HASIL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH
ADI YUSWANTO
R1D115144
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………….....................i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………..….iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………..v
.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian........................................................................................4
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Kegiatan Penambangan.................................................................................5
B. Disposal (Waste Dump)................................................................................6
1. Pemilihan lokasi disposal.............................................................................6
2. Faktor pengembangan material disposal......................................................6
3. Jenis –jenis disposal (waste dump)..............................................................8
C. Rancangan Geometri Lereng......................................................................10
1. Geometri jenjang........................................................................................10
2. Aturan dalam penerapan jenjang penambangan……………………………….11
D. Stabilitas Lereng.........................................................................................12
1. Analisis kestabilan lereng..........................................................................13
2. Standar faktor keamanan lereng.................................................................13
3. Parameter analisis kestabilan lereng..........................................................14
4. Pengujian parameter tanah.........................................................................15
5. Analisis kestabilan lereng Metode Irisan...................................................17
6. Metode Bishop yang disederhanakan........................................................19
7. Metode Fellenius........................................................................................23
V. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….….53
B. Saran………………………………………………………………...…………………...54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Sw dan LF untuk beberapa jenis tanah
Tabel 2. Klasifikasi faktor keamanan
Tabel 3. Kesetimbangan gaya beberapa metode irisan
Tabel 4. Alat dan bahan beserta kegunaannya
Tabel 5. Hasil pengambilan sampel tanah
Table 6. Hasil pengujian bobot isi tanah
Tabel 7. Hasil pengujian sifat mekanika tanah
Tabel 8. Tabulasi perhitungan faktor keamanan metode Bishop
Tabel 9. Nilai FK pada setiap percobaan
Tabel 10. Nilai iterasi kelima dengan nilai F coba-coba 2,28
Tabel 11. Tabulasi perhitungan faktor keamanan metode Fellenius
Tabel 12. Rencana penimbunan overburden
Tabel 13. Hasil pengujian sifat fisik tanah
Tabel 14. Hasil pengujian sifat mekanik tanah
Tabel 15. Perhitungan luas setiap irisan
Tabel 16. Tabulasi perhitungan faktor keamanan metode Bishop
Tabel 17. Iterasi 1 dengan nilai F coba-coba 1,5
Tabel 18. Iterasi 2 dengan nilai F coba-coba 2,08
Tabel 19. Iterasi 3 dengan nilai F coba-coba 2,24
Tabel 20. Iterasi 4 dengan nilai F coba-coba 2,27
Tabel 21. Iterasi 5 dengan nilai F coba-coba 2,28
5
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Pengisian lembah atau penimbunan puncak
Gambar 2. Penimbunan berteras ( terraced dump)
Gambar 3. Diagram sudut jenjang, kemiringan, puncak dan kaki lereng
Gambar 4. Uji geser dan plot kekuatan puncak Mohr
Gambar 5. Skema Alat Uji Geser Langsung
Gambar 6. Metode Irisan (Ordinary Method of Slice).
Gambar 7 Gaya-gaya yang bekerja pada suatu potongan
Gambar 8. Lereng dengan busur lingkaran bidang longsor
Gambar 9. Peta Lokasi Penelitian…………………………………………………………..27
Gambar 10. Pengambilan sampel tanah
Gambar 11. Membungkus sampel dengan selotip
Gambar 12. Mencetak dan meratakan sampel
Gambar 13. Penimbangan cetakan
Gambar 14. Penimbangan benda uji
Gambar 15. Memasukan benda uji pada kotak geser
Gambar 16. Alat pembebanan vertikal
Gambar 17. Bagan Alir Penelitian
Gambar 18. Blcok model dari blok F tampak samping
Gambar 19. Topografi dan letak area disposal blok F
Gambar 20. Geometri lereng disposal
Gambar 21. Disposal area blok F
Gambar 22. Peta rancangan disposal
Gambar 23. Geometri lereng disposal keseluruhan
Gambar 24. Squence penimbunan overburden
Gambar 25. Pembagian irisan pada bidang longsor
6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tersebut maka dilakukan proses penggalian baik dengan metode tambang terbuka
maupun tambang bawa tanah. Pada metode tambang terbuka agar mendapatkan
lapisan tanah penutup yang merupakan lapisan batuan yang tidak mengandung
mineral berharga.
Mining), metode Open Pit Mining. Perusahaan ini berencana akan membuka
sebuah pit baru disalah satu wilayah Izin Usaha Pertambangan yang berada di
Tenggara, yaitu pada blok F. Pembukaan pit baru ini dilakukan untuk
7
permintaan pasar.
Blok F merupakan salah satu blok yang ada di PT. Jagad Rayatama yang
memiliki luas area ± 10 Ha., dan akan memulai pembukaan pit baru. Oleh karena
itu untuk kegiatan awal penambangannya yaitu memindahkan tanah penutup atau
overburden perlu mencari lokasi yang aman dan efesien yang berada di area blok
F sehingga tidak menutupi area yang masih mengandung bahan galian yang
ekonomis. Lokasi ini disebut dengan disposal atau dumping area. Dalam
menentukan suatu area menjadi lokasi disposal, maka haruslah memenuhi kriteria
dan pertimbangan yang matang agar lokasi tersebut aman, dapat meminimalisir
dipindahkan dari pit. Kemudian pada kegiatan penambangan sering kali terjadi
masalah kecelakaan kerja akibat kegagalan kemantapan lereng yang terjadi pada
lereng disposal, sehingga menyebabkan disposal tersebut runtuh atau longsor. Hal
memenuhi standar Faktor keamanan (FK) yang telah ditetapkan. Faktor keamanan
ini merupakan perbandingan antara gaya penahan dan gaya dorong tanah yang
menentukan apakah suatu lereng berada pada kondisi stabil, kritis dan labil pada
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Bishop dan Fellenius.
