Anda di halaman 1dari 25

BOOK CHAPTER

FENOMENA RELATIVITAS WAKTU DALAM

AL-QURAN

Oleh : Achmad Ramadhan


BAB II : RELATIVITAS WAKTU DALAM AL-QURAN

Pada pembukaan book chapter sains seri ke dua ini. Akan


dipaparkan kisah pembuka mengenai keajaiban besaran
waktu yang dirangkum dalam sebuah kisah bersejarah
manusia.

Di dunia ini terdapat kisah-kisah yang diluar jangkauan akal


sehat manusia hingga saat ini. Contohnya adalah kisah Nabi
Uzair dan Ashabul Kahfi.

Nabi Uzair AS adalah seorang Nabi utusan Allah. Beliau


adalah salah satu diantara 313 Rasul utusan Allah. Uzair
adalah seorang Nabi yang diutus untuk kaum Bani Israil. Dia-
lah yang menjaga Taurat, pada suatu masa terjadilah
peristiwa yang sangat mengejutkan dialami Uzair. Suatu
ketika uzair melihat sebuah negeri yang dilewatinya porak
poranda nan hancur, berdasarkan beberapa pendapat ahli
dan sejarawan negeri itu adalah Palestina. Seluruh
penduduk negeri itu terbunuh. Uzair merenungkan mengapa
hal tersebut bisa terjadi. Dalam hatinya, Beliau bertanya
"Bagaimana Allah akan menghidupkan kembali negeri ini
setelah hancur?" Allah mendengar suara Uzair Kemudian
Allah mematikan Uzair hingga 100 tahun lamanya. lantas
Allah menghidupkan Uzair kembali. Ketika ia terbangun,
Allah bertanya kepada Uzair melalui perantara malaikatnya.
"Berapa lama kamu tinggal" Tanya malaikat. Ia menjawab,
"Satu atau setengah hari." Padahal kenyataannya, dalam
waktu asli di Dunia. Ia telah mati 100 tahun.

Singkat cerita, dengan beriman pada Allah, Uzair kembali


ke daerah tadi dengan menaiki keledainya. Uzair
menyaksikan bahwa kampung itu sudah kembali dihuni
penduduk. Ketika melewati penduduk ternyata mereka tidak
mengenali Uzair lagi, kecuali seorang penduduk yang
ditinggalkannya pada usia 20 tahun, ia masih ingat dengan
samar wajah nabi Uzair AS.

Kisah kedua yaitu mengenai kisah pemuda ashabul kahfi

Kisah Ashabul kahfi termaktub dalam QS. Al-Kahfi: 9-26


adalah cerita pemuda beserta seekor anjing yang tertidur
lelap dalam gua selama 309 tahun. Kisah ini terjadi sebelum
zaman kenabian Muhammad SAW. Pemuda-pemuda ini
melarikan diri dan bersembunyi dari kekejaman Raja
Dikyanus. Berdasarkan pendapat beberapa sejarawan islam
yang mashyur, nama para pemuda tersebut adalah
Martinus ,Maxalmena, Kastunus, Bairunus, Thamlika,dan
Yathbunus. sedangkan anjingnya bernama Kithmir.

Gua yang diyakini oleh para sejarawan islam dihuni pada


kisah Ashabul Kahfi adalah di Amman, Yordania.

Allah telah mengabarkan dalam Al-Quran bahwa mereka


adalah para pemuda yang lari untuk menyelamatkan
keimanan mereka pada allah dari kaum mereka yang telah
terjerat oleh kesyirikan dan ingkar terhadap hari
berbangkit, agar fitnah itu tidak menimpa mereka. Mereka
bersembunyi ke sebuah gua yang  berada di pegunungan.

Setelah mereka terbangun setelah sekian lama tertidur.


Terjadi perdebatan antara mereka tentang berapa lama
mereka tinggal. Kemudian mereka mengutus salah seorang
di antara mereka untuk membeli makanan pada pasar.
Mereka menyuruh temannya agar menyamar dan
merahasiakan kejadian ini pada penduduk. Setelah itu
mereka tahu bahwa ternyata mereka telah tertidur sangat
lama di dalam gua tersebut. Sedangkan apa yang mereka
rasakan hanya seperti tertidur sejenak karena terlalu lelah
bersembunyi dari pasukan musuh yang mengejar mereka.

