Tahukah kamu bahwa jauh sebelum Isaac Newton menemukan teori Gravitasi, ada seorang
ilmuwan muslim yang sudah memikirkan tentang teori itu loh. Dia merupakan ilmuwan muslim
yang hidup pada abad ke-12 M. Para sejarawan sains memberinya gelar sebagai ‘Fisikawan
terbesar sepanjang sejarah.”
Al-Khazini kemudian dibawa ke Merv, sebuah kota metropolitan terkemuka pada Abad ke-12 M.
Merv dulu berada di Persia dan sekarang berganti nama menjadi Turkmenistan. Sebagai
seorang budak, nasib Al-Khazini sungguh beruntung. Tuannya bernama Al-Khazin. Beliau
diberikan pendidikan yang sangat baik oleh tuannya dan di ajarkan matematika dan filsafat.
Tak Cuma itu, Al-Khazini juga dikirmkan untuk belajar pada seorang ilmuwan dan penyair agung
dari Persia bernama Omar Khayyam. Dari sang guru, beliau mempelajari sastra,matematika ,
astronomi, dan filsafat. Menurut Boris Rosenfeld (1994) dalam bukunya“Abu Al-Fath Abd Al-
Rahman Al-Khazini”,saat itu Omar Khayyam juga menetap di kota Merv, berada di bawah
perlindungan Sultan Ahmed Sanjar, penguasa Dinasti Seljuk. Sayangnya,kisah dan perjalanan
hidup Al-Khazini tak banyak terekam dalam buku – buku sejarah.
Zaimeche PhD (2005) dalam bukunya berjudul Merv menuturkan bahwa Al-Khazini adala
seorang ilmuwan yang bersahaja. Meski kepandaiannya sangat dikagumi dan berpengaruh,
beliau tak silau dengan kekayaan. Menurut Zaimeche, Al-Khazini sempat menolak dan
mengembalikan hadiah sebesar 1.000 keping emas (dinar) dari seorang istri Emir Seljuk. Beliau
hanya merasa cukup dengan uang tiga dinar dalam setahun .
Para sejarawan sains menempatkan ilmuwan itu dalam posisi yang sangat terhormat. Betapa
tidak, ilmuwan muslim yang berjaya di abad kedua belas itu telah memberi kontribusi yang
sangat besar bagi perkembangan sains modern, terutama dalam ilmu fisika dan astronomi.
Salah satu kontribusi penting yang diwariskan al-Khazini dalam bidang astronomi adalah Tabel
Sinjaric. Tabel itu dituliskannya dalam sebuah risalah astronomi bertajuk az-Zij as-Sanjari. Dalam
manuskrip itu, dia menjelaskan jam air yang dibagi menjadi 24 jam dan didesain untuk
penelitian astronomi. Jam ini adalah salah satu jam astronomi pertama yang dikenal di dunia
Islam kala itu.
Pemikiran Al-Khazini
Selain itu, al-Khazini juga menjelaskan tentang posisi 46 bintang. Risalahnya yang berjudul Al-
Khazini’s Zij as-Sanjari itu kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Yunani oleh Gregory
Choniades pada abad ke-13 M. Risalah astronomi yang ditulis al-Khazini pun menjadi rujukan
para ilmuwan dan pelajar di Kekaisaran Bizantium.
Kontribusi penting lainnya yang diwariskan al-Khazini dalam bidang fisika adalah kitab Mizan al-
Hikmah atau Balance of Wisdom. Buku yang ditulisnya pada 1121 M itu mengungkapkan bagian
penting fisika Islam. Dalam buku itu, al-Khazini menjelaskan sacara detail pemikiran dan teori
yang diciptakannya tentang keseimbangan hidrostatika, konstruksi dan kegunaan, serta teori
statika atau ilmu keseimbangan dan hidrostatika.
Ini merupakan sebuah karya mendasar tentang keseimbangan hidrostatik yang corak ragamnya
diklasifikasikan menurut jumlah angka skala. Sebuah edisi buku ini terbit di Hyderabad pada
tahun 1359 H/1940 M. Buku itu terdiri dari delapan buah makalah yang terbagi dalam beberapa
bab dan pasal dan juga memuat teorema-teorema yang diperoleh dari karya-karya Euclides,
Archimedes dan Menelaus. Buku ini merupakan kelanjutan dari karya Tsabit bin Qurrah yang
berjudul Mizan ar-Rumi atau Timbangan Romawi.