Metode Bishop dan Fellenius adalah metode yang paling umum digunakan untuk
menganalisis kestabilan lereng pada material tanah yang didasarkan pada metode
8
irisan dimana asumsi yang dipakai untuk bidang longsoran yaitu berbentuk busur
analisisnya dilakuakan dengan cara coba–coba ( trial and error ), karena nilai
bidang longsor dengan nilai faktor aman yang terkecil pada kedua sisinya,
shingga cukup rumit dalam penggunaanya, namun hasilnya lebih akurat dan
metode irisan namun pada penggunaanya lebih sederhana dan hasilnya langsung
dapat dihitung tanpa perlu melakukan coba-coba seperti pada metode Bishop.
lereng disposal serta menjadi penguat kevalidan dari hasil perhitungan faktor
B. Rumusan Masalah
Fellenius ?
C. Tujuan Penelitian
Fellenius
D. Manfaat Penelitian
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kegiatan Penambangan
Masih pada pasal yang sama dijelaskan bahwa operasi produksi adalah
lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan. Konstruksi adalah kegiatan usaha
dengan sifat fisik dan kimia yang tidak berubah dari sifat komoditas tambang asal
merupakan daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang digunakan sebagai
tempat membuang material kadar rendah dan atau material bukan bijih. Material
tersebut harus digali dari pit agar dapat memperoleh bijih/material kadar tinggi.
pada beberapa faktor yaitu lokasi dan ukuran pit sebagai fungsi waktu, topografi,
volume waste rock sebagai fungsi waktu, batas konsesi pertambangan, jalur
keekonomian. Lokasi dan bentuk dari waste dump akan mempengaruhi terhadap
jumlah gilir-kerja (shift) yang diperlukan, demikian pula biaya operasi dan jumlah
truk yang diperlukan. Pada umumnya luas daerah yang diperlukan untuk area
waste dump adalah dua sampai tiga kali dari daerah penambangan (pit). Hal ini
disebabkan oleh material yang telah dibongkar (loose material) berkembang 30-
45% dibandingakan dengan material insitu, sudut kemiringan untuk setiap dump
umumnya lebih landai dari pit dan material pada umumnya tidak dapat ditimbun
meningkat pada saat digali. Peningkatan volume ini diakibatkan oleh lepasnya
ikatan antar partikel tanah yang kemudian diisi udara. Perubahan volume ini
12
disebut dengan pengembangan (swell). Hubungan antara kondisi tanah asli dengan
tanah lepas ditentukan oleh faktor pemuatan atau load factor (LF) dan presentase
1
LF= (1)
1+S w
Vb
LF= (2)
Vl
Sw =
( Wb
Wl )
-1 ×100 (3)
Keterangan :
dump. Istilah yang lebih populer adalah waste rock, storage area, rock piles, dan
lain-lain
Adapun Jenis disposal atau waste dump dibedakan menjadi dua yaitu:
2. Elevasi puncak (dump crest) ditetapkan pada awal pembuatan dump. Truk
bawahnya.
4. Dumping akan mulai pada kaki dari dump final sehingga pada awal proyek
Adapun jenis disposal tipe pengisian lembah dapat dilihat pada Gambar 1
(dalam lift)
1. Dapat diterapkan jika topografi tidak begitu curam pada lokasi timbunan
2. Timbunan dirancang dari bawah ke atas. Tinggi tiap lift biasanya 20-40 m
Geometri lereng terdiri dari lereng tunggal (single slope) dan lereng
keseluruhan (overall slope) dengan dimensi tinggi dan sudut tertentu. Dimensi
dari geometri lereng meliputi tinggi lereng, sudut lereng dan ramp. Tinggi lereng
adalah jarak vertikal dari bidang kaki (toe) hingga puncak lereng (crest),
sedangkan sudut lereng adalah sudut yang dibuat antara garis yang
menghubungkan kaki dan puncak lereng dengan garis horizontal. Pada lereng
dengan jenjang penahan (catch berm) dan bagian lereng untuk jalan tambang yang
1. Geometri jenjang
Biasanya alat muat yang digunakan harus mampu mencapai crest (bagian
ditentukan antra lain sifat fisik batuan, sifat mekanik batuan, keadaan struktur
sudut lereng antara 60 derajad – 65 derajad. Biasanya sudut lereng yang lebih
jenjang adalah untuk menahan tanah atau batuan yang runtuh. Pembersihan
motorgrader.
front (muka kerja) penambangan. Kemiringan ini diukur dari crest paling atas
sampai dengan toe paling akhir dari front penambangan. Adapun bagian-bagian
dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum” Pasal 241 tentang Tinggi Permuka
a) Kemiringan, tinggi dan lebar teras harus dibuat dengan baik dan aman untuk
keselamatan para pekerja agar terhindar dari material atau benda jatuh.
b) Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang
mengandung pasir, tanah liat, krikil, dan material lepas lainnya harus:
1. Tidak boleh lebih dari 2,5 meter apabila dilakukan secara manual.
c) Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada material kompak tidak
aman dan harus dilengkapi dengan tanggul pengaman (safety berm) pada
tebing yang terbuka dan diperiksa pada setiap gilir kerja dari kemungkinan
D. Stabilitas Lereng
Lereng terbentuk secara alamiah maupun dengan bantuan manusia. Ditinjau dari
1. Lereng alam yaitu lereng yang terjadi akibat proses-proses alamiah, misalnya
2. Lereng yang dibuat dalam pada tanah asli misalnya bilamana tanah dipotong
3. Lereng yang dibuat dari tanah yang dipadatkan misalnya tanggul atau
lereng secara sederhana meliputi peran dua hal, yaitu gaya-gaya penahan
(kekuatan yang dimiliki lereng agar tidak longsor), dan gaya-gaya pendorong
(gaya yang menyebabkan terjadinya longsor). Jika gaya penahan lebih besar dari
gaya pendorong maka lereng tersebut akan stabil, begitu pula sebaliknya jika gaya
pendorong lebih besar dari pada gaya penahan maka akan terjadi longsor.
Gaya Penahan
Faktor Keamanan (FK) =
Gaya Penggerak
(4)
Apabila nilai FK untuk suatu lereng > 1,0 (gaya penahan > gaya penggerak),
lereng tersebut berada dalam kondisi stabil. Namun, apabila harga FK < 1,0 (gaya
penahan < gaya penggerak), lereng tersebut berada dalam kondisi tidak stabil dan
mungkin akan terjadi longsoran pada lereng tersebut. ( Zudri dan Anaperta, 2018)
Noorchayo, dkk., (2019) menjelaskan sifat fisik dan mekanik batuan atau
tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan dari lereng
karena berkaitan dengan besar kecilnya nilai kekuatan geser dimana kerobohan
yang dialami pada lereng merupakan peristiwa keruntuhan geser. Berikut ini sifat
fisik dan mekanik tanah yang dibutuhkan dalam melakukan analisa kestabilan
1. Sudut geser dalam (Φ ), yaitu sudut yang terbentuk dari hubungan antara
2. Kohesi (c), adalah kuat tarik menarik antara butiran tanah yang dinyatakan
dalam satuan berat persatuan luas. Bila kuat gesernya semakin besar, maka
Bulk density atau bobot isi adalah nilai perbandingan antara berat tanah
merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi
bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau menembus akar
tanaman. Adapun untuk analisis bobot isi tanah dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
WS
Berat isi tanah =γ= (5)
V
( W 2 -W 1 )
γ=
V
(6)
Keterangan:
4. Pengujian parameter tanah dengan uji geser langsung (Direct Shear Test)
salah satu pengujian tertua dan sangat sederhana untuk menentukan parameter kuat
geser tanah (shear strength parameter), yaitu kohesi (c) dan sudut geser dalam (Φ
). Dalam percobaan ini dapat dilakukan pengukuran secara langsung dan cepat,
untuk menentukan nilai kekuatan geser tanah dengan kondisi tanpa pengaliran
(undrained) atau dalam konsep tegangan total (total stress). Kekuatan geser ini
S ¿c + σ n tan Φ (7)
Keterangan :
c ¿ Kohesi (kg/cm 2)
σ n ¿ Tegangan normal (kg/cm2
Φ=¿ sudut geser dalam (° )
kemampuan tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat terbebani.
Sedangkan nilai tegangan normal dan tegangan geser dihitung dengan rumus :
Adapun hubungan antara tegangan geser dan tegangan normal pada uji geser dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4. Uji geser dan plot kekuatan puncak Mohr (Sumber: Hoek dan
Bray, 1981)
dibatasi pada kotak logam penampang persegi yang terbelah horizontal pada
bagian atas, dengan gaya geser (shear force). Kotak biasanya persegi dalam
Gambar 5 berikut.
Darwis (2018), menjelaskan pada metode irisan gaya normal yang bekerja
pada suatu titik dilingkaran bidang longsor, terutama dipengaruhi oleh berat
sendiri tanah di atas titik longsor tersebut. Dengan metode irisan, massa tanah
bekerja pada irisannya. Gaya-gaya tersebut terdiri atas gaya geser (Xr dan Xi),
serta gaya normal efektif (Er dan Ei), yang bekerja disepanjang sisi irisannya.
Juga ada resultan gaya geser efektif (Ti), serta resultan gaya normal efektif (Ni),
yang bekerja disepanjang dasar irisannya. Pada irisannya, tekanan air pori Ui dan
Ur bekerja di kedua sisinya, dan tekanan air pori Ui bekerja pada dasar irisannya.
Adapun asumsi gay-gaya yang bekerja pada irisan dapat dilihat pada Gambar 6
23
Keterangan :
merupakan metode yang paling populer dalam analisis kestabilan lereng. Asumsi
yang digunakan dalam metode ini yaitu besarnya gaya geser antar-irisan sama
dengan nol (X = 0), dan bidang runtuh berbentuk sebuah busur lingkaran.
kesetimbangan gaya dalam arah vertikal untuk setiap irisan dan kesetimbangan
kesetimbangan gaya dalam arah horisontal tidak dapat dipenuhi. Adapun gaya-
gaya yang bekerja pada suatu potongan irisan dapat dilihat pada Gambar 7
Metode Bishop pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan
memperhitungkan adanya gaya-gaya antar irisan yang ada. Pertama yang harus
diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur lingkaran bidang
luncur, serta letak rekahan. Adapun untuk menentukan titik pusat busur lingkaran
bidang luncur dan letak rekahan pada longsoran busur dipergunakan grafik.
cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti.
