Anda di halaman 1dari 25

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum, Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hikmah dan
hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan laporan kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada An. R Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Hirscprung Disease”
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Anak”.

Dalam penulisan laporan kasus ini kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun,
berkat bantuan semua pihak, saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini. saya juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberi
pengarahan serta dukungan semangat kepada kami, terutama kepada :

1. Oktiani Tejaningsih, S.Kep., M.Kep., Ners. selaku penanggung jawab mata kuliah
2. Teman – teman yang selalu memberi dukungan agar terselesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan laporan kasus ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, kami berharap laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya untuk proses pembelajaran.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Cirebon, 21 Februari 2018

( Penyususn )

i
Daftar Isi

Kata pengantar ...........................................................................i

Daftar isi ...........................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...........................................................................1


B. Rumusan masalah ...........................................................................1
C. Tujuan penulisan ...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ...........................................................................3
B. Etiologi ...........................................................................3
C. Patofisiologi ...........................................................................4
D. Pathways ...........................................................................5
E. Manifestasi klinis ...........................................................................5
F. Penatalkasanaan ...........................................................................5
G. Pemeriksaan penunjang ...........................................................................6
H. Konsep asuhan keperawatan ...........................................................................7

BAB III TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian ...........................................................................11
2. Analisa data ...........................................................................17
3. Diagnosa keperawatan ...........................................................................17
4. NCP ...........................................................................19
5. Implementasi ...........................................................................21
6. Evaluasi ...........................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang
yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab
obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling
sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal
tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara
spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses
secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang
tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat
menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch
pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya
penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan
Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh
gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung di
Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup.
Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkay kelahiran 35 permil, maka
diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung.
Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1: 5000 kelahiran hidup, laki-laki lebih banyak
diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya, penyakit hisprung terjadi pada bayi
aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan
dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Hirscprung Disease?
2. Bagaimana etiologi dari Hirscprung Disease?
1
3. Bagaimana patofisiologi dari Hirscprung Disease?
4. Bagaimana klasifikasi dari Hirscprung Disease?
5. Bagaimana manifestasi dari Hirscprung Disease?
6. Bagaimana pohon maslah dari Hirscprung Disease?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Hirscprung Disease?
8. Bagaimana komplikasi dari Hirscprung Disease?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Hirscprung Disease?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas pembaca dapat memahami:
1. Pengertian Hirscprung Disease
2. Etiologi Hirscprung Disease
3. Patofisiologi Hirscprung Disease
4. Manifestasi Hirscprung Disease
5. Klasifikasi Patofisiologi Hirscprung Disease
6. Pohon masalah Hirscprung Disease
7. Pemeriksaan penunjang Hirscprung Disease
8. Patofisiologi Hirscprung Disease
9. Komplikasi Patofisiologi Hirscprung Disease
10. Asuhan keperawatan Hirscprung Disease

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Ada beberapa pengertian mengenai Hisprung atau Mega Colon, namun pada intinya
sama yaitu, penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak
mampunya spinkter rectum berelaksasi. Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit
yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan
ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak
adanya evakuasi usus spontan (Betz,Cecily&Sowden:2000)
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab
gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm
dengan berat lahir 3Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief
Mansjoeer,2000)

B. Etiologi
Penyebab dari Hirschprung yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi Hirschsprung atau Mega
Colon diduga terjadi karena :
1. Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down syndrom.
2. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio
kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

C. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan
primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (
peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat
berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya
akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian
yang rusak pada Mega Colon (Cecily Betz & Sowden, 2002:196).
Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,
menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi

3
obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 :
141 ).
Aganglionic mega colon atau hirschprung dikarenakan karena tidak adanya ganglion
parasimpatik disubmukosa (meissher) dan mienterik (aurbach) tidak ditemukan pada satu
atau lebih bagian dari kolon menyebabkan peristaltik usus abnormal. Peristaltik usus
abnormal menyebabkan konstipasi dan akumulasi sisa pencernaan di kolon yang berakibat
timbulnya dilatasi usus sehingga terjadi megakolon dan pasien mengalami distensi abdomen.
Aganglionosis mempengaruhi dilatasi sfingter ani interna menjadi tidak berfungsi lagi,
mengakibatkan pengeluaran feses, gas dan cairan terhambat. Penumpukan sisa pencernaan
yang semakin banyak merupakan media utama berkembangnya bakteri. Iskemia saluran
cerna berhubungan dengan peristaltik yang abnormal mempermudah infeksi kuman ke
lumen usus dan terjadilah enterocolitis. Apabila tidak segera ditangani anak yang mengalami
hal tersebut dapat mengalami kematian (kirscher dikutip oleh Dona L.Wong,1999:2000)