Nah, lalu bagaimana sudut pandang sains untuk menjelaskan


kejadian semacam itu saat ini? Mari lanjutkan membaca.

Dalam ilmu fisika, manusia mempelajari berbagai macam


konsep dan pengetahuan alam yang ada disekitarnya,
termasuk dalam menentukan waktu dan penanggalan.
Menurut catatan sejarah, manusia telah mengenal kata jam
(penunjuk waktu) pertama kali pada abad ke 14 yang diberi
nama Sundial. Jam ini dibuat oleh seorang ahli astronomi
muslim bernama Ibnu Al-Shatir sekitar 3500 tahun sebelum
masehi. Jam ini bekerja menurut gerakan matahari. Jam ini
memanfaatkan bayangan dari sinar matahari sebagai
penunjuk waktu. Seiring berkembangnya zaman, para
ilmuwan dan filsuf mulai memikirkan bagaimana sebenarnya
konsep waktu ini ada. Waktu adalah suatu paradoks, setiap
orang menyadari waktu itu ada tetapi dak seorang pun
dapat mendefinisikannya. Paradoks waktu ini muncul dari
paradoks lain yang mendasar, yakni hubungan antara
ruang,waktu, dan gerak. Dalam hal ini, waktu diukur
menurut gerak dalam ruang, tetapi gerak sendiri juga diukur
menurut ruang dan waktu. Hal tersebutlah yang biasa
disebut sebagai segitiga fisik yang abadi.

Berbagai macam usaha telah dilakukan para ilmuwan


untuk menjelaskan hubungan ganjil ketiga dimensi tersebut,
hingga pada tahun 1687, seorang ilmuwan matematika
bernama Issac Newton menerbitkan sebuah buku yang
berjudul Principa. Buku ini berisi gagasan-gagasan mengenai
gerak benda-benda langit dan gravitasi yang selanjutnya
menjadi acuan dalam dunia sains mengenai hubungan ketiga
dimensi tersebut. Pada abad ke 19, ilmuwan Albert Einstein
menemukan ketidakcocokan teori gravitasi yang
disampaikan oleh Issac Newton, ia mengajukan teori
relativitas khusus yang lebih ekuivalen terhadap teori
elektromagnetik Maxwell yang pada akhirnya membuahkan
sebuah teori baru mengenai entitas bahwa waktu
sesungguhnya bukan merupakan konsep yang absolut, tetapi
dapat berubah sesuai dengan keadaan, tergantung dari
sudut mana kita memandang, selanjutnya, teori Einstein ini
disebut sebagai teori relativitas.

Einstein membagi teori relativitas menjadi dua, yaitu


relativitas khusus dan relativitas umum. Postulat mengenai
relativitas khuhus membahas mengenai struktur ruang dan
waktu, dalam postulat ini, Einstein menyebutkan bahwa
kecepatan cahaya adalah sesuatu yang mutlak tanpa
dipengaruhi oleh keadaan pengamat yang diam atau
bergerak. Apabila sebuah benda bergerak mendekati
kecepatan cahaya, ia akan memiliki perilaku yang
relativistik; yaitu; mengalami kontraksi panjang, massa
relativistic dan dilatasi waktu. Dalam postulat ini, kita bisa
memahami bahwa sebenarnya waktu bukanlah suatu hal
yang konstan. Melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan
massa dan kecepataannya.

Sebenarnya, Sebelum Einstein mengemukakan teori tentang


waktu yang relative. Dasar-dasar teori relativitas ini telah
dikemukakan ilmuwan muslim, Yaitu Yusuf Ibnu Ishaq Al-
Kindi. Dalam bukunya berjudul “Al-Falsafa al-Ula”, Al Kindi
mengatakan bahwa fisik bumi dan alam semesta adalah
sebuah hal yang relatif.

Al kindi menuturkan bahwa relativitas adalah esensi dari


hukum eksistensi. Waktu, ruang, gerakan, benda semuanya
relatif dan tak mutlak. Waktu hanya eksis dengan
gerakan; benda, dengan gerakan; gerakan, dengan benda,
”paparnya.
Al-Kindi berkata, ”... jika ada gerakan, di sana perlu
benda; Jika ada sebuah benda, di sana perlu gerakan.
”Pernyataan Al-Kindi itu menyebutkan bahwa seluruh alam
semesta adalah relatif satu sama lain. Mereka tak
independen dan tak juga absolut.

