pendidikan
di Indonesia juga menjadi salah satu faktor
lemahnya daya juang para pelajar Indonesia untuk
mencari ilmu.

Kesadaran diri dan kelemahan sistem


pendidikan dapat diatasi dengan adanya guru atau
tenaga pengajar yang mengerti faedah dari ilmu
dunia maupun akhirat. Dari mulai SD sampai SMA,
mereka tetap membawa budaya yang sangat
bertentangan dikalangan pelajar indonesia, yaitu
mendapatkan nilai bagus dengan cara yang buruk
(mencontek, kerjasama, melihat buku, dll). Hal hal
seperti itu yang menejadikan indonesia tidak maju.
Kelas X Mia 1

Dalam kegiatan KKN 2018 yang saya lakukan


di sekolah asal saya SMAN UMBULSARI, ternyata
benar para siswa disana juga bingung ketika
ditanya manakah yang lebih penting "ilmu atau
nilai?”.

Ada 4 kelas yang saya ajar dan itu


merupakan tantangan sekaligus pengalaman yang
bermanfaat bagi saya untuk nantinya menjadi
seorang guru. Pengalaman memang penting
namun kita harus mengukur juga kadar
kemampuan kita agar nantinya tidak terjadi
kesalahan yang akan mengakibatkan penyesalan di
kemudian hari.

mengajar kelas x mia 2

Saya mendapat ilmu dari seseorang bahwa


ALLAH SWT hidup di dalam prasangka hambanya.
Jika fikiran dan hati kita bersatu maka apapun yang
kita ucapkan dengan penuh keyakinan pada
ALLAH SWT, maka Dia akan mengabulkan doa
doa kita.

saat mengajar di kelas x mia 4

jadi jika maenset kita akan hal hal yang belum kita
ketahui sudah jelek maka hasilnya pun akan jelek.
Kita hanya mampu memilih, tetapi ALLAH SWT
yang menentukan .

Dengan adanya motivasi tersebut para siswa


yang tadinya tidak punya gairah untuk belajar
akhirnya mulai berbicara dan mau untuk di ajari.
Semula yang mereka hanya duduk terdiam di
belakang bangku, bisa berubah menjadih lebih baik
dan lebih berani.
berani tanpa ragu

Bukan hasil yang di respect oleh ALLAH


SWT tapi seberapa besar kalian menghargai
proses, tetap berusaha dan berdoa serta ikhlas,
insyallah kesuksesan akan datang kepada kalian.
semoga bermanfaat...!!

(Oleh : Ari Krismandana)


MUNGKIN BELUM WAKTUNYA

“Ri, sepertinya kita mencari sekolah dasar


dekat rumahmu saja. Kamu kan tahu aku gak
pernah ikut aktif dalam kegiatan pramuka.” Seorang
cowok mengingatkan temannya yang sedang asik
mengendarai motor.

“Gak usah, jhehh, coba dulu di SMA-ku.”


Cowok yang mengendarai sepeda motor menjawab
sekenanya tampa perlu menoleh ke belakang.

“Tapi kita musti ngajarin apa coba?”


penumpang cowok itu tak mau kalah.

“Kita ajarin aja mereka PBB. Kamu kan dulu


juga anggota paskibra.” Jawab cowok yang
dipanggil ‘Ri’ tersebut.

Dia berlalu meninggalkan temannya untuk


memarkirkan sepeda motor. Peraturan di sekolah
tersebut mewajibkan siapapun warga sekolah untuk
mematikan mesin motor ketika memasuki wilayah
gedung sekolah sebelum memarkir motor.
Nama lengkapnya adalah Ari Krismandana.
Seorang anak laki-laki yang dipaksa dewasa
diusianya yang masih terlalu muda. Namun
pemeran utama dalam kisah ini bukan Ari,
melainkan cowok yang diboncenginya. Faruq,
begitulah dia akrab disapa. Nama lengkapnya
Abdul Aziz Alfaruq. Faruq merupakan seorang anak
rantau dari pulau andalas. Tempat cerita legenda
Malin Kundang dan Siti Nurbaya berasal.

Setelah selesai memarkirkan sepeda motor,


teman sebaya itu menuju ke masjid. Mereka
hendak menyegarkan wajahnya dari teriknya
matahari Desa Umbulsari siang itu.

“Ruq, kamu ikut aku nemui Bu Made


nggak?” Yang dipanggil Faruq malah asik sibuk
dengan gadgetnya.

“Ruq..!” Ari dengan wajah masih basah


menghampiri temannya yang masih sibuk dengan
benda berbentuk persegi itu.
“Hee!? Kamu bilang apa jheh?” Memasang
wajah pura-pura tidak bersalah setelah mengetahui
ada yang mengajaknya bicara.

“Ikutan gak ke ruangan Bu Made?” Mencoba


bersabar menghadapi tingkah temannya itu yang
kadang terbawa dunianya sendiri.

“Nggak deh, mang habis dari ruangan Bu


Made kita mau kemana?” Balik bertanya tanpa
menoleh ke arah lawan bicaranya.

“Habis dari ruangan Bu Made aku mau


ketemu sama arek pramuka, gimana?” Suaranya
mulai meninggi. Dia tahu temannya itu takkan bisa
diajak kemana-mana kalau sudah di depan si
benda ajaib.

“Mmm...aku di sini aja, jhehh. Capek aku


jalan terus. Aku mau istirahat di mesjid ini aja.”

“Ya udah, kalo gitu aku sendiri aja.” Berlalu


setelah memakai sepatu vantoufelnya.
Sementara Ari ke ruangan Bu Made dan
menemui anak-anak pramuka, Faruq masih sibuk
dengan si benda ajaib. Sekali-kali terdengar
cengingisan ketika ada teman sosialitanya yang
membalas dengan humor, atau sahabat lamanya
yang tiba-tiba saja menghubunginya.

Setelah beberapa lama disibukkan dengan si


benda ajaib, mata yang panas setelah lama
menatap layar andoid itu akhirnya tertutup juga. Di
masjid tampak satu dua siswa mulai berdatangan
ke masjid. Setelah melepaskan sepatu mereka ke
kamar mandi untuk buang hajat, beberapa tampak
mengantri untuk ke kamar mandi sedang yang
lainnya berwudhu.

