Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya pemberantasan penyakit menular dan tidak menular merupakan
salah satu program dalam rangka menciptakan keadaan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat yang mencapai derajat kesehatan yang seoptimal-
optimalnya. Terjadinya perubahan gaya hidup sebagai dampak dari transisi
demografi merupakan tantangan terhadap upaya pemberantasan terhadap
penyakit, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak
menular.
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak disebabkan oleh
kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme
pada jaringan tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut contohnya ialah;
batuk, sariawan, sakit perut, dan sebagainya.
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang
menjangkuti tubuh manusia. Kuman dapat berupa virus, bakteri, amuba, atau
jamur.Dan kanker servik adalah salah satu contoh penyakit menular yang
disebabkan oleh beberapa tipe dari virus yang disebut Human Papilloma
Virus (HPV).
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti
statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita
yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Layaknya semua kanker, kanker
leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher
rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi
sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut.

1
Menurut Siregar (2002), kanker leher rahim merupakan kanker kedua
terbanyak ditemukan pada wanita di dunia. Kurang lebih 500.000 kasus baru
kanker leher rahim terjadi tiap tahun dan tiga perempatnya terjadi di negara
berkembang. Kanker servik uteri atau leher rahim ini menduduki peringkat
utama dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada kasus kanker yang
menyerang wanita di Indonesia. Data departemen kesehatan menunjukkan
hingga kini jumlah penderitanya mencapai 50 per 100.000 penduduk. Oleh
sebab itu diperlukan upaya maksimal dalam rangka penanggulangan terhadap
kejadian kanker servik yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu dengan
Kanker Serviks menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Kanker Serviks.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada Ibu
dengan Kanker Serviks berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu dengan Kanker Serviks
dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
 Melakukan pengkajian
 Menginterpretasikan data dasar
 Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
 Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
 Mengembangkan rencana intervensi
 Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
 Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu
dengan Kanker Serviks dalam bentuk catatan SOAP
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian

2
Kanker leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di
dalam leher rahim/serviks, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara
rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Anonim, 2009).
Kanker Leher Rahim adalah kanker yang terjadi pada Cervix Uteri,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina) (Sarwono, 2005).
Kanker Serviks atau Cervikal Cancer adalah kanker primer dari
serviks (kanalis servicalis dan atau portio) (Andrijono, 2007).
2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker serviks belum diketahui, namun hasil
penelitian studi menyatakan dengan jelas bahwa sebagian besar dari
timbulnya kanker dapat disebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Kanker
serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara
tidak terkendali. Jika sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk
suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bersifat jinak atau ganas.
Jika tumor tersebut ganas, maka keadaan ini disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti.
Namun terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks :
a. HPV (Human Papiloma Virus)
HPV adalah virus penyebab kondiloma akuminata yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV
tipe 16,18,45 dan 56.
b. Merokok
c. Hubungan seksual pertama dilakukan usia dini
d. Berganti-ganti pasangan seksual
e. Infeksi herpes genital atau infeksi klamidia menahun
f. Faktor-faktor atau zat-zat yang dapat menyebabkan kanker disebut
Karsinogen (Hidayat, 2009).

3
3. Tanda dan Gejala
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala
dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita menjalani
pemeriksaan panggul dan Pap Smear. Gejala biasanya baru muncul ketika
sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke
jaringan di sekitarnya.
Pada saat ini akan timbul gejala sebagai berikut :
a. Perdarahan pervaginam yang abnormal, terutama diantara 2
menstruasi setelah melakukan coitus dan setelah menopause
b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
c. Keputihan yang menetap dengan cairan yang encer, berwarna hijau,
coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari Kanker Serviks Stadium Lanjut :
a. Nafsu makan berkurang, penurunan BB, kelelahan
b. Nyeri panggul, punggung atau tungkai
c. Dari vagina keluar air kemih atau tinja (Markus, 2009).
4. Patofisiologi
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tak terkendali. 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuaomosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim.
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak meminimalkan gejala
dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani
pemeriksaan panggul dan pap smear.
5. Klasifikasi Klinis
Tingkat Keganasan menurut Figo 1978
Tingkat Kriteria
SO · Karsinoma in situ (KIS) karsinoma nitra epitel
(membran bersalis masih utuh)
SI · Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke
korpus uteri
S.Ia · Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah

4
rusak dan sel tumor sudah memasuki stroma (tidak > 1mm)
sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfe atau
pembuluh darah.
S.Ib · Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologik menunjukkan invasi stroma serviks uteri.
S.II · Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan
menjalar ke dua pertiga bagian atas vagina dan / ke
parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
S.IIa · Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas
dari infiltrat tumor
S.IIb · Penyebaran ke parametrium, uni/bilateral tetapi belum
sampai dinding panggul
S.III · Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina
atau ke parametrium sampai dinding panggul.
S.IIIa · Penyebaran sampai pada 1/3 bagian distal vagina,
sedang ke parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai
dinding panggul.
S.IIIb · Penyebaran sudah sampai dinding panggul, sudah ada
gangguan ginjal

S.IV · Proses kegananasan telah keluar dari panggul kecil dan


melibatkan mukosa rektum dan / atau kandung kemih
· IVa. Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
mengilfiltrasi mukosa rectum dan atau kandung kemih.
· IVb. Telah terjadi penyebaran jauh
(Prawirohardjo, 2005).
6. Diagnosis Kanker Serviks
a. Subjektif :
- Perdarahan pervaginam yang abnormal, terutama diantara 2
menstruasi setelah melakukan coitus dan setelah menopause
- Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
- Keputihan yang menetap dengan cairan yang encer, berwarna hijau,
coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk
- Nafsu makan berkurang, penurunan BB, kelelahan

5
- Nyeri panggul, punggung atau tungkai
- Dari vagina keluar air kemih atau tinja
b. Objektif :
- Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
- Inspeculo
- Pemeriksaan penunjang :
· X-ray dada : X-ray sering kali dapat menunjukkan apakah kanker
telah menyebar ke paru-paru.
· CT Scan : Suatu mesin X-ray yang dihubungkan ke sebuah
komputer mengambil suatu rentetan dari gambar-gambar yang
mendetail dari organ-organ Px. Pemeriksaan ini area-area normal
lebih mudah untuk dilihat. Suatu tumor di hati, paru-paru, atau di
mana saja dalam tubuh dapat terlihat pada CT Scan.
· MRI : Suatu magnet yang kuat yang dihubungkan ke sebuah
komputer digunakan untuk membuat gambar-gambar yang
mendetail dari pelvis dan perut Px. MRI dapat menunjukkan
apakah kanker telah menyebar.
· USG : Suatu alat ultrasound diletakkan pada perut atau
dimasukkan ke dalam vagina. Gambar yang dihasilkan dapat
menunjukkan apakah kanker telah menyebar (Anonim, 2009).
7. Pencegahan
Untuk mencegah kanker serviks banyak hal yang bisa dilakukan yaitu
antara lain, menghindari beberapa penyebab dari kanker serviks seperti
merokok, berganti-ganti pasangan hubungan seksual, melakukan
hubungan seksual di usia muda, dan ibu dengan paritas lebih dari 5. Selain
menghindari factor resiko, pada masa sekarang ini telah ada vaksin yang
bisa mencegah tumbuhnya sel HPV berlebihan melalui imunisasi HPV.
Selain dengan Imunisasi HPV dan menghindari factor resiko ada beberapa
screening yang bisa dilakukan secara teratur dan kontinyu agar kanker
serviks bisa dideteksi saat stadium awal sehingga dapat segera di obati,

6
beberapa screening yang bisa dilakukan yaitu dengan test IVA dan Pap
Smear.
8. Penanganan
Pada stadium O dan Ia dilakukan biopsi kerucut dan histerektomi
transvaginal. Pada stadium Ib dan IIa penanganan yang dillakukan yaitu
histerektomi radikal. sedangkan pada stadium IIb, III, dan IV dilakukan
histrektomi transvaginal. Dan pada stadium IVa dan IVb penanganan yang
diberikan yaitu radioterapi, radiasi paliatif, dan kemoterapi (Prawiroharjo,
2007).
9. Pengobatan
Pada pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung pada
beberapa sistem berikut:
a. Tingkat lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
b. Rencana penderita untuk hamil lagi
c. Usia dan keadaan umum penderita
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih
lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada
waktu pemeriksaan ystem. Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan
Pap Smear dan pemeriksaan panggul secara rutin.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa :
a. Kriosurgery (pembekuan)
b. Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)
c. Pembedahan besar, untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa
melukai jaringan yang sehat disekitarnya
d. LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau konisasi
Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan
kram atau nyeri lainnya. Perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari
vagina. Pada beberapa kasus mungkin perlu dilakukan histerektomi,
terutama jika sel-sel abnormal ditemukan di dalam lubang serviks.
Histerektomi dilakukan jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil
lagi.

