PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam proses persalinan terjadi proses pembukaan dan penipisan serviks dan
penurunan jalan ke jalan lahir yang terjadi pada kehamilan cukup bulan yaitu usia
kehamilan 37-42 minggu yang berlangsung tanpa komplikasi pada ibu dan janin,
(Saifudin, 2006). Kemajuan persalinan dan kelahiran berlangsung dalam empat tahap
(Ledewig, 2006). Persalinan dibagi menjadi kala I yaitu kala pembukaan yang
berlangsung dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap yang terbagi menjadi
fase laten dan fase aktif (JNPK-KR, 2008), persalinan kala II yaitu dimulai saat
serviks berdilatasi penuh, dan berakhir saat bayi lahir (Hellen, 2010). Persalinan kala
II dibagi menjadi (1) kala II pasif didefinisikan sebagai temuan dilatasi penuh serviks
sebelum atau tanpa adanya kontraksi pengeluaran yang tidak disadari (NICE, 2007)
dan (2) kala II aktif didefinisikan sebagai terlihatnya presentasi janin, kontraksi
pengeluaran disertai temuan bahwa serviks berdilatasi penuh atau adanya tanda-tanda
lain bahwa serviks berdilatasi penuh, usaha ibu aktif setelah dilatasi penuh serviks
dipastikan, tanpa adanya kontraksi pengeluaran (Helen, 2010), kala III dimulai segera
setelah janin lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin.
Kala III disebut juga sebagai stadium pemisahan dan eksplusi plasenta.(Sarwono
Prawirohardjo, 2008), kala IV setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu
(JNPK-KR, 2008)
Dalam persalinan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain power, passage,
passanger, psychology (Lipincott, William, 2005). Penyebab perdarahan utama adalah
atonia uteri sedangkan rupture perineum merupakan penyebab kedua yang hampir
terjadi pada setiap persalinan pervaginam (Sumarah, 2009). Diperkirakan 85% ibu
bersalin mengalami robekan jalan lahir (Aprilia, Yessie,2010). Wanita yang
melahirkan pervaginam sedikit banyak mengalami trauma perineum (Vicky,
Chapman, 2006). Robekan jalan lahir biasanya terjadi akibat episiotomi, robekan
spontan perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi atau karena versi ekstraksi,
cara meneran, dan pimpinan persalinan yang salah (Sarwono, 2009)
Menurut WHO pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada
ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050, seiring
1
dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan yang baik.
(Hilmy, 2010).
Rupture perineum disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah posisi
meneran. Pemilihan posisi saat meneran yang nyaman bagi ibu hamil primigravida
maupun multigravida menbuat cemas ibu berkurang, durasi kala dua yang lebih
singkat, serta episiotomi atau rupture perineum dan bantuan pelahiran yang lebih
sedikit (Helen, 2010). Dampak dari terjadinya rupture perineum pada ibu antara lain
terjadinya infeksi pada luka jahitan dimana dapat merambat pada saluran kandung
kemih ataupun jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi
kandung kemih maupun infeksi jalan lahir. Selain itu juga dapat terjadi perdarahan
karena terbukanya pembuluh darah yang tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Posisi meneran yang bisa dipilih ibu antara lain
yakni posisi telentang (supine), posisi litotomi, posisi miring atau lateral, posisi
jongkok (squatting), dan posisi setengah duduk. Pada waktu dahulu sampai sekarang,
sebagian besar pemberian asuhan menolong persalinan dengan menempatkan ibu ada
posisi terlentang atau litotomi (Anik, maryunani, 2010).
Pengaturan posisi dapat menberikan keuntungan atau kerugian mekanis
terhadap mekanisme persalinan dengan mengubah efek gravitasi, hubungan antara
bagian tubuh yang penting bagi kemajuan persalinan dan mempengaruhi derajat
rupture perineum. Perlu diketahui bahwa posisi ibu bersalin dapat mempengaruhi
lamanya proses persalinan. Ibu yang lebih banyak bergerak dan memilih posisi yang
mereka pilih sendiri akan mengalami proses persalinan lebih singkat dan rasa sakitnya
lebih ringan hal ini sesuai pendapat Nikodem (1995).
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan rupture
uteri, dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut varney dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori kehamilan dengan rupture uteri
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada ibu bersalin dengan
rupture uteri.