Tak lama kemudian beberapa orang siswi


menyusul menuju masjid. Siswa-siswi itu bercanda
dengan santainya tanpa menyadari ada seseorang
yang tertidur di serambi masjid. Keributan itupun
bertambah seiring bertambahnya siswa-siswi yang
datang ke masjid. Walaupun tidak semua siswa di
sekolah ini menganut agama Islam, namun
sejatinya yang bersekolah di sana masihlah siswa-
siswi yang taat beragama.

Mereka tidak lupa akan kewajiban sebagai


muslim dan muslimah untuk melaksanakan salat
lima waktu tepat waktu. Walau terkadang dalam hal
pergaulan, batas-batas yang telah ditetapkan oleh
agama seperti dilarang bersentuhan antara laki-laki
dan perempuan yang bukan mahram sering
dilanggar.

Merasa suasana di masjid sudah berubah,


terdengar gelak tawa laki-laki dan perempuan,
Faruq yang dari tadi istirahat di serambi bagian lain
masjid terbangun. Merasa malu dan sedikit pusing
karena tertidur dengan posisi tangan menutup
kepala sehingga meninggalkan bekas merah di
bagian keningnya.

“Ari masih belum kembali?” Batinnya setelah


berhasil mengumpulkan kesadarannya kembali.

Dia kembali mengecek notifikasi dari sosial


media. Benda ajaib itu tampak seperti barang yang
sangat dibutuhkannya sampai tidak menyadari
bahwa belum menbaca doa bangun tidur dan
mengucapkan Alhamdulillah setelah menguap.

Anak-nak muda sekarang memang banyak


yang sudah terlena dengan duniawi sehingga nilai
Islam yang didapatkan sewaktu kecil mulai rontok
satu persatu diterjang badai globalisasi. Hal ini
sungguh sangat miris mengingat mereka inilah
nantinya yang akan menjadi penerus bangsa ini
dimasa yang akan datang. Apa jadinya jika urusan
agama sudah dianggap enteng dan tidak lagi
dihiraukan.

Hal ini juga diperparah oleh kebijakan demi


kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
seakan-akan memberikan kebebasan seluas-
luasnya kepada paham, tradisi dan kebudayaan
asing untuk memengaruhi dan merusak pikiran
anak bangsa saat ini. Lohh, kok malah membahas
ini ya...
Waktupun menunjukkan pukul 14.30,
sebentar lagi azan asar akan berkumandang. Ari
yang sudah selesai dengan acara kumpul-
kumpulnya kembali ke masjid. Mengambil air
wudhu dan salat tahiyatul masjid dua rakaat.
Melihat temannya yang sudah berada di dalam
masjid melaksanakan salat tahiyatul masjid,
dengan segera Faruq menuju kamar mandi dan
berwudhu.

Setelah melaksanakan salat asar


berjamaah, mereka menuju serambi masjid. Faruq
tampak sibuk dengan teman sosialitanya
sementara Ari berbincang-bincang dengan siswa.
Tampak mereka sangat serius membahas nasib
kedepannya dari organisasi yang dulu sempat
membesarkan namanya.

“Gimana, jhehh? Bisa pramuka besok?”


Teringat kembali akan tugasnya mengajar
pramuka.
“Dirapatin dulu, jheh. Karena lima hari
sekolah jadi kegiatan pramuka juga dijadwal ulang.”
Ari mencoba menjawab sekenanya.

Pemerintah telah mengeluarkan peraturan


untuk lima hari kerja beberapa waktu lalu. Hal ini
berdampak pada kegiatan sekolah, tidak sedikit
kantor-kantor instansi sekolah yang tidak
mengubrisnya. Namun yang patuh pada
pemerintah pun juga terbilang banyak termasuk
sekolah tempat mereka magang.

“Ri, malam ini jalan kemana?” Tanya Faruq


sambil memainkan androidnya. Mereka sekarang
sudah tidak lagi berada di lingkungan sekolah.
Bangunan rumah yang minimalis itu sangat
menentramkan dengan dikelilingi pohon rambutan
dan di sisi kanan depannya ada sebuah bengkel
perabotan, tempat dimana bapak Ari menghabiskan
waktu siangnya mencari nafkah.

“Yaa....malam ini kita ke rumahnya Dimas


aja. Sekalian nyari sinyal internet.”
Pernyataan itu langsung ditimpali tawa oleh
keduanya. Malam ini mereka sedang libur dari
mengajar mengaji di TPQ dekat rumah Ari. Selain
menjadi guru umum, mereka juga punya keinginan
untuk menjadi guru agama, setidaknya menjadi
guru ngaji.

“Kita berangkatnya ntar habis isya aja,


makan dulu disini, jhehh.” Pandangannya tidak
terlepas dari androidnya.

“Sial, kok aku gak dapat sinyal ya, jhehh?”


Geram dengan kualitas jaringan internetnya.
Padahal jika dibandingkan dengan android
temannya, android Faruq termasuk kelas premium
dan sangat mengungguli android Ari.

“Sabar jhehh!” Mulai tidak tenang dengan


ulah temannya yang sering mengganggunya
bermain sosial media.

“Aisss...padahal aku make kartu x, tapi kok


masih lemot ya internetnya.” Ari tidak menanggapi
karena merasa pertanyaan temannya itu bukan
ditujukan untuknya.

“Mas...mas..., Mas Ari ayuk makan, ajak


sekalian Mas Faruqnya.” Bukde yang sudah selesai
melaksanakan salat maghrib menghampiri anak-
anaknya.

“Eh Mas Faruq, jangan tidur dulu mas, ayuk


makan dulu. Sudah Bukde siapin jamur goreng.”
Setengah terkejut menemui ada orang di kamar
anaknya. Walaupun bukan anak sendiri, namun
Bukde tetap memperlakukan Mas Faruq layaknya
anak kandungnya.

Mereka pun mengisi energi sambil sesekali


diselingi diskusi ringan.

