Anda di halaman 1dari 13

PERAWATAN KAKI

DIABETIC

KELOMPOK 3 :

ALFIN PRTAMA
MAYASARI LINGGA
THERESIA FEIGA SIREGAR
RAMAYA PINTE
EFENDI PUTRA HULU
IIN IVNING SIRAIT

3.1 PSIK

DOSEN PENGAMPU : Ns. Agnes Silvina Marbun, S.Kep,M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dalam bentuk Makalah
yang berjudul “Perawatan Kaki Diabetic”. Makalah ini kami susun berdasarkan data-data
yang telah kami ambil dari Buku maupun internet.

Hambatan yang kami temui pada penyusunan Makalah ini adalah kurangnya waktu
penyusunan karena banyaknya tugas kami pada mata kuliah lain. Selesainya makalah ini
tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu.

Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, penulis
tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata,
tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.

Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
bermaksud untuk memberikan kritik dan saran bersifat membangun dengan maksud
meningkatkan pengetahuan penulis agar lebih baik dalam karya selanjutnya dan dapat
memperbaiki kualitas makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah kami yang berjudul " Perawatan Kaki Diabetic” ini
bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dan yang terdapat dalam makalah ini dapat
menjadi pembelajaran dan ilmu yang berguna bagi para pembaca.

Medan, 28 Maret 2018


Penulis

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
adanya peningkatan kadar gula dalam darah. Diabetes terjadi karena adanya masalah dengan
produksi hormon insulin oleh pankreas, baik hormon itu tidak diproduksi dalam jumlah yang
benar, maupun tubuh tidak bisa menggunakan hormon insulin yang benar (Martinus, 2005:2).
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan mikroskop elektron (Mansjoer, A, 2000: 53).
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003,
setidaknya ada 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20 – 79 tahun
yang menderita diabetes mellitus. Sekitar 80% diantaranya, berada di negara berkembang,
salah satunya adalah Negara Indonesia (DepKes RI, 2005).
Penderita diabetes mempunyai resiko 15% terjadinya ulkus kaki diabetik pada masa
hidupnya dan resiko terjadinya kekambuhan dalam 5 tahun sebesar 70%. Neuropati perifer,
penyakit vaskuler perifer, beban tekanan abnormal pada plantar dan infeksi menjadi resiko
penting untuk terjadinya ulkus kaki diabetik dan amputasi (Stefan, et al dalam Putu, I, 2005).
Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat dari
komplikasi mikro dan makrovaskuler oleh karena diabetes. Ulkus kaki diabetes sering
diawali dengan cedera pada jaringan lunak kaki, pembentukan fisura antara jari-jari kaki atau
di daerah kulit yang kering, atau pembentukan sebuah kalus. Cedera tidak dirasakan oleh
pasien yang kepekaan kakinya sudah menghilang dan bisa berupa cedera termal (misalnya,
berjalan dengan kaki telanjang di jalan yang panas, atau memeriksa air panas untuk mandi
dengan menggunakan kaki), cedera kimia (misalnya, membuat kaki terbakar pada saat
menggunakan preparat kaustik untuk menghilangkan kalus, veruka atau bunion), atau cedera
traumatik (misalnya, melukai kulit ketika menggunting kuku kaki, menginjak benda asing
dalam sepatu, atau mengenakan kaus kaki yang tidak pas) (Smeltzer and Bare, 2002: 1276).
Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi menahun yang paling ditakuti dan
mengesalkan bagi penderita DM, baik ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang
diperlukan untuk pengobatan yang menghabiskan dana 3 kali lebih banyak dibandingkan
tanpa ulkus. Menurut Waspadji, dari Divisi Endokrin Metabolik, Departemen Penyakit
Dalam FKUI, penyandang diabetes yang harus menjalani amputasi di Indonesia jumlahnya
sekitar 25%, (data tahun 2003) dari seluruh pasien yang dirawat karena kakinya bermasalah.
Padahal menurutnya, hal itu tidak perlu terjadi apabila penyandang diabetes mempunyai
pengetahuan dan secara serius mau menjaga dan merawat kakinya secara rutin (Adam, 2008).
Berdasarkan data Persadia Jawa Timur, jumlah diabetesi di Jawa Timur diperkirakan
mencapai enam persen dari total jumlah penduduk Jatim (Adi, S, 2008), sedangkan dari data
bagian penyakit dalam RSSA Malang tercatat penderita diabetes tahun 2008 yang menjalani
rawat jalan lebih dari lima ribu pasien dan jumlah penderita diabetes yang mengalami
komplikasi dan harus diamputasi kakinya cukup banyak. Meskipun tidak disebutkan secara
pasti jumlahnya, namun di tahun 2008, diperkirakan lebih dari tiga belas pasien yang
menjalani amputasi kaki (Moda, P dalam Ira, 2008).
Oleh karenanya, berpedoman pada pencegahan jauh lebih baik dari pada pengobatan,
sudah selayaknya perawatan kaki harus mendapat perhatian utama. Cara yang terbaik untuk
pencegahan ialah mengajari penderita untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan
terjadinya kelainan kaki seperti pemeriksaan diri secara cermat, sepatu khusus, peminimalan
trauma, pendeteksian dini, senam kaki diabetes dan penanganan ulkus kaki secara lebih
agresif, pembersihan jaringan mati, perawatan khusus serta pemberian antibiotika dan
pengobatan lain secara dini, di samping pemeriksaan kaki. Dengan cara tersebut diharapkan
angka kejadian ulkus diabetikum dapat berkurang serta mampu menurunkan resiko amputasi
di Rumah Sakit.