2
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan rupture uteri melalui
pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
3) Identifikasi masalah potensial
4) Identifikasi kebutuhan segera
5) Mengembangkan rencana asuhan/intervensi
6) Implementasi
7) Evaluasi
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dalam bentuk catatan
SOAP.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
1. Etiologi
Etiologi Ruptur Uteri, terdiri dari :
1. Rupture uterus spontan (Fraser dab Cooper,2009;h.593)
a) Paritas tinggi
b) Penggunaan oksitosin yang tidak tepat, terutama pada ibu paritas tinggi
c) Pengunaan prostaglandin untuk menginduksi persalinan , pada ibu yang memiliki
eskar.
d) Persalinan macet; rupture uteri terjadi akibat penipisan yang berlebihan pada
segmen bawah uterus
e) Persalinan terabaikan, dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya
f) Perluasan laserasi serviks yang berat ke atas menuju segmen bawah uterus –hal ini
dapat terjadi akibat trauma selama pelahiran dan tindakan.
g) Trauma akibat cedera ledakan atau kecelakaan.
h) Perforasi uterus non-hamil , mengakibatkan rupture uteri pada kehamilan
berikutnya;perforasi dan rupture terjadi pada segmen atas uterus.
i) Rupture uterin antenatal dengan riwayat seksio sesarea klasik sebelumnya.
2. Patofisiologis
Pada saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi, dinding korpus uteri
atau SAR menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri menjadi lebih kecil. Akibatnya
tubuh janin yang menempati korpus uteri terdorong ke bawah dan ke dalam SBR. SBR
menjadi lebih lebar karena dindingnya menjadi lebih tipis karena tertarik ke atas oleh
kontraksi SAR yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran retraksi yang membatasi
kedua segmen semakin bertambah tinggi. Apabila bagian terbawah janin tidak dapat
terdorong karena sesuatu sebab yang menahannya (misalnya panggul sempit atau kepala
janin besar) maka volume korpus yang tambah mengecil pada saat his harus diimbangi
oleh perluasan SBR ke atas. Dengan demikian, lingkaran retraksi fisiologi semakin
(physiologic retraction ring) semakin meninggi ke arah pusat melewati batas fisiologi
menjadi patologi (pathologic retraction ring) lingkaran patologik ini di sebut lingkaran
Bandl (ring van Bandl). SBR terus menerus tertarik ke arah proksimal, tetapi tertahan oleh
serviks dan his berlangsung kuat terus menerus tetapi bagin terbawah janin tidak kunjung
5
turun ke bawah melalui jalan lahir, lingkaran retraksi makin lama semakin meninggi dan
SBR semakin tertarik ke atas sembari dindingnya sangat tipis hanya beberapa milimeter
saja lagi. Ini menandakan telah terjadi ruptur imminens dan rahim yang terancam robek
pada saat his berikut berlangsung dindinng SBR akan robek spontan pada tempat yang
tertipis dan terjadilah perdarahan. Jumlah perdarahan tergantung pada luas robekan yang
terjadi dan pembuluh darah yang terputus.
6
g) Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada
gerakan dan Denyut Jantung Janin sama sekali tidak terdengar atau masih
dapat di dengar.
h) Lingkar uterus dan kepadatannya (kontraksi) dapat di rasakan di samping
janin(janin seperti berada diluar uterus).
2) Tenang
a) Kemungkinan menjadi muntah.
b) Nyeri tekan meningkat di seluruh abdomen.
c) Nyeri berat pada suprapubis.
d) Kontraksi uterus hipotonik.
e) Perkembangan persalinan menurun.
f) Perasaan ingin pingsan.
g) Hematuri (kadang-kadang)
h) Perdarahan pervagina (kadang-kadang)
i) Tanda-tanda syok progresif di temukan dalam hilangnya darah disertai
denyut nadi yang cepat dan pucat.
j) Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik;atau kontraksi
tidak dapat dirasakan.
k) DJJ mungkin akan hilang.
4. Komplikasi
a. Gawat janin
b. Syok hipovolemik
Terjadi kerena perdarahan yang hebat dan pasien tidak segera mendapat infus cairan
kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu cepat digantikan dengan
tranfusi darah.
c. Sepsis
Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri telah terjadi
sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah mengalami berbagai manipulasi termasuk
periksa dalam yang berulang. Jika dalam keadaan yang demikian pasien tidak segera
memperoleh terapi antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita
peritonitis yang luas dan menjadi sepsis pasca bedah.
d. Kecacatan dan morbiditas.