“Ri, karena aku gak bisa ngelatih pramuka


disini, kayaknya aku harus menghubungi guruku di
sekolah dulu.” Menyeruput kopi yang tadi
disediakan Dimas, murid mereka di kelas 2.
Merasa tidak digubris oleh lawan bicaranya,
dia langsung mencari-cari kontak temannya dulu di
daftar kontaknya. Setelah menemukan, Faruq
segera menghubungi temannya untuk
mendapatkan kontak kepala sekolahnya.
Untungnya kepala sekolahnya dulu masih
menjabat.

Mendapatkan jawaban yang tidak


diharapkannya, Faruq memilih tidur setelah
mematikan androidnya. Siapa tahu dengan
melarikan ke alam mimpi, semua beban pikirannya
bisa menghilang. Seperti nabi saja, mendapatkan
wahyu dengan melalui mimpi.

Weekands adalah sesuatu yang


menyenangkan bagi kebanyakan orang, namun
tidak bagi Faruq. Dia tidak bisa menikmati Sabtu
sorenya. Pesannya belum dibalas oleh guru yang
mengajar di sekolahnya dulu. Dia masih
mempunyai agenda pramuka yang tidak bisa
dilunasi di sini.
“Ri, aku insya Allah minggu pagi ato Minggu
siang udah pamitan sama keluargamu.” Mengatur
agenda melalui androidnya.

“Kenapa gak sore ato malam aja, jhehh?”


Heran dengan sikap temannya itu yang tidak mau
tenang dari tadi siang semenjak acara diklat.

“Trus akunya kapan prepare buat pulang,


jhehh? Aku berangkat dari Jember besok malam ke
Juanda.” Berusaha meredam kegelisahannya.

“Liat besok aja, aman mah kalo masalah itu.”


Berusaha menenangkan temannya.

Besoknya hari yang ditunggu-tunggu tiba,


Faruq berpamitan dengan semua anggota keluarga
Ari kecuali mbaknya.

“Makasih ya nak Faruq, udah mau nemanin


Ari. Mau tidur di rumahnya bukde. Walaupun
rumahnya bukde seperti ini. Jangan lupa sering-
sering kesini lagi. Hati-hati di jalan ya, titip salam
bukde buat orang tuanya di rumah. Maaf bukde
ndak sempat nelepon mamanya.” Sambil memeluk
tubuh lemas Faruq, bukde berusaha menahan air
matanya untuk tidak keluar.

Faruq merasa tidak bisa berkata apa-apa.


Tenggelam dalam suasana haru dan betapapun dia
telah mendapatkan kasih sayang dari keluarga Ari,
dari bukde.

“nggeh, bukde. Makasih bukde udah mau


manerima saya di sini. Maaf kalo selama ini saya
banyak salah dalam berkata dan bertindak...” Tidak
mampu menyelesaikan kata-katanya. Suaranya
tercekat sesuatu. Tiba-tiba dia merasakan ada
sesuatu yang panas di ujung mata dan dadanya.

Faruq berusaha untuk tidak tampak sedang


menagis di depan semua orang. Dia berhasil
membendung air matanya untuk tidak keluar.

Setelah berpamitan, tiba-tiba hpnya


berdering. Ada sms pesan masuk dari gurunya.
Assalamualaikum

Maaf Faruq, sepertinya untuk kegiatan pramuka


tidak bisa pekan ini. Sabtu yang akan datang ada
acara LOSABI. Tapi kalo Faruq mau ngajar, insya
Allah bisa hari Selasa dan Rabu. (pesan dari Bu
Mike).

(Oleh : Abdul Aziz Alfaruq)


TAKDIR YANG MEMAKSA MENJADI GURU
NGAJI

Menjadi guru ngaji bukanlah sebuah


pekerjaan, tetapi sebuah amalan yang sangat mulia
dan sangat agung disisi sang pencipta Allah SWT.
Mengajari anak yang awalnya tidak bisa dan tidak
lancar membaca Al Qur’an adalah sebuah ibadah
yang menenangkan hati. Disamping itu juga
keiklhlasan untuk tidak mengharapkan imbalan saat
mengajar ngaji adalah hal yang harus dimiliki oleh
seoang guru ngaji. Hal itu lah yang diterapkan di
TPQ Nurul Qur’an. Santri disana tidak dibebankan
biaya oleh pengurusnya.

Tugas mengajar ngaji yang di berikan oleh


STKIP Al Hikmah pada saya ini sebenarnya
bertolak belakang dengan kemauan saya dahulu.
Dahulu saya pernah ditawari oleh untuk mengajar
ngaji oleh ketua TPQ Nurul Qur’an, tetapi saya
tidak mau karena saya merasa tidak memiliki ilmu
yang banyak. Tetapi sekarang saya diwajibkan oleh
kampus saya STKIP Al Hikmah untuk mengajar
ngaji.

Pada awal mengajar, saya hanya mengajar


santri yang masih sampai jilid. Yang saya tekankan
pada mereka adalah mekhrojul hurufnya. Rata-rata
dari merka masih banyak yang salah dalam
melafalkan makhrojul hurufnya. Oleh sebab itu
yang saya perbaiki dari mereka adalah makhrojul
hurufnya. Awal saya mengajar mereka agak ragu,
tetapi lama kelamaan saya merasa nyaman dalam
mengajar mereka. Saya merasa nyaman kerena
dengan saya ajar mereka nurut dan yang saya
ajarkan bisa langsung mereka terapkan. Disamping
itu juga, tingkah laku mereka yang masih anak-
anak membuat saya senang dan nyaman.

Setelah mengajar santri yang masih jilid,


tiba-tiba saya langsung mengajar santri yang sudah
sampai Al Qur’an. Awalnya saya sangat kaget
apakah saya bisah atau tidak. Ternyata saya bisa
melakukannya dan permasalahan yang dihadapi
santri Al Qur’an dengan santri Jilid hampir sama.
Mereka juga kurang baik melafalkan makhrojul
hurufnya. Oleh karena itu metode yang saya
tterapkan pada santri Al Qur’an sama dengan yang
saya terapkan pada santri jilid. Saya memperbaiki
Makhrojul huruf mereka dulu agr cara membaca
mereka benar dan didengarnya bisa enak. Dan
alhamdulillah mereka bisa langsung menerapkan
apa yang saya ajarkan pada mereka.

