PENDAHULUAN
Istilah Komunisme, berasal dari bahasa Latin “Comunis” yang artinya “milik
bersama”. Istilah ini berasal dari pemikiran Karl Marx dan Engels yang dikenal
dengan Marxisme. Konsep Marxisme mengatakan bahwa perjuangan kelas akan
melahirkan revolusi yang akan membawa kemenangan kelas pekerja (proletar) atas
kaum kapitalis (borjuis). Hal ini akan membuat kepemimpinan diktator hilang dengan
sendirinya. Ajaran komunis berasaskan materialisme yang mengandung kepercayaan
bahwa Tuhan atau bidang adikodrati (super natural realm) tidak ada. Paham atau
ideologi komunis masuk ke Indonesia pada tahun 1913, diperkenalkan oleh
Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet. Ia adalah bekas Ketua Sekretariat
Buruh Nasional dan bekas pimpinan Partai Revolusioner Sosialis di salah satu
provinsi di negeri Belanda. Mula-mula ia bekerja di Surabaya sebagai staf redaksi
warta perdagangan SoerabajascheHandelsblad milik sindikat perusahaan-perusahaan
gula Jawa Timur. Tidak lama kemudian ia pindah ke Semarang bekerja sebagai
sekretaris pada sebuah maskapai dagang. Paham dan ideology ini terus berkembang
hingga penganut paham ini membentuk sebuah partai di Indonesia yaitu Partai
Komunis Indonesia(PKI) pada tanggal 23 Mei 1920. setiap penganut komunisme
adalah pembawa misi yang permanen, yaitu membentuk negara komunis dan
masyarakat komunis. Sesudah gagalnya Pemberontakan 1926/1927,organisasi
komunis di Indonesia hancur dan bercerai-berai. Para tokoh dan kadernya tersebar
menyelamatkan diri dari tangkapanPemerintah Hindia Belanda.Dengan hancurnya
organisasi komunis ini, banyak orang berasumsi bahwa komunis telah lemah, tidak
berbahaya dan akhirnya mati. Akan tetapi kenyataan menunjukkan lain. Kader-kader
yang bercerai-berai itu melakukan “pekerjaan ilegal”. Tiap-tiap individu mengaku
sebagai pembawa misi untuk meneruskan gerakannya, dengan dalil menghalalkan
segala cara. Kebangkitan fasisme pada tahun 1935, menyebabkan terjadinya
perubahan politik di Eropa. Menghadapi perubahan ini, pimpinan tertinggi komunis
menghentikan permusuhannya dengan kapitalisme dan menyatakan perang terhadap
fasisme. Perubahan sikap itu dilakukan pula oleh orang-orang di Indonesia.Tanpa
malu-malu mereka menerima bantuan dari pihak kapitalis yang ditandai dengan
kerjasama Mr. Amir Sjarifuddin -Van Der Plas. Keberhasilan pemimpin nasionalis
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus1945, tidak
pernah diakui oleh orang-orang komunis, bahkan mereka berusaha merongrongnya.
Mereka menyatakan bahwa “revolusi Agustus adalah revolusinya borjuis nasional”.
Akan tetapi, karena kaum komunis tidak dapat membantah kenyataan tersebut, maka
mereka melakukan aksi-aksi politik yang dilaksanakan dari jalan bawah dan dari jalan
atas. Sisa-sisa pemberontak golongan sayap kiri tahun 1926 ( PKI, organisasi lain
yang berorientasi pada ajaran Marxisme dan Linisme) adalah pelopor aksi dari jalan
bawah. Aksi ini dilakukan di daerah-daerah yang menjadi basis gerakan bawah
tanahnya pada masa pendudukan Jepang. Di sini mereka mengobarkan semangat
pertentangan kelas. Para pejabat pemerintah serta merta “dicap” sebagai penindas,
kaki tangan fasis, seperti 5 kasus perebutan kekuasaan daerah yaitu Peristiwa Serang,
Peristiwa Tangerang, Peristiwa Tiga Daerah, Peristiwa Cirebon dan Peristiwa
Bojonegoro. Orang-orang komunis sebagai pembawa misi, berusaha merongrong
“revolusinya kaum borjuis” dengan melakukan “revolusi-revolusi” lokal. Rakyat di
beberapa daerah dihasut bahkan diintimidasi agar ikut melaksanakan “revolusi
komunis” yang pada hakekatnya merongrong kewibawaan dan kedaulatan negara RI.
Dalam sejarah perjalanan di Indonesia, sebelum tahun 1965, PKI telah dua kali
melakukan pemberontakan, yaitu pada tahun 1926 dan tahun 1948 yang semuanya
berujung pada kegagalan. Hal yang kemudian membuat bangsa Indonesia mengalami
trauma mendalam terhadap PKI ialah peristiwa 30 September 1965 yang
menewaskan tujuh jenderal TNI AD dan beberapa perwira TNI lainnya. Akibat
peristiwa tersebut, dalam waktu singkat PKI dibersihkan dari kehidupan politik, dan
sosial, serta dinyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia. Pemerintah Indonesia
pun, melalui MPRS, menetapkan TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966.