7
Pengobatan untuk kanker serviks :
a. Pengobatan pada Ca Cervix tergantung pada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita
untuk tidak hamil lagi.
b. Pembedahan
Pada Karsinoma Institu, seluruh kanker sering kali dapat diangkat
dengan bantuan pisau bedah atau melalui LEEP. Dengan pengobatan ini
penderita masih bisa mempunyai anak, karena kanker bisa kembali
kambuh maka dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap
Smear setiap 3 bulan sekali selama 1 tahun pertama dan selanjutnya tiap
6 bulan. Jika pasien tidak memiliki rencana untuk hamil lagi,
dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker ysteme,
dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur disekitarnya
(histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening.Pada wanita muda,
ovarium yang normal dan berfungsi tidak diangkat.
c. Terapi Penyinaran (radioterapi) : efektif untuk mengobati kanker
ysteme yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radio terapi
digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya.
Ada 2 macam radioterapi, yaitu:
a. Radiasi Eksternal : Sinar berasal dari sebuah mesin besar. Penderita
tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
b. Radiasi Internal : Zat radio aktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam seviks. Kapsul ini dibiarkan selama
1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
- Iritasi rectum pada vagina
- Kerusakan kandung kemih dan rectum
- Ovarium berhenti berfungsi

8
- Kelelahan
- Sakit maag
- Sering ke belakang (diare)
- Mual
- Muntah
- Perubahan warna kulit (seperti terbakar)
- Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan
senggama menyakitkan
- Menopause dini
- Masalah dengan buang air kecil
- Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang
- Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia)
- Rendahnya jumlah sel darah putih
- Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)
d. Kemoterapi
Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan
radioterapi dan kemo berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut
(IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo dengan kombinasi obat,
misalnya hycamtin dan cisplatin. Pada kemoterapi digunakan obat-
obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti kanker bisa diberikan
melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan
dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan
periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi dengan
pemulihan, begitu seterusnya. Beberapa jenis kemoterapi yang biasanya
digunakan pada pengobatan kanker serviks adalah:
1) Carboplatin
2) Cisplatin
3) Paclitaxel
4) Fluorouracil (5FU)
5) Cyclophosphamide
6) Docetaxel

9
7) Ifosfamide
8) Gemcitabine

Syarat pengobatan kemoterapi


1) Hb > 10gr%
2) Fungsi lever dan ginjal dalam batas normal
3) Trombosit dalam batas normal
4) Waktu perdarahan dan pembekuan dalam batas normal
e. Terapi Biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki system
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan
pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya yang paling
sering digunakan ialah interferon.Yang bisa dikombinasikan dengan
kemoterapi (Anonim, 2009).
10. Kemoterapi untuk Kanker Serviks
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Biasanya obat-obatan diberikan melalui infuse ke pembuluh
darah atau melalui mulut. Setelah obat masuk ke aliran darah, mereka
menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-kadang beberapa obat diberikan
dalam satu waktu.
Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek samping ini
akan tergantung pada jenis obat yang diberikan, jumlah/dosis yang
diberikan, dan berapa lama pengobatan berlangsung. Efek samping bisa
termasuki:
a. Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan obat mual/muntah)
b. Kehilangan nafsu makan
c. Kerontokan rambut jangka pendek
d. Sariawan
e. Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel
darah putih)
f. Perdarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)

