PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH
ADI YUSWANTO
R1D1 15 144
Halaman Persetujuan
Proposal Penelitian
Diajukan oleh:
ADI YUSWANTO
R1D1 15 144
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tersebut maka dilakukan proses penggalian baik dengan metode tambang terbuka
maupun tambang bawa tanah. Pada metode tambang terb`uka agar mendapatkan
lapisan tanah penutup yang merupakan lapisan batuan yang tidak mengandung
mineral berharga.
Mining), metode Open Pit Mining. Perusahaan ini berencana akan membuka
sebuah pit baru disalah satu wilayah Izin Usaha Pertambangan yang berada di
Tenggara, yaitu pada blok F. Pembukaan pit baru ini dilakukan untuk
permintaan pasar.
Blok F merupakan salah satu blok yang ada di PT. Jagad Rayatama yang
memiliki luas area ± 7 Ha., dan akan memulai pembukaan pit baru. Oleh karena
itu untuk kegiatan awal penambangannya yaitu memindahkan tanah penutup atau
4
overburden perlu mencari lokasi yang aman dan efesien yang berada di area blok
F sehingga tidak menutupi area yang masih mengandung bahan galian yang
ekonomis. Lokasi ini disebut dengan disposal atau dumping area. Dalam
menentukan suatu area menjadi lokasi disposal, maka haruslah memenuhi kriteria
dan pertimbangan yang matang agar lokasi tersebut aman, dapat meminimalisir
dipindahkan dari pit. Kemudian pada kegiatan penambangan sering kali terjadi
masalah kecelakaan kerja akibat kegagalan kemantapan lereng yang terjadi pada
lereng disposal, sehingga menyebabkan disposal tersebut runtuh atau longsor. Hal
keamanan ini merupakan perbandingan antara gaya penahan dan gaya dorong
tanah yang menentukan apakah suatu lereng berada pada kondisi stabil, kritis dan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Bishop dan Fellenius.
Metode Bishop dan Fellenius adalah metode yang paling umum digunakan untuk
menganalisis kestabilan lereng pada tanah laterit yang didasarkan pada metode
irisan dimana asumsi yang dipakai untuk bidang longsoran yaitu berbentuk busur
karena itu hasil perhitungannya dapat menjadi sebuah perbandingan mana yang
Metode Bishop dan Fellenius Studi Kasus Pada Blok F PT. Jagad Rayatama”
B. Rumusan Masalah
Fellenius ?
C. Tujuan Penelitian
Fellenius
6
D. Manfaat Penelitian
A. Kegiatan Penambangan
Masih pada pasal yang sama dijelaskan bahwa Operasi Produksi adalah
produk dengan sifat fisik dan kimia yang tidak berubah dari sifat komoditas
tambang asal untuk dilakukan pemurnian atau menjadi bahan baku industri.
8
merupakan daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang digunakan sebagai
tempat membuang material kadar rendah dan atau material bukan bijih. Material
tersebut harus digali dari pit agar dapat memperoleh bijih/material kadar tinggi.
adalah topografi permukaan. Area topografi yang sebaiknya dipilih adalah berupa
lembah. Pada lokasi dengan permukaan berupa lembah akan dapat menampung
overburden lebih banyak dan cenderung tidak luas. Permukaan area rencana
penempatan disposal sebaiknya merupakan dataran yang kering. Hal ini bertujuan
untuk menjaga agar timbunan tidak longsor dikemudian hari karena apabila
didirikan pada daerah genangan air yang cukup luas dapat mengakibatkan
pada beberapa faktor yaitu lokasi dan ukuran pit sebagai fungsi waktu, topografi,
volume waste rock sebagai fungsi waktu, batas konsesi pertambangan, jalur
material.
menentukan perhitungan keekonomian. Lokasi dan bentuk dari waste dump akan
biaya operasi dan jumlah truk yang diperlukan. Pada umumnya luas daerah yang
diperlukan untuk area waste dump adalah dua sampai tiga kali dari daerah
penambangan (pit). Hal ini disebabkan oleh material yang telah dibongkar (loose
kemiringan untuk setiap dump umumnya lebih landai dari pit dan material pada
Peningkatan volume ini diakibatkan oleh lepasnya ikatan antar partikel tanah yang
(swell). Hubungan antara kondisi tanah asli dengan tanah lepas ditentukan oleh
faktor pemuatan atau load factor (LF) dan presentase pengembangan atau swell
1
LF= (1)
1+S w
Vb
LF= (2)
Vl
Sw =
( Wb
Wl )
-1 ×100 (3)
Keterangan :
dump. Istilah yang lebih populer adalah waste rock, storage area, rock piles, dan
lain-lain
Adapun Jenis disposal atau waste dump dibedakan menjadi dua yaitu:
2. Elevasi puncak (dump crest) ditetapkan pada awal pembuatan dump. Truk
bawahnya.