Buku itu dinilai Nasr sebagai sebuah karya ilmiah Muslim yang paling esensial tentang mekanika
dan hidrostatika, dan terutama studi mengenai pusat gravitasi. Dalam buku itu pula, al-Khazini
mengupas prinsip keseimbangan hidrostatis dengan tingkat ketelitian obyek sampai ukuran
mikrogram (10-6 gr), suatu level ketelitian yang menurut K Ajram dalam The Miracle of Islamic
Science hanya tercapai pada abad ke 20 M.
al-khazini
Menurut penyelidikan Komisi Nasional Mesir untuk UNESCO (Sumbangan Islam Kepada Ilmu
dan Kebudayaan, 1986), al-Khazini juga menentukan kepadatan banyak unsur dan senyawa
dengan ketepatan yang tinggi. Berkat prestasi ini, al-Khazini sebagai fisikawan mendapat
julukan “among the greatest of anytime” (salah seorang fisikawan terbesar sepanjang sejarah)
dari Charles C. Jillispe, editor Dictionary of Scientyfic Bibliography (1970).
Tesis al-Biruni bahwa seluruh benda memiliki berat dikembangkan lebih lanjut oleh al-Khazini.
Ia menunjukkan bahwa udara mempunyai berat, dan juga mempunyai gaya dorong ke atas,
sama halnya dengan zat cair. Dalam hal ini, al-Khazini telah mendahului Torricelli, Pascal, dan
Boyle dalam riset dan penemuan bahwa udara mempunyai tekanan ke segala arah karena
memiliki berat; fakta inilah yang kemudian disebut sebagai tekanan udara (tekanan udara
normal = 1 atm).
Implikasi dari penemuan itu, menurut al-Khazini, berat suatu benda di udara kurang dari
beratnya yang sesungguhnya, dan bahwa berkurangnya berat sesuatu benda tergantung pada
kepadatan udara. Sintesisi yang dilakukan al-Khazini terhdap hidrostatika dengan mekanika
melahirkan temuan baru mengenai konsep berat. Menurut Natsir Arsyad (Ilmuwan Muslim
Sepanjang Sejarah, 1989), konsep yang diajukan al-Khazini telah berhasil mengatasi kesukaran-
kesukaran yang terdapat dalam konsep Archimedes. Menurut definisi yang dikemukakan al-
Khazini, berat adalah gaya inheren dalam tubuh benda-benda padat yang menyebabkan
mereka bergerak, dengan sendirinya, dalam suatu garis lurus terhadap pusat bumi dan
terhadap pusat benda itu sendiri. Gaya ini pada gilirannya akan tergantung dari kerapatan
benda yang bersangkutan. Al-Khazini juga mempunyai gagasan mengenai pengaruh temperatur
terhadap kerapatan. Dan dalam karya utamanya itu, ia menyusun tabel-tabel kerapatan
sejumlah besar zat cair dan zat padat, dan termasuk tabel-tabel berat spesifiknya.
Jadi, menurut Arsyad (1989), sebelum Roger Bacon menemukan dan membuktikan suatu
hipotesis tentang kerapatan air saat ia berada dekat pusat bumi, al-Khazini telah terlebih
dahulu melakukan observasi mengenai kapilaritas (pipa-pipa kapiler) dan menggunakan
aerometer untuk kerapatan dan yang berkenaan dengan temperatur zat-zat cair. Al-Khazini juga
telah mendahului dalam merumuskan teori tentang tuas (pengungkit) serta penggunaan neraca
untuk bangunan-bangunan dan untuk pengukuran waktu.
Lebih hebatnya lagi, al-Khazini dan ilmuwan muslim lainnya juga merupakan orang-orang yang
pertama kali mengeneralisasikan teori pusat gravitasi dan mereka adalah yang pertama kali
menerapkannya ke dalam benda tiga dimensi. Dalam bukunya itu, al-Khazini juga memaparkan
suatu teori tentang gravitasi serta tabel-tabel kerapatan sejumlah besar zat cair dan zat padat.
Al-Khazini juga mempunyai gagasan mengenai pengaruh temperatur terhadap kerapatan, dan
tabel-tabel berat spesifik umumnya tersusun dengan cermat. Sebelum Roger Bacon
menemukan dan membuktikan suatu hipotesis tentang kerapatan air saat ia berada dekat
pusat bumi, al-Khazini telah terlebih dahulu mendalami hal tersebut.
Pendekatan non-Archimedes dalam studi hidrostatika yang dilakukan oleh al-Khazini tejadi
melalui penekanan pada studi dinamika dan pusat gravitasi. Ia menekuni secara mendalam
mengenai gravtasi yang sebelumnya telah diajukan oleh al-Biruni. Namun, ia telah
mengembangkan konsep itu sedemikian rupa sehingga ia menemukan bahwa kuat gravitasi
berubah sesuai dengan jarak antara benda yang jatuh dengan benda yang menariknya. Dengan
penemuan ini berarti al-Khazini telah melihat variabel baru yang terlibat dalam kekuatan
gravitasi, yaitu jarak antara dua benda.
Menurut Prof. Nazif sebagaimana yang dikutif oleh Komisi Nasional Mesir untuk UNESCO (1986),
penulis Mizan al-Hikmah itu pastilah mengetahui kaitan yang sebenarnya antara kecepatan
(velocity) benda yang jatuh ke permukaan bumi, jarak yang ditempuhnya dan waktu yang
diperlukannya. Dengan demikian, praktis variabel yang terkait dengan peristiwa gerak jatuh
suatu benda telah ditemukan oleh al-Khazini. Belum diketahui apakah ia telah
memformulasikan hubungan antara variabel tersebut dalam sebuah persamaan matematika.
Tidak cukup sampai di sini, al-Khazini juga berhasil menciptakan sejumlah peralatan penting
untuk digunakan dalam penelitian dan pengembangan astronomi. Ia berhasil menemukan
sekitar tujuh peralatan ilmiah yang terbilang sangat penting. Ketujuh peralatan temuannya itu
dituliskannya dalam Risala fi’l-alat atau Manuskrip tentang Peralatan. Ketujuh alat yang
diciptakannya itu adalah triquetrum, dioptra, peralatan segi tiga, kwadran, sektan, astrolab
serta sebuah peralatan asli tentang refleksi. Selain berjasa mengembangkan ilmu fisika dan
astonomi, al-Khazini juga turut membesarkan ilmu kimia dan biologi. Secara khusus, dia menulis
tentang topik evolusi dalam ilmu kimia dan biologi. Dia membandingkan antara transmutasi
unsur dengan transmutasi spesies.
Al-Khazini meninggal dunia pada abad ke-12 M. Meski begitu, pemikiran-pemikirannya telah
menjadi warisan yang tak ternilai harganya bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
BAGIKAN
Next
Previous
1 Comment:
slam ushuluddin,,,hehehe
Reply
ABOUT ME
Zulfan Afdhilla Seorang technology enthusiast, tertarik sama hal elektronik, multimedia, cyber
dan media tapi kuliah di Jurusan Ilmu Al-Quran & Tafsir serta Entrepreneur/digitalpreneur
wanna be. Founder Rabbanians, Faktaholic, Insomniac dan SAVA. Kelahiran 1996. Business
Inquiries akhiyzulfan.a@gmail.com
CARI,..
FOLLOW US
FACEBOOKLIKE
INSTAGRAMFOLLOW
YOUTUBEFOLLOW
RECENT POSTS
TAURAT TIDAK HANYA DITULIS OLEH MUSA BAHKAN SEMPAT LENYAP DIMUKA BUMI!
BELANJA SOUVENIR
CATEGORIES
Download Software Islami Eskatologi Ilmu Al-Quran & Tafsir Ilmu Hadits Kristologi Opini
Wawasan
ADVERTISEMENT
Rp. 140,000
E money Aikido...
Rp. 90,000
emoney blacklis...
Rp. 90,000
Rp. 94,000
Totbag iart
Rp. 104,000
Powered by Tees.co.id