Anda di halaman 1dari 12

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2021/2022

Nama : Ahmad Luthfi Wirawansyah


Nim : 21103080076
Mata Kuliah : Islam dan Sains
Dosen Pengampu: Dr. Abdul Mughits, S.Ag., M.Ag.

Jawaban:
1. Penemuan dan pemikiran para tokoh ilmuwan muslim abad klasik dan tengah:
a. Jelaskan 5 (lima) tokoh ilmuwan muslim dan penemuannya.
● Ibnu sina : penemu manfaat etanol, dan penemu teori penularan TBC
● Alzahrawi : altasrif, dan teori menjahit
● Alkhawarizmi : aljabar, trigonometri dan astronomi, penemuan algaritma,
dan angka 0(nol)
● Abbas ibn firnas : pencipta ide pesawat dan ilmuan seba bisa
● Ahmad ubn tulun : rmah sakit alfustat
b. Jelaskan pengaruh temuan-temuan tersebut terhadap perkembangan
sains modern.
● Kemajuan Aerodinamik, Semenjak adanya penemuan konsep dasar
pesawat sekarang ini Anda sudah bisa bepergian ke daerah atau negara
lain hanya dengan waktu lebih singkat dibandingkan harus pakai jalur laut.
Tentunya memakan waktu lebih lama. Walaupun jika ditanya kebanyakan
orang tidak tahu siapa pencetus awal ide aerodinamika dari pesawat. Jadi
pengaruhnya terasa sekali sampai dengan sekarang, karena sekarang
pesawat sudah jadi transportasi paling aman dan cepat.
● Berbagai Penemuan di Bidang Ilmu Matematika, Selanjutnya seperti yang
sudah diketahui penemu aljabar, logaritma, geometri adalah ilmuwan
Islam. Dari semua bentuk temuannya inilah akhirnya bisa diciptakan
berbagai teknologi canggih di masa sekarang. Bahkan di masa depan pun
sudah dipersiapkan berbagai bentuk teknologi yang terbuat dari ide
pemikiran ini mulai diperhitungkan. Tinggal tunggu waktu rilisnya saja,
semua sudah di depan mata. Dunia akan semakin modern. Itulah beberapa
hasil rangkuman penemuan-penemuan penting dari para ilmuwan Islam
serta pengaruhnya di dunia sekarang ini. Masih banyak lagi dampak yang
diberikan para ilmuwan ini yang pengaruhnya bisa dirasakan sampai
sekarang.

2. Penciptaan/kejadian alam semesta:


a. Jelaskan proses penciptaan/terjadinya alam semesta menurut Al-Qur’an
dengan menyebutkan ayat-ayatnya dan pendapat para ahli tafsir dan
ilmuwan muslim. Jelaskan pula proses penciptaan/terjadinya alam semesta
menurut para ilmuwan (Sains).
● Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat
Al Anbiya ayat 30. “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
Kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nyapula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-
Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci
Allah, Tuhan semesta alam. Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah
menghidupkannya dengan menurunkan air dari langit. “Dan Allah menurunkan
dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah matinya.” (QS`An
Nahl ; 65).
● Namun, bagi para ilmuwan yang berlatar belakang materialis tidak setuju dengan
adanya Sang Pencipta dan masih yakin bahwa alam semesta itu terdiri dari
sekumpulan zat yang konstan, stabil, dan tidak berubah. Para ilmuwan yang
berlatar belakang materialistis ini beranggapan bahwa zat adalah suatu makhluk
yang benar-benar ada dan menolak segala keberadaan makhluk-makhluk lain,
kecuali zat. Edwin Hubble adalah seorang astronom berkebangsaan Amerika. Ia
telah menemukan penemuan bersejarah di bidang astronomi. Penemuan itu
diungkapkan pada tahun 1929. Penemuan yang dilakukan Hubble terjadi ketika ia
sedang melihat ujung spektrum dari cahaya bintang-bintang berubah menjadi
merah dengan teleskop raksasa. Karena perubahan warna pada ujung bintang-
bintang maka ia yakin bahwa bintang-bintang itu menjauh dari bumi.