4. Dumping akan mulai pada kaki dari dump final sehingga pada awal proyek
Adapun jenis disposal tipe pengisian lembah dapat dilihat pada Gambar 1
11
(dalam lift)
1. Dapat diterapkan jika topografi tidak begitu curam pada lokasi timbunan
2. Timbunan dirancang dari bawah ke atas. Tinggi tiap lift biasanya 20-40 m
Geometri lereng terdiri dari lereng tunggal (single slope) dan lereng
keseluruhan (overall slope) dengan dimensi tinggi dan sudut tertentu. Dimensi
dari geometri lereng meliputi tinggi lereng, sudut lereng dan ramp. Tinggi lereng
adalah jarak vertikal dari bidang kaki (toe) hingga puncak lereng (crest),
sedangkan sudut lereng adalah sudut yang dibuat antara garis yang
menghubungkan kaki dan puncak lereng dengan garis horizontal. Pada lereng
dengan jenjang penahan (catch berm) dan bagian lereng untuk jalan tambang yang
Biasanya alat muat yang digunakan harus mampu mencapai crest (bagian
ditentukan antra lain sifat fisik batuan, sifat mekanik batuan, keadaan struktur
sudut lereng antara 60 derajad – 65 derajad. Biasanya sudut lereng yang lebih
jenjang adalah untuk menahan tanah atau batuan yang runtuh. Pembersihan
motorgrader.
front (muka kerja) penambangan. Kemiringan ini diukur dari crest paling atas
sampai dengan toe paling akhir dari front penambangan. Adapun bagian-bagian
D. Stabilitas Lereng
Lereng terbentuk secara alamiah maupun dengan bantuan manusia. Ditinjau dari
1. Lereng alam yaitu lereng yang terjadi akibat proses-proses alamiah, misalnya
2. Lereng yang dibuat dalam pada tanah asli misalnya bilamana tanah dipotong
3. Lereng yang dibuat dari tanah yang dipadatkan misalnya tanggul atau
lereng secara sederhana meliputi peran dua hal, yaitu gaya-gaya penahan
(kekuatan yang dimiliki lereng agar tidak longsor), dan gaya-gaya pendorong
(gaya yang menyebabkan terjadinya longsor). Jika gaya penahan lebih besar dari
gaya pendorong maka lereng tersebut akan stabil, begitu pula sebaliknya jika gaya
pendorong lebih besar dari pada gaya penahan maka akan terjadi longsor.
Gaya Penahan
Faktor Keamanan (FK) =
Gaya Penggerak
(4)
Apabila nilai FK untuk suatu lereng > 1,0 (gaya penahan > gaya penggerak),
lereng tersebut berada dalam kondisi stabil. Namun, apabila harga FK < 1,0 (gaya
15
penahan < gaya penggerak), lereng tersebut berada dalam kondisi tidak stabil dan
mungkin akan terjadi longsoran pada lereng tersebut. ( Zudri dan Anaperta, 2018)
Noorchayo, dkk., (2019) menjelaskan sifat fisik dan mekanik batuan atau
tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan dari lereng
karena berkaitan dengan besar kecilnya nilai kekuatan geser dimana kerobohan
yang dialami pada lereng merupakan peristiwa keruntuhan geser. Berikut ini sifat
fisik dan mekanik tanah yang dibutuhkan dalam melakukan analisa kestabilan
1. Sudut geser dalam (φ), yaitu sudut yang terbentuk dari hubungan antara
2. Kohesi (c), adalah kuat tarik menarik antara butiran tanah yang dinyatakan
dalam satuan berat persatuan luas. Bila kuat gesernya semakin besar, maka
Bulk density atau bobot isi adalah nilai perbandingan antara berat tanah
merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi
bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau menembus akar
tanaman. Adapun untuk analisis bobot isi tanah dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
WS
Berat isi tanah =γ= (5)
V
( W 2 -W 1 )
γ=
V
(6)
Keterangan:
4. Pengujian parameter tanah dengan uji geser langsung (Direct Shear Test)
salah satu pengujian tertua dan sangat sederhana untuk menentukan parameter kuat
geser tanah (shear strength parameter), yaitu kohesi (c) dan sudut geser dalam (ϕ).