Itu lah takdir yang menurut kita tidak cocok


tetapi jika Allah menghendaki itu cocok dengan kita
maka takdir itu akan terjadi. Itu lah yang terjadi
pada saya. Saya yang dulunya ditawari mengaji
dan tidak mau karena alasan tidak bisa mengaji,
tetapi Allah mentakdirkan saya mengajar ngaji. Dan
ternyata mengajar mengaji itu enek dan merupakan
amalan akhrat yang sangat mulia.
(Oleh : Faris Ashari)
DARUL MUTTAQIN

An nas - Al zalzalah

Orang yang bermanfaat ilmunya merupakan


orang yang tidak sombong akan ilmu yang
dimilikinya dan ia lebih mementingkan ilmu akhirat
daripada urusan dunia. Tujuan manusia yang sejati
adalah mereka yang memprioritaskan akhirat
daripada dunia. Seringkali manusia menghabiskan
waktunya hanya untuk mencari sesuatu yang
nantinya tidak akan ditanyakan oleh para malaikat
Allah namun mereka anggap penting.
Saya mengajar di TPQ darul muttaqin
Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember tanggal
15-22 Januari 2018. Mereka sangat antusias dan
semangat meskipun pada awalnya kebanyakan
dari mereka belum bisa memahami tentang hukum
bacaan dalam Al Quran namun seiring waktu
berjalan dan semangat dari mereka perlahan pun
ilmu mereka bertambah.

Usia mereka masih berkisar 6-12 tahun


mereka masih bersekolah sd dan smp. Para ustad
ustadzah yang sangat ramah, mereka adalah orang
yang tidak mengharapkan apapu hanya cukup ada
yang mau datang untuk mengaji itu sudah menjadi
kebahagiaan tersendiri bagi mereka.
Melihat senyuman yang malu malu dan
polos membuat hati terasa untuk terus berada
dalam TPQ tersebut. Tanpa memandang keadaan
anak anak di TPQ tersebut sangat giat meskipun
hujan mereka tetap datang untuk menuntut ilmu.
keadaan desa gunung memang sedikit
memprihatinkan. Banyak sekali anak anak yang
masih SMP kelas 8 tidak mau melanjutkan ngajinya
karena gengsi.
Para ustad/ustadzah tidak bosan bosanya
untuk mengingatkan para anak didiknya untuk
fokus dan mengurangi bercanda. Hanya sekitar 1.5
jam kami mengaji. sebenarnya waktu tersebut
sangatlah minim apalagi megingat waktu mereka
kebanyakan di habiskan di luar TPQ yang
cenderung memberi kebebasan bagi anak-anak
hanya untuk bermain.

Perlunya penanaman akhlak pada anak


sangatlah penting. Rusaknya moral anak bangsa di
karenakan sejak kecil mereka sudah dikenalkan
dengan hp dan mereka banyak yang enggan
mengaji ataupun mondok. Dalam daerah
Kecamatan Umbulsari bisa dihitung berapa anak
yang dititipkan di pondok oleh orang tuanya.

Perlu adannya motivasi dari dalam diri dan


penguatan orang tua kepada anak agar mereka
tidak goyah untuk mengaji
Dalam waktu kurang lebih satu minggu saya
mengajak anak anak di TPQ Darul Muttaqin, saya
mengajari mereka mulai dari hukum bacaan dalam
Al Quran hingga mereka mulai mau untuk
menghafal Al Quran. Memang targetnya belum
saya tetapkan banyak, namun menurut saya untuk
waktu yang singkat itu sudah cukup menantang
untuk waktu 3 hari mereka yang sebagian besar
tidak pernah menghafal al quran, 85 % hafal dari
surat ann nas - al zalzalah dalam waktu 3 hari.

Para ustad ustadzah sangat terkesan


dengan kedatangan mahasiswa STKIP Al Hikmah
dan sangat mendukung progam KKN 2018 karena
progam tersebut dapat meningkatkan semangat
anak-anak untuk mengaji dan mereka sangat
mengharapkan untuk mengadakan progam
mengajar TPQ di Darul Muttaqin.

(Oleh : Ari Krismandana)


INTROVERT JUGA MENGAJAR NGAJI

Bercerita tentang nabi dan rasul

Mengajar merupakan hal yang tak akan


lepas dari seorang guru, tak terkecuali dengan
seorang guru ngaji. Guru ngaji juga melakukan
kegiatan mengajar yang sama namun disini perlu
digaris bawahi bahwa guru mengaji tak hanya
mengajarkan tentang bagaimana seorang anak
sebatas dapat membaca dan menulis al-qur’an
saja, namun guru ngaji lebih berperan pada
perkembangan zaman ini sebagai agen perubah
akhlak dan mengajarkan pentingnya tauhid yang
telah kita ketahui mulai luntur di kalangan remaja
dan anak-anak. Sebagaimana salah satu tugas
yang diberikan ustadz Fay kepada kami seluruh
mahasiswa STKIP Al-Hikmah untuk mengajar ngaji.
Untuk mahasiswa semester satu seperti saya ini
merupakan hal yang asing dan merupakan suatu
tantangan yang menarik untuk dapat dituntaskan.

Hari pertama saya membimbing ngaji saya


dihadapkan dengan atmosfer yang sangat ceria
namun asing bagi saya, wajar saja ternyata seluruh
santri dan santriwati di TPQ tempat yang saya ajar
rata-rata mereka anak yang duduk dibangku kanak-
kanak dan sekolah dasar saja. Saya sempatkan
bertanya kepada salah seorang ustadzah yang
mengajar ngaji.