1.2 Tujuan Penulisan


Untuk mengidentifikasi manajemen perawatan kaki untuk mencegah luka ulkus
diabetikum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di
negara kita, ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi. Hal ini disebabkan pankreas dalam
tubuh tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup. Bisa juga karena tubuh tidak dapat
menggunakan insulin dengan baik.
Perawatan kaki DM merupakan perawatan kaki yang dilakukan pada penderita
diabetes untuk mencegah terjadinya ulkus (luka). Tahapan perawatan kaki yaitu dengan
memeriksa kondisi kaki setiap hari. Apakah terdapat kemerahan, bengkak, lecet dan nyeri.
Adanya gangguan saraf perasa pada penderita DM mengakibatkan pasien tidak sensitif
merasakan luka kecil di kaki, dapat juga tiba-tiba muncul kapalan, bisul atau luka
bernanah. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan secara rutin dan minimal sekali sehari.
Sebelum memakai alas kaki, lihat dahulu apakah alas kaki aman, tidak terdapat kerikil
atau batu. Jika kesulitan melihat telapak kaki bisa menggunakan cermin. Jika terdapat sesuatu
yang tidak biasa pada kaki segera periksakan ke dokter terdekat, apakah luka tersebut
berpotensi menjadi ulkus DM.

2.2 Alat dan Bahan


a) Sabun
b) Minyak zaitun/ minyak kelapa
c) Air hangat
d) Baskom untuk merendam
e) Gunting kuku
f) Lulur mandi
g) Handuk kecil
h) Pelembab/lotion

2.3 Langkah-langkah Tindakan


A. Cara melakukan pemeriksaan kaki diabetes (inspeksi)
 Menggunakan cermin untuk memeriksa seluruh bagian kaki yang sulit dijangkau
terutama telapak kaki dari luka atau kelainan yang lain (gambar 2.2)
 Menggunakan kaca pembesar (lop) untuk mengetahui hasil yang lebih baik
 Jika penglihatan klien berkurang, maka klien dapat meminta bantuan anggota
keluarga atau orang lain untuk memeriksanya.

Gambar : Cara memeriksa telapak kaki (inspeksi)

B. Area pemeriksaan kaki


 Kuku jari: periksa adanya kuku tumbuh di bawah kulit (ingrown nail), robekan
atau retakan pada kuku

Gambar : Ingrown nail (kuku tumbuh dibawah kulit)

 Kulit: periksa kulit di sela-sela jari (dari ujung hingga pangkal jari), apakah ada
kulit retak, melepuh, luka, atau perdarahan .

Gambar : Pemeriksaan sela – sela jari kaki


 Telapak kaki: Periksa kemungkinan adanya luka pada telapak kaki, apakah
terdapat kalus (kapalan), palantar warts, atau kulit telapak kaki yang retak (fisura)
(gambar 2.5)

Gambar : Lokasi umum luka dan kelainan pada telapak kaki

 Kelainan bentuk tulang pada kaki: periksa adanya kelainan kaki seperti kaki
bunion, charchot’s atropathy, hammer toe, clawed toe (gambar 2.6)

(A) (B)
Gambar : Beberapa kelainan pada kaki diabetesBunion Charchot’s atropathy(A)
Hammer toe Clawed toe(B)

 Kelembaban kulit: periksa kelembaban kulit dan cek kemungkinan adanya kulit
berkerak dan kekeringan kulit akibat luka (gambar 2.7)

Gambar : Kulit kering (berkerak)


 Bau: periksa kemungkinan adanya bau dari beberapa sumber pada daerah kaki
(IDF, 2009).