Dalam percobaan ini dapat dilakukan pengukuran secara langsung dan cepat,
untuk menentukan nilai kekuatan geser tanah dengan kondisi tanpa pengaliran
(undrained) atau dalam konsep tegangan total (total stress). Kekuatan geser ini
S ¿c + σ n tan φ (7)
17
Keterangan :
kemampuan tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat terbebani.
Sedangkan nilai tegangan normal dan tegangan geser dihitung dengan rumus :
(8)
Adapun hubungan antara tegangan geser dan tegangan normal pada uji geser dapat
Gambar 4. Uji geser dan plot kekuatan puncak Mohr (Sumber: Hoek dan
Bray, 1981)
dibatasi pada kotak logam penampang persegi yang terbelah horizontal pada
bagian atas, dengan gaya geser (shear force). Kotak biasanya persegi dalam
Gambar 5
Darwis (2018), menjelaskan pada metode irisan gaya normal yang bekerja
pada suatu titik dilingkaran bidang longsor, terutama dipengaruhi oleh berat
sendiri tanah di atas titik longsor tersebut. Dengan metode irisan, massa tanah
bekerja pada irisannya. Gaya-gaya tersebut terdiri atas gaya geser (Xr dan Xi),
serta gaya normal efektif (Er dan Ei), yang bekerja disepanjang sisi irisannya.
Juga ada resultan gaya geser efektif (Ti), serta resultan gaya normal efektif (Ni),
19
yang bekerja disepanjang dasar irisannya. Pada irisannya, tekanan air pori Ui dan
Ur bekerja di kedua sisinya, dan tekanan air pori Ui bekerja pada dasar irisannya.
Dianggap bahwa tekanan air pori sudah diketahui sebelumnya. Adapun asumsi
Keterangan :
merupakan metode yang paling populer dalam analisis kestabilan lereng. Asumsi
yang digunakan dalam metode ini yaitu besarnya gaya geser antar-irisan sama
dengan nol (X = 0), dan bidang runtuh berbentuk sebuah busur lingkaran.
kesetimbangan gaya dalam arah vertikal untuk setiap irisan dan kesetimbangan
kesetimbangan gaya dalam arah horisontal tidak dapat dipenuhi. Adapun gaya-
gaya yang bekerja pada suatu potongan irisan dapat dilihat pada Gambar 7
Keterangan :
Metode Bishop pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan
memperhitungkan adanya gaya-gaya antar irisan yang ada. Pertama yang harus
diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur lingkaran bidang
luncur, serta letak rekahan. Adapun untuk menentukan titik pusat busur lingkaran
bidang luncur dan letak rekahan pada longsoran busur dipergunakan grafik.
cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti.
Kesetimbangan Batas Umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok
Untuk irisan ke-i, maka nilai σi=τ . α iyaitu nilai gaya geser yang berkembang
pada bidang longsor untuk keseimbangan batas. Oleh karena itu, maka dapat
(11)
Kondisi keseimbangan momen terhadap pusat rotasi O antara berat massa tanah
yang akan longsor dengan gaya geser total pada dasar bidang longsornya dapat
dinyatakan oleh :
❑
∑ W i xi = ∑ σ i R
(12)
diperoleh:
i-n
W i +X i - Xi+1 - σ i sin θ
Ni= (14)
cos θ
23
diperoleh persamaan :
Ni=
'
W i +Xi - X i+1 - u i a i cos Φ- c a i sin (θSF )
i
(15)
( )
'
Φ
cos Φ+ sinΦ tan
SF
[ ]
i-n '
W i +X i - Xi+1 - u i a i cos Φ- c a i sin /SF
R ∑ c ai+tan Φ
' '
∑ Wi xi
i-l
(16)
x i =R sin θi
bi = a i cos θi
( )
i-n
1
R ∑ [ c' bi+ ( W i - u i b i ) tan Φ' ]
i-l cos Φi ( 1+ tan Φi tan Φ' /F )
SF = i-n
∑ W i sin Φi
i-l
(17)
Keterangan :
SF = faktor keamanan
c’ = kohesi tanah efektif
Φ’ = sudut gesek dalam tanah efektif
bi = lebar irisan ke – i
W i = lebar irisan tanah ke – i
24
ub u
ru = W = γh (18)
Keterangan:
Sehingga dapat persamaan faktor keamanan dapat dituliskan dalam bentuk lain
( )
i-n
1
R ∑ [ c' bi+ W i ( 1-ru ) tan Φ' ]
i-l cos Φi ( 1+ tan Φi tan Φ' /F )
SF = i-n
∑ W i sin Φi
i-l
(19)
e) Tahapan kalkulasi.