Al-Kindi menyebut, benda, waktu, gerakan dan ruang tidak


hanya relatif terhadap satu sama lain, namun juga   ke
objek dan pengamat yang memantau mereka. Pendapat Al-
Kindi itu sama dengan apa yang sempurna Einstein.

Ilmuwan muslim ini pun mencontohkan seseorang yang


melihat sebuah objek yang lebih kecil atau lebih besar
menurut pergerakan vertikal antara bumi dan langit. Jika
orang itu naik ke atas langit, dia   melihat pohon-pohon
lebih kecil, jika dia bergerak ke bumi, dia melihat pohon-
pohon itu jadi lebih besar.

“Kita tidak bisa mengatakan bahwa itu kecil atau besar


secara absolut. Kita bisa mengatakan itu lebih kecil atau
lebih besar dalam hubungan dengan obyek yang lain,
”   tutur Al-Kindi.   Referensi yang sama persis Einsten
sekitar 11 abad setelah Al-Kindi wafat.
Al-Kindi tak hanya mencoba menjelaskan seluruh fenomena
fisik. Namun, juga dia membuktikan eksistensi Tuhan,
karena itu adalah konsekuensi logis dari teorinya. Di akhir
hayatnya, Einsten pun mengakui eksistensi Tuhan.

Teori relativitas yang berbeda kedua karya itu berbeda pada


dasarnya sama. Hanya saja, penjelasan Einstein telah
dibuktikan dengan sangat teliti.

Al-Quran sebagai kitab yang mengandung banyak


hikmah, sebenarnya telah mengabarkan berita ini kepada
kita semua sesuai dengan kisah yang telah di sampaikan di
awal cerita. Menariknya, banyak ayat di dalam Al-Quran
yang membahas mengenai relativitas waktu jauh berabad-
abad sebelum Albert Einstein mengemukakan postulatnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Hajj;47 yang berbunyi :

َ ِ‫ِف هَّللا ُ َو ْعدَ هُ ۚ َوإِنَّ َي ْو ًما عِ ْن َد َر ِّب َك َكأ َ ْلف‬


َ‫س َن ٍة ِم َّما َت ُعدُّون‬ ِ ‫َو َي ْس َت ْع ِجلُو َن َك ِبا ْل َع َذا‬
َ ‫ب َولَنْ ُي ْخل‬

Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan,


padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya.
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu
tahun menurut perhitunganmu. (Q.S. Al-hajj:47)

Menurut tafsir Ibn Katsir, orang kafir menginginkan adzab


disegerakan karena tidak percaya akan kenabian Muhammad
dan keesaan allah. Tetapi Allah tetap pada sunnatullahnya,
Dia tidak akan memenuhi keinginan orang-orang kafir untuk
menyegerakan adzab nya karena ukuran waktu antara Allah
dan makhluknya berbeda. Bagi manusia, satu hari disisi-Nya
sama dengan seribu tahun ukuran manusia. Tafsir ayat
diatas merupakan salah satu contoh relativitas waktu yang
terdapat dalam Al-Quran.

Einstein membagi teori relativitasnya menjadi dua


bagian, yakni relativitas khusus dan umum. Teori
relativitas khusus menyatakan bahwa cahaya dan seluruh
gelombang elektromagnetik lain berjalan dalam ruang
hampa memiliki kecepatan konstan yaitu 299.792.458 m/s.
kecepatan ini berlaku diruang hampa. Penemuan ini
memiliki peran penting dalam teori relativitas einstein.
Berkat teori relativitas khusus ini, didapatkan kordinat baru
yang dinamakan transformasi Lorentz yang sesuai untuk
kecepatan tinggi. Menurut persamaan Lorenzt, rumus
dasar kemagnetan dan kelistrikan adalah sama dalam
semua kerangka acuan. Bila kelajuan (v) relative kecil
dibandingkan kelajuan cahaya, transformasi ini akan
tereduksi menjadi transformasi galileo. Bisa dilihat dari
turunan persamaan berikut :