7
1) Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus belum punya anak
hidup akan meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan mendalam.
2) Kematian maternal /p bbnnn erinatal yang menimpa sebuah keluarga merupakan
komplikasi sosial yang sulit mengatasinya.
5. Penatalaksanaan
Buka abdomen
– Pegang tepi fasia dengan forcep dan perpanjang insisi keatas dan kebawah
dengan menggunakan gunting.
– Gunakan jari atau gunting untuk memisahkan otot rektus (otot dinding
abdomen )
8
– Periksa area rupture pada abdomen dan uterus dan keluarkan bekuan
darah.
– Pada semua kasus, periksa adanya cedera pada kandung kemih. Jika
teridentifikasi adanya cedera kandung kemih, perbaiki cedera tsb.
9
– Jika terdapat tanda-tanda infeksi, tutup jaringan subcutan dengan kasa dan
buat jahitan longgar menggunakan benang catgut ( poligkolik ). Tutup
kulit dengan penutupan lambat setelah infeksi dibersihkan.
– Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutup kulit dengan jahitan matras
vertikal menggunakan benang nelon ( sutra ) 3-0 dan tutup dengan balutan
steril.
10
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Normal dengan
Ruptur Uteri
Kala 1 Persalinan
1. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Tanggal MRS :
Nama Pengkaji :
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Dikaji untuk menjalin keakraban antara bidan dan pasien,
serta mengetahui status pasien (Varney, (2007) : 153).
Umur : Dikaji untuk mengetahui berapa usia ibu yang wajar telah
melahirkan dan termasuk usia resiko atau tidak dalam
melahirkan (Varney, (2007) : 153).
Agama :Untuk mengetahui tingkat kepercayaan/ tradisi dari suatu
agama tentang masa nifas (Varney, (2007) : 153).
Suku/bangsa :
Pendidikan :Untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi pasien
sehingga mempengaruhi HE yang diberikan terutama dalam
bahasa (Varney, (2007) : 153).
Pekerjaan :Untuk mengetahui tingkat penghasilan istri dan suami
sehingga dapat diprediksi dalam pemenuhan nutrisi dan
kebutuhan bayi (Varney, (2007) : 153)
Alamat :
2. Keluhan utama :
Perdarahan banyak dan terus menerus, His/kontraksi kuat dan, rasa nyeri
yang hebat di perut bagian bawah nyeri waktu ditekan, gelisah atau
seperti ketakutan, cincin van bandl meninggi (Sarwono,1999).
11
3. Riwayat Kesehatan Klien
12
5. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya.
(Sulistyawati,2010)
HPHT : Bila hari pertama haid terakhir diketahui maka dapat
memperhitungkan usia kehamilan dan perkiraan persalinan. Ditanyakan untuk
mengetahui umur kehamilan dan menentukan TP dan rumus Neagel (hari+7,
bulan-3, tahun +1).
Riwayat siklus : 23 – 32 hari (Sulistyawati,2010)
Lama haid : Lama menstruasi ideal terjadi 4-7 hari, darah yang
keluar encer karena tidak mengandung fibrin, puncak derasnya terjadi pada hari
ke-3 sampai ke-4, dan pembalut yang digunakan 2-3 penuh setiap hari (Manuaba,
2007).
Jumlah menstruasi :
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstrusi yang di keluarkan.
(Sulistyawati,2010)
6. Riwayat Obstetri:
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas
o Suam Ank UK Pny Jns Pnlg Tm Pen J BB/PB H M Abnrmlts Laktasi Pen
i pt y K y
1
Kehamilan :
UK : prematuritas dapat berulang pada kehamilan saat ini.
Penyakit : penyakit yang diderita saat kehamilan yang lalu dapat terjadi pada
kehamilan saat ini. Misalnya : DM kehamilan.
Persalinan :
Jenis : adanya persalinan Caesar dapat mengindikasikan kelainan pada
kehamilan maupun jalan lahir. (Linda Wheeler,2003)
Penolong : penolong persalinan menggambarkan kepercayaan wanita dan/
keluarganya pada orang tersebut.