dilakukan dengan tahapan, bidang busur lingkaran yang terbentuk dibagi dalam
25
beberapa irisan dengan lebar setiap irisan adalah sama. Perhitungan gaya yang
bekerja pada setiap irisan dapat dilakukan dengan mencari variabel, sebagai
berikut:
a) Berat irisan tanah (W), dihitung berdasarkan perkalian antara luas irisan (A)
(20)
d) Gaya normal total yang bekerja pada setiap irisan (N) ditunjukkan dengan
Persamaan:
N=
1
ma (
W-
c' β sin α-u βsin α tan θ'
Flama )
(21)
penahan dengan momen guling. Apabila faktor keamanan yang diperoleh tidak
kemiringan lereng dengan metode trial and error hingga diperoleh faktor
bahwa gaya memiliki sudut kemiringan paralel dengan dasar irisan FK dihitung
26
menyatakan asumsi bahwa keruntuhan terjadi melalui rotasi dari suatu blok tanah
titik pusat rotasi. Metode ini juga menganggap bahwa gaya normal P bekerja
pada tiap irisan adalah sama dengan nol, atau dengan kata lain bahwa resultan
gaya-gaya antar irisan diabaikan. Jadi total asumsi yang dibuat oleh metode ini
adalah:
momen untuk seluruh irisan terhadap titik pusat rotasi dan diperoleh suatu nilai
Faktor Keamanan. Adapun sistem irisan lereng pada bidang longsor lingkaran
Keterangan :
27
berat sendiri massa tanah (W) serta analisis komponen gaya-gaya yang timbul dari
berat massa tanah tersebut, yang terdiri dari gaya-gaya antar irisan yang bekerja di
samping kanan irisan (Er dan Xl). Pada bagian alas irisan, gaya berat (W)
diuraikan menjadi gaya reaksi normal Pw yang bekerja tegak lurus alas irisan dan
gaya tangensial Tw yang bekerja sejajar irisan. Besarnya lengan gaya (W) adalah
x = R sin α, dimana R adalah jari-jari lingkaran longsor dan sudut α adalah sudut
pada titik O yang dibentuk antara garis vertikal dengan jari-jari lingkaran longsor.
kesetimbangan momen atau hanya gaya arah vertikal saja dengan memperhatikan
tekanan air pori dengan anggapan ini keseimbangan arah vertikal dan gaya-gaya
yang bekerja dengan memperhatikan tekanan air pori adalah sebagai berikut:
N i + Ui = W i cos θi
(22)
atau,
N i = W i cos θi - Ui
N i = W i cos θi - μi a i (23)
FK=
∑ Mr
∑ Md
(24)
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin θ, maka momen
∑ Md =R ∑ W i Sin θi (25)
i=1
dimana:
i=n
R ∑ (ca i + Ni Tanϕ)
i=1
FK= i=n
(26)
R ∑ W i Sin θi
i=1
Bila terdapat air pada lereng akibat pengaruh tekanan air pori, maka persamaan
menjadi:
i=n
R ∑ ( ca i +W i Cos θi - Ui . Tan Φ )
i=1
FK= i=n
(27)
∑ W i Sin θi
i=1
keterangan:
FK = faktor Keamanan
c = kohesi tanah (kN/m2)
ϕ = sudut gesekan dalam tanah (º)
ai = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m)
Wi = berat irisan tanah ke-i (kN)
μi = tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m2)
29
Bila ditemukan keberadaan air pada lereng tersebut maka tekanan air pori pada
bidang longsor tidak berpengaruh pada momen akibat gaya berat massa tanah
tersebut ( M d ). Karena resultan gaya akibat tekanan air pori tidak melewati titik
pusat lingkaran.