b. Apakah yang dimaksud masa penciptaan langit dan bumi itu selama ENAM
hari mengenai TUJUH lapis langit, sebagaimana disebutkan dalam Al-
Qur’an.
● Alquran menerangkan kalau langit dan bumi diciptakan dalam enam periode :
‫َو ُهَو اَّلِذ ي َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض ِفي ِس َّتِة َأَّياٍم‬
"Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari,"( Hud:7).
Keterangan Alquran tersebut ternyata dibenarkan para ahli astronomi sekarang,
padahal ayat itu diturunkan 15 abad lalu kepada Nabi Muhammad SAW. Memang
Allah menciptakan alam semesta ini tidak dengan main-main tetapi sungguh-
sungguh:
‫َو َم ا َخ َلْقَنا الَّسَم اَء َو اَأْلْر َض َو َم ا َبْيَنُهَم ا اَل ِع ِبيَن‬
“Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya dengan bermain-main.” (QS Al-Anbiya: 16). Maka seluruh benda di
alam semesta ini berotasi dan berevolusi secara teratur, tidak berubah dan selalu
berlawanan dengan perputaran gerakan jarum jam sesuai Sunatullah. Sebagai
makhluk ciptaan Allah, mereka semuanya tunduk dan patuh atas kehendak dan
perintah-Nya.

c. Adakah kesamaan atau kemiripan antara teori sains dengan petunjuk-


petunjuk dalam ayat-ayat Al-Qur’an? Tunjukkan dan jelaskan.
● Berbicara tentang Al-Qur'an dan ilmu pengetahuan, kita sering dihadapkan pada
pertanyaan klasik: adakah kesesuaian antara keduanya atau sebaliknya,
bertentangan? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya dicermati bersama
ungkapan seorang ilmuwan modern, Einstein, berikut, “Tiada ketenangan dan
keindahan yang dapat dirasakan hati melebihi saat-saat ketika memerhatikan
keindahan rahasia alam raya. Sekalipun rahasia itu tidak terungkap, tetapi di balik
itu ada rahasia yang dirasa lebih indah lagi, melebihi segalanya, dan jauh di atas
bayang-bayang akal kita. Menemukan rahasia dan merasakan keindahan ini tidak
lain adalah esensi dari bentuk penghambaan.” Dari kutipan ini, agaknya Einstein
ingin menunjukkan bahwa ilmu yang sejati adalah yang dapat mendatangkan
kepuasan dan kebahagiaan jiwa dengan bertemu dan merasakan kehadiran Sang
Pencipta melalui wujud alam raya. Memang, dengan mengamati sejarah ilmu dan
agama, ditemukan beberapa kesesuaian antara keduanya, antara lain dari segi
tujuan, sumber, dan cara mencapai tujuan tersebut. Bahkan, keduanya telah mulai
beriringan sejak penciptaan manusia pertama. Beberapa studi menunjukkan
bahwa hakikat keberagamaan muncul dalam jiwa manusia sejak ia mulai bertanya
tentang hakikat penciptaan (al-Baqarah/2: 30-38). Sejarah cukup menjadi saksi
bahwa ahli-ahli falak, kedokteran, ilmu pasti dan lain-lain telah mencapai hasil
yang mengagumkan di masa kejayaan Islam. Di saat yang sama mereka
menjalankan kewajiban agama dengan baik, bahkan juga ahli di bidang agama.
Maka amatlah tepat apa yang dikemukakan Maurice Bucaille, seorang ilmuwan
Perancis terkemuka, dalam bukunya Al-Qur'an, Bibel, dan Sains Modern, bahwa
tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur'an yang bertentangan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan. Inilah kiranya yang menyebabkan besarnya perhatian para
sarjana untuk mengetahui lebih jauh model penafsiran Al-Qur'an dengan
pendekatan ilmu pengetahuan.
d. Bagaimana mengenai kebenaran daripada tafsir-tafsir Al-Qur’an dan
pendapat para ilmuwan tersebut? Jelaskan.
● Para ilmuwan muslim memiliki perspektif yang berbeda-beda dalam merespon

sains modern: Pertama, kelompok yang menganggap bahwa sains modern bersifat

universal dan netral dan semua sains tersebut dapat diketemukan dalam al-Qur’an.

