Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Dalam proses persalinan terjadi proses pembukaan dan penipisan serviks dan
penurunan jalan ke jalan lahir yang terjadi pada kehamilan cukup bulan yaitu usia
kehamilan 37-42 minggu yang berlangsung tanpa komplikasi pada ibu dan janin,
(Saifudin, 2006). Kemajuan persalinan dan kelahiran berlangsung dalam empat tahap
(Ledewig, 2006). Persalinan dibagi menjadi kala I yaitu kala pembukaan yang
berlangsung dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap yang terbagi menjadi
fase laten dan fase aktif (JNPK-KR, 2008), persalinan kala II yaitu dimulai saat
serviks berdilatasi penuh, dan berakhir saat bayi lahir (Hellen, 2010). Persalinan kala
II dibagi menjadi (1) kala II pasif didefinisikan sebagai temuan dilatasi penuh serviks
sebelum atau tanpa adanya kontraksi pengeluaran yang tidak disadari (NICE, 2007)
dan (2) kala II aktif didefinisikan sebagai terlihatnya presentasi janin, kontraksi
pengeluaran disertai temuan bahwa serviks berdilatasi penuh atau adanya tanda-tanda
lain bahwa serviks berdilatasi penuh, usaha ibu aktif setelah dilatasi penuh serviks
dipastikan, tanpa adanya kontraksi pengeluaran (Helen, 2010), kala III dimulai segera
setelah janin lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin.
Kala III disebut juga sebagai stadium pemisahan dan eksplusi plasenta.(Sarwono
Prawirohardjo, 2008), kala IV setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu
(JNPK-KR, 2008)
Dalam persalinan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain power, passage,
passanger, psychology (Lipincott, William, 2005). Penyebab perdarahan utama adalah
atonia uteri sedangkan rupture perineum merupakan penyebab kedua yang hampir
terjadi pada setiap persalinan pervaginam (Sumarah, 2009). Diperkirakan 85% ibu
bersalin mengalami robekan jalan lahir (Aprilia, Yessie,2010). Wanita yang
melahirkan pervaginam sedikit banyak mengalami trauma perineum (Vicky,
Chapman, 2006). Robekan jalan lahir biasanya terjadi akibat episiotomi, robekan
spontan perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi atau karena versi ekstraksi,
cara meneran, dan pimpinan persalinan yang salah (Sarwono, 2009)
Menurut WHO pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada
ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050, seiring

1
dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan yang baik.
(Hilmy, 2010).
Rupture perineum disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah posisi
meneran. Pemilihan posisi saat meneran yang nyaman bagi ibu hamil primigravida
maupun multigravida menbuat cemas ibu berkurang, durasi kala dua yang lebih
singkat, serta episiotomi atau rupture perineum dan bantuan pelahiran yang lebih
sedikit (Helen, 2010). Dampak dari terjadinya rupture perineum pada ibu antara lain
terjadinya infeksi pada luka jahitan dimana dapat merambat pada saluran kandung
kemih ataupun jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi
kandung kemih maupun infeksi jalan lahir. Selain itu juga dapat terjadi perdarahan
karena terbukanya pembuluh darah yang tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Posisi meneran yang bisa dipilih ibu antara lain
yakni posisi telentang (supine), posisi litotomi, posisi miring atau lateral, posisi
jongkok (squatting), dan posisi setengah duduk. Pada waktu dahulu sampai sekarang,
sebagian besar pemberian asuhan menolong persalinan dengan menempatkan ibu ada
posisi terlentang atau litotomi (Anik, maryunani, 2010).
Pengaturan posisi dapat menberikan keuntungan atau kerugian mekanis
terhadap mekanisme persalinan dengan mengubah efek gravitasi, hubungan antara
bagian tubuh yang penting bagi kemajuan persalinan dan mempengaruhi derajat
rupture perineum. Perlu diketahui bahwa posisi ibu bersalin dapat mempengaruhi
lamanya proses persalinan. Ibu yang lebih banyak bergerak dan memilih posisi yang
mereka pilih sendiri akan mengalami proses persalinan lebih singkat dan rasa sakitnya
lebih ringan hal ini sesuai pendapat Nikodem (1995).

2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan rupture
uteri, dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut varney dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori kehamilan dengan rupture uteri
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada ibu bersalin dengan
rupture uteri.