Tempat : terdapat kecenderungan wanita akan mendatangi tempat yang sama
dengan persalinan terdahulu untuk melahirkan
Penyakit : terjadinya komplikasi saat persalinan terdahulu dapat berulangpada
persalinan saat ini yang harus dideteksi sedini mungkin.
13
Anak :
Usia : jarak kelahiran yang ≤12 bulan dapat mengakibatkan premature.
Sedangkan jarak kelahiran yang ≤ 1 th meningkatkan resiko anemia.(Linda
Wheeler,2003)
Abnormalitas : adanya abnormalitas pada anak terdahulu dapat mengindikasikan
kelainan genetik .( Linda Wheeler,2003)
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
Berapa kali ibu memeriksakan kehamilan nya di tempat pelayanan kesehatan ?
Apakah ibu pernah mendapatkan suntik TT selama hamil ,jika iya berapa kali
,jika tidak mengapa ?
Obat apa saja yang pernah dikonsumsi ibu selama hamil?
Apa saja keluhan yang dirasakan ibu selama hamil ?
Kapan ibu merasakan pergerakan anak pertama kali ?
Kapan ibu merasakan kencang-kencang dan bagaimana frekuensinya ?
Penkes apa saja yang pernah didapatkan ibu selama hamil ?
8. Riwayat Kontrasepsi :
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB
setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. (Ambarwati, dkk. 2009)
14
Varney, Dkk, 2008)
a. Psikologis
Bagaimana psikologis ibu. Pada Kala 1 , ibu primi bahkan multi terkadang
bereaksi berlebihan terhadap persalinan awal dengan terlalu banyak
memberi perhatian pada kontraksi,menjadi tegang,timbul
kecemasan,perasaan tidak enak atau gelisah (Simkin Penny,Dkk,2008: 187-
196).
b. Sosial
Pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan sah/tidak
Respon klien dan keluarga bayi yang dilahirkan, diterima/tidak
c. Kultural
Adat istiadat yang merugikan dan masih dilakukan oleh ibu dan keluarga
yang dapat merugikan kesehatan ibu dan bayinya saat persalinan.
d. Spiritual
Tradisi keagamaan yang dapat merugikan dan masih dilakukan oleh ibu dan
keluarga disaat persalinan.
15
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Lemas karena perdarahan banyak(Varney, 2007)
Tanda Vital :
Tekanan darah : menurun < 100/60 mmHg
Mengindikasikan dari kehilangan darah
akut, biasanya perdarahan eksterna
maupun perdarahan intraabdomen.
80/60 mmHg(Varney, 2007)
Nadi : 100 kali permenit,tidak teratur dan
lemah(Varney, 2007)
Pernapasan : Frekuensi pernafasan antara 30
kalipermenit, tidak teratur
dangkal (Yuliyanti, 2010).
Suhu :
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :
16
Telinga : terjadi sianosis pada cuping telinga. (kegawat daruratan
obstetric dan ginekologi, 2005 )
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak tampak polip,
tidak tampak peradangan (Tambunan dkk,2011)
Mulut : terjadi sianosis pada bibir. (kegawat daruratan obstetric
dan ginekologi, 2005 )
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak
pembesaran tonsil, tidak tampak peradangan faring, tidak
tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak pembesaran
kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening (Priharjo, 2006 &
Tambunan dkk,2011).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada
(Tambunan,2011)
Payudara : Tampak simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tampak
pengeluaran colostrum, areolla tampak hyperpigmentasi, puting
susu menonjol, tidak tampak retraksi ( Helen Farrer, 1999)
Abdomen : Lingkaran retraksi patologis/ lingkaran bandl yang
tinggi, mendekati pusat dan naik uterus. (Chapman, 2006)
Genetalia : Tampak perdarahan yang aktif (Varney, 2007)
Anus : tidak terdapat haemoroid
Ekstremitas : Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan tidak tampak
varices(Ambarwati dkk, 2009)
Palpasi :
17
diraba jika janin masuk ke dalam rongga perut, kadang
disamping janin teraba tumor yaitu rahim yang telah
mengecil, Bunyi Jantung Janin tidak ada/tidak terdengar,
jika sudah lama terjadi seluruh perut nyeri dan kembung
(Varney, 2007)
Genetalia : Pada ruptur uteri pada pemeriksaan dalam ternyata
bagian depan mudah di tolak ke atas bahkan terkadang
tidak teraba lagi karena masuk ke rongga perut (Varney,
2007)
Anus : Memeriksa hemoroid
Ekstremitas : Reflek trisep : + (Lengan ekstensi)
Refleks bisep : + (Ekstensi pada jari tengah)
Reflek patella : + (Ekstensi pada tungkai kaki)
Refleks babinski : + (Jari – jari kaki fleksi)
Auskultasi
Abdomen : biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar
lagi beberapa menit setelah rupture, apalagi jika plasenta
ikut terlepas dan masuk rongga panggul. (Chapman, 2006)
Perkusi :
Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+),
Bisep (+), Trisep (+) (Varney 2008 )
3. Pemeriksaan Penunjang
18
Kebutuhan : Dukungan Spiritual
IV. INTERVENSI
Intervensi :
1. Mengecek kesadaran pasien
Rasional : merupakan tatalaksana awal perdarahan pasca persalinan untuk
mengetahui tingkat kesadaran klien.