Kelompok ini disebut kelompok Bucaillian, pengikut Maurice Bucaille, seorang

ahli bedah Perancis dengan bukunya yang sangat populer, The Bible, the Quran
and Science; Kedua, kelompok yang berusaha untuk memunculkan

persemakmuran sains di negara-negara Islam, karena kelompok ini berpendapat,

bahwa ketika sains berada dalam masyarakat Islam, maka fungsinya akan

termodifikasi sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan cita-

cita Islam (lihat Sardar, 1988:167-171). Tokop-tokoh seperti Ismail Raji Al-

Farauqi, Naquib Al-Attas, Abdussalam dan kawan-kawan bisa diklasifikasikan

dalam kelompok ini, dengan konsep Islamisasi-nya. Ketiga, kelompok yang ingin

membangun paradigma baru (epistemologi) Islam, yaitu paradigma pengetahuan

dan paradigma perilaku. Paradigma pengetahuan memusatkan perhatian pada

prinsip, konsep dan nilai utama Islam yang menyangkut pencarian bidang

tertentu; dan paradigma perilaku menentukan batasan-batasan etika di mana para

ilmuwan dapat dengan bebas bekerja (Sardar, 1988:102). Paradigma ini berangkat

dari al-Qur’an, bukan berakhir dengan al-Qur’an sebagaiman yang diterapkan

oleh Bucaillisme (lihat, Sardar:169). Kelompok ini diwakili oleh Fazlurrahman,

Ziauddin Sardar dan kawan-kawan. Upaya pencarian ilmu pengetahuan dalam

Islam memang bukan hal baru, melainkan sudah dilakukan oleh ulama-ulama

sejak dahulu. Persoalan ini bermula dari perspektif mereka mengenai ”apakah al-

Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan atau hanya sebagai petunjuk agama

saja?” Dari sini lantas muncul dua kelompok. Kelompok pertama misalnya seperti

yang dikatakan Al-Ghazali (lihat Ihya’ Ulumuddin, jilid V : 1). Beliau

mengatakan, bahwa seluruh ilmu tercakup dalam karya-karya dan sifat-sifat

Allah, dan al-Qur’an adalah penjelasan esensi-esensi, sifat–sifat dan perbuatan-

Nya. al-Qur’an itu laksana lautan yang tak bertepi, dan jika sekiranya lautan itu
menjadi tinta untuk menjelaskan kata-kata Tuhanku, niscaya lautan itu akan habis

sebelum kata-kata Tuhan itu berakhir (lihat Al-Ghazali, 11329 H: 9, 32).

3. Penciptaan manusia:
a. Jelaskan proses penciptaan manusia menurut Al-Qur’an dengan
menyebutkan ayat-ayatnya dan pendapat para ahli tafsir dan ilmuwan
muslim. Jelaskan pula proses penciptaan manusia menurut para ilmuwan
(Sains).
● Dalam Alquran surat Az-Zumar ayat 6, telah disebutkan bahwa manusia

diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan : “Dia menciptakan kamu dari

seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan

untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia

menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga

kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang

mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka

bagaimana kamu dapat dipalingkan?". Mengingat bahwa Tafsir al-Azhar bila

dilihat dari aspek metodologis termasuk dalam kelompok tafsir tahlili-ijmali,

maka dalam menafsirkan QS. al-Hajj/22: 5, HAMKA menafsirkannya dengan

cara menjelaskannya secara global dari beberapa fase penciptaan manusia

tersebut. Namun, sebelum menjelaskan fase-fase dalam penciptaan manusia,

Hamka memulai tafsirnya dengan menjelaskan terlebih dahulu latar belakang

kenapa masalah ini menjadi penting untuk diketahui semua manusia. Berpangkal

dari firman Allah dalam QS. al-Hajj/22: 5, “ya ayyuhan nas” (wahai sekalian

manusia), beliau berusaha menjelaskan bahwa hal ini merupakan seruan bagi

seluruh umat manusia – tanpa terkecuali – mengenai dua hal yang amat tentang

penting dasar-dasar berfikir yang akan menjadi pegangan hidup, yaitu percaya
akan adanya Allah, dan percaya tentang adanya kebangkitan kembali sesudah

mati.

● Berbicara tentang asal-usul kejadian manusia mengharuskan kita untuk berbicara

tentang asal-usul kehidupan dan hidup. Teori pertama yang dapat dikenali dari

Aristotle (384-322M) yang disebut sebagai teori Abiogenesis atau Generasio

Spontanea. Menurut teori ini, semua yang hidup muncul secara terus menerus dari

yang mati atau materi. Namun teori ini di ragui oleh Lazardo Spanlazani,

Frencesco Redi (dari Itali) dan Louise Pasteur (dari Perancis), berhasil

membuktikan bahawa makhluk hidup tidak dari materi yang mati. Semenjak itu,

pada tahun 1860, telah muncul teori baru yang menyatakan bahwa semua

makhluk yang hidup berasal dari yang hidup sebelumnya (omne vivum ex vivo).

Setelah itu, munculnya teori evolusi dari Charles Darwin(1809-1882). Pada

hakikatnya merupakan kelanjutan sahaja dari teori “omne vivum ex vivo”.