C. Perawatan (mencuci dan membersihkan) kaki


 Menyiapkan air hangat: uji air hangat dengan siku untuk mencegah cedera
 Cuci kaki dengan sabun yang lembut (sabun bayi atau sabun cair) untuk
menghindari cedera ketika menyabun.
 Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan sela-sela jari kaki,
terutama sela jari kaki ke-3-4 dan ke-4-5.
 Oleskan lotion pada semua permukaan kulit kaki untuk menghindari kulit kering
dan pecah pecah.

Gambar : Mengoleskan lotion pada kaki


 Jangan gunakan lotion di sela-sela jari kaki. Karena akan meningkatkan
kelembapan dan akan menjadi media yang baik untuk berkembangnya
mikroorganisme (fungi) (Nico, A, 2008).

D. Perawatan kuku kaki


 Potong dan Rawat kuku secara teratur. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu
mandi dan berikan cream pelembab kuku.
 Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek
atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam. Jika ragu,
Anda bisa meminta bantuan keluarga atau dokter untuk memotong kuku Anda
(Nico, A, 2008)

Gambar : Arah yang benar pada pemotongan kuku pada kaki diabetes
 Hindarkan terjadinya luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras, sulit
dipotong, rendam kaki dengan air hangat selama ± 5 menit.

Hal-hal yang harus dihindari dalam perawatan kaki diabetes


 Jangan berjalan tanpa menggunakan alas kaki
 Hindari penggunaan plester pada kulit
 Jaga agar kaki tidak kontak dengan air panas (jangan gunakan botol panas atau
peralatan listrik untuk memanaskan kaki ketika mengalami nyeri)
 Jangan gunakan batu /silet untuk mengurangi kapalan (callus)
 Jangan gunakan pisau /silet untuk memotong kuku kaki
 Jangan membiarkan luka kecil di kaki, sekecil apa pun luka tersebut

E. Pemilihan alas kaki yang baik


Sepatu memiliki peranan yang penting dalam kehidupan kita. Kaki menahan
berat yang keseluruhan sama dengan beberapa ton setiap harinya. Karena itulah kaki
lebih sering terluka dibandingkan bagian tubuh yang lain, sehingga penting untuk
merawat kaki dan memakai sepatu yang tepat. Berikut adalah cara dalam memilih
sepatu yaitu:
 Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi
luka, tidak terkecuali di dalam rumah
 Usahakan membeli sepatu pada sore hari, karena saat itu kaki melebar optimal
karena aktifitas.
 Jangan memakai sepatu baru lebih dari satu jam dalam sekali pakai dan pastikan
sepatu tidak ada jahitan yang lepas atau rusak.
 Pilih sepatu dengan ukuran dan lebar yang sesuai, pastikan bagian terlebar dari
kaki terpasang pada sepatu dengan aman dan nyaman (sepatu yang agak lebar)
jangan yang lancip dan khususnya wanita jangan dengan sepatu hak tinggi. Sepatu
sebaiknya 0,5 inchi lebih panjang dari jari kaki terpanjang (jempol kaki) untuk
menghindari cedera (gambar 2.10) (IDF, 2009)

Gambar : Ukuran dan bentuk sepatu yang baik untuk kaki diabetes
 Periksa bagian dalam sepatu sebelum pemakaian: tumit sepatu, telapak kaki,
bagian atas, bagian dalam dasar (alas) dan tepi.
 Selalu periksa sepatu dan kaos kaki dari benda asing/ benda tajam: menghilangkan
benda asing sebelum memakainya.
 Jangan mempergunakan kaos kaki yang terlalu ketat/ elastik, gunakan kaos kaki
yang terbuat dari kapas, wol, atau campuran kapas dan wol. Selain itu, gunakan
kaos kaki yang berwarna terang (putih). Khusus pada wanita dianjurkan untuk
tidak memakai stocking.

