Disusun oleh: RE NDR A P RAMUDYA BIMA RAGNAL A Muham m ad Rayendra Racka Prat am a Muham m ad Faeyza Aj i BAB I Islam diterima di Indonesia sejak kedatangan Marcopolo dari Italia di Kota Perlak. Pendidikan di Indonesia terkait erat dengan Islam, baik dalam perjuangan melawan penjajah maupun dalam pengembangan pendidikan. UU No. 2 tahun 1989 mengintegrasikan pendidikan Islam dan umum. Pesantren dan madrasah menjadi alternatif pendidikan sensitif terhadap perubahan dan tantangan globalisasi. B.Rumusan Masalah
• Bagaimana peran pedagang Muslim dalam menyebarkan ajaran Islam di
Nusantara pada abad ke-7 hingga 13 Masehi? • Bagaimana perkembangan pendidikan Islam di Indonesia dari abad ke- 13 hingga abad ke-21, termasuk tantangan dan perubahan yang dihadapi? C.Tujuan
• Mengetahui sejarah pertumbuhan dan perkembangan Pendidikan Islam
di Indonesia. • Mengetahui perbedaan Pendidikan Islam di Indonesia dari masa ke masa. BAB II 1.Pendidikan masa penjajahan Jepang Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, pendidikan mengalami perubahan signifikan. Jepang mengajak kerjasama dengan bangsa Indonesia dalam rangka mencapai kemakmuran bersama Asia Raya. Sistem pendidikan diganti dengan sistem Jepang, di mana murid-murid lebih banyak melakukan kegiatan latihan atau bekerja daripada mendapatkan pengetahuan. 2.Pendidikan pada masa Kemerdekaan (Orde Lama) Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia fokus pada pendidikan agama di sekolah-sekolah negeri dan swasta. Pendidikan Islam diakui sebagai penting untuk pencerahan masyarakat. Pada 1946, Departemen Agama didirikan untuk mengurus pendidikan agama di sekolah, madrasah, dan pesantren, sebagai respons terhadap keinginan umat Islam memperkuat pendidikan agama pasca penjajahan. 3.Pendidikanpada masa Kemerdekaan (Orde Baru) Permasalahan dalam Pendidikan Agama Islam di Indonesia meliputi kurangnya jumlah pelajaran agama di sekolah, metodologi yang kurang tepat, dikotomi pengetahuan dan penghayatan peserta didik, kurangnya perhatian pemimpin sekolah dan guru terhadap Pendidikan Agama Islam, kemampuan guru agama dalam menghubungkan dengan kehidupan, serta kurangnya penanaman nilai-nilai dan tata krama. BAB III 1.Abad ke-7 hingga 13 Masehi: Penyebaran Islam pertama kali terjadi melalui para pedagang Muslim, yang memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam di Nusantara. 2.Abad ke-13 hingga 16 Masehi: Pendidikan Islam mulai berkembang seiring dengan munculnya kerajaan Islam di Indonesia, seperti Majapahit dan Demak, yang menjadi pusat penyebaran Islam dan pendidikan agama. 3.Abad ke-15 hingga 17 Masehi: Sembilan wali yang dikenal sebagai Walisongo berperan penting dalam pendidikan Islam di Jawa. Mereka mendirikan pesantren sebagai pusat pembelajaran agama Islam. 4.Abad ke-17 hingga 18 Masehi: Kesultanan Islam, seperti Kesultanan Aceh dan Banten, juga berkontribusi pada pertumbuhan pendidikan Islam dengan mendirikan lembaga- lembaga pendidikan dan pesantren. 5.Abad ke-19 hingga awal abad ke-20: Meskipun Belanda berusaha mengendalikan dan mengurangi pengaruh Islam, lembaga pendidikan Islam tetap bertahan. Pesantren menjadi pusat pembelajaran Islam yang kuat. 6.1945 hingga Sekarang: Setelah kemerdekaan Indonesia, pendidikan Islam menjadi bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Pesantren dan madrasah berkembang pesat, dan pemerintah memberikan pengakuan resmi terhadap lembaga- lembaga pendidikan Islam. 7.Abad ke-20 hingga 21: Terjadi modernisasi dalam pendidikan Islam di Indonesia. Perguruan tinggi Islam didirikan, dan kurikulum pendidikan Islam mulai disesuaikan dengan kebutuhan zaman. 8.Abad ke-21: Pendidikan Islam dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti globalisasi dan teknologi. Namun, juga terdapat inovasi dalam penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran. Islam menyebar di Indonesia melalui pedagang Muslim (abad ke-7 hingga 13 M). Pendidikan Islam berkembang bersama kerajaan Islam, BAB IV Walisongo, dan kesultanan (abad ke-13 hingga 18 KESIMPULA M). Setelah kemerdekaan, pendidikan Islam N terintegrasi dalam sistem nasional. Perguruan tinggi Islam didirikan pada abad ke-20 hingga 21, menghadapi tantangan globalisasi dan teknologi. Terima Kasih!