Menurut Charles Robert Darwin pada tahun 1800-1882 bahwa hewan, tumbuhan,

dan juga manusia merupakan hasil perubahan evolusi dari makhluk hidup yang

sangat sederhana pada awal kehidupan di bumi, yang secara perlahan-lahan

melalui proses penurunan dengan modifikasi yang akhirnya berkembang menjadi

spesies organisme di muka bumi ini, termasuk di dalamnya adalah kejadian

manusia. Khusus tentang kejadian manusia, menurut teori evolusi Darwin,

manusia adalah hewan atau binatang yang lebih maju dibandingkan hewan atau

spesies lain. Pada tahun 1842 Darwin telah menyusun kerangka teorinya dalam

sebuah buku yang setebal 250 halaman yang telah diselesaikan pada tahun 1844,

yang kemudian ia beri judul The Origin of the Species by Means of Natural

Selection pada tahun 1859 dan buku lain dengan judul The Origin of Men pada

tahun 1871 yang kemudian terkenal dengan istilah Teori Evolusi Darwin.
b. Bagaimana mengenai kebenaran daripada tafsir-tafsir Al-Qur’an dan
pendapat para ilmuwan tersebut? Jelaskan.
● Menurut Islam, manusia pertama yang diciptakan ialah Adam. Adam diciptakan
dari tanah. Manusia kedua ialah Hawa yangpenciptaannya daripada bahan baku
manusia pertama. Sedangkan manusia ketiga diciptakan dari gabungan bahan
Adam dan Hawa. Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis
dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya: "Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14). Sedangkan dalam sains
dikenal teori pertama yang dapat dikenali dari Aristotle (384-322M) yang disebut
sebagai teori Abiogenesis atau Generasio Spontanea. Menurut teori ini, semua
yang hidup muncul secara terus menerus dari yang mati atau materi. Adapula
teori Darwin yang berdasarkan atas seleksi alam yang dapat menghasilkan
perubahan besar pada organisme setelah waktu yang lama bahkan pada suatu saat
tertentu dapat menghasilkan spesies baru. Dia juga mengatakan bahwa semua
organisme yang meliputi seluruh tumbuhan dan hewan yang ada dan pernah ada
berkembang dari beberapa atau bahkan satu satu bentuk yang sangat sederhana
melalui proses penurunan dengan modifikasi melalui seleksi alam. Namun,
seiring dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan modern, teori Darwin ini
lambat laun digugurkan oleh para ilmuwan-ilmuwan modern yang disebabkan
karena kegagalan Darwin dalam menjelaskan proses mekanisme transdormasi gen
dari DNA kera menjadi manusia. Sungguh sangat gempar dan ironis bagi para
ilmuwan dan kita pada saat ini yang telah lama belajar mendalami ilmu dan
konsep teorinya. Hal ini dapat dilihat melalui dalam diagram yang dibuat oleh
Washburn (tahun 1960). Persoalan jika benar manusia berasal dari kera mengapa
manusia tidak berubah menjadi kera dan begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu,
manusia dan kera berbeda dan teori ini tidak relevan.

4. Bagaimana menjelaskan peristiwa-peristiwa luar biasa, seperti Isra’ dan


Mi’raj Nabi Muhammad saw., Nabi Ibrahim dibakar tidak terbakar, kelahiran Nabi Isa
as. tanpa ayah, dll. dengan perspektif logika Al-Qur’an dan karakteristik dinamisitas
dan relativitas sains?
● Sejarah Islam mencatat peristiwa unik dan sulit dicerna akal. Allah ingin
memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Rasulullah SAW. Pada
Al Qur’an surat An Najm ayat 13 diatas, terdapat kata “Yaro” dalam bahasa Arab
yang artinya “menyaksikan langsung”. Berbeda dengan kata “Syahida”, yang berarti
menyaksikan tapi tidak musti secara langsung. Allah memperlihatkan sebagian tanda-
tanda kebesaran-Nya itu secara langsung. ISRA`MI`RAJ, sebagai sebuah peristiwa
metafisika (gaib), barangkali bukan sesuatu yang istimewa. Kebenarannya bukanlah
sesuatu yang luarbiasa. Kebenaran metafisika adalah kebenaran naqliyah (: dogmatis)
yang tidak harus dibuktikan secara akal, namun lebih bersifat imani. Valid tidaknya
kebenaran peristiwa metafisika—secara akal, bukanlah soal selagi ia diimani.
Didalam pemahan secara fisika banyak orang mempertanyakan ke-shahih-an Isra`
Mi`raj; “ apakah mungkin manusia melakukan perjalanan sejauh itu hanya dalam
waktu kurang dari semalam?” . Kaum kafirpun telah menantang Rasulullah seperti
diberitakan dalam Al Quran dalam surat Al-Israa: 93.
● Diantara keduanya terdapat faktor persamaan dan perbedaan didalam proses kejadian,