“Bu,niki larene TK kalean SD mawon?”tanya saya


dalam bahasa jawa
“Iyo mas, sing wes SMP pada wes mandek perkoro
isin”Jawab Ustadzah tersebut

“Loh, nopo’o kok isin bu?”tanya saya

“Lah piye to mas, jarene wes gerang kok ijek iqro 4


ae, podo koyok adike TK laan”jawab ibu tersebut

“o, ngenten” jawab saya

Dari percakapan diatas saya dapat mengambil


sebuah hipotesis sementara yakni bahwa kemauan
seorang anak mau mengaji harus datang dari
keinginan kuat dari anak tersebut. Setelah saya
bercakap dengan ustadzah tersebut saya langsung
melanjutkan mengajar ke seoang anak TK yang
menurut saya dia memiliki kemauan untuk terus
belajar mengaji sangat tinggi pada waktu itu hujan
lumayan deras, anak tersebut datang dengan
semangat mengayuh sepedanya walau hujan tanpa
menggunakan jas hujan. Saat saya mengajari anak
ini saya melihat bagaimana dia mengaji dengan
penuh semangat dan antusias dari bagaimana dia
membaca setiap huruf hijaiyah dengan lantang dan
perlahan namun pasti. Pada anak kedua yang saya
ajar anak ini juga masih duduk di bangku taman
kanak-kanak namun dia sudah mencapai iqro 5
dimana ini merupakan sebuah prestasi luar biasa di
kalangan rumah saya karena sudah mencapai
tingkatan iqro yang tinggal satu jilid lagi bisa
melanjutkan ke al-qur’an dan anak tersebut sudah
hafal sampai asy-syams. Bagi saya yang waktu
seumuran dengan dia saya baru mencapai surat
adh-dhuha. Akhirnya saya mengajar ngaji anak
tersebut hingga selesai dan anak-anak yang lainya.
Dipenghujung kegiatan TPQ, saya diminta oleh
ustadzah yang memiliki TPQ tersebut untuk
membacakan cerita tentang nabi-nabi dan pada
pertemuan pertama saya buka dengan cerita nabi
Yusuf as dan saya lihat seluruh santri begitu
memperhatikan saya walau bahasa saya masih
belum cocok untuk difahami anak-anak karena
masih terlalu baku menurut salah satu ustazdzah
yang mengajar nagaji disana.
Hari-hari selama mengajar di TPQ tersebut
saya pun mulai larut kedalam atmosfer mengajar
yang asyik dan seru untuk anak setingkat TK dan
SD bahkan mereka merequest cerita nabi siapa
yang akan saya bawakan. Pada pertemuan
selanjutnya dan mereka begitu sangat antusias
bahkan saat saya bertanya, mereka begitu kompak
menjawab sebagaimana saya ceritakan. Namun
ada suatu hal yang menggelitik saya yakni disuatu
pertemuan saya meminta kepada para santri
memurojaah hafalan yang telah mereka dapat saat
di sekolah namun mereka menolak. saat saya
mulai bercerita mereka segera berkumpul dan
mendengarkan.Pada pertemuan terakhir di TPQ
saya pamit kepada para santri dan para santri
menampakkan wajah kecewa dan sedih, bahkan
ada yang berkata ditambah aja waktu mengajar di
TPQ tersebut dan sayapun menjawab tidak bisa
karena saya harus kembali ke kampus untuk kuliah,
akhirnya saya pamit ke ustadzah dan para santri.

(Oleh : Ahmad Iqbal Majid)


GURU ADALAH PROFESI DUNIA AKHIRAT

Guru adalah profesi yang sangat


mulia. Adakah profesi yang mulia selain
guru? Apakah itu dokter, insinyur, ataukah pilot?
Tentu kita tahu bahwa profesi-profesi tersebut lahir
dari seorang guru. Jadi, setinggi apapun jabatan
seseorang pastilah dimulai dari peran seorang
guru. Profesi guru sangat mulia. kenapa? karena
guru mendidik seorang manusia. Pekerjaan
mendidik inilah yang luar biasa. Mendidik bukan
hanya mentrasfer ilmu tapi mendidik juga
menanamkan moral dan perilaku yang baik kepada
anak didik, itulah yang kami yakini, calon guru
STKIP Al Hikmah. Dan tidak semua pekerjaan bisa
seperti ini. Menjadikan seorang anak dari
tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa
menjadi bisa. Jika pengetahuan itu terus
diamalkan oleh sang murid, bukankah itu akan
menjadi ilmu yang bermanfaat yang pahalanya
terus mengalir dunia-akhirat.

Logika sederhananya menjadi guru itu


seperti menanam padi dan suatu saat kita pasti
akan memanen hasilnya. Oleh karena
itu, bersyukur dan berbahagialah anda karena telah
memiliki profesi yang amat mulia. Namun, tidak
semua guru bisa menyandang predikat guru dunia
akhirat. Apalagi di era yang semakin modern ini.
Kesejahteraan guru sudah semakin baik. Walaupun
masih banyak guru honorer yang masih sangat
kurang kesejahteraanya. Tapi upaya pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan guru patut
diacungi jempol. Dulu menurut orang tua saya yang
berprofesi sebagai guru, gaji guru tidak cukup untuk
membeli susu buat anaknya, tapi alhamdulillah
sekarang gaji guru cukup buat pergi haji. Maka tak
heran kalau orang tua sekarang menginginkan
anak-anak mereka untuk menjadi guru, ini terbukti
dari semakin banyaknya peminat yang mendaftar di
universitas yang mencetak calon guru.

Dari sekelumit penjabaran di atas, tak heran


jika saya memberi judul demikian, memang
realitanya seperti ini. Guru itu profesi dunia akhirat.
Pahalanya mengalir seterusnya.

Jika artikel saya sebelumnya menceritakan


tentang kisah sit in saya selama KKN kuliah di
sekolah asal. maka, sekarang saya akan
membawakan cerita menarik ketika KKN di TPQ
Tahfids di daerah menganti, Gresik. hal yang
sangat menarik saya temui di TPQ Tahfidz ini, TPQ
tahfidz ini ternyata diajar oleh seorang guru muda.
oh bahkan guru cilik yang masih duduk dibangku
SMP dan SMA. Ustad Husein selaku pengelola
mempercayakan kepada kedua remaja itu untuk
membantu mengajar tahfidz. Hal yang membuat
saya sangat salut karena jiwa pendidik nya sudah
tumbuh di usia yang begitu belia.