Gambar : Kaos kaki yang sesuai bagi penderita diabetes

 Lakukan tes berikut untuk mengetahui apakah sepatu telah pas di kaki:
 Berdirilah di atas selembar kertas. (Pastikan Anda berdiri, bukan duduk, karena
bentuk kaki berubah saat Anda berdiri).
 Perhatikan garis kaki Anda dan garis sepatu Anda
 Bandingkan keduanya: apakah sepatu terlalu sempit, apakah bagian terlebar kaki
sudah aman dan nyaman serta adakah kemungkinan kaki akan mengalami kram di
dalam sepatu.
 Lepas sepatu setiap 4 - 6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-jari kaki agar
sirkulasi darah tetap baik
 (Canadian Family Physician, 2001:1014)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan mikroskop elektron. Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik
diabetes mellitus yang berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya
kematian jaringan setempat. Cara pencegahan luka ulkus diabetika dimulai dengan
mengidentifikasi faktor resiko dan dilanjutkan dengan perawatan kaki. Manajemen perawatan
kaki untuk mencegah luka ulkus diabetika meliputi pemeriksaan dan perawatan kaki secara
mandiri, pemilihan alas kaki yang baik, dan senam kaki diabetik. Dengan cara tersebut dapat
meminimalkan resiko terjadinya luka ulkus diabetik pada penderita diabetes mellitus.

3.2 Saran
Manajemen perawatan kaki dalam mencegah terjadinya ulkus diabetikum seharusnya
dilakukan secara komprehensif dan kontinyu. Hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan
komplikasi yang lebih lanjut. Oleh karena itu pentingnya perawatan kaki untuk mencegah
ulkus diabetikum diantaranya adalah:
a) Melakukan pemeriksaan pada kaki diabetesi sedini mungkin, bisa menggunakan cermin,
kaca pembesar, atau meminta bantuan anggota keluarga atau orang lain untuk
memeriksanya karena sulit dijangkau terutama telapak kaki.
b) Memeriksa kaki setiap hari. Mulai kuku jari, kulit kaki, telapak kaki, dan bau. Jika
mengalami kesulitan atau masalah dalam pemeriksaannya, hendaknya datang ke petugas
kesehatan yang terdekat.
c) Mencuci dan membersihkan kaki setiap hari. Hal ini dapat menghilangkan kuman
penyebab infeksi di kakinya dengan menggunakan air hangat atau setelah selesai mencuci
kaki biasa diberi lotion pada permukaan telapak kaki. Kecuali pada sela-sela kaki.
d) Merawat dan memotong kuku dengan benar dan teratur.
e) Jangan menggunakan batu/silet untuk mengurangi kapalan (callus) dan jangan
membiarkan luka kecil di kaki, sekecil apa pun luka tersebut.
f) Menggunakan kaos kaki dan sepatu yang tepat dan nyaman.
g) Melakukan senam kaki diabetik untuk melancarkan vaskularisasi pada kaki diabetesi.
h) Mengatur pola makan dengan kriteria 3J (Jumlah,Jenis, dan Jadwal) dan menghindari
rokok ataupun alkohol.
i) Melakukan pengobatan secara rutin dan sesuai petunjuk dari petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Canadian family Physycian. 2001. Diabetic Foot Ulcer, Pathophysiology, Assessment, and
Therapy._: Can family physician.

Doenges Marilynn E.2000.Rencana AsuhanKeperawatan,


PedomanuntukPerencanaandanPendokumentasianPerawatanPasien.Jakarta:Edisi
3, EGC.

Gallo & Hundak.1987.Keperawatan Kritis, PendekatanHolistik.Jakarta:Edisi VI, EGC.

Martinus. 2005. 1001 Tentang Diabetes. Bandung: Media Inc.

Adam. 13 September 2008. Perawatan Kaki Diabetes, (Online), (http://www. Perawatan


Kaki Diabetes smallCrab online.mht, diakses tanggal 20/6/2011 pukul 20:38 WIB)

Admin. 11 maret 2009. Ulkus diabetikum, (Online), (http://abhique.blogspot


.com/2009/11/ulkus-diabetikum.html, diakses tanggal 21/6/2011 pukul 21:50 WIB)

DepKes RI. 9 Juni 2005. Diabetes Mellitus Masalah Kesehatan Masyarakat yang Luas,
(Online),
(http://med.depkes.ac.id/DataJurnal/tahun2005vol26/Vol26No.3Supplementok/9-
John%20, diakses tanggal 22/6/2011 pukul 14:38 WIB)

International Diabetes Federation. 2009. International Consensus on the Management and


the Prevention of the Diabetic Foot, (Online), (http://www.diabetic-foot-
consensus.com, diaksestanggal 22/6/2011 pukul 15:09 WIB)

Anda mungkin juga menyukai