2. Memastikan jalan napas bebas ( Airway)
Rasional : pemeriksaan airway merupakan tatalaksana awal perdarahan pasca
persalinan untuk memastikan tidak terdapat sumbatan pada jalan lahir.
3. Mengecek pernapasan dan memberikan O2 pada ibu
Rasional : merupakan tatalaksana awal perdarahan pascasalin untuk
mengetahui ada tidaknya tanda – tanda syok pada klien.
4. Periksa nadi dan tekanan darah
Rasional : Indikator tingkat nyeri dan mengetahui perkembangan pasien
terutama pada Tekanan Darah dan nadi dan untuk mengetahui ada tidaknya
tanda – tanda syok pada klien
5. Perbaiki kehilangan volume darah dengan pemberian infuse cairan intravena (
NaCl 0,9% atau Ringer Laktat ) sebelum tindakan pembedahan
Rasional : pemberian cairan intravena akan mengembalikan cairan yang
hilang selama terjadinya perdarahan
19
6. Kaji skala nyeri
Rasional : Mengetahui persepsi pasien mengenai tingkat nyeri yang dirasakan.
7. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Rasional :Relaksasi dan distraksidapat mengurangi tingkat nyeri.
8. Minimalkan stresor nyeri dan kondisikan lingkungan tenang dan nyaman
Rasional : Mencegah persepsi pasien tentang tingkat nyeri bertambah
9. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Analgetik menyebabkan efek terapi memperkecil rasa nyeri yangdi
rasakn pasien.
V. IMPLEMENTASI
Implementasi yang komprehensif merupakan pengolahan dan perwujudan dari
rencana yang telah disusun pada tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan dapat
terealisasi dengan baik apabila dapat diterapkan berdasarkan hakekat masalah.
Beberapa prinsip dalam pelaksanaan tindakan meliputi :
- Tindakan kebidanan yang dapat dirasakan sendiri
- Penguasaan dan ketrampilan bidan tentang tindakan yang dilakukan.
- Mengamati hasil tindakan yang diberikan petugas kesehatan.
VI. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
20
Kala II Persalinan
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
- Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum/vaginanya
B. Data Obyektif
-Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda Vital :
Tekanan Darah : rendah, sistolik <90 mmHg
-Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
21
c) Pembukaan : 10 cm
d) Ketuban :
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
meconium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak
mengalir lagi
e) Presentasi : belakang kepala
f) Denomitor : UUK (oksiput)
g) Posisi : UUK kiri depan (LOA)/UUK kanan depan (ROA)
h) Hodge : Hodge III-IV
22
i) IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
j) EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan
yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
23
Kala III Persalinan
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Ibu masih merasakan adanya kontraksi uterus.
B. Data Obyektif
- Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70-120-80mmHg,<140/90mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5°c
Pernafasan : 16-24x/menit
- Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Genetalia : Adanya tanda pelepasan plasenta
Tampak tali pusat memanjang,ada
semburan darah secara mendadak dan
singkat (JNPK-KR,2008)
Palpasi
Abdomen : Teraba tinggi fundus berada diatas pusat (JNPK-KR,2008)
-Data Bayi
Bayi telah lahir,tanggal : jam:
Jenis kelamin :
Hasil penilaian sepintas :
1) Apakah bayi cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium?
3) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
4) Apakah bayi bergerak aktif? (JNPK-KR,2008)
24
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisian dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidana
yang telah dilakukan. Evaluasi didkoumentasikan dalam bentuk SOAP.
25
Kala IV Persalinan
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif : -
B. Data Obyektif
-Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah :110/70-120-80 mmHg, <140/90mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5°c , suhu ibu berlanjut sedikit
meningkat, tetapi biasanya <38°c
(Varney,2008)
Pernapasan : 16-24x/menit
-Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Abdomen : Tampak mengecil
Genetalia : Ada/tidak laserasi, tidak ada memar ataupun
hematoma (Varney,2008)
Palpasi
Abdomen : Teraba uterus di tengah-tengah
abdomen,teraba membulat dan keras
(Varney,2008)
26
V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI
Lanjutkan intervensi asuhan persalinan normal:
1. Ajarkan ibu melakukan masase uterus!
Rasional : Ibu dapat menilai kontrakssi rahimnya sendiri. Dengan memberikan
rangsangan taktil pada uterus dapat mencegah terjadinya perubahan
(JNPK-KR,2008)
2. Estimasi jumlah perdarahan!
Rasional : Mengestimasi jumlah perdarahan diperlukan sebagai bentuk deteksi dini
kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum,yaitu jumlah perdarahan
>500ml (JNPK-KR,2008)
3. Lakukan pemantauan kala IV!
Rasional : Deteksi dini kemungkinan terjadinya komplikasi pascapersalinan (JNPK-
KR,2008)
4. Lakukan prosedur kebersihan dan keamanan (pencegahan infeksi) pasca persalinan!
Rasional : Prosedur pencegahan infeksi yang dilakukan dengan benar dapat
mencegah terjadinya infeksi silang/infeksi nosocomial (Doengoes,2011)
5. Lengkapi partograf
Rasional : Pengisian partograf merupakan salah satu bentuk
pendokumentasian terhadap proses persalinan yang telah
dilakukan (JNPK-KR,2008)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan
yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kala I Persalinan
I. PENGKAJIAN
S:
1. Identitas
Nama Istri : Ny. S Nama Suami : Tn. B
Umur : 23th Umur : 32th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. KH. Mas Mansyur
2. Alasan MRS / Keluhan Utama
Nyeri pada abdomen bagian bawah dan darah terus merembes.
28
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu tidak sedang atau memiliki riwayat penyakit ,diabetes, dan penyakit lain yang
menular ataupun berpotensi menurun serta tidak ada riwayat keturunan kembar
yang dapat memperberat persalinannya
5. Riwayat menstruasi
HPHT : 29 – 05- 2017
TP : 05 – 03 – 2018
Siklus menstruasi teratur, siklus haid ±28 hari, lama menstruasi 3-4 hari, ganti
pembalut 3 kali/hari, warna darah merah segar, pertama kali haid umur 12 tahun.
6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmp Peny JK BB/PB H M Abn Lktasi Peny
29
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu hamil, tanda bahaya
kehamilan, tanda-tanda persalinan, dan personal hygiene.
9. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi implan, selama 1 tahun,
dan sebelum kehamilan ini ibu tidak menggunakan kontrasepsi.
30
Eliminasi BAK 4-5 kali sehari BAK 8-10 kali
Personal Hygiene Ibu mandi 2x sehari, ganti baju 2x Ibu mandi 1x tadi pagi
sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti
pakaian dalam 2x sehari
O:
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
31
Suhu Tubuh :36,70 C
Pernapasan :22x/ menit
Antropometri
Tinggi Badan : 163 cm
BB saat ini : 66 kg
BB sebelum hamil : 78 kg
Lila : 32 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Kulit kepala bersih, dstribusi rambut merata, rambut berwarna hitam,
rambut kuat, tidak ada oedema
Wajah : Tidak pucat dan oedema, ada chloasmagravidarum
Mata : Simetris, kelopak mata tidak oedema, sklera berwarna putih,
konjungtiva berwarna merah muda
Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip ataupun
peradangan
Mulut : Bersih, mukosa mulut lembab, lidah bersih dan tremor, gigi lengkap ,
tidak ada stomatitis, tidak ada caries dentis, tidak ada peradangan pada
tonsil
Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran sekret.