10
g. Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)
h. Kelelahan
i. Menopause dini
j. Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas). (Sudibyo, 2008)
11. Prosedur Kemoterapi
a. Persiapan alat dan obat
- Sebelum diberikan kemoterapi, maka harus dipersiapkan ukuran
TB, BB, luas badan, DL, fungsi ginjal, lever, gula darah, UL,
EKG, foto thorax AP/ lateral, ekokardiografi, BMP
- Periksa protocol dan program terapi yang digunakan, serta
waktu pemberian obat sebelumnya
- Siapkan paket obat kemoterapi dari depo farmasi
- Siapakan infuse set dan DC
- Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat
- Periksa adanya informed consent baik dari penderita maupun
keluarga
- Siapkan alat pelindfung diri ( scoret, hanscoen, masker )
- Catatan khusus
b. Persipan pasien
- Keadaan umum harus cukup baik
- Penderita mengerti pengobatan dan mengetahui efek samping
yang akan terjadi
- Jenis kanker diketahui sensitive terhadap kemoterapi
- Hemoglobin > 10 g %
- Leukosit > 5000/ ml
- Trombosit > 100.000/ ml (Sudibyo, 2008).

11
B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Kanker
Serviks
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : Usia yang rentan terjadinya kanker adalah
diatas 40 tahun.
Suku :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

2. Keluhan Utama
Perdarahan pervaginam yang abnormal, terutama diantara 2
menstruasi setelah melakukan coitus dan setelah menopause,
menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak), dan
keputihan yang menetap dengan cairan yang encer, berwarna
hijau, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
(Markus, 2009)

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu menderita
penyakit kencing manis (gejala: sering minum, sering makan,
sering kencing), tekanan darah tinggi (menular seksual seperti
HIV-AIDS (BB turun drastis, diare lebih dari 1 bulan, nafsu
makan berkurang, tidak enak badan ), GO (pengeluaran cairan
dari alat kelamin berwarna hijau, berbau), syifilis (ada borok
sebesar uang logam jika ditekan mengeluarkan cairan), sering
berganti-ganti pasangan, endometritis (keluar cairan dari alat
kelamin berwarna kuning kehijauan)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang

12
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu menderita
penyakit kencing manis (gejala: sering minum, sering makan,
sering kencing), tekanan darah tinggi, menular seksual seperti
HIV-AIDS (BB turun drastis, diare lebih dari 1 bulan, nafsu
makan berkurang, tidak enak badan ), GO (pengeluaran cairan
dari alat kelamin berwarna hijau, berbau), syifilis (ada borok
sebesar uang logam jika ditekan mengeluarkan cairan), sering
berganti-ganti pasangan, endometritis (keluar cairan dari alat
kelamin berwarna kuning kehijauan)

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ditanyakan untuk mengetahui apakah keluarga pasien
memiliki keturunan yang pernah menderita kanker dan memiliki
penyakit menular (TBC, Hepatitis) maupun penyakit menurun
(DM,hipertensi dll)

5. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi
menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah yang keluar,
gangguan sewaktu menstruasi (Essawibawa, 2011).

6. Riwayat Obstetri
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Suami Ank UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny J BB/PB H M Abnrmlts Laktasi Peny
o
K
1

7. Riwayat Kontrasepsi
Terutama pengguna KB suntik dan pil (terlalu lama pengguna
hormonal dapat memicu tumbuhnya sel kanker). Kanker Serviks :
terlalu lama menggunakan KB yang mengandung esterogen

8. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Selama perawatan, pasien biasanya

13
merasakan tidak nafsu makan, mual,
muntah, ataupun luka-luka mulut.
Eliminasi Ibu mengeluhkan nyeri ketika BAK, dari
vagina keluar keputihan yang berlebihan,
keluar cairan encer yang berwarna pink,
coklat mengandung darah atau hitam serta
berbau busuk.
Istirahat Tidur ibu kurang dikarenakan faktor psikis
ibu mengenai keluhan yang dirasakan.
Aktivitas Melakukan aktivitas terbatas karena nyeri
pada bagian genetalia.
Personal Hygiene Personal hygiene yang kurang baik pada
bagian genetalia, keluar keputihan yang
berlebih, jarang mengganti pembalut atau
pampers.