Jika terdapat gaya-gaya selain berat lereng tanahnya sendiri, seperti adanya
beban bangunan di atas lereng, maka momen akibat beban ini diperhitungkan
yang relatif lebih rendah dari cara hitungan yang lebih teliti. Batas-batas nilai
tergantung dari faktor keamanan, sudut pusat lingkaran yang dipilih, dan besarnya
tekanan air pori yang ada. Walaupun analisisnya ditinjau dalam tinjauan tegangan
total, kesalahan masih merupakan fungsi dari faktor keamanan dan sudut pusat
dari lingkarannya. Cara ini telah banyak digunakan dalam praktek rekayasa pada
konstruksi lereng. Karena cara hitungannya yang sederhana dan kesalahan yang
terjadi masih dianggap berada pada sisi yang aman. (Darwis, 2018)
30
kota Kendari yang dapat ditempuh melalui jalur darat baik itu
menggunakan roda dua maupun roda empat. Perjalanan dari kota Kendari
akan dilakukan pada blok F dalam kurun waktu ± 2 bulan. Adapun lokasi
B. Jenis Penelitian
penelitian
yaitu salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang
C. Instrumen Penelitian
Tabel 4
32
N0 Nama Kegunaan
1 Alat Tulis Menulis Sebagai alat tulis
2 Laptop Sebagai perangkat untuk mengolah data
Sebagai alat untuk mengambil gambar atau
3 Kamera
dokumentasi
4 GPS Untuk menentukan titik koordinat
5 Pipa Besi Sebagai alat untuk mengambil sampel tanah
Sebagai alat untuk mengeluarakan sampel
6 Scoop Ujung Runcing
tanah dalam pipa besi
7 Palu Sebagai alat untuk menumbuk pipa besi
Sebagai alat untuk membungkus sampel
8 Selotip Bening
tanah
Sebagai alat untuk mengukur kedalaman
9 Meteran
sampel
Untuk menghitung volume Overbrden dan
10 Software surpac 6.3
untuk membuat desain/pemodelan disposal
11 Software ArcGIS 10.5 Untuk membuat peta
Software Microsoft Office
12 Untuk pengolahan data
Excel 2016
D. Prosedur Penelitian
berikut:
1. Studi literatur
pustaka, yang terkait dengan judul penelitian, jurnal-jurnal serta laporan penelitian
yang menyangkut masalah yang sama, serta sumber lainnya yang menunjang dan
pemahaman materi.
34
2. Pengamatan Lapangan
langsung berbagai situasi yang ada didaerah terkait sehingga dapat menemukan
data primer dan data sekunder. Bedasarkan kegiatan ini akan didapatkan beberapa
data berupa :
a. Data primer
berupa sampel tanah beserta dokumentasi dan titik koordinat lokasi pengambilan
sampel yang diambil di area penelitian pada blok F PT. Jagad Rayatama.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari perusahaan dan data
tersebut sudah diolah seperti peta lokasi penelitian, data area prospek, data Block
Model, data Cut off Grade (COG) bijih nikel, data topografi, dan data
rekomendasi geoteknik.
dan data primer untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan penelitian yang telah
(software) yaitu Surpac 6.3, software Minescape, ArcGIS 10.3, Microsoft Word
sampel tanahnya dengan cara menggali bagian yang lapuk dari tanah
diambil.
b) Menentukan parameter geoteknik sifat fisik tanah yaitu bobot isi tanah ( γ ),
dan sifat mekanik tanah yaitu kohesi (c), dan sudut geser dalam (φ ), melalui
persamaan (6), sedangkan sifat nekanika tanah (Kohesi dan sudut geser
dan data Cut off Grade (COG) bjih nikel dengan bantuan perangkat lunak
disposal.
data sekunder seperti data area prospek dan data topografi. Penentuan lokasi
permukaan lokasi disposal, dan area yang tidak ekonomis untuk ditambang.
37
yang meliputi kohesi (c), sudut geser dalam (φ ¿ , dan bobot isi tanah ( γ ).