Kesetimbangan Batas Umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok
( )
i-n
1
R ∑ [ c' bi+ ( W i - u i b i ) tan Φ' ]
cos α i ( 1+ tan α i tan Φ /F )
'
i-l
FK = i-n
∑ W i sin αi
i-l
(17)
Keterangan :
26
FK = faktor keamanan
c’ = kohesi tanah efektif
Φ’ = sudut gesek dalam tanah efektif
bi = lebar irisan ke – i
W i = lebar irisan tanah ke – i
α i = sudut yang didefinisikan
W i = tekanan air pori pada irisan ke – i
ub u
ru = W = γh (18)
Keterangan:
Sehingga dapat persamaan faktor keamanan dapat dituliskan dalam bentuk lain
( )
i-n
1
R ∑ [ c bi+ W i ( 1-ru ) tan Φ ]
' '
penahan dengan momen guling. Apabila faktor keamanan yang diperoleh tidak
kemiringan lereng dengan metode trial and error hingga diperoleh faktor
bahwa gaya memiliki sudut kemiringan paralel dengan dasar irisan FK dihitung
menyatakan asumsi bahwa keruntuhan terjadi melalui rotasi dari suatu blok tanah
titik pusat rotasi. Metode ini juga menganggap bahwa gaya normal P bekerja
ditengah-tengah slice. Adapun sistem irisan lereng pada bidang longsor lingkaran
Keterangan :
berat sendiri massa tanah (W) serta analisis komponen gaya-gaya yang timbul dari
berat massa tanah tersebut, yang terdiri dari gaya-gaya antar irisan yang bekerja di
samping kanan irisan (Er dan Xl). Pada bagian alas irisan, gaya berat (W)
28
diuraikan menjadi gaya reaksi normal Pw yang bekerja tegak lurus alas irisan dan
gaya tangensial Tw yang bekerja sejajar irisan. Besarnya lengan gaya (W) adalah
x = R sin α, dimana R adalah jari-jari lingkaran longsor dan sudut α adalah sudut
pada titik O yang dibentuk antara garis vertikal dengan jari-jari lingkaran longsor.
kesetimbangan momen atau hanya gaya arah vertikal saja dengan memperhatikan
tekanan air pori dengan anggapan ini keseimbangan arah vertikal dan gaya-gaya
yang bekerja dengan memperhatikan tekanan air pori adalah sebagai berikut:
N i + Ui = W i cos α i
(22)
atau,
N i = W i cos α i - U i
N i = W i cos α i - μ i a i (23)
FK=
∑ Mr
∑ Md
(24)
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin Φ , maka momen
∑ Md =R ∑ W i Sin α i (25)
i-1
dimana:
29
i-n
R ∑ ( ca i + Ni Tan Φ )
i-1
FK= i-n
(26)
R ∑ W i Sin α i
i-1
Bila terdapat air pada lereng akibat pengaruh tekanan air pori, maka persamaan
menjadi:
i-n
R ∑ ( ca i +W i Cos α i - U i . Tan Φ )
i-1
FK= i-n
(27)
∑ W i Sin α i
i-1
keterangan:
FK = faktor Keamanan
c = kohesi tanah (kN/m2)
Φ = sudut gesekan dalam tanah (º)
ai = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m)
Wi = berat irisan tanah ke-i (kN)
Ui = tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m2)
αi = sudut yang didefinisikan (º)
Bila ditemukan keberadaan air pada lereng tersebut maka tekanan air pori
pada bidang longsor tidak berpengaruh pada momen akibat gaya berat massa
tanah tersebut ( M d ). Karena resultan gaya akibat tekanan air pori tidak melewati
titik pusat lingkaran. Jika terdapat gaya-gaya selain berat lereng tanahnya sendiri,
seperti adanya beban bangunan di atas lereng, maka momen akibat beban ini
faktor keamanan yang relatif lebih rendah dari cara hitungan yang lebih teliti.
