Anda di halaman 1dari 3

REVIEW JURNAL

Judul : The Accounting Delusion: Faith and Trust in IFRS Reporting

Volume : Vol. 14, No. 1

Tanggal Publikasi : 1 Januari 2016

Penulis : Prof. Janek Ratnatunga dan Dr Ana Sopanah

Reviewer : Kusumaningayu N (16312023)

Zibda Syafaqoti (16312023)

Farah Shinta Q. A (16312211)

Latar Belakang

Standar akuntansi keuangan telah ditetapkan secara global untuk memudahkan pelaporan
keuangan disetiap perusahaan di berbagai negara. Akan tetapi, setelah beberapa tahun
diterapkannya standar akuntansi diberbagai negara ditemukan beberapa kecurangan,
contohnya kasus di Australia, banyak pemegang saham dan perushaan bangkrut karena nilai
yang dilaporkan pemegang saham dengan jumlah yang dilaporkan ternyata tidak sesuai dan
hanya delusi monumental. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan dari standar akuntansi itu
sendiri sehingga terdapat banyak auditor yang melakukan kecurangan dalam menerapkan
standar akuntansi yang menyebabkan fair value dari perusahaan mendekati 0, sehingga
menyebabkan beberapa perusahaan bangkrut. Seharusnya, auditor punya pekerjaan yang harus
dilakukan, yaitu memeriksa apakah akun perusahaan itu 'benar Dan adil '. Jika akun kemudian
ternyata tidak benar, maka auditor memiliki beberapa untuk melakukan bahkan jika itu adalah
direktur yang berbohong. Karena itu, profesi auditoryang menyalahkan standar akuntansi dapat
terus menipu masyarakat dan merudak kredibilitas profesi jika tidak dilakukan perubahan.
Setahun setelah Ratnatunga dan Jones (2007) membuat prediksi mengerikan ini, Krisis
Keuangan Global (Global Financial Crisis / GFC) terjadi dan banyak kesalahan ditempatkan
pada ketidakjelasan peraturan yang mengatur akuntansi dan aset keuangan.

Tujuan

Mengembalikan integritas dan kepercayaan audit demi mewujudkan representasi nilai


perusahaan yang benar dan adil.
Metode

Metode pengumpulan data dari berbagai kasus yang telah terjadi di berbagai negara tentang
penerapan standar akutansi IFRS dan GAAP

Pembahasan

Dalam ekonomi kapitalisme, ada bukti anekdotal dan empirik yang berkembang bahwa
paradigma akuntansi era industri kita saat ini menjadi semakin tidak relevan dalam paradigma
ekonomi era informasi. Dalam beberapa tahun terakhir, sebuah paradigma ekonomi baru telah
muncul, yaitu ekonomi yang berpengaruh. Pemikiran baru adalah bahwa apa pun langkah-
langkah baru yang diturunkan pada akhirnya harus memotivasi mesin ekonomi ekonomi ini;
Yaitu tenaga kerja yang memiliki motivasi tinggi. Pemberdayaan tenaga kerja, atau
pemberdayaan, dipandang sebagai bahan bakar yang memungkinkan mesin ini didorong secara
efisien dan efektif, memberi mereka budaya kepemilikan strategis. Namun, pada akhirnya,
bagaimana kinerja tenaga kerja dalam memenuhi tujuan organisasi yang dapat diukur, dan
penghargaan yang mereka dapatkan untuk kinerja yang baik, yang akan mendorong motivasi
mereka untuk menyesuaikan diri dengan strategi organisasi. Dengan demikian, "supir
motivasi" akan berasal dari jajaran profesional informasi, dan akuntan dapat berperan penting
dalam paradigma ekonomi yang sedang berkembang ini, namun hanya jika profesinya
mengenali peluangnya.

Standar akuntansi memiliki ciri khas konsisten, erpedoman, dan memiliki batasan. Namun,
standar akuntansi ini baik rule base maupun principle base dibangun pada fondasi ekonomi
tradisional. Masalah ini dirasakan ketika akuntan dan auditor menghadapi lingkungan ekonomi
modern, seperti adanya B2B, internet, dll. Di Australia, seperti di kebanyakan negara, Undang-
undang Korporasi mengharuskan direksi memberikan pandangan "Benar dan Adil" atas kinerja
perusahaan mereka. selain itu, kebanyakan pemerintah mengambil peran pengawasan yang
lebih besar. Misalnya, di Australia, Financial Reporting Council (FRC) dan lembaga
pemerintah lainnya seperti Australian Securities and Investments Commission (ASIC)
memiliki peran keteraturan yang signifikan. Di lingkungan yang diatur ini, konsep 'keuntungan
perundang-undangan' telah muncul, yaitu kategori perusahaan tertentu harus melaporkan
keuntungan berdasarkan IFRS. Di AS, undang-undang yang lebih komprehensif yang
dimaksudkan untuk menciptakan praktik akuntansi yang lebih baik dengan pengawasan dari
badan legislatif. Audit dalam proses akuntansi itu memerlukan perhatian jangka panjang.
Kualitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan mempengaruhi pasar modal dalam
menentukan tingkat risiko dan return yang dibutuhkan pada suatu investasi. Dengan tidak
adanya integritas internal yang kuat dalam akuntansi, terutama karena didasarkan pada
paradigma ekonomi yang ketinggalan jaman, laporan semacam itu menjadi lebih sulit bagi
auditor untuk memastikan bahwa nilai yang disajikan benar dan adil. Tujuan akuntansi adalah
untuk memberikan umpan balik yang "benar dan adil" kepada para investor atas kinerja
perusahaan agar memungkinkan keputusan efektif mengenai penempatan dan alokasi dana
pemegang saham. Sayangnya, akuntan belum mampu mempertahankan perspektif
penatagunaan yang kuat, sehingga memperburuk kemungkinan masalah perusahaan semakin
besar. Situasi ini telah mengakibatkan berkurangnya kapasitas bagi perusahaan untuk
memberikan informasi yang kredibel, akurat, relevan dan tepat waktu.

Hasil dan Kesimpulan

Meninggalkan conceptual framework yang sudah ketinggalan zaman dan tidak relevan dengan
paradigma ekonomi modern, dengan membuat conceptual framework yang baru dan
mempertimbangkan pengakuan dan pengukuran aset tak berwujud, masalah waktu, akurasi dan
asumsi stabilitas informasi

Anda mungkin juga menyukai