Leher : Ada hyperpigmentasi, tidak ada bendungan pada vena jugularis, tidak
ada pembesaran tiroid dan limfe
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada suara nafas
tambahan, perkusi dada sonor, BJ I dan BJ II terdengar jelas
Payudara : simetris, bersih, terdapat hiperpigmentasi pada areola, puting susu
menonjol, lebih besar , tidak teraba benjolan, terdapat pengeluaran ASI
Abdomen : terdapat linea alba, terdapat striae albicans, terdapat bekas operasi sc
TFU : 37 cm
Leopold I : pada fundus teraba lunak, kurang bulat, kurang melenting
Leopold II : teraba keras memanjang seperti papan di sebelah kanan
ibu dan teraba bagian-bagian terkecil janin di sebelah kiri
ibu
32
Leopold III : bagian bawah janin teraba keras, bulat, melenting bagian
terendah janin sudah tidak dapat digoyangkan terhadap
panggul
DJJ : 128x/menit
Genetalia : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada haemoroid, Perdarahan
pervagina secara tiba-tiba .
Ekstremitas : atas : tidak ada oedema, refleks bisep trisep +. CRT kembali < 2
detik
3. Pemeriksaan Khusus/Dalam
Genetalia terlihat adanya oengeluaran lendir campur darah, tidak ada
benjolan/massa, odema atau varices. Portio lunak, pembukaan 4cm, ketuban utuh,
presentasi kepala, kepala berada di hodge I.
4. Pemeriksaan Penunjang
b. Pemeriksaan Laboratorium
NO PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Hb 11,0 gr/dl 11 – 16 gr/dl
Leukosit 8200 /ul 4.000-10.000 /ul
HT 33 % 37 – 64 %
Trombosit 250.000 /ul 150.000 – 450.000 /ul
BT 3’’ 1 – 6 menit
CT 8’ 9 – 15 menit
GDS 90 gr/dl 60 -1 50 gr/dl
33
Ur 20,0 10 – 40 mg/dl
Cr 0,5 0,5 – 1,5 gr/dl
112 NR NR
A:
Diagnosis : G2P1001, usia kehamilan 38 minggu janin tunggal hidup intra
uterin
Masalah : pembukaan dan kepala janin tidak turun
Diagnosa potensial : giant baby
Masalah potensial : tidak ada
Kebutuhan segera : operasi SC
P:
34
di Hodge I
Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu akan dilakukan pemeriksaan oleh
dokter karena tidak ada kemajuan pada penurunan kepala janin dan
tetap memberi semangat kepada ibu; ibu mengerti, menanyakan dan
akan mencoba untuk tetap tenang
Mempersiapkan ibu untuk operasi SC; ibu telah siap untuk operasi
Mengantar ibu menuju ruang operasi
Kala II Persalinan
Kala IV Persalinan
S:
Ibu mengatakan merasa nyeri pada bekas jahitan dan sulit bergerak
O:
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 100x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 37,8ºC
35
2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : tampak mengecil, teraba bulat, dan keras pada uterus,
terdapat luka jahitan bekas sectio
TFU : sepusat
A:
P:
36
Observasi kala IV (15 menit ketiga)
TD = 90/60mmHg, n=100x/menit, TFU 1 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih baik, perdarahan ±150cc
Observasi kala IV (15 menit keempat)
TD = 100/70mmHg, n= 90x/menit, TFU 1 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan
±130cc
Observasi kala IV (30 menit pertama)
TD = 100/60mmHg, n=90x/menit, t= 36,7ºC, TFU 2 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
perdarahan ±5cc
Observasi kala IV (30 menit kedua)
TD = 100/70mmHg, n=88x/menit, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan
±100cc
Melengkapi partograf; partograf telah diisi lengkap
37
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kami dapat menyimpulkan bahwa perlukaan pada jalan lahir, sebagai akibat
persalinan, terutama pada seorang primipara. Baik itu berupa robekan perinium, robekan
serviks atau rupture uteri. Hal ini dapat diatasi apabila seorang tenaga kesehatan dapat
mengelolanya dengan baik.
2. Saran
A. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang Ruptur uteri sampai
dengan bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan
konsep asuhan kebidanan kepada klien dengan perlukaan jalan lahir.
B. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapakan mampu mengerti tentang ruptur uteri dan dapat memberikan
pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu memberikan asuhan secara
komprehensif.
38
DAFTAR PUSTAKA
39