30
sampai 40%, tergantung dari faktor keamanan, sudut pusat lingkaran yang dipilih,
dan besarnya tekanan air pori yang ada. Walaupun analisisnya ditinjau dalam
tinjauan tegangan total, kesalahan masih merupakan fungsi dari faktor keamanan
dan sudut pusat dari lingkarannya. Cara ini telah banyak digunakan dalam praktek
rekayasa pada konstruksi lereng. Karena cara hitungannya yang sederhana dan
kesalahan yang terjadi masih dianggap berada pada sisi yang aman. (Darwis,
2018)
31
yang dapat ditempuh melalui jalur darat baik itu menggunakan roda dua maupun
roda empat. Perjalanan dari kota Kendari menuju lokasi penambangan ditempuh
dalam waktu ± 2 jam. Penelitian akan dilakukan pada blok F dalam kurun waktu ±
1 bulan. Adapun lokasi penelitian yang di maksud dapat dilihat pada Gambar 9
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dan termasuk ke dalam jenis penelitian
yaitu salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang
C. Instrumen Penelitian
sifatnya membantu penulis dalam proses pengumpulan data dan pengolahan hasil
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dapat dilihat pada
Tabel 4
N0 Nama Kegunaan
1 Alat Tulis Menulis Sebagai alat tulis
2 Laptop Sebagai perangkat untuk mengolah data
Sebagai alat untuk mengambil gambar atau
3 Kamera
dokumentasi
4 GPS Untuk menentukan titik koordinat
5 Pipa 3 inchi Sebagai alat untuk mengambil sampel tanah
Sebagai alat untuk mengeluarakan sampel
6 Scoop Ujung Runcing
tanah dalam pipa besi
7 Palu Sebagai alat untuk menumbuk pipa besi
Sebagai alat untuk membungkus sampel
8 Selotip Bening
tanah
Sebagai alat untuk mengukur kedalaman
9 Meteran
sampel
Untuk menghitung volume Overbrden dan
10 Software surpac 6.3
untuk membuat desain/pemodelan disposal
11 Software ArcGIS 10.2 Untuk membuat peta
Software Microsoft Excel
12 Untuk pengolahan data
2010
D. Prosedur Penelitian
berikut:
1. Studi literatur
pustaka, yang terkait dengan judul penelitian, jurnal-jurnal serta laporan penelitian
yang menyangkut masalah yang sama, serta sumber lainnya yang menunjang dan
pendalaman materi.
34
2. Pengamatan lapangan
data primer dan data sekunder. Bedasarkan kegiatan ini akan didapatkan beberapa
data berupa :
a. Data primer
1) Sampel tanah
pada lapisan overburden (OB) blok F, dimana diambil pada dua titik lokasi yang
berebeda berdasarkan karakteristik tanahnya yang diberi nama titik sampel 1 dan
diameter 3 inchi dan panjangnya ± 35 cm. sampel tanah yang diambil merupakan
tanah yang tidak terganggu dan tidak lupa diambil titik koordinat lokasinya.
Adapun hasil pengambilan sampel tanah di lapangan dapat dilihat pada Tabel 5
berikut.
" "
a) Permukaan tanah yang akan diambil sampelnya terlebih dahulu digali untuk
c) Tabung diangkat dengan cara tanah yang berada disekitar tabung digali
b. Data sekunder
overburden (OB).
2) Data topografi
Cut off grade (COG) merupakan kadar batas terendah yang masih bisa
ditolerir. Data ini merupakan ketentuan kadar batas dari unsur Ni yang telah
4) Rekomendasi geoteknik
sekunder dan data primer untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan penelitian yang
(software) yaitu Surpac 6.3, ArcGIS 10.3 dan Microsoft Excel. Adapun
bobot isi tanah ( γ ¿ menggunakan persamaan (6) dan sifat mekanika tanah
yang meliputi kohesi (c) dan sudut geser dalam ( Φ ) menggunakan metode
dan data Cut off Grade (COG) bjih nikel dengan bantuan perangkat lunak
dan (2)
beberapa faktor seperti jumlah volume overbarden, jarak disposal dari front
memasukan parameter geoteknik yang meliputi kohesi (c), sudut geser dalam (
Mulai
Studi Literatur
Pengamatan Lapangan
Pengambilan Data
Data Primer
Data Sekunder
1. Bobot isi tanah ( γ )
2. Kohesi (c) 1. Peta Lokasi Penelitian
3. Sudut geser dalam ( 2. Data Block Model Overburden
Φ) 3. COG Ni Perusahaan
4. Data Topografi
5. Data Rekomendasi Geoteknik
Pengolahan Data
1
41
Analisis Data
Hasil
Selesai
setelah pengambilan data primer yang bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan
Sifat fisik tanah bertujuan untuk mengetahui nilai bobot isi tanah (γ).
a) Peralatan
1) Timbangan yang diatur sesuai dengan cetakan benda uji dengan yang
2) Cetakan benda uji yang memiliki diameter 6,6 cm dan tinggi 4 cm.
b) Cara uji
1) Mencetak sampel tanah menggunakan cetakan benda uji dan sampel tanah
Pengujian sifat fisik tanah bertujuan untuk menentukan nilai bobot isi
tanah, dimana bobot isi tanah adalah nilai perbandingan antara berat tanah dengan
volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Adapun hasil dari perhitungan
1) Tabung A
Diketahui :
Nomor sampel :1
Berat ring (W1) : 14,46 gr
44
Nomor sampel :2
Berat ring (W1) : 15,25 gr
Volume ring (V) : 31,40 cm3
Berat ring + tanah basah (W2) : 74,32gr
Berat tanah basah (W4) : W2-W1
( W 2 -W 1 )
a) γ=
V
( 74,11 - 14,46 )
γ=
31,40
( 59,65 )
γ=
31,40
γ= 1,90 gr/cm3
( W 2 -W 1 )
b) γ=
V
( 74,32 -15,25 )
γ=
31,40
( 59,07 )
γ=
31,40
γ= 1,84 gr/cm3
2) Tabung B
Diketahui :
Nomor sampel :1
Berat ring (W1) : 8,77 gr
Volume ring (V) : 31,40 cm3
Berat ring + tanah basah (W2) : 66,67 gr
Berat tanah basah (W4) : W2-W1
45
Nomor sampel :2
Berat ring (W1) : 13,85 gr
Volume ring (V) : 31,40 cm3
Berat ring + tanah basah (W2) : 73,62 gr
Berat tanah basah (W4) : W2-W1
( W 2 - W1 )
a) γ=
V
( 66,67 -8,77 )
γ=
31,40
( 59,65 )
γ=
31,40
γ= 1,8 gr/cm3
( W2- W1 )
b) γ=
V
( 73,62 -13,85 )
γ=
31,40
( 59,07 )
γ=
31,40
γ= 1,90 gr/cm3
Adapun hasil pengujian nilai bobot isi tanah dapat dilihat pada Tabel 6
dan Lampiran 3
geser langsung (Direct Shear test). Sifat mekanik tanah yang dibutuhkan berupa
nilai kohesi tanah (c) dan nilai sudut geser dalam (Φ ). Adapun prosedur pengujian
a) peralatan
1) Kotak geser
2) Cetakan uji
3) Batu pori
b) Cara uji
1) Masukkan batu pori kedalam kotak geser sebagai landasan benda uji
kemudian masukan benda uji, dan tutup benda uji dengan penutup kotak
geser.
alat uji geser langsung ( Direct Shear Test) pada posisi 0,5
Pengujian sifat mekanik tanah bertujuan untuk menentukan nilai kohesi (c)
dan susdut geser dalam (Φ ) yang merupakan nilai yang menentukan ketahanan
geser tanah dengan mengubah-ubah tegangan geser dan tegangan normal pada
sampel conto dengan memberikan beban vertikal sebesar 4 kg, 8 kg, dan 12 kg.
Adapun hasil pengujian sifat mekanik tanah dapat dilihat pada Tabel 7 dan
Lampiran 3
Hasil pengujian sifat mekanik pada kedua sampel menunjukan bahwa nilai
kohesi dan sudut geser dalam menunjukan hasil yang relatif sama yang artinya
blok F, maka dilakukan perhitungan berdasarkan adanya data block model dengan
dalam kondisi mengembang (sweel factor). Adapun gambaran bclok model dapat
Gambar diatas adalah gambar hasil block model pada aplikasi yang
overburden dan ditandai dengan warna biru, sedangkan range kadar Ni diatas 1,4
% merupakan ore dimana ditandai dengan warna merah. Berdasarkan batas kadar
blok F memiliki total volume overburden sebesar 353.396 BCM atau 441.745
Lokasi disposal yang direncanakan nantinya yaitu terletak pada arah barat
dari pit penambangan yang akan dibuka. Adapun jarak disposal dari front
pedataran dan lembah. Lokasi yang dipilih yaitu area dengan topografi lembah
dengan luasan area 35.264 m2 atau 3,5 hektar, dimana daerah dengan permukaan
berupa lembah akan dapat menampung overburden lebih banyak dan cenderung
tidak luas sehingga area ini sangat layak untuk dijadikan tempat disposal. Adapun
lokasi yang akan direncanakn sebagai tempat disposal pada blok F dapat dilihat
pada Gambar 18
peran dua hal, yaitu gaya-gaya penahan (kekuatan yang dimiliki lereng agar tidak
Jika gaya penahan lebih besar dari gaya pendorong maka lereng tersebut akan
stabil, begitu pula sebaliknya jika gaya pendorong lebih besar dari pada gaya
penahan maka akan terjadi longsor. Penentuan nilai faktor keamanan (FK)
dilakukan dengan parameter data fisik dan mekanika tanah dimana parameter
Untuk analisis awal geometri lereng dari disposal ini didesain berdasarkan
rekomendasi geoteknik dengan tinggi jenjang 10 meter, lebar jenjang 5 meter dan
sudut lereng 40°. Adapun model geometri lerengnya dapat dilihat pada Gambar
19 berikut.
error ), karena nilai faktor aman F nampak di kedua sisi persamaannya. Dalam
bidang longsor dengan nilai faktor aman yang terkecil. Adapun perhitunganya
dilakukan secara manual dengan bantuan Software Microsoft Excel 2010, dapat
percobaan ( iterasi ), dimana nilai perbedaan faktor aman terkecil diantara kedua
sisi diperoleh pada percobaan kelima dengan nilai FK 2,28 ( lereng dalam kondisi
stabil). Adapun hasil dari percobaan ( trial and error ) metode Bishop dapat
keamanan yang dicari ( ruas kiri ), dengan nilai faktor keamanan coba-coba ( ruas
52
kanan ) telah mencapai nilai yang sama/ faktor aman terkecil diantara kedua sisi,
yang artinya nilai tersebut merupakan nilai faktor keamanan yang sebenarnya dari
Keterangan :
Diketahui :
( )
i-n
1
R ∑ [ c bi+ ( W i−u . b¿ tanΦ ]
'
∑ W i sin αi
i-l
RM
FK =
DM
104,46
FK =
45,77
FK = 2,28
gaya yang bekerja pada setiap irisan, menggunakan bantuan Software Microsoft
Excel 2010, dan selanjutnya hasil faktor keamananya (FK), langsung dapat
dihitung setelah nilai dan akumulasi dari irisannya diketahui. Adapun uraian nilai
dari masing-masing irisan metode Fellenius dapat dilihat pada Table 11.
Keterangan :
Diketahui :
i−n
R ∑ ( ca i +W i Cos α i - U i . Tan Φ )
1 -1
FK = i-n
∑ W i Sin α ii
i-1
4,387 + 84,789
FK =
45,77
89,1766
FK =
45,770
FK = 1,94
menggunakan metode Bishop dan Fellenius (metode irisan biasa) dengan cara
F. Pemodelan Disposal
dikupas dari pit yang nanti akan digunakan lagi untuk proses backfilling.
55
faktor keamanannya yang didasarkan pada rekomendasi geoteknik dan telah diuji
sebesar 53.221 m2 atau 5,3 hektar, dengan luasan area disposal seluas 35.264 m2
atau 3,5 hektar. Disposal ini terdiri dari 5 bench dengan kapasitas penampungan
pada rancangan disposal yakni 450.657 BCM, atau 743.584 ton yang artinya dapat
yaitu elevasi ke 200 sampai dengan elevasi ke 210 yang memiliki kapasitas
timbunan sebesar 23.178 BCM atau 38.243 ton dengan luas area 2.299 m2/0,2
Hektar, tahap kedua rencana penimbunan dilakukan dari elevasi ke 210 sampai
dengan elevasi ke 220 yang memiliki kapasitas timbunan sebesar 83.504 BCM
atau 137.781 ton dengan luas area 8.332 m2/0,8 Hektar, Selanjutnya, tahap ketiga
rencana penimbunan dilakukan dari elevasi ke 220 sampai dengan elevasi ke 230
56
yang memiliki kapasitas timbunan sebesar 134.181 BCM atau 221.398 ton dengan
luas area 13.400 m2/1,3 Hektar. Tahap keempat rencana penimbunan dilakukan
dari elevasi ke 230 sampai dengan elevasi ke 240 yang memiliki kapasitas
timbunan sebesar 150.961 BCM atau 249.085 ton dengan luas area 15.078 m2/1,5
Hektar, dan terakhir, tahap kelima rencana penimbunan dilakukan dari elevasi ke
240 sampai dengan elevasi maksimum ke 250 yang memiliki kapasitas timbunan
sebesar 160.730 BCM atau 265.204 ton dengan luas area 16.055 m2/1,6 Hektar.
Geometri lereng terdiri dari lereng tunggal (single slope) dan lereng
keseluruhan (overall slope) dengan dimensi tinggi dan sudut tertentu. Dimensi
dari geometri lereng meliputi tinggi jenjang, sudut lereng dan lebar jenjang. Hasil
dari rancangan disposal yang meliputi pemodelan geometri lereng dan pemodelan
disposal pada software surpac 6.3 menunjukan bahawa jenis dari disposal yang
59
yang dirancang ke atas (dalam lift). Adapun model akhir dari geometri lereng
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Volume overburden yang akan dikupas pada blok F dan dipindahkan ke area
disposal yaitu sebesar 353.396 BCM atau 441.745 LCM, dan dalam satuan
2. Rancangan lokasi disposal yang direncanakan terletak pada arah barat dari pit
berupa lembah. Adapun luasan areanya yaitu sebesar 35.264 m 2 atau 3,5
hektar
keamanan (FK) yaitu sudut lereng tunggal (single slope) 40° , lereng
jenjang 5 meter dan tinggi jenjang keseluruhan yaitu 50 meter. Adapun hasil
metode Fellenius yaitu 1,9 yang artinya lereng dalam kondisi stabil ( satandar
Bowles ).
61
B. Saran
Adapun saran yang dapat dituangkan pada penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, A., Anaperta, Y.M., 2018, Simulasi Pengaruh Kadar Air Tanah
terhadap Parameter Mekanik untuk Desain Lereng Tanah di Bukit Tui,
Kelurahan Tanah Hitam, Kecamatan Padang Panjang Barat, Kota
Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat, Jurnal Bina Tambang, ISSN:
2302-3333 :Vol. 4, Nomor 1 : Hal. 124-139
Andriyan, S.H., Hirnawan, F., dan Yuliadi, 2018, Stabilisasi Optimal Lereng
Timbunan Overburden pada Area Disposal PT Insani Baraperkasa
Tambang Loa Janan, Provinsi Kalimantan Timur Dengan Rekayasa
Geoteknik, Prosiding Teknik Pertambangan, ISSN: 2460-6499 : Volume
4, Nomor 2 : Hal. 391-397
Barraq, A., 2019, Studi Sensitivitas Paramerter Tanah Pada Program Geostudio
2012: Slope/W Menggunakan Metode Fellenius, Universitas Trisakti,
ISBN : 978-623-91368-0-2
Gunawan, H., Chairullah, B., dan Sundary, D., 2014., Analisis Stabilitas Lereng
Pada Ruas Jalan Blangkejeren – Laweaunan Kabupaten Gayolues
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jurnal Teknik Sipil, ISSN 2088-
9321: Volume 3, Nomor 2: Hal 167-178
Haras, M., Turangan A. E., dan Legrans, R.R.I., 2017, Pengaruh Penambahan
Kapur Terhadap Kuat Geser Tanah Lempung, Tekno, ISSN : 0215-
9617 : Vol.15 Nomor 67 : Hal. 77-86
Hardianto, A. A., dan Bambang, H., 2018, Analisis Rancangan Lereng Disposal
Area Pit D Pada PT. Aman Toebilah Putra Kabupaten Lahat Provinsi
Sumatera Selatan. Jurnal Bina Tambang, ISSN : 2302-3333 : Vol. 4
Nomor 2 : Hal. 21-30
Hoek and Bray, J., 1981, Rock Slope Engineering 4rd Ed., The Institution of
Mining and Metallurgy, London, ISBN : 0-203-49908-5
Kumar, V., dan Parkash, V., 2015, A Model Study of Slope Stability in Mines
Situated in South India, Advances in Applied Science Research, ISSN:
0976-8610 : Vol. 6 : Nomor 8 : Hal. 82-90
Noorchayo, A., Toha, M.T., dan Bochori, 2019, Stabilitas Lereng Disposal Serelo
Selatan Di Pt. Bumi Merapi Energi, Jurnal Pertambangan. ISSN 2549-
1008 : Vol 3. Nomor 4 : Hal. 44-51
Rajagukguk, O.C.P., Turangan, A.E., dan Monintja, S., 2014, Analisis Kestabilan
Lereng dengan Metode Bishop. Jurnal Sipil Statik, ISSN: 2337-6732 :
Vol.2 Nomor 3 : Hal. 140-147
Rostiyanti, S.F., 2008, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Rineka Cipta, Jakarta.
ISBN : 978-979-518-850-6
Zudri, A.T., Anaperta, Y.M., 2018, Analisis Kestabilan Lereng Jalan Tambang di
Area Zona 4 PT. Bintang Sumatra Pasifik di Koto Alam Kabupaten 50
Kota, Jurnal Bina Tambang, ISSN: 2302-3333 : Vol. 4 , Nomor 4, : Hal.
57-70
.
64
LAMPIRAN
65
LAMPIRAN 1
Rata-rata
Volume Volume Rata-rata Berat
Dari Ke area Tonase (
potong ( terisi (m3 area terisi voume (
(Mdpl) (Mdpl) 3 potong (m2 3
m)
m ¿ ) (m3) m)
3
)
240 250 7,10 0,71 160730 16055 160548 265204
230 240 2,13 0,21 150961 15078 150778 249085
220 230 0 0 134181 13400 133998 221398
210 220 0 0 83504 8332 83319 137781
200 210 0 0 23178 2299 22989 38243
Total 9,23 450,657 551,632 743,584
Sumber : Rancangan disposal
66
LAMPIRAN 2
1, yaitu tabel presentase pengembangan dari jenis-jenis tanah. Adapun jenis tanah
mengembang yaitu 25% atau 0,25 sehingga volume overburden dalam kondisi
1 Vb
Volume OB = =
1+ Sw V l
1 353.396
Volume OB = =
1+ 0,25 Vl
LAMPIRAN 3
Tenggara
68
69
70
71
LAMPIRAN 4
longsor dibagi menjadi 8 irisan (slice) pada media gambar menggunakan kertas
grafik dengan skala 1 : 100 cm, yang artinya 1 cm pada gambar sama dengan 1 m
di lapangan. Adapun bentuk dari pembagian irisan lereng dapat dilihat pada
Gambar 23 berikut
Nilai luas irisan pada perhitungan manual faktor keamanan dengan sudut
LAMPIRAN 5
73
error ), karena nilai faktor aman F nampak di kedua sisi persamaannya sampai
menemukan bidang longsor dengan nilai faktor aman yang terkecil. Adapun
Keterangan :
Diketahui :
1. Perhitungan nilai faktor keamanan (FK) iterasi 1 dengan nilai F caba-coba 1,5
( )
i-n
1
R ∑ [ c' bi+ ( W i−u . b¿ tanΦ ]
i-l cos α i ( 1+ tan Φ tan α i /F )
FK = i-n
∑ W i sin αi
i-l
RM
FK =
DM
95,04
FK =
45,77
FK = 2,08
Mi RM DM
cos α ( 1 + tan Φ . ( c. b + (W-U.b) Tan Φ ) 1/Mi W sin α
Tan α /F )
0,87 3,07 -0,51
0,96 10,40 -0,66
1,05 10,97 1,35
1,09 12,89 3,75
1,11 19,51 9,20
1,08 15,62 10,12
1,01 16,15 12,16
0,85 13,86 10,36
Total 102,48 45,77
( )
i-n
1
R ∑ [ c' bi+ ( W i−u . b¿ tanΦ ]
i-l cos α i ( 1+ tan Φ tan α i /F )
FK = i-n
∑ W i sin αi
i-l
RM
FK =
DM
102,48
FK =
45,77
FK = 2,24
( )
i-n
1
R ∑ [ c' bi+ ( W i−u . b¿ tanΦ ]
i-l cos α i ( 1+ tan Φ tan α i /F )
FK = i-n
∑ W i sin αi
i-l
RM
FK =
DM
104,08
FK =
45,77
FK = 2,27
( )
i-n
1
R ∑ [ c bi+ ( W i−u . b¿ tanΦ ]
'
∑ W i sin αi
i-l
77
RM
FK =
DM
104,36
FK =
45,77
FK = 2,28
( )
i-n
1
R ∑ [ c bi+ ( W i−u . b¿ tanΦ ]
'
∑ W i sin αi
i-l
RM
FK =
DM
104,46
FK =
45,77
FK = 2,28