9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


(1). Hubungan dengan keluarga untuk mnegetahui psikologis ibu
dalam keluarga, mungkin ibu memiliki masalah dengan keluarga
sehingga menyebabkan ibu berfikir terlalu berat dan
mempengaruhi hipotalamus ibu dan mengganggu pola
menstruasi ibu.
(2). Hubungan dengan masyarakat untuk mnegetahui pergaulan ibu
dalam masyarakat.
(3). Kegiatan ibadah perlu ditanyakan untuk mempermudah dalam
memberi motivasi kepada ibu.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
Tekanan Darah : 110/70-120/80 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu : 36,0 – 37,50C

14
Pernapasan : Frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1
menit, respirasi normal 20-25 kali/menit
(Hani, 2011).
Antropometri : Tinggi Badan :
Untuk mengetahui tinggi badan klien
kurang dari 145 cm atau tidak termasuk
resiko tinggi atau tidak (Hidayat, 2007).
Berat Badan :
Untuk memonitor kelainan berat badan
yaitu penambahan berat badan rata-rata
selama kehamilan 10 kg dan antara sebelum
dan setelah melahirkan kelebihan atau
kurang.

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Kebersihan rambut, keadaan kulit kepala,
distribusi dan karakteristik lainnya
(Nursalam, 2008). Terjadi kerontokan
rambut.
Wajah : Keadaan wajah, pucat atau tidak ada oedema
dan chloasmagravidarum atau tidak
(Wiknjosastro, 2005).
Mata : Konjungtiva pucat atau tidak, sklera kuning
atau tidak, mata cekung atau tidak
(Saifuddin, 2002).
Hidung : Bersih, tidak ada pengeluaran, tidak tampak
polip, tidak tampak peradangan (Tambunan
dkk,2011).
Mulut : Simetris, bibir lembab, tidak ada caries
dentis, tidak ada stomatitis, geraham
lengkap, lidah bersih, tidak ada pembesaran
tonsil (Tambunan dkk,2011 & Uliyah
dkk,2008).

15
Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran/sekret
(Tambunan dkk,2011 & Uliyah dkk,2008).
Leher : Terdapat hyperpigmentasi pada leher, tidak
ada pembesaran tonsil, tidak ada peradangan
faring, tidak ada pembesaran vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan
kelenjar getah bening (Priharjo, 2006 &
Tambunan dkk,2011).
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
(Tambunan,2011).
Payudara : Pemeriksaan payudara mengenai bentuk,
kesimetrisan, ada tidaknya benjolan, nyeri
tekan, menonjol atau tidaknya putting dan
hiperpigmentasi areola (Hidayat, 2008).
Abdomen : Kesimetrisan, ukuran, kontur, ada tidaknya
lesi, pigmentasi, memar, bekas luka, massa,
nyeri tekan, pembesaran organ dalam,
kekakuan, dan aktivitas peristaltik. Pada
kasus perdarahan uterus disfungsional
temuan – temuannya normal (Manuaba,
2008).
Genetalia : Bentuk genetalia, pengeluaran (warna,
bau, jumlah dan karakter) dan ada
tidaknya lesi. Pemeriksaan dalam (vagina
toucher dan inspekulo) dikaji untuk
mengetahui kondisi vagina urethra,
dinding vagina, portio, Orifisium urethra
eksterna, korpus uteri, pengeluaran, dan
discharge. Pemeriksaan panggul dan
kemaluan dengan spekulum, digunakan
untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya trauma atau benda asing. Pada
kasus kanker serviks tampak kotor, ada

16
rabas, keluar cairan kuning kehijauan
berbau busuk, ada darah dari vagina.
Inspekulo : Pada portio tampak
kemerahan, dan ada masa seperti bunga
kol yang berdungkul-dungkul dan mudah
berdarah (Rayburn, 2001).
Ekstremitas : Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan
tidak tampak varices (Ambarwati dkk,
2009).

Palpasi
Kepala : Tidak ada oedema / massa (Priharjo,2006).
Mata : Tidak ada oedema
Hidung : Tidak ada polip
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis,
kelenjar tiroid dan kelejar getah bening
(Priharjo,2006).
Payudara : Tidak adanya massa
Abdomen : Pada kasus perdarahan uterus disfungsional
seperti metropathia hemorrhagica sering
kali disertai oleh pembesaran rahim (Chalik,
2000).
Genetalia : Oedema / tidak, eritema / tidak, dan
pengeluaran secret/tidak (Wiknjosastro,
2005).
Ekstremitas : Tidak ada oedema, Reflex Homan sign (-)
(Varney 2008 &Ambarwati dkk, 2009).
Auskultasi
Abdomen : 5-35 x/menit. (Varney 2008)

Perkusi
Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+), Bisep
(+), Trisep (+) (Varney 2008 ).