D. Pathways

4
E. Manifestasi klinis
1. Masa neonatal
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d. Distensi abdomen
2. Masa bayi dan kanak-kanak
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita, berbau busuk
d. Distensi abdomen
e. Gagal tumbuh

F. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula
dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang
dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4
bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9 dan 10 Kg), satu
dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus aganglionik dan
menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus.
Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1
tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon nromal ke arah bawah dan
menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang
terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut.
Pada prosedur Swenson, bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian
dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon bergangliondengan saluran anal yang
dilatasi. Sfinterotomi dilakukan pada bagian posterior.
Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan
prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit hirsrcprung. Dinding
otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai
ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot
rektosigmoid yang tersisa.

5
2. Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui
pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
3. Tindakan bedah sementara
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang
terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum
memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.

G. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan
1) Rontgen perut (menunjukkan pelebaran usus besar yang terisi oleh gas dan tinja)
2) Barium enema
3) Manometri anus (pengukuran tekanan sfingter anus dengan cara mengembangkan
balon di dalam rektum)
4) Biopsi rektum (menunjukkan tidak adanya ganglion sel-sel saraf)
b. Pemeriksaan Penunjang Penyakit Hirschprung
1) Pada foto polos abdomen memperlihatkan obstruksi pada bagian distal dan dilatasi
kolon proksimal.
2) Pada foto barium enema memberikan gambaran yang sama disertai dengan adanya
daerah transisi diantara segmen yang sempit pada bagian distal dengan segmen yang
dilatasi pada bagian yang proksimal. Jika tidak terdapat daerah transisi, diagnosa
penyakit hirschprung ditegakkan dengan melihat perlambatan evakuasi barium
karena gangguan peristaltik.
c. Laboratorium
Tidak ditemukan adanya sesuatu yang khas kecuali jika terjadi komplikasi, misal :
enterokolitis atau sepsis.
d. Biopsi
Biopsi rektum untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah terdapat
ganglion atau tidak. Pada penyakit hirschprung ganglion ini tidak ditemukan.
e. Colonoscopy
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk
dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.

6
H. Konsep Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan
kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan
bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering
ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan kelainan
yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama
banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering
ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir),
perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.
b) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat
lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi
sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa
konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi
usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare,
distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
c) Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit
Hirschsprung.
d) Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.
e) Riwayat perkemabangan dan pertumbuhan
Terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
f) Nutrisi
Nutrisi kurang dari kebutuhan karena anak malas makan, mual dan muntah

7
3) Pemeriksaan fisik
a) Sistem kardiovaskuler.
Tidak ada kelainan.
b) Sistem pernapasan.
Sesak napas, distres pernapasan.
c) Sistem pencernaan.
Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada
anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan
jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan
mekonium atau tinja yang menyemprot.
d) Sistem saraf.
Tidak ada kelainan.
e) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Gangguan rasa nyaman, kelemahan, kekuatan otot menurun.
f) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
g) Sistem integumen.
Gangguan integritas, karena luka terutama pada pasien dengan post op.
h) Sistem pendengaran.
Tidak ada kelainan.
b. Diagnosa keperawatan
1) Pre operatif
a) Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
b) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
c) Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
d) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
2) Pos operatif
a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
b) Resiko tingi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op

8
c. Intervensi keperawatan
1) Pre operatif
a) Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
Intervensi
- Tetapkan alasan dilakukan tindakan pembersihan sistem pencernaan.
- Pilih pemberian enema yang tepat
- Jelaskan prosedur pada pasien
- Monitor efek samping dari tindakan irigasi atau pemberian obat oral
- Catat keuntungan dari pemberian enema laxatif
- Informasikan pada pasien kemungkinan terjadi perut kejang atau keinginan
untuk defekasi.
b) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
Intervensi
- Monitor turgor kulit
- Monitor mual dan muntah
- Monitor intake nutrisi
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Timbang Berat badan
- Anjurkan pada keluarga pasien untuk memberikan ASI
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vit C
- Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
c) Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare
- Monitor vital sign
- Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah)
- Timbang popok jika diperlukan
- Pertahankan intake dan output yang akurat
- Dorong masukan oral
- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Kolaborasikan pemberian cairan IV