2
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan rupture uteri melalui
pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
3) Identifikasi masalah potensial
4) Identifikasi kebutuhan segera
5) Mengembangkan rencana asuhan/intervensi
6) Implementasi
7) Evaluasi
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dalam bentuk catatan
SOAP.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama periode ante
natal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan selama stadium ke tiga
persalinan(Chapman, 2006;h.288).
Menurut Sarwono Prawirohardjo pengertian ruptura uteri adalah robekan atau
diskontinuitas dinding rahim akiat dilampauinya daya regang mio metrium. Penyebab
ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatik. Ruptura
uteri termasuk salahs at diagnosis banding apabila wanita dalam persalinan lama mengeluh
nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam. Robekan
tersebut dapat mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya.
Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam
persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral. ( Obstetri dan Ginekologi ).
Jenis – jenis rupture uteri, terdiri dari :
1. Berdasarkan lapisan dinding rahim
a. Ruptur uteri inkomplit
Keadaan robekan pada rahim dimana terjadi lapisan dimana lapisan serosa atau
perimetrium masih utuh.
b. Ruptur uteri komplit
Keadaan robekan pada rahim dimana terjadi pada ketiga lapisan dinding rahim dan
telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum
2. Berdasarkan penyebab terjadinya
a. Ruptur uteri spontan
Keadaan robekan pada rahim karena kekuatan his semata.
b. Ruptur uteri violenta
Keadaan robekan pada rahim yang di sebabkan ada manipulasi tenaga tambahan
lain seperti induksi, atau stimulasi partus dengan oksitosin atau yang sejenis atau
dorongan yang kuat pada fundus dalam persalinan.
c. Ruptur uteri traumatika
Keadaan robekan pada rahim yang di sebabkan oleh trauma pada abdomen seperti
kekerasan dalam rumah tangga dan kecelakaan lalu lintas.

4
1. Etiologi
Etiologi Ruptur Uteri, terdiri dari :
1. Rupture uterus spontan (Fraser dab Cooper,2009;h.593)
a) Paritas tinggi
b) Penggunaan oksitosin yang tidak tepat, terutama pada ibu paritas tinggi
c) Pengunaan prostaglandin untuk menginduksi persalinan , pada ibu yang memiliki
eskar.
d) Persalinan macet; rupture uteri terjadi akibat penipisan yang berlebihan pada
segmen bawah uterus
e) Persalinan terabaikan, dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya
f) Perluasan laserasi serviks yang berat ke atas menuju segmen bawah uterus –hal ini
dapat terjadi akibat trauma selama pelahiran dan tindakan.
g) Trauma akibat cedera ledakan atau kecelakaan.
h) Perforasi uterus non-hamil , mengakibatkan rupture uteri pada kehamilan
berikutnya;perforasi dan rupture terjadi pada segmen atas uterus.
i) Rupture uterin antenatal dengan riwayat seksio sesarea klasik sebelumnya.

2. Patofisiologis

Pada saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi, dinding korpus uteri
atau SAR menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri menjadi lebih kecil. Akibatnya
tubuh janin yang menempati korpus uteri terdorong ke bawah dan ke dalam SBR. SBR
menjadi lebih lebar karena dindingnya menjadi lebih tipis karena tertarik ke atas oleh
kontraksi SAR yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran retraksi yang membatasi
kedua segmen semakin bertambah tinggi. Apabila bagian terbawah janin tidak dapat
terdorong karena sesuatu sebab yang menahannya (misalnya panggul sempit atau kepala
janin besar) maka volume korpus yang tambah mengecil pada saat his harus diimbangi
oleh perluasan SBR ke atas. Dengan demikian, lingkaran retraksi fisiologi semakin
(physiologic retraction ring) semakin meninggi ke arah pusat melewati batas fisiologi
menjadi patologi (pathologic retraction ring) lingkaran patologik ini di sebut lingkaran
Bandl (ring van Bandl). SBR terus menerus tertarik ke arah proksimal, tetapi tertahan oleh
serviks dan his berlangsung kuat terus menerus tetapi bagin terbawah janin tidak kunjung

5
turun ke bawah melalui jalan lahir, lingkaran retraksi makin lama semakin meninggi dan
SBR semakin tertarik ke atas sembari dindingnya sangat tipis hanya beberapa milimeter
saja lagi. Ini menandakan telah terjadi ruptur imminens dan rahim yang terancam robek
pada saat his berikut berlangsung dindinng SBR akan robek spontan pada tempat yang
tertipis dan terjadilah perdarahan. Jumlah perdarahan tergantung pada luas robekan yang
terjadi dan pembuluh darah yang terputus.