TPQ tahfids ini pun ternyata sudah berdiri 2


tahun lebih dan saat ini anak-anak sudah memiliki
menghafal hingga 2 juz yaitu; juz 30 dan 29. Santri
TPQ adalah anak SD. Kedua ustad muda yang
saat itu mengajar bersama saya mengingatkan
saya pada masa lalu, dahulu ketika SMA saya juga
alhamdulillah pernah mengajar TPQ di daerah
surabaya, namun bedanya saya dan kedua ustad
muda itu adalah hafalan mereka lebih banyak.
Perjalanan mengajar saya di TPQ ini
terbilang mudah dan menyenangkan. Mata dan
telinga saya termanjakan oleh pemandangan
santri-santri TPQ yang masih lucu-lucu dan sudah
hafal Al-Quran. Mereka begitu ceria. Metode
hafalan disana adalah mandiri dan setoran.
Karena peran saya disana adalah sebagai
mahasiswa dan sekaligus calon guru, tak pas jika
saya tidak memberikan dampak positif dengan
kedatangan saya. sehingga setelah sehari
observasi, malam itu jugua saya menemui ustad
Husein untuk mencoba metode yang telah saya
pakai dulu. yaitu Talaqi. ustad Husein pun tampak
nya sangat senang dengan inisiatif saya sehingga
dengan mudah saya mendapatkan izin dari beliau.

Esoknya, saya pun mengaplikasikan metode


yang telah saya siapkan pada para santri, dan
tanpa saya duga. mereka sangat nyaman dan
semakin senang dengan metode ini. apalagi saya
mengajarnya dengan menyelipkan beberapa hal
yang mungkin mereka rasa suatu hal yang unik dan
lucu.

Empat kali pertemuan disana seakan sangat


berarti, perpisahan saya disambut sedih oleh para
santri. hal semacam itulah sebagian dari suka duka
sebagai guru, tak rela juga saya meninggalkan
mereka. Akhirnya dengan sambutan penutupan
oleh sang ustad, saya pun kembali kerumah
dengan perasaan haru nan sedih. saya berharap
mereka akan menjadi santri hafidz yang luar biasa
kedepannya karena dizaman ini sangat sulit untuk
dekat dengan A Qur’an dan saya merasa kagum
kepada para ustad muda dan juga santri yang telah
menciptakan suasana Qurani ini.

(Oleh : Achmad Ramadhan)


MENGAJAR SEKALIGUS BELAJAR

Pengalaman menarik yang saya dapatkan


saat mengajar di TPQ, kebetulan TPQ yang saya
singgahi adalah TPQ yang dulu pernah saya
belajar membaca Al-Qur’an disana, namanya TPQ
Miftahul Jannah, berletak di samping Masjid
Miftahul Jannah di pusat Perumahan Pesona
Permata Ungu, Tempel, Krian. Sungguh
merupakan pengalaman yang menyenangkan
karen itu kali pertama saya mengajar anak-anak.
Sebenarnya rasanya sungguh menyenangkan
dapat memberikan ilmu kepada anak-anak, sering
kali kami bercanda-canda. Saya sangat bersyukur
mereka semua menyukai saya, walaupun beberapa
ada yang agak takut pada saya, mungkin karena
saya orang baru. Beberapa dari mereka belum bisa
mengucapkan hurup hijaiyah dengan baik, namun,
hal tersebut tak membuat surut semangat saya,
justru saya semakin bersemangat untuk terus
mengajar mereka lagi dan lagi. Membayangkan
apabila ilmu yang saya ajarkan terus bermanfaat,
apalagi itu ilmu agama, maka sunggub senang
perasaan saya, ada kepuasan tersendiri apabila
melihat anak didik saya bisa membaca dengan
baik. Seolah kerja keras yang selama ini saya
tempuh tidaklah sia-sia.

Hal menarik lainnya terjadi saat di hari


pertama saya mengajar, saya langsung dihadapkan
dengan anak-anak tartil 6 yang akan ujian, tingkat
membacanya jauh dari anak-anak yang pernah
saya ajar. Melihat mereka yang masih kecil namun
pandai membaca, membaca membuat saya
kagum, masih kecil sudah sangat pandai membaca
Qur’an, padahal pada saat saya seusia mereka
saya masih senang bermain-main, lebih
menghabiskan waktu untuk menyibukkan diri
sendiri. Kekaguman saya tidak henti-hentinya
karena mereka juga ternyata murid yang cukup
pandai dalam akademik. Selian itu, mereka juga
sopan ramah dan banyak lagi kekaguman lainnya.
Sungguh pribadi yang mulia. Membuat saya
termotivasi untuk terus dan terus mengajari mereka
banyak hal. Hal tersebut yang membuat saya
semangat setiap kali pulang dari KKN saya di
sekolah, sepulang sekolah saya pasti langsung
mandi dan berganti pakaian, lalu denagn tergesa-
gesa datang ke TPQ. Walau saya tahu bahwa saya
sering datang terlambat ke TPQ, hal tersebut hilang
oleh semangat saya mengajar anak-anak di TPQ
tersebut.

Alasan mengapa saya begitu terburu dalam


melakukan KKN di TPQ karena pada hari senin
sampai selasa di minggu pertama, saya terlalu
sibuk mengurus berkas untuk KKN di sekolah,
sedangkan hari rabu sampai kamis, kepala TPQ
sedang ada kunjungan ke daerah kediri, jadi, saya
baru dapat menemui beliau hari jum’at sore dan
itupun saya langsung disuruh mengajar, hal ini
saya tunda karena saya belum siap, sehingga saya
hanya mendampingi beliau dalam proses
pembelajaran. Untuk hari senin minggu kedua,
saya baru melakukan pengajaran karena saya
mendapatkan kelas yang cukup ringan yakni Tartil
satu sampai Tartil tiga. Namun, setelah selesai
pengajaran dan pergi untuk melapor, hari itu juga
beliau meminta saya untuk mengajar di sebuah
kelas tambahan, yakni Tartil 6. Di kelas tersebut,
anak-anak yang mengaji sudah relatif bisa dan
cukup mahir, bahkan bisa dibilang bagus untuk
seumuran mereka. Beberapa dari mereka sudah
menginjak kelas 6 SD, sehingga sangat sedikit
kesalahan mereka yang harus saya betulkan. Hal
lain yang membuat saya senang dalam kelas
tambahan tersebut karena mereka menyambut
saya dengan hangat, sangat sopan dan ramah
terhadap saya.