persamaan kedua kisah antara lain: Keduanya membahas perihal perjalanan atau

journey dari Bumi ke luar angkasa lalu kembali ke Bumi. Keduanya membahas

penggunaan faktor “Speed” atau “kecepatan” tinggi didalam pemberitaannya.

Konsep mengenai perpisahan antara dua manusia (atau lebih) digunakan sebagai

bahan pokok atau object pembahasan didalam kedua cerita. Dalam Isra Miraj,

Rasulullah meninggalkan kaumnya di bumi untuk bepergian ke ke Majidil Aqsha

lalu ke Langit ketujuh, dalam kasus teori relativitas menceritakan tentang dua saudara

kembar A dan B, dimana saudara kembar B bepergian keluar angkasa. Sampai disini
dari hal hal tersebut diatas, kita sudah dapat mengambil kesimpulan secara

gamblang, bahwa peristiwa Isra Miraj adalah benar. Bagaimana mungkin seorang

manusia yang ummi 14 Abad yang silam dapat membuat sebuah cerita atau teori

yang dapat dibuktikan didalam abad ke 20 dengan sedemikian detailnya. Dengan kata

lain tidak mungkin Rasulullah SAW mencontoh teori Albert Einstein yang lahir

sesudahnya (?). Theori Relativitas membahas mengenai Struktur Ruang dan Waktu

serta mengenai hal hal yang berhubungan dengan Gravitasi. Theori relativtas terdiri

dari dua teori fisika, relativitas umum dan relativitas khusus. Theori relativitas khusus

menggambarkan perilaku ruang dan waktu dari perspektif pengamat yang bergerak

relatif terhadap satu sama lain, dan fenomena terkait.

5. a. Arti dari ayat tersebut adalah: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena

dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,

niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana.(luqman ayat 27)

- Yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah bahwasanya ilmu pengetahuan dan ilmu

teknologi di dunia ini tidak akan ada habisnya dan selalu berkembang dari segala

aspeknya, jika habispun mungkin jika terhentinya segala rotasi didunia ini atau terjadinya

hari akhir.

b. Arti dari ayat tersebut adalah: Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan

menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu

sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan

tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. Al-Kahf: 109)

- Makna yang dapat kita kaitkan dengan IPTEK adalah jikalau kita menyiapkan cairan

tinta untuk menulis segala ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi di dunia ini tidak akan

ada ujungnya dan tinta itu akan habis duluan sebelum terhentinya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, karna kedua ilmu ini akan terus berkembang dan tidak akan
ada habisnya. Jikalu kita menyiapkan seberapa banyak tintapun pasti akan habis duluan

sebelum terhentinya perkembangan kedua ilmu ini.

c. Arti dari ayat tersebut adalah:” Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad)

tentang roh, katakanlah, Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi

pengetahuan hanya sedikit."

(QS. Al-Isra' 17: Ayat 85)

- Makna yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah bahwasanya kita sebagai manusia

hanya diberi akal dan fikiran bersandarkan dengan batasanya masing-masing

walawpun dapat dikatakan bahwasnya ilmu pengetahuan tidak akan ada habisnya,

tetapi dalam artian tersendiri kita sebagai manusia mempunyai batasan dalam akal

pikiran kita. Selebihnya hanya Allah SWT yang mempunyai segalanya dan dapat

melakukan dengan lebih.

c. Arti dari ayat tersebut adalah: ” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,

silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.

(Yaitu) orang yang mengingat Allah, sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan

mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya

Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau,

peliharalah kami dari siksa api neraka.'" (QS Ali Imran [3]: 190-191).

- Makna yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah semua ciptaan yang sudah ada

dimuka bumi ini yang terbuat dari manusia pasti akan kalah dengan apa yang sudah

diciptakan oleh Allah SWT dan takkan bisa ditandingi lagi oleh ciptaanya, contohnya

adalah langit bumi dan seisinya, kita sebagai manusia biasa tidak akan mungkin bisa

menciptakan seindah dan secantik apa yang telah Allah ciptakan.

Anda mungkin juga menyukai