9
d) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
- Kaji terhadap tanda nyeri.
- Berikan tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus, ketenangan.
- Berikan obat analgesik sesuai program.
2) Post operatif
a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
Intervensi
- Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi : lokasi , karakteristik dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor –
faktor presipitasi
- Observasi isyarat – isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
- Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
- Kontrol faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (ex : temperatur ruangan , penyinaran)
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya : relaksasi, guided
imagery, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas)
- Kolaborasi untuk pemberian analgetik
b) Resiko tingi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase
- Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
- Dorong masukan nutrisi yang cukup
- Dorong istirahat
- Kolaborasi untuk pemberian antibotik

10
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas klien
Nama : An. R
Umur : 3,5 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Diagnosa Medis : Hirscprung Disease
No.Reg : xxx-xxx
Alamat : Cirebon
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. X
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Buruh pabrik
Hubungan dengan klien : Ayah Klien
Alamat : Cirebon
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan terdahulu
Sepuluh bulan yang lalu klien sempat masuk Rumah Sakit dengan kondisi
perut sangat membesar dan disarankan untuk dilakukan operasi, tetapi
keluarga menolak dengan alasan biaya.
b) Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 8 Februari 2018 Sejak tiga minggu yang lalu klien mengalami
sulit bernafas, mual dan muntah serta perut yang semakin membesar, sehingga
pada tanggal 21 februari 2018 keluarga membawanya ke rumah sakit. Pada
saat dikaji kesadaran compos mentis, TD: 80/60 MmHg, N: 120x/menit, dan
suhu 380c. Klien merasa sesak nafas dan tampak kesulitan bernafas.

11
c) Keluhan waktu didata
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sulit bernafas, mual dan muntah
serta perut yang semakin membesar. Menurut ibu klien, sejak usia 3 bulan
klien sulit BAB, biasanya ibu memberi klien mikrolax atau dulkolax untuk
melancarkan BAB klien. Kemudian 3 minggu SMRS perut membesar lagi dan
langsung dirujuk ke Rumah Sakit. Ibu klien juga mengatakan bahwa nakanya
makan sedikit, sering muntah jika makan/minum. Selain itu diare dan keluar
sedikit-sedikit serta feses berbau.
d) Keluhan Utama : Sesak Nafas
Sesak nafas berkurang jika klien sudah di klisma atau dalam posisi semi
vowler danSesak nafas bertambah jika klien belum di klisma atau selesai
minum banyak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
(1) Riwayat penyakit keturunan
Menurut keluarga klien bahwa di keluarganya tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit yang sama seperti klien
(2) Riwayat penyakit menular
Menurut keluarga klien bahwa diluearganya tidak memiliki riwayat
penyakit menular

12
3) Data biologis
No Pola Sebelum sakit Selama sakit
1 Nutrisi:
a. Makan
1) Frekuensi 3xsehari 3xsehari
2) Porsi 1 porsi ½ porsipun tidak
habis
3) Menu makanan Nasi, lauk pauk Bubur saring
4) Pantangan Tidak ada Pedas, asam
5) Masalah Tidak ada Mual dan muntah
saat makan
b. Minum
1) Frekuensi 5xsehari 5xsehari
2) Jumlah 800cc 250cc
3) Jenis minuman Air putih Air putih
4) Pantangan Tidak ada Air dingin
5) Masalah Tidak ada Mual dan muntah
saat minum
2 Eliminasi
a. BAB
1) Frekuensi 1xsehari 4xsehari
2) Konsistensi Lembek cair
3) Warna Kuning Kuning
4) Bau Khas Berbau tidak khas
5) Masalah Tidak ada Sulit BAB
b. BAK
1) Frekuensi 6xsehari 2xsehari
2) Jumlah 600cc 200 cc
3) Bau Khas Khas
4) Warna Kuninng jernih Kuning jernih
5) Masalah Tidak ada Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
a. Siang
1) Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari

13
2) Lamanya 2 jam 2 jam
3) Kualitas Nyenyak Nyenyak
4) Masalah Tidak ada Tidak ada
b. Malam
1) Frekuensi 1 x semalam 1 x semalam
2) Lamanya 8 jam 8 jam
3) Kualitas Nyenyak Nyenyak
4) masalah Tidak ada Tidak ada
4 Personal hygiene
a. mandi 2 x sehari 1 x seahri
b. gosok gig 2 x sehari 1 x sehari
c. cuci rambut 1 x sehari 1 x sehari
d. gunting kuku 1 x seminggu Belum pernah
e. ganti pakaian 1 x sehari 1 x sehari
f. masalah Tidak ada Tidak ada
5 Aktivitas Dalam batas Dalam batas wajar
wajar usia usia

a. masalah Tidak ada Tidak ada

5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum sedang, klien terpasang infus, terpasang oksigen, klien terlihat sukar
bernafas, BB : 15 Kg, tinggi badan 85 Cm.
b) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran Composmentis, GSC : Eye: 4, Motorik: 6, Verbal: 5, total 15.
c) Tanda-tanda Vital
(1) Tekanan darah : 80/60 MmHg
(2) Nadi : 120 x/ menit
(3) Respirasi : 42 x/ menit
(4) Suhu tubuh : 38 oC
d) Kulit
Warna kulit sama dengan daerah sekitar, tidak ada lesi, tidak ada petteng edema,
tekstur kulit lunak, turgor kulit normal kembali dalam keadaan semula.

14
e) Kepala
Rambut berawarna hitma legam, distribusi dan penyebaran merata, kualitas tidak
mudah dicabut, tidak terdapat alopesia, tidak terdapat seborhea, tidak ada lesi, tidak
terdapat edema, bentuk simetris, fontanel normal dan tidak ada nyeri tekan saat
dipalpasi.
f) Mata
Alis mata tumbuh di atas rot, simetris, distribusi dan penyebaran merata, kualitas tidak
mudah ronrok, tidak ada nyeri tekan, reflek kedip secara sepontan, enam lapang
pandang normal, fisus mata normal, sclera mata berwarna putih jernih, konjungtiva
ananemis dan tidak ada tanda-tanda penurunan fungsi penglihatan.
g) Hidung
Ukuran dan bentuk simetris, warna sama dengan daerah sekitar, terdapat 2 lubang
hidung yang disekat dengan satu septum, terdapat silia, tidak terdapat benjolan pada
mukosa hidung, tidak terdapat nyeri tekan pada area hidung, klien tampak sulit
bernafas, fungsi penciuman baik.
h) Mulut
Warna bibir merah, bentuk simetris, tidak terdapat tanda-tanda hipoksia, bibir lembab,
susunan gigi tumbuh dengan baik, tidak ada karries, tidak terdapat pembesaran tonsil,
uvula bergetar saat bersuara, mukosa mulut merah muda, tidak ada stomatitis dan
indra pengecapan normal.
i) Telinga
Bentuk simetris dan sejajar dengan kantus mata, tidak ada lesi, kulit sama dengan
daerah sekitar, terdapat serumen, test pendengaran baik dan tidak terdepat nyeri tekan.
j) Leher
Warna kulit sama dengan daerah sekitar, kedudukan trakea normal, tidak terjadi
pembengkakan pada limfe maupun kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak tampak
peningkatan vena jugularis maupun arteri karotis, ROM normal dan tidak ada nyeri
tekan.
k) Thorax
Warna kulit sama dengan daerha sekitar, postur dada baik, bentuk simetris, tidak
terdapat lesi maupun edema, tidak terdengar bunyi wheezing, setidor, gurgling
maupun ronchy, otot bantu pernafasan positif, nafas cepat dan dangkal, irama jantung
reguler, tidak ada kelainan pada jantung, tidak ada nyeri tekan pada bagian mamae,
terdapat puting susu yang dikelilingi areola.

15
l) Abdomen
Bentuk tidak simetris, tidak ada lesi, terdapat edema pada perut, terdapat distensi
abdomen, , bising usus 10x / menit dan terdapat nyeri tekan pada abdomen..
m) Ektremitas
Tidak ada lesi, tidak ada edema, reflek trisep maupun bisep normal, tonus otot normal,
akral hangat, CRT kurang dari 1 detik dan tidak ada tanda-tanda cyanosis.
n) Genetelia
Bentuk normal, tidak ada lesi.