Beberapa dari mereka memang suka


bercanda, saya meladeninya asalkan tidak terlalu
berlebihan, setelah pembelajarn selesai, dan masih
banyak waktu tersisa, mereka mengajak saya untuk
bermain tebak-tebakan, seringkali pertanyaan
mereka terkesan agak memaksa, namun, tetap
menyenangkan karena kami semua bisa tertawa
dan bersenang-sennag bersama, saya sangat
bersyukur, dapat mengenal mereka semua, mereka
semua sangat berarti bagi saya.
(Oleh : Devanka Aji Prasetyo)
Sungguh Beruntung Dapat Dicintai

Apabila saya menyebut kata ‘cinta’, pasti


yang tergambar dalam pikiran adalah dua insane
yang memadu kasih dalam sebuah hubungan yang
indah. Indah kalau hal tersebut karena Allah, indah
karena bahkan dalam agama, menikah merupakan
pelengkap iman. Tapi, kali ini bukan cinta tersebut
yang akan saya bahas. Saya adalah seorang calon
guru yang masih duduk di bangku kuliah. Saya
mendapatkan kesempatan istimewa untuk
melakukan observasi di sebuah SMP di daerah
Krian, Sidoarjo. Sungguh pengalaman yang tak
akan pernah saya lupakan, sekolah yang saya
observasi adalah SMPN 2 KRIAN, sebuah SMP
yang terbilang favorit di daerah Krian. Selain
karena muridnya yang santun dan berperilaku baik,
sekolah ini juga memiliki deretan prestasi yang tak
bisa diremehkan. Sungguh beruntung dapat
diterima melakukan observasi di sekolah seperti ini.
Di minggu pertama saya harus mengurus surat izin
untuk melakukan observasi, setelah hal tersebut
saya menemui guru pamong saya, dan ternyata
beliau sudah dimintai tolong oleh mahasiswa dari
kampus lain. Oleh karenanya saya dialuhkan
kepada seorang guru pamong yang baru, jujur saja
sebenarnya saya lebih merasa nyaman dengan
guru pamong yang baru, selain karena beliau
nampak baik hati dan ramah, belia ternyata
merupakan sosok yang sangat baik di mata saya,
membimbing saya dengan sangat baik selama 2
minggu saya singgah di sekolah tersebut.
Sungguh pengalaman yang berharga, walau
saya lebih banyak diam dan hanya mengikuti pada
guru pamong saya, saya mendapatkan
kesempatan untuk membimbing kelompok belajar
pada suatu kelas di sekolah tersebut. Sungguh
mereka adalah murid yang baik, saya juga
beberapa kali membantu mereka apabila ada
kesulitan dalam pengerjaan tugas. Di minggu
pertama saya lebih banyak diam dan mencatat
hasil observasi saya. Hal tersebut saya lakukan
karena sebenarnya saya adalah pribadi yang
pemalu, apalagi saya merasa seperti orang asing.
Namun, di minggu kedua saya cukup aktif dan
akhirnya mendapatkan kesempatan untuk
membimbing kelompok belajar di kelas tersebut,
kelas yang sangat berharga buat saya karena
anak-anaknya menyenangkan. Walau terkadang
agak nakal. Mereka sebenarnya anak-anak yang
baik, saya yakin, mereka juga mau mendengarkan
saran dan nasihat saya, mengikuti setiap
bimbingan saya, dan saya puas bila akhirnya dapat
membantu mereka sampai selesai. Kelas yang
tidak saya sebutkan tapi pasti mereka tahu, bahwa
yang saya ceritakan adalah kelas mereka, sebab
hal tersebut sudah sangat jelas saya gambarkan.
Tak kalah serunya di kelas sebelah, bahwa saat
saya ikut bersama guru pamong, saya
mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang
bagaimana cara membimbing siswa.

Di minggu kedua, saya merasa senang karena


dapat membibing kelas favorit saya dalam
mengarjakan tugas yang pada saat itu topiknya
adalah rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan
piramida makanan. Kami bersama-sama membuat
tugas dalam sebuah kertas besar dan memasukkan
komponen-komponen kedalamnya.

Sebenarnya saya hanya membantu sedikit


dalam pengerjaan tugas tersebut, sungguh
merupakan pengalaman yang sangat
menyenangkan. Ternyata mengajar saja sudah
sangat menyenangkan, apalagi bila murid yang
diajar menurut dan mudah menangkap materi yang
saya sampaikan. Menjadi guru merupakan tugas
yang sangat mulia. Karena, membekali murid
dengan ilmu dan menjadi bagian dari perjalanannya
menuju sukses memiliki kebanggan tersendiri di
dalam hati setiap guru. Seorang pelukis dapat
menghasilkan ribuan lukisan, polisi dan tentara
dapat melindungi ribuan nyawa, dokter dapat
menyembuhkan ribuan pasien, tapi seorang guru
dapat mendidik muridnya menjadi ribuan pelukis,
ribuan polisi dan tentara serta ribuan dokter dan
masih banyak profesi lainnya. Menjadi guru
merupakan pekerjaan dunia akhirat, membangun
generasi yang lebih baik untuk masa depan, dan
apabila ilmu yang dia ajarkan bermanfaat maka dia
akan terus dialiri pahala, Subhanallah. Sungguh
bahagia saya dalam pengalaman observasi kali ini,
terima kasih untuk pengalamannya. Kalian semua
sangat menginspirasi saya untuk terus berusaha,
terima kasih untuk Guru Pamongku di SMPN 2
KRIAN, terima kasih untuk kelas 7E, 7F, dan 7G
yang telah menjadi murid yang baik selama saya
observasi. Sungguh perasaan saya yang ingin
mengajari kalian secara tulus, kalian balas berkali-
kali lipat, terima kasih kalian semua mau menerima
saya.

(Oleh : Devanka Aji Prasetyo)


BELAJAR AGAMA TIDAK PANDANG UMUR

“Baik anak-anak, perhatikan semuanya.