x ' =x−vt ; y ' = y ; z' =z ; t ' =t (1)

v' dx
'
(2)
x=¿ '
=v x −v ¿
dt

v' dy
'
(3)
y=¿ '
=v y ¿
dt

v' dz
'
(4)
z=¿ '
=v z ¿
dt

Dari sini dapat diperoleh satu kesimpulan bahwa


posisi dan waktu akan menghasilkan perbedaan apabila
diamati dari kerangka acuan yang berbeda. Hal ini terjadi
apabila kerangka acuan bergerak mendekati kecepatan
cahaya.
Teori relativitas khusus berhasil menjelaskan bahwa
kecepatan cahaya adalah sama bagi semua pengamat,
pernyataan ini telah dibuktikan melalui eksperimen
Michelson-Morley beberapa tahun setelah Einstein
membuat teori tersebut. Yang menarik dari teori ini adalah,
apabila sebuah partikel bergerak mendekati kecepatan
cahaya. Maka akan terjadi pemuluran waktu. Pengamat
yang diam relatif terhadap jam akan merasakan waktu
berjalan lebih cepat. Sebaliknya, waktu akan terasa lebih
lambat bagi pengamat yang tidak diam relatif terhadap
jam. Efek pemuluran waktu tersebut tak bergantung pada
mekanisme jam, efek tersebut berlaku untuk semua jam
termasuk jam biologis ditubuh kita. Karya einstein ini
menyatakan bahwa, waktu itu sebagaimana konsep diam
dalam teori gerak. Waktu juga tak bisa mutlak yang
dipikirkan Newton. Dengan artian, pada setiap peristiwa,
mustahil menetapkan waktu yang disepakati semua
pengamat, pengamat memiliki ukuran waktu sendiri, dan
waktu yang diukur beberapa pengamat yang bergerak
akan relative terhadap satu sama lain tidak akan sama.
Pernyataan diatas dapat dituliskan dalam persamaan
matematis sebagai berikut

t
t '=
v2
√1−
c2
(persamaan matematis dilatasi waktu oleh relativitas
umum einstein)

Pernyataan diatas berlawanan dengan intuisi


manusia, karena dampaknya tidak akan bisa diamati pada
kecepatan yang biasa kita temui dalam kehidupan sehari
hari. Tapi, ternyata gagasan ini terbukti benar dalam
eksperimen. Salah satu eksperimen yang telah
membuktikan pernyataan ini adalah eksperimen yang
dilaksanakan pada oktober 1971, satu juta atom yang
begitu akurat diterbangkan mengelili bumi searah rotasi
bumi, dari arah barat kearah timur. Hasilnya, walaupun
efek yang ditimbulkan amat kecil. Yakni sekitar 1/180
milyar perdetik tiap kali keliling bumi. Para ilmuwan
menyebut gagasan ini sebagai penyatuan waktu dan
ruang, dengan waktu adalah dimensi ke empat yang
memiliki vektor arah tergantung kecepatan pengamat. teori
relativitas Einstein mengabaikan konsep waktu mutlak dan
diam mutlak atau bisa disebut diam terhadap eter yang
bergerak .
Teori relativitas khusus Einstein diperluas hingga
mengarah ke konsep gravitasi. Pada abad ke 17 Isaac
Newton telah menjelaskan adanya gravitasi. Namun ia
tidak pernah tahu apa penyebab gravitasi. Kemudian pada
abad ke 20 Albert Einstein mempublikasikan teori
relativitas umumnya yang menyatakan bahwa gravitasi
bukanlah gaya tarik-menarik antar dua atau lebih objek
yang bermassa. Namun. gravitasi terjadi akibat dari
lengkungan yang dibentuk oleh massa objek terhadap
ruang dan waktu atau disebut juga dengan ruang-waktu.
Penjelasan lebih lanjut mengenai relativitas umum akan
dibahas di lain makalah, dikarenakan makalah ini berfokus
pada relativitas khusus yang memiliki unsur waktu yang
relatif.