Sebagaimana tercermin dalam Pasal 2 TAP MPRS tersebut yang berbunyi bahwa:
“Setiap kegiatan di Indonesia untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau
ajaran Komunisme/ Marxisme-Leninisme dalam segala bentuk dan manifestasinya,
dan penggunaan segala macam aparatur serta media bagi penyebaran atau
pengembangan paham atau ajaran tersebut dilarang.” Seiring runtuhnya rezim orde
baru, tanda kebangkitan komunisme di Indonesia kian tampak. Hal itu ditandai
munculnya beragam perkumpulan anak-anak PKI; antara lain PAKORBA
(Paguyuban Korban Orde Baru), LPKP ’65 (Lembaga Penelitian Korban Peristiwa
1965), juga LPR KROB (Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Orde Baru).
Terbitnya Buku “Aku Bangga Jadi Anak PKI”, disebutnya sebagai indikator akan
bangkitnya kembali PKI di Indonesia. Hal itu diperkuat dengan munculnya kelompok
yang berusaha kuat untuk mencabut TAP MPRS No. 25 Tahun 1966. “Jargon mereka
selalu sama: pembela kaum tertindas, demokrasi, ambil alih semua perusahaan asing,
atau bebas hutang luar negeri,” Misi untuk menghidupkan kembali PKI di panggung
politik mulai terbuka, setelah muncul berbagai kelompok organisasi dan LSM yang
secara eksplisit memperjuangkan comebacknya partai tersebut dengan dalih
pelurusan sejarah, diskriminasi, HAM, dan lain-lain. “Krisis multi dimensi yang
berkepanjangan terutama krisis ekonomi, politik sosial dan pertahanan serta tidak
terwujudnya Clean Goverment and Good Goverment, merupakan lahan subur bagi
tumbuh dan berkembangnya neo- PKI. Hingga kini pemberontakan G30S/ PKI
masih dianggap sebagai peristiwa pengkhianatan terbesar terhadap bangsa
Indonesia. Perbincangan mengenai bangkitnya komunisme diawali dengan adanya
acara simposium nasional bertema “Membedah Tragedi 1965, Pendekatan
Kesejarahan” pada tanggal 18-19 April 2016 di Hotel Aryaduta Jakarta yang
difasilitasi oleh Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Hak Asasi Manusia.
Selanjutnya muncul acara tandingan, yaitu Silaturahmi Purnawirawan TNI/Polri,
Ormas Keagamaan dan Kepemudaan pada tanggal 13 Mei 2016 di Balai Kartini
Jakarta. Setelah kedua acara tersebut, belakangan ini muncul kembali kekhawatiran
akan bangkitnya PKI sehingga muncul protes masyarakat yang menyuarakan bahaya
bangkitnya komunisme. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dalam
menulis dan menyusun makalah ini mengambil judul “ Bahaya Laten Komunis
Di Indonesia”
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui sejarah lahirnya ideologi komunisme
2. Untuk dapat mengetahui sejarah masuknya ideologi komunisme di Indonesia dan
peristiwa pemberontakannya
BAB II
PEMBAHASAN
Kesimpulan
Untuk mengatasi permasalahan paham komunisme dan fobia terhadap PKI di
Indonesia saat ini dan kemudian hari, hal yang harus senantiasa diingat dan
diterapkan ialah kesadaran untuk tidak mengatasnamakan diskriminasi, hak asasi
manusia (HAM), dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai alasan untuk mengembalikan
ajaran komunis ke Indonesia, karena Indonesia sudah memiliki Pancasila sebagai
dasar negara. Dalam hal ini pemerintah dituntut konsisten untuk mengawasi dan
membatasi munculnya kembali komunisme. Caranya adalah dengan penanaman nilai-
nilai Islam yang bersifat ideologis bagi umat islam serta pengamalan Pancasila sila
Ketuhanan Yang Maha Esa yang berarti negara Indonesia merupakan negara religious
yang memiliki keyakinan terhadap ajaran Agama yang mengakui tentang adanya
Tuhan sang pencipta yang mana secara jelas bertentangan dengan ajaran komunisme
yang tidak meyakini akan adanya sang pencipta/tuhan semesta alam. Hal ini harus
secara terus menerus di berikan kepada masyarakat terutama di lembaga pendidikan
dan kepada kaum muda Indonesia. Pemerintah juga harus melibatkan tokoh
masyarakat dan tokoh agama untuk membina dan memberi pendidikan ahlak yang
baik bagi setiap warga negara. Dengan penanaman nilai-nilai ini, maka akan memberi
pemahaman yang baik akan pentingnya meningkatkan kewaspadaan nasional
terhadap bahaya komunisme. Walaupun ada opini bahwa bangsa kita tidak lagi perlu
mencemaskan bahaya laten komunis, namun sikap waspada tetap perlu dimiliki oleh
setiap anggota masyarakat demi terwujudnya ketahanan nasional berdasarkan
Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA