Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendahuluan

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air
besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Buang air besar encer tersebut
dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari. Menurut World Gastroenterology Organization global
guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek
dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedang
diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat
disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak
adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat. Dinegara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan
dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih
menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi
setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum
menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena
foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri
Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC).

Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta


penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap
tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3
kali setiap tahun. Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri
yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan,
Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001
penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp,
Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V.
Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.

2. Epidemiologi

Pada tahun 1995 diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian
pada lebih dari 3 juta penduduk dunia. Kematian karena diare akur dinegara
berkembang terjadi terutama pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dimana
dua pertiga diantaranya tinggal didaerah/lingkungan yang buruk, kumuh dan padat
dengan sistem pembuangan sampah yang tidak memenuhi sarat, keterbatasan air
bersih dalam jumlah maupun distribusinya, kurangnya sumber bahan makanan
disertai cara penyimpanan yang tak memenuhi syarat, tingkat pendidikan yang
rendah serta kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan.

Di Amerika Serikat dengan perbaikan sanitasi dan tingkat pendidikan,


prevalensi diare karena infeksi berkurang. Dara dari Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa infeksi karena Salmonella, Shigella,
Listeria, Escherichia coli, dan Yersinia berkurang berkisar 20-30% berkat
perhatian atas kebersihan dan keamanan makanan. Sementara di beberapa rumah
sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi masih menduduki
peringkat pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat ke
rumah sakit.

Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien


diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi,
berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk
penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.
3. Etiologi

Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar
10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik
dan sebagainya.

Diare akut karena infeksi dapat ditimbulkan oleh:

1. Bakteri

Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C, Salmonella spp,


Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibrio
cholera non 01, Vibrio parachemolyticus, Clostridium perfringens,
Campylobacter (Helicobacter) jejuni, Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp,
Yersinia intestinalis, Coccidosis.

2. Parasit

Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis,


Isospora sp. Cacing: A. lumbricoides, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura,
O. vermicularis, T. saginata, T. sollium.

3. Virus

Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.

Pola mikro organisme penyebab diare akut berbeda-beda berdasarkan umur,


tempat dan waktu. Di negara maju penyebab paling sering Norwalk virus,
Helicobacter jejuni, Salmonella sp, Clostridium difficile, sedangkan penyebab
paling sering di negara berkembang adalah Enterotoxicgenic Escherichia coli
(ETEC), Rota virus dan V. cholerae.

4. Patofisiologi
Sebanyak sekitar 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap harinya,
berasal dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu
dan sebagainya). Sebagian besar (75-85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi
kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar.
Sejumlah 90% dari cairan tersebut di usus besar akan diresorbsi, sehingga tersisa
jumlah 150-250 ml cairan yang akan ikut membentuk tinja.

Faktor-faktor faali yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama
lain, misalnya saja, cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan
terangsangnya usus secara mekanisme meningkatnya volume, sehingga motilitas
usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan
menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus
sehingga waktu penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.

5. Patogenesis

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena
infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang
dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau
lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus,
imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan
enzim pencernaan.

Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella terbukti dapat


menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih
tinggi terhadap infeksi oleh V. cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus
memperlama waktu diare dan gejala penyakit, serta mengurangi absorbsi
elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi sumber infeksi.
Peran imunitas dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi pasien giardiasis pada
mereka yang kekurangan IgA, demikian pula diare yang terjadi pada penderita
HIV/AIDS karena gangguan imunitas. Percobaan lain membuktikan bahwa bila
lumen usus dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali, akan terjadi sekresi
antibodi.

Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya


lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampan memproduksi
toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat
membentuk koloni-koloni yang juga dapat menginduksi diare.

Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri diklasifikasikan menjadi:

1. Infeksi Non-Invasi

Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare sekretorik
atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang
memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non
invasi misalnya V. cholera non 01, V. cholera 01 atau 0139, Enterotoksigenik E.
coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereus, Aeromonas spp., V. cholera
eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit
sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang berlebihan
Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan
kadar adenosin 3′,5′-siklik mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang
menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh
air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.

Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pimpa Na


tidak terganggi, karena itu keluarnya ion Cl– (disertai ion HCO3–, H2O, Na+ dan
K+) dapat dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H2O,
K+, HCO3–, dan Cl–). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan
glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut
diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion Na+, K+, Cl– dan HCO3–. Inilah
dasar terapi oralit per oral pada kolera.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan keluar
secara deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare
sekretorik isotonik voluminial (watery diarrhea).

ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin ialah labile toxin (LT) dan stable
toxin (ST). LT bekerja secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi hanya
memberikan stimulasi yang terbatas terhadap enzim adenilat siklase. Dengan
demikian jelas bahwa diare yang disebabkan E. coli lebih ringan dibandingkan
diare yang disebabkan V. cholerae.

Clostridium perfringens (tipe A) yang sering menyebabkan keracunan


makanan menghasilkan enterotoksin yang bekerja mirip enterotoksin kolera yang
menyebabkan diare yang singkat dan dahsyat.

1. Infeksi Invasif

Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare Inflammatory.


Bakteri invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella spp., Shigella
spp., C. jejuni, V. parahaemolyticus, Yersinia, C. perfringens tipe C, Entamoeba
histolytica, P. shigelloides, C. difficile, Campylobacter spp. Diare terjadi
disebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarena
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur dengan lendir dan darah.
Walau demikian infeksi oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai
suatu diare sekretorik. Pada pemerksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritrosit
dan leukosit.

6. Manifestasi Klinis

Penularan diare akut karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung
dari penderita diare atau melalui makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri
patogen yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita.
Penularan dapat juga berupa transmisi dari manusia ke manusia melalui udara
(droplet infection) misalnya: rota virus, atau melalui aktivitas seksual kontak oral-
genital atau oral-anal.

Diare akut karena infeksi bakteri yang mengandung/produksi toksin akan


menyebabkan diare sekretorik (watery diarrhea) dengan gejala-gejala: mual,
muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan disertai atau tanpa
nyeri/kejang perut, dengan feses lembek/cair. Umumnya gejala diare sekretorik
timbul dalam beberapa jam setelah makan atau minuman yang terkontaminasi.

Diare sekretorik yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan


medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yang
mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa
asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang akan merasa
haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit turun, serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan deplesi air yang isotonik.

Sedangkan kehilangan bikarbonas, menyebabkan perbandingan bikarbonas


dan asam karbonas berkurang yang menyebabkan penurunan pH darah.
Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas
menjadi lebih cepat dari biasa (pernapasan Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha
badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH darah dapat kembali normal.
Gangguan kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan denga tanda-tanda denyut nadi yang cepat lebih dari 120x/mnt, tekanan
darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-
ujung eksterimitas dingin, dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium, pada
diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun


dengan sangat dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan
timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang dapat mengakibatkan
gagal ginjal akut. Sedangkan keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat,
akan terjadi kepincangan pada pembagian darah dengan pemusatan darah yang
lebih banyak dalam sirkkulasi paru-paru. Observasi ini penting sekali karena
dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan
intravena tanpa alkali.

Bakteri yang invasif akan menyebabkan diare yang disebut sebagai diare
inflamasi dengan gejala mual, muntah dan demama yang tinggi, disertai nyeri
perut, tenesmus, diare disertai darah dan lendir.

Pada diare akut karena infeksi, dugaan terhadap bakteri penyebab dapat
diperkirakan berdasarkan anamnesis makanan atau minuman dalam beberapa jam
atau hari terakhir, dan anamnesis/observasi bentuk diare. ( Lihat tabel 1)

Yersinia dapat menginvasi mukosa ileum terminalis dan kolon bagian proksimal,
dengan nyeri abdomen disertai nyeri tekan di regio titik Mc.Burney dengan gejala
seperti apendisitis akut.

Diare akut karena infeksi dapat disertai gejala-gejala sistemik lainnya seperti
Reiter’s syndrome (arthritis, uretritis, dan konjungtivitis) yang dapat disebabkan
oleh Salmonella, Campylobacter, Shigella, dan Yersinia. Shigella dapat
menyebabkan hemolytic-uremic syndrome. Diare akut dapat juga sebagai gejala
utama beberapa infeksi sistemik antara lain hepatitis virus akut, listeriosis,
legionellosis, dan toksik renjatan sindrom.

Tabel 1. Epidemi Diare Akut


 Darah

– Darah perifer lengkap

– Ureum, kreatinin

– Serum elektrolit: Na+, K+, Cl–

– Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam


basa (pernafasan Kussmaull)

– Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen


protozoa (Giardia, E. histolytica)

 Feses

– Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumlah lekosit di feses pada


inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit)
Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut karena
infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi
definitif.

7. Diagnosis

Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila


anamnesis, manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongya.

Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:

1. Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)


2. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh
penderita.
3. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh
karena keracunan makanan atau pencemaran sumber air.
4. Dimana tempat tinggal penderita.
5. Pola kehidupan seksual.

Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan self-limited disease. Indikasi
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi,
tampak darah pada feses, panas > 38,5o C diare > 48 jam tanpa tanda-tanda
perbaikan, kejadian luar biasa (KLB). Nyeri perut hebat pada penderita berusia >
50 tahun, penderita usia lanjut > 70 tahun, dan pada penderita dengan daya tahan
tubuh yang rendah.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan


2. Memberikan terapi simptomatik
3. Memberikan terapi definitif
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan

Ada hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat
dan akurat, yaitu:

- Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan RL merupakan
cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah
kaliumnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium cairan
tinja.
Apabila tidak tersedia cairan ini, boleh diberkan cairan NaCl isotonik.
Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap
satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam.
Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di pasaran
cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak
terjadi rehidrasi dengan berbagai akibatnya.
- Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan yang
hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan.
Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara:

 BJ Plasma dengan memakai rumus:

Kebutuhan cairan:

BJ Plasma – 1.025 x BB (Kg) x 4 ml

0.001

 Metode Pierce berdasarkan kriteria klinis:

– Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB

– Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB

– Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB


 Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberikan
penilaian/skor sebagai berikut:

Pemeriksaan Skor
Rasa haus/muntah 1
Suara serak 2
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekwensi Nadi > 120 x/menit 1
Frekwensi nafas > 30 x/menit 1
Turgor kulit menurun 1
Facies cholerica/wajah keriput 2
Ekstremitas dingin 1
Washer’s woman’s hand 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2

Kebutuhan cairan = Skor x 10% x BB (Kg) x 1 Liter

Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Pemberian cairan pada orang dewasa
dapat melalui oral dan intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan
oralit yang komposisinya berkisar antara 20 gr glukosa, 3.5 gr NaCl, 2.5 gr Na
bikarbonat dan 1.5 gr KCl per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial
dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika
sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat
dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4
sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan
untuk mengganti kalium. Cairan per oral juga digunakan untuk mempertahankan
hidrasi setelah rehidrasi inisial.
Jadwal pemberian cairan. Untuk jadwal rehidrasi inisial yang dihitung dengan
rumus BJ plasma atau sistem skor Daldiyono diberikan dalam waktu 2 jam.
Tujuannya jelas agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadwal
pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3, didasarkan kepada
kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya,
rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.

2. Memberikan terapi simptomatik

 Obat anti diare:

a. Kelompok antisekresi selektif

Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas
racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase
sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan
menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat
dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini tersedia di bawah nama
Hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pula
digunakan lebih aman pada anak.

b. Kelompok opiat

Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi
difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x
sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek
kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi
cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi
diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

c. Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit
diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius
atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak
langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.

d. Zat Hidrofilik

Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya


(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan
cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses
tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya
adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul
atau tablet.

 Probiotik

Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau


Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran
cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan
reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan
mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.

3. Memberikan terapi definitif

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti
biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada: pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Terapi kausal
dapat diberikan pada infeksi:
– V. kolera El Tor: Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 3 hari atau kortimoksazol
dosis awal 2 x 3 tab, kemudian 2 x 2 tab selama 6 hari atau kloramfenikol 4 x 500
mg/hr selama 7 hari atau golongan Fluoroquinolon.

– ETEC: Trimetoprim-Sulfametoksazole atau Kuinolon selama 3 hari.

– S. aureus: Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr

– Salmonella Typhi: Obat pilihan Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 2 minggu


atau Sefalosporin generasi 3 yang diberikan secara IV selama 7-10 hari, atau
Ciprofloksasin 2 x 500 mg selama 14 hari.