Relativitas waktu dalam Al-Quran

Istilah waktu diambil dari bentuk tunggal bahasa Arab:


al- waqt dan jamaknya auqat. Dalam Kitab kamus Al-
Munjid, waktu adalah al-miqdar min al- zaman
Sedangkan dalam kamus al-Marbawi, waktu adalah
waktu, tempuh. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
istilah waktu bermakna seluruh rangkaian saat, ketika
proses, keadaan berada dan berlangsung. Maka bisa kita
simpulkan bahwa relativitas waktu ialah waktu yang relatif
(bisa disebut nisbi), atau sebaliknya bahwa waktu itu tak
mutlak.
Secara ilmiah, relativitas waktu telah terbukti
kebenarannya. fakta ini telah diungkapkan melalui teori
relativitas Albert Einstein pada awal abad ke 20.
Sebelum itu, manusia belum memahami bahwa waktu
adalah sebuah konsep yang relative. Waktu dapat
berubah sesuai keadaannya. Ilmuwan Albert Einstein
mengemukakan teorinya secara terbuka yang isinya
membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Einstein
menjelaskan bahwa waktu bisa relatif seuai dengan nilai
massa dan kecepatan. Dalam sejarah, tak seorang pun
mampu mengungkapkan fakta tentang waktu dengan jelas.
Kecuali satu hal, yakni al-Qur’an kalamullah yang telah
berisi informasi tentang waktu yang relatif, beberapa ayat
membahas fakta ini. Salah satunya yaitu surat al-Sajdah
ayat 5:

‫ َن ٍة ِم َّما‬:‫س‬ َ :‫دَ ا ُرهُ أَ ْل‬::‫ج إِلَ ْي ِه فِي َي ْو ٍم َكانَ ِم ْق‬


َ ‫ف‬: ِ ‫سمَاءِ إِلَى اأْل َ ْر‬
ُ ‫ض ُث َّم َي ْع ُر‬ َّ ‫ُي َد ِّب ُر اأْل َ ْم َر مِنَ ال‬
َ‫َت ُعدُّون‬
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian
(urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang
kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”
(QS. Al-Sajdah:5)
Perhatikan ayat tersebut. Ayat tersebut menyatakan
bahwa malaikat yang sejatinya terbuat dari cahaya
bergerak naik menuju langit dengan waktu 1 hari yang
sebanding dengan 1000 tahun hitungan manusia. Hal
tersebut dikarenakan malaikat bergerak tidak
menggunakan hukum fisika bumi yang kita huni ini,
sehingga tidak terkena oleh sunatullah yang berlaku di
bumi atau di alam lain yang hukum alamnya berbeda dari
hukum fisika bumi manusia. Yang perlu diperhatikan
bahwa Al-Qur’an membenarkan adanya kerelatifitasan
waktu. Perlu diperhatikan bahwa malaikat atau Allah tidak
terkait dengan ruang dan waktu yang kita alami.
Dalam Al-Quran, waktu memiliki batas-batas atau bisa
disebut term waktu yang dibagi menjadi 4 bagian besar
yaitu :

1. Al Waqt
Al waqt adalah waktu tertentu sebagai kadar bagi
sebuah perkara Menurut al-Manawi, waktu adalah kadar
yang ditentukan dari sebuah waktu, atau batas yang pasti
antara dua hal yang salah satunya telah diketahui dan
satunya akan diketahui. al-waqt dalam al-Qur’an
difungsikkan dalam arti batas terakhir suatu kesempatan
untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Oleh karena itu,
sering kali pada kitab al-Qur’an menggunakan dalam
konteks kadar tertentu dari satu waktu. kata waqt dan
berbagai derivasinya disebutkan dalam al-Qur’an
sebanyak tiga belas kali.

2. Al-Sa’ah
Kata Sa’ah berarti bagian dari beberapa waktu. Al
Sa’ah dibagi menjadi tiga bagian, yakni al-Saah kubra
(saat manusia dibangkitkan), al-Saah wusta (matinya
seseorang dalam kurun waktu tertentu dalam suatu
negara), dan al-Saah sughro (matinya seseorang). Contoh
ayat yang memuat kata al-Saah dalam Al-Quran
diantaranya pada QS Al-Araf/7:34 :

َ َ‫َولِ ُكل ِّ أ ُ َّم ٍة أَ َجل ٌ ۖ َفإِ َذا َجا َء أَ َجلُ ُه ْم اَل َي ْس َتأْ ِخ ُرون‬
َ‫سا َع ًة ۖ َواَل َي ْس َت ْق ِد ُمون‬
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu Maka apabila
telah datang waktunya, mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat
(pula) memajukannya.”