16
2. Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
1 DS: Tidak adanya segmen Pola Nafas tidak efektif
1. Ibu klien mengatakan aganglionik
bahwa klie sulit
bernafas Peristaltik abnormal
DO:
1. Klien tampak sukar Obstruksi pada usus
bernafas bessar

Konstipasi

Perut membesar dan


distensi abdomen

Pola nafas terganggu


2 DS: Tidak adanya segmen Nutrisi kurang dari
1. Ibu klien mengatakan aganglionik kebutuhan tubuh
anaknya sering muntah
jika makan dan minum Peristaltik abnormal
DO:
1. Klien muntah Gangguan rasa nyaman

Mual muntah

Resiko kekurangan
nutrisi
3 DS: Tidak adanya segmen Hypertermi
1. Ibu klien mengatakan aganglionik
anaknya demam
DO: Peristaltik abnormal
1. S: 380c
2. Leukocyt 13.300/uL Obstruksi pada usus
bessar

17
Konstipasi

Terjadi pembusukan
feses dalam usus

Inflamasi

Hypertermi

3. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.
c. Hypeertermi berhubungan dengan proses infalamasi pada usus besar.

18
4. NCP

No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
NOC NIC
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 1. Monitor frekuensi, ritme, kedalamam
ekspansi paru 24 jam pola nafas dapat teratasi, dengan pernafasan.
kriteria hasil : 2. Berikan posisi semi vowler
1. Frekuensi pernafasan dalam batas normal 3. Catat pergerakan dada, kesimetrisan,
2. Irama nafas sesuai yang diharapkan penggunaan otot tambahan.
3. Ekspansi dada simetris 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
4. Bernafas mudah oksigenasi
5. Keadaan inspirasi

2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor mual dan muntah
berhubungan dengan intake tidak adekuat selama 1 x 24 jam intake nutrisi kembali 2. Monitor intake nutrisi
adekuat dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan pada keluarga pasien untuk
1. Mual dan muntah teratasi memberikan ASI
2. Menunjukan intake nutrisi yang signifikan 4. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.

17
3 Hypeertermi berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi suhu tubuh
infalamasi pada usus besar selama 1 x 24 jam Hypertermi teratasi dengan 2. Berikan kompres
kriteria hasil: 3. Berikan minum sedikit demi sedikit untuk
1. Suhu tubuh kembali dalam batas normal mengurangi dampak dari evaporasi
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antipiretik

18
1. Implementasi
No tanggal DX Tindakan dan Respon Paraf
1 21-02-2018 1 21:00 WIB
T1: meitung frekuensi pernafasan
R1: 22x / menit

T2: memberikan posisi semi vowler


R2: sesak nafas berkurang

T3: memberikan posisi semi vowler


R3: nafas terbantu

T4: mencatat pergerakan dinding dada


R4: tampak menggunakan otot bantu
pernafasan

T5: berkolaborasi dengan dokter untuk


oksigenasi
R5: pernafasan terbantu
2 21-02-2018 2 21:30 WIB
T1: memonitor mual dan muntah
R1: terpantau

T2: memonitor intake nutrisi


R2: nutrisi dapat terjadwal

T3: menganjurkan memberikan ASI


R3: Kebutuhan terpenuhi

T4: berkolborasi dengan ahli gizi


R4: gizi terpantau
3 21-02-2018 3 22:00 WIB
T1: mengobservasi suhu tubuh
R1: suhu 380c

19
T2: memberikan kompres
R2: suhu tubuh turun

T3: memberikan minum sedikit demi


Sedikit
R3: dehidrasi dapat tercegah

T4: berkolaborasi untuk memberikan


Antipiretik
R4: Suhu tubuh 36,80c

20
2. Evaluasi
No tanggal DX Evaluasi Paraf
1 22-02-2018 1 S:
1. Ibu klien mengatakan anaknya tidak
sulit bernafas
O:
1. Klien tidak tampak sukar bernafas
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 22-02-2018 2 S:
1. Ibu klien mengatakan anaknya
sudah tidak mual muntah
2. Ibu klien mengatakan saat makan
dan minum tidak mual dan muntah
O:
1. Tidak tampak mual dan muntah
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

3 27-12-2017 3 S:
1. Ibu klien mengatakan anaknya
sudah tidak demam
O:
1. Sushu tubuh 36,80c
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

21

Anda mungkin juga menyukai