Mulai
Studi Literatur
Pengamatan Lapangan
Pengambilan Data
Data Primer
Data Sekunder
1. Bobot isi tanah ( γ )
2. Kohesi (c) 1. Peta Lokasi Penelitian
3. Sudut geser dalam (φ ) 2. Data Block Model
3. COG Ni Perusahaan
4. Data Topografi
5. Data Area Prospek
6. Data Rekomendasi Geoteknik
Pengolahan Data
Analisis Laboratorium Mekanika Tanah
1. Penentuan Sifat fisik tanah (bobot isi tanah) persamaan (6)
2. Penentuan sifat mekanik tanah (Kohesi dan sudut geser dalam)
menggunakan parameter tegangan normal (σ), persamaan (8) dan tegangan
geser maksimum (τ), persamaan (9)
1
39
Analisis Data
Hasil
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, A., Anaperta, Y.M., 2018, Simulasi Pengaruh Kadar Air Tanah
terhadap Parameter Mekanik untuk Desain Lereng Tanah di Bukit Tui,
Kelurahan Tanah Hitam, Kecamatan Padang Panjang Barat, Kota
Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat, Jurnal Bina Tambang, ISSN:
2302-3333 :Vol. 4, Nomor 1 : Hal. 124-139
Analiser, H., Nurhakiki, 2019, Analisis Kestabilan Lereng Mine Highwall Dengan
Metode Bishop dan Software Rockscience Slide Pada Area
Penambangan Batubara Di Pit 2a Barat Pt. Fontana Resources
Indonesia Kab. Barito Utara Kalimantan Tengah, Jurnal Sains dan
Teknologi, ISSN:2356-0878: Volume 11, Nomor 1: Hal. 35-49
Andriyan, S.H., Hirnawan, F., dan Yuliadi, 2018, Stabilisasi Optimal Lereng
Timbunan Overburden pada Area Disposal PT Insani Baraperkasa
Tambang Loa Janan, Provinsi Kalimantan Timur Dengan Rekayasa
Geoteknik, Prosiding Teknik Pertambangan, ISSN: 2460-6499 : Volume
4, Nomor 2 : Hal. 391-397
Barraq, A., 2019, Studi Sensitivitas Paramerter Tanah Pada Program Geostudio
2012: Slope/W Menggunakan Metode Fellenius, Universitas Trisakti,
ISBN : 978-623-91368-0-2
Gunawan, H., Chairullah, B., dan Sundary, D., 2014., Analisis Stabilitas Lereng
Pada Ruas Jalan Blangkejeren – Laweaunan Kabupaten Gayolues
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jurnal Teknik Sipil, ISSN 2088-
9321: Volume 3, Nomor 2: Hal 167-178
Haras, M., Turangan A. E., dan Legrans, R.R.I., 2017, Pengaruh Penambahan
Kapur Terhadap Kuat Geser Tanah Lempung, Tekno, ISSN : 0215-
9617 : Vol.15 Nomor 67 : Hal. 77-86
Hardianto, A. A., Bambang, H., 2018, Analisis Rancangan Lereng Disposal Area
Pit D Pada PT. Aman Toebilah Putra Kabupaten Lahat Provinsi
Sumatera Selatan. Jurnal Bina Tambang, ISSN : 2302-3333 : Vol. 4
Nomor 2 : Hal. 21-30
41
Hoek and Bray, J., 1981, Rock Slope Engineering 4rd Ed., The Institution of
Mining and Metallurgy, London, ISBN : 0-203-49908-5
Kumar, V., Parkash, V., 2015, A Model Study of Slope Stability in Mines Situated
in South India, Advances in Applied Science Research, ISSN: 0976-8610
: Vol. 6 : Nomor 8 : Hal. 82-90
Noorchayo, A., Toha, M.T., dan Bochori, 2019, Stabilitas Lereng Disposal Serelo
Selatan Di Pt. Bumi Merapi Energi, Jurnal Pertambangan. ISSN 2549-
1008 : Vol 3. Nomor 4 : Hal. 44-51
Nurhakim, C.L., Dwiatmoko, M.U., dan Melati, S., 2016, Perencanaan Disposal
Pada Tambang Terbuka Batubara, Jurnal Geosapta, Vol.2, Nomor 1 :
Hal. 49-54
Rostiyanti, S.F., 2008, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Rineka Cipta, Jakarta.
ISBN : 978-979-518-850-6
Zudri, A.T., Anaperta, Y.M., 2018, Analisis Kestabilan Lereng Jalan Tambang di
Area Zona 4 PT. Bintang Sumatra Pasifik di Koto Alam Kabupaten 50
Kota, Jurnal Bina Tambang, ISSN: 2302-3333 : Vol. 4 , Nomor 4, : Hal.
57-70
.