3. Al-Hin
Kata al-Hin berarti kebinasaan. Kata al-Hin
mempunyai makna waktu dari suatu masa. Kata ini disebut
sebanyak tiga puluh lima kali dalam Al-Quran. Salah satu
contoh ayat yang memuat kata al Hin yaitu pada surat al-
Baqoroh/2;36.

ُ ‫وا َب ْع‬:‫ا اهْ ِب ُط‬::‫ ِه ۖ َوقُ ْل َن‬:‫ا فِي‬:‫ش ْي َطانُ َع ْن َها َفأ َ ْخ َر َج ُه َما ِم َّما َكا َن‬
ٍ ‫ ُك ْم لِ َب ْع‬:‫ض‬
ۖ ‫ د ٌُّو‬:‫ض َع‬ َّ ‫أَ َزلَّ ُه َما ال‬

ٍ ‫ض ُم ْس َت َق ٌّر َو َم َتا ٌع إِلَ ٰى ح‬


‫ِين‬ ِ ‫َولَ ُك ْم فِي اأْل َ ْر‬

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan


dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:
"Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang
lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan
kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".
4. Al-Ajal
Kata ini banyak termuat dalam ayat Al-Quran. Kata Al-
Ajal berarti waktu ketika mati. Dalam kamus bahasa arab,
kata Al-Ajal memiliki lima makna yang berbeda; 1) Akhir
dari sebuah masa 2)potongan badan dari sapi liar 3) sakit
dileher 4)pengganti 4)karena/alasan. Ibn Manzur memberi
pendapat bahwa al-Ajal adalah akhir waktu pada kematian,
jatuh tempo dalam urusan hutang dan masa dari sesuatu.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata
ajal diartikan sebagai kematian. Kata ini disinggung
sebanyak enampuluh Sembilan kali di dalam Kitab suci Al-
Quran.

Wujud relativitas waktu didalam Al-Quran


Di dalam kitab Al-Qur’an dinyatakan bahwa manusia
akan merasakan waktu dengan kadar yang berbeda-beda,
adakalanya terasa pendek dan adakalanya terasa
panjang. Al-Qur'an merekam sebuah percakapan manusia
setelah selesai hisab ketika nanti di alam baka, ini sebuah
contoh yang menarik, dan tanpa kita sadari, dengan
adanya relativitas waktu , ternyata hidup kita di bumi
hanyalah sebuah persinggahan sejenak. Sebagaimana
dalam QS al-Mu’minun/23: 112-114 :

‫أ َ ِل‬:‫اس‬ َ ‫ا أَ ْو َب ْع‬::‫ا َي ْو ًم‬::‫الُوا لَ ِب ْث َن‬::‫) َق‬112( َ‫نِين‬:‫دَ َد ِس‬::‫ض َع‬


ْ ‫و ٍم َف‬:ْ :‫ض َي‬ ْ ‫َقال َ َك ْم لَ ِب ْث ُت ْم فِي‬
ِ ‫األر‬
)114( َ‫) َقال َ إِنْ لَبِ ْث ُت ْم إِال َقلِيال لَ ْو أَ َّن ُك ْم ُك ْن ُت ْم َت ْعلَ ُمون‬113( َ‫ا ْل َعا ِّدين‬

Allah bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di


bumi?" Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari
atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-
orang yang menghitung.” Allah berfirman, "Kalian tidak
tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kalian
sesungguhnya mengetahui.” Maka apakah kamu mengira,
bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja
yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan
(yang mempunyai) 'Arasy yang mulia.

Dalam tafsir ibn katsir, beliau mengatakan bahwa ayat ini


ditunjukan untuk orang-orang yang selama di dunia tidak
bersabar, padahal waktu yang ia alami di dunia sungguh
relatif pendek. Lalu Allah SWT menyeru mereka untuk
bertanya pada orang-orang yang pandai menghitung.
Menurut penelitian yang telah di lakukan. Waktu yang
relatif tersebut dapat dialami oleh manusia apabila ia
berada dalam dua keadaan, yakni nikmat atau adzab.
Apabila manusia diberikan nikmat, maka waktu yang ia
rasakan akan relatif melambat, dan apabila dikenai adzab
maka waktu yang ia rasakan akan terasa lambat. Adapun
penulis lampirkan beberapa ayat Al-Quran yang memuat
konsep relativitas waktu adalah sebagai berikut

".... Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti


seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung.” (QS: Al-
Hajj:47).