Hari ini kita kedatangan mas-mas dari Surabaya
yang akan membantu kalian semua dalam belajar
mengaji.” Kata salah seorang ustadz.
santri-santri yang masih sibuk merapikan
peralatan solat langsung menoleh dan
memperhatikan mas-mas yang berdiri di samping
kanan sang ustadz.
Yap, kali ini adalah cerita tentang
pengalaman saya mengajar mengaji di TPQ Darul
Muttaqiin di Desa Gunungsari, Kabupaten Jember.
Saya beserta teman saya diwajibkan untuk mencari
pengalaman mengajar di TPQ. Saya yang berasal
dari tanah andalas menyambut baik tugas mulia ini.
Sehari sebelum memulai kegiatan
mengajar, saya memantapkan makhrujul huruf. Biar
bagaimanapun saya harus maksimal dalam
mengajar nanti. Saya yang dari kecilnya sudah
mendapatkan ilmu-ilmu agama mengerti betul salah
dalam mengajar akan berakibat fatal, tidak hanya
terhadap yang diajar namun juga kita yang
mengajar. Terlebih yang kita ajar adalah ilmu
agama, satu kesalah yang dilakukan murid kita
disebabkan kelemahan kita akan menjadi amal
jariyyah pemberat timbangan keburukan kita
nantinya. Begitupun sebaliknya.
Hari pertama mengajar, saya dan teman
langsung diamanahkan mendengarkan bacaan Al-
quran santri. Kami menerima setoran bacaan dan
sekaligus memperbaiki bacaan. Dari beberapa
santri yang menyetorkan bacaan Al-qurannya
kepada saya, ada seorang santri yang menarik. Dia
merupakan siswa kelas satu SMP. Santri tersebut
sangat terbata-bata dalam melafadzkan ayat-ayat
A-quran. Ketika ditanya tentang hukum tajwid,
santri tersebut tampak kebingunan. Hal ini jelas
sangat berbeda dengan santri lainnya yang justru
baru berumur 12 tahun. Santri yang lebih muda dari
dia bisa menyebut semua hukum tajwid yang saya
tanyakan tanpa perlu berpikir lama.
Setelah selesai kegiatan mengajar dan solat
isya, saya dan teman diajak berdiskusi tentang
santri-santri oleh pengurus dan ustadz-uztadzah
yang mengajar di TPQ Darul Muttaqiin. Sembari
bercerita tentang pengalaman pertama
menghadapi santri, kami juga menperkenalkan diri
dan kampus secara lebih jauh.
Pengurus TPQ adalah sosok yang sangat
terbuka dan ramah. Beliau menceritakan awal
berdirinya TPQ sampai pada kualitas santri yang
diajarnya. Saya memberanikan diri sedikit
menyinggung hal-hal negatif yang saya dapati.
Beliau menyampaikan alasannya dengan sangat
lugas dan masuk akal serta memberikan kami
motivasi.
“mas-masnya ini udah sangat hebat, baru
semester satu sudah bisa mengajar ngaji, bisa
mengajar langsung di sekolah. Kecil-kecil sudah
banyak pengalaman.” Kata salah seorang
pengurus.
“Iya betul loh le, harus lebih bisa
memanfaatkan kesempatan sekolah disana.” Salah
satu pengurus perempuan menambahi.
Saya perhatikan mata tiap-tiap pengurus,
jelas bahwa mereka mengatakan itu dengan penuh
ketulusan.
“Jangan karena sudah tamat SD, SMP, atau
SMA menjadikan kita menganggap remeh masalah
belajar ilmu agama. Jangan sampai kita
menganggap diri kita sudah mapan dan tidak perlu
lagi ngaji.”
(Oleh : Abdul Aziz Alfaruq)
PENDIDIKAN KARAKTER

Pada liburan semester gasal 2018, saya


mendapatkan kesempatan untuk menyicip
pengalaman menjadi guru. Ini adalah kesempatan
bagi saya merealisasikan ilmu yang didapatkan
selama perkuliahan walaupun masih berstatus
mahasiswa semester satu.

Dalam pikiran saya, setiap wilayah memiliki


kekhasan tersendiri dalam mencerdaskan
penerusnya. Seperti kata pepatah, lain lubuk lain
ikannya. Kegiatan mengajar ini dalam rangka
memenuhi kewajiban saya terhadap kampus
tempat saya menimba ilmu, STKIP AL HIKMAH
SURABAYA, yaitu KKN 2018 sekaligus PMB
kampus. Saya mengabdikan diri di salah satu
sekolah menengah atas di Kabupaten Jember, di
sekolah asal teman magang.
Kesan pertama saya di sekolah ini ialah
sekolah yang penuh dengan kebebasan.
Bagaimana tidak, upacara bendera yang
seharusnya dilakukan dengan penuh khidmat justru
diiringin gelak dan tepuk tangan. Sekali lagi, lain
lubuk lain ikannya. Peribahasa itu sangat tepat
menggambar keadaan sekolah saya dan sekolah
tempat saya magang ketika lagu dan bendera
kebangsaan dinaikkan. Di sekolah asal saya, setiap
pagi sebelum memulai kelas pertama, bendera
merah putih akan dinaikkan dengan diiringi lagu
kebangsaan Indonesia Raya. Semua kegiatan
harus dihentikan dan satu orang akan
mengomando untuk memberi penghormatan. Ini
adalah sesuatu yang langka ditemukan di sekolah
manapun. Bukti nyata dari pendidikan
kewarganegaraan yang menancap pada diri siswa
sehingga memunculkan sikap dan jiwa
nasionalisme yang seharusnya dimiliki oleh semua
warga negara.
Tidak terputus sampai di situ, sekolah asal
saya SMA N 2 HARAU juga mengajarkan dan
mencontohkan bagaimana tata krama terhadap
yang lebih tua, terlebih kepada guru. takzim
seorang murid benar-benar bisa dirasakan di
sekolah tersebut. Contohnya yaitu ketika guru
menerangkan materi, hampir tidak ada siswa yang
asik dengan kegiatan sendiri. Para siswa seperti
sudah terpogram untuk memperhatikan apa yang
disampai oleh orang yang berbicara. Sehingga
saya yang cenderung nerveus pada pertemuan
pertama bisa menjadi lebiih mudah untuk
berinteraksi dengan para siswa. Begitupunn
sebaliknya, para guru dan tenaga kependidikan
juga sangat menyantuni para siswa. Seharusnya
begitulah yang terjadi di lingkungan masyarakat,
yang tua menyayangi yang leih muda dan yang
muda menghormati dan menghargai yang lebih
tua.
(Oleh : Abdul Aziz Alfaruq)

Anda mungkin juga menyukai