– Salmonella non Typhi: Trimetoprim-Sulfametoksazole atau ciprofloxacin atau


norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 – 7 hari.

– Shigellosis: Ampisilin 4 x 1 g/hr atau Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 5


hari.

– Helicobacter jejuni (C. jejuni): Eritromisin, dewasa: 3 x 500 mg atau 4 x 250


mg, anak: 30-50 mg/kgBB/hr dalam dosis terbagi selama 5-7 hari atau
Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hr selama 5-7 hari.

– Amoebiasis: 4 x 500 mg/hr selama 3 hari atau Tinidazol dosis tunggal 2 g/hr
selama 3 hari.

– Giardiasis: Quinacrine 3 x 100 mg/hr selama 1 minggu atau Chloroquin 3 x 100


mg/hr selama 5 hari.

– Balantidiasis: Tetrasiklin 3 x 500 mg/hr selama 10 hari

– Virus: simptomatik dan suportif.


9. Komplikasi

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,


terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan
cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat.
Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan
asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis,
sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat
timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi
organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak
adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal.

Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan


terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia
hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan
meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi
penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.

Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena
Campylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.

10. Prognosis

Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,


dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya
sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan
penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut
usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %.
Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan
dengan sindrom uremik hemolitik.
11. Pencegahan

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya


dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering
mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah
makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan
ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan dan air merupakan
penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang
digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk
memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan
air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus
dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau
sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.Semua buah dan sayuran
harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau
olahan) sebelum dikonsumsi.

Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan
sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut
harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh
dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang
tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena
kotoran ternak.

Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi


efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang
tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini
tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral
kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid
parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek samping.
Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, hanya memerlukan 1 dosis dan
memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia,
hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi
yang mirip dengan dua vaksin lainnya.

12. Kesimpul

an

Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara


berkembang maupun negara maju. Sebagian besar bersifat self limiting sehingga
hanya perlu diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit. Bila ada tanda dan
gejala diare akut karena infeksi bakteri dapat diberikan terapi antimikrobial secara
empirik, yang kemudian dapat dilanjutkan dengan terapi spesifik sesuai dengan
hasil kultur. Pengobatan simtomatik dapat diberikan karena efektif dan cukup
aman bila diberikan sesuai dengan aturan. Prognosis diare akut infeksi bakteri
baik, dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Dengan higiene dan
sanitasi yang baik merupakan pencegahan untuk penularan diare infeksi bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahlquist David A, Camilleri M. Harrison’s Principles of Internal


Medicine. 15th edition. Braunwald, Fauci, Kasper et all (Editor). 2001.
2. Hendarwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sarwono WP (Editor),
Balai Penerbit UI, 2000.
3. Naskah lengkap penyakit dalam. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu
Penyakit Dalam 2007.
4. Powel Don W: Approach to the patient with diarrhea. Dalam buku: Text
book of Gastroenterology, 4th edition. Yamada T (Editor). Limphicot
Williams & Wiekeins Philadelphia. USA. 2003.
5. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi saluran kemih. Dalam: Alatas H,
Tambunan T, Trihono PP, Sardevi SO, penyunting. Buku ajar nefrologi
anak. Edisi 2. Jakarta: IDAI; 2002.h. 142-57
6. ElderJS. Urinary tract infections. Dalam : Kliegman RM, Behrman RE,
Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatric. Edisi
Ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.
7. Fisher JD, Howes DS, Thornton SL. Pediatric urinary tract infection.
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/. Diakses tanggal 7
Juni 2011.
8. MacGregor J. Introduction to the anatomy and physiology of children,
second edition. Oxon: Routledge; 2008. h. 110-20.
9. Alatas H. Perkembangan fisiologi ginjal dan gangguan sistem kemih-
kelamin pada neonatus. Dalam: Markum AH, penyunting. Buku ajar ilmu
kesehatan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1999. h. 337-9.
10. Ahmed SM, Swedlund SK. Evaluation and treatment of urinary tract
infection in children. Diunduh darihttp://www.aafp.org/afp/. Diakses
tanggal 7 Juni 2011.

Anda mungkin juga menyukai