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian


(urusan) itu naik kepadanya-Nya dalam satu hari yang
kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu.” (Qs: As-Sajdah:5).

"Yang datang dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat


naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap)
kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu
tahun.” (QS:70:3-4).
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia
tetap di tempatnya. Padahal ia berjalan sebagaimana
jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: An-
Naml:88).

"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di


bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari
atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-
orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak
tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu
sesungguhnya mengetahui'." (QS: 23:122-114)

Jika kita perhatikan secara luas, Al Quran sering


menyatakan besaran waktu dalam kadar yang berbeda
beda dalam setiap kasus. Jika dikaitkan dengan angka-
angka besar periode alam semesta yang dinyatakan dalam
ayat-ayat diatas. Alquran sangat cocok dengan perkiraan
ilmuwan. Sebagai contoh, periode enam hari dalam
Alquran bisa dianggap sebagai enam periode.
Konsep relativitas waktu, satu hari di bumi sama dengan
24 jam . hal itu terjadi di bawah kondisi yang berlaku
lokal. Namun, di alam semesta yang besar, pada waktu
yang lain dan pada kondisi yang lain, satu hari dapat
terjadi perbedaan waktu pada periode waktu yang jauh
lebih panjang.
Maka jelas bahwa waktu memang sangat bersifat
relatif. Waktu menurut ukuran manusia berbeda dengan
waktu menurut Allah SWT. waktu untuk ukuran manusia
tidak ada istilah lain di antara manusia dengan perhitungan
yang dilakukan pada peredaran bulan dan matahari.
Sedangkan Allah SWT maha kuasa atas seluruh alam
semesta.
Relativitas waktu ini sangat tepat memberikan perspektif
tentang alam semesta yang berlangsung 15-20 miliar
tahun silam. Dengan demikian, semua penjelasan itu
menunjukkan sebelum Einstein dihadapi, teori relativitas
sudah dihadirkan kepada manusia oleh Al Quran. Hanya
semua manusia pada zaman dulu belum bisa menjabarkan
hal tersebut.
Wallahua'lam bishawab
Daftar Pustaka

AL QURAN DAN SAINS.pdf. (n.d.).

Francisco, A. R. L. (2013). Stories of the quran . Journal of


Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

French, A. P. (2017). Special relativity. In Special Relativity.


https://doi.org/10.1201/9781315272597

Ii, B. A. B., & Sains, A. (n.d.). Bab ii relativitas waktu. 17–


37.

KEAJAIBAN_AL_QURAN.pdf. (n.d.).
Mengenal konsep relativitas. (2005). Vol.I, No.

Motors, G., Europe, W., Katheer, I., & Atmaja, B. T. (2016).


Stories Of The Quran By : Ibn Katheer. (June).

Newton, I. (n.d.). 1 Life and Primary Philosophical Texts.

Nim, M. (2013). ( Kajian Tafsir Tahli > li Terhadap Surah Al-


“ As } hr ) ‛ , Konsep Waktu Dalam Al- Qur ” an
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) ALAUDDIN
MAKASSAR.

Purwaningrum, S. (n.d.). Elaborasi Ayat-Ayat Sains dalam


Al-Quran : Langkah Menuju Integrasi Agama dan Sains
dalam Pendidikan. 1(1), 124–141.

Randjawali, E., & Dany, R. (2017). PROSIDING SKF 2016


Simulasi Benda yang Dilepas Horizontal dan Benda yang
Dijatuhkan Vertikal Menggunakan VBA pada Microsoft
Excel. (September).

RELATIVITAS WAKTU DALAM AL- QUR ’ AN. (2017).

Shihab, Q. (1996). Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan


Umat Wawasan Al-Quran. (November).

Zukwandi,R.(2016).ayat al quran yang berkaitan dengan


dilatasi waktu. Repository UIN SUNAN GUNUNG
JATI;147(1152070065), 11–40.

Anda mungkin juga menyukai