3. Data Penunjang
Uji Laboratorium pada kasus perdarahan uterus disfungsional menurut
Morgan, 2009

17
1. Pap Smear, biopsi endometrium, quantitative beta human
chorionic gonadotropin (QBHCG), hitung darah lengkap, uji
koagulasi, TSH, dan DHEAS bila ada maskulinisasi
2. Ultrasonografi (USG)
Suatu alat ultrasound diletakkan pada perut atau dimasukkan
ke dalam vagina. Gambar yang dihasilkan dapat menunjukkan
apakah kanker telah menyebar (Manuaba, 2004)

4. Data Rekam Medis


Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain dimana
tindakan tersebut yang menunjang riwayat kesehatan sekarang dan
terdapat pada catatan/status klien. Tindakan tersebut dilakukan
sejak pasien masuk rumah sakit hingga dilakukan pengkajian.

I. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : Ny. X umur … tahun, dengan kanker serviks
stadium .....
Masalah : Perdarahan pervaginam yang abnormal, terutama
diantara 2 menstruasi setelah melakukan coitus dan
setelah menopause, menstruasi abnormal (lebih lama dan
lebih banyak). Keputihan yang menetap dengan cairan
yang encer, berwarna hijau, coklat, mengandung darah
atau hitam serta berbau busuk (Markus, 2009).
Kebutuhan : Istirahat baring dan pemberian nutrisi yang cukup
(Sarwono, 2007).

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL


Secara umum komplikasi yang terjadi pada kanker adalah syok
neurologic, infeksi luka dan dehisensi, limfoedema, infeksi, obstruksi
usus, perdarahan penyebaran sel kanker ke kelenjar getah bening,
penyempitan saluran kemih (Markus, 2009).

18
III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter dalam mencegah metastase sel kanker
(Markus, 2009).

IV. INTERVENSI
1. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan dipasang cairan
infus.
Rasional : Memasukkan obat-obatan dan resusitasi cairan.
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Rasional: Memantau kondisi klien untuk mengatasi keadaan umum
pasien dan menentukan tindakan selanjutnya.
3. Memberikan KIE mengenai personal hygiene, dengan melakukan
cebok dari depan ke belakang dan sering mengganti celana dalam
sesering mungkin.
Rasional : Melakukan personal hygiene yang baik dapat mencegah
terjadinya infeksi.
4. Memberikan KIE mengenai gizi seimbang atau nutrisi pada ibu.
Rasional : Gizi seimbang terutama protein dapat meningkatkan daya
tahan tubuh ibu.
5. Memberikan motivasi dan support mental kepada klien.
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan membuat klien merasa
lebih baik dan tidak cemas setelah diberikan motivasi dan
support mental (Manuaba, 2008).
6. Menganjurkan klien untuk rawat inap untuk mendapatkan perawatan
intensif.
Rasional : Klien bersedia melaksanakan rawat inap untuk pemberian
terapi yang intensif (Achadiat, 2004).
7. Melakukan perbaikan keadaan umum klien.
Rasional : Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda
infeksi (Capernito, 2007).
8. Konsultasi atau kolaborasi dengan dokter spesialis (Obstetri
Ginekologi dan atau haematologi) (Manuaba, 2008).
Rasional : untuk mengindikasi situasi yang membutuhkan tindakan
segera sambil menunggu bantuan dokter, situasi lain

19
tidaklah darurat tapi mungkin membutuhkan konsultasi
atau manajemen kolaborasi dengan dokter (Varney,
2007).
9. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai
dengan diet yang ditentukan.
Rasional : untuk mendapatkan kalori yang adekuat guna mencukupi
kebutuhan tubuh (Capernito, 2007).

V. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana asuhan
yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VI. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk bentuk SOAP.

20

Anda mungkin juga menyukai