3. Gambaran Klinis ( Tanda dan Gejala )


A. Rupture Uteri
1. Gejala mengancam
a) Lingkaran retraksi patologis/lingkaran Bandl yang tinggi, mendekati pusat dan
naik uterus.
b) Kontraksi rahim kuat dan terus-menerus.
c) Penderita gelisah, nyeri di perut bagian bawah, juga di luar his.
d) Pada palpasi segmen bawah rahim terasa nyeri (di atas simpisis).
e) Ligamentum rotundum tegang, juga di luar his.
f) Bunyi jantung anak biasanya tidak ada atau tidak baik karena anak mengalami
hipoksia, yang disebabkan kontraksi dan retraksi rahim yang berlebihan.
g) Air kencing mengandung darah (karena kandung kencing teregang atau
tertekan).

2. Tanda dan gejala lanjutan, Menurut (Varney,2001;h.243-244)


Dapat terjadi dramatis atau tenang.
1) Dramatis
a) Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat
memuncak.
b) Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri.
c) Perdarahan vagina (dalam jumlah sedikit atau hemoragi).
d) Tanda dan gejala syok : denyut nadi meningkat (cepat dan terus menerus):
tekanan darah menurun : pucat, dingin,kulit berkeringat,gelisah, atau adanya
perasaaan bahwa akan segera menjelang ajal atau meninggal, sesak (napas
pendek), ketidakberdayaan, dan gangguan penglihatan
e) Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu.
f) Bagian presentasi dapat di gerakkan di atas rongga panggul

6
g) Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada
gerakan dan Denyut Jantung Janin sama sekali tidak terdengar atau masih
dapat di dengar.
h) Lingkar uterus dan kepadatannya (kontraksi) dapat di rasakan di samping
janin(janin seperti berada diluar uterus).
2) Tenang
a) Kemungkinan menjadi muntah.
b) Nyeri tekan meningkat di seluruh abdomen.
c) Nyeri berat pada suprapubis.
d) Kontraksi uterus hipotonik.
e) Perkembangan persalinan menurun.
f) Perasaan ingin pingsan.
g) Hematuri (kadang-kadang)
h) Perdarahan pervagina (kadang-kadang)
i) Tanda-tanda syok progresif di temukan dalam hilangnya darah disertai
denyut nadi yang cepat dan pucat.
j) Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik;atau kontraksi
tidak dapat dirasakan.
k) DJJ mungkin akan hilang.

4. Komplikasi
a. Gawat janin
b. Syok hipovolemik
Terjadi kerena perdarahan yang hebat dan pasien tidak segera mendapat infus cairan
kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu cepat digantikan dengan
tranfusi darah.
c. Sepsis
Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri telah terjadi
sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah mengalami berbagai manipulasi termasuk
periksa dalam yang berulang. Jika dalam keadaan yang demikian pasien tidak segera
memperoleh terapi antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita
peritonitis yang luas dan menjadi sepsis pasca bedah.
d. Kecacatan dan morbiditas.

7
1) Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus belum punya anak
hidup akan meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan mendalam.
2) Kematian maternal /p bbnnn erinatal yang menimpa sebuah keluarga merupakan
komplikasi sosial yang sulit mengatasinya.

5. Penatalaksanaan

PERBAIKAN RUPTURE UTERUS

 Tinjau kembali indikasi.


 Tinjau kembali prinsip prawatan umum, prinsipperawatan operasi dan pasang infus
IV.
 Berikan dosis tunggal antibiotik profilaksis.

– Ampisilin 2g melalui IV.

– Atau sefazolin 1g melalui IV

 Buka abdomen

– Buat insisi vertikalgaris tengah dibawah umbilikus sampai kerambut pubis


melalui kulit sampai di fasia.

– Buat insisi vertikal 2-3 cm di fasia.

– Pegang tepi fasia dengan forcep dan perpanjang insisi keatas dan kebawah
dengan menggunakan gunting.

– Gunakan jari atau gunting untuk memisahkan otot rektus (otot dinding
abdomen )

– Gunakan jari untuk membuka peritoneum dekat umbilikus. Gunakan


gunting untuk memperpanjang insisi ke atas dan ke bawah guna melihat
seluruh uterus. Gunakan gunting untuk memisahkan lapisan peritoneum
dan membuka bagian bawah peritoneum dengan hati-hati guna mencegah
cedera kandung kemih.

8
– Periksa area rupture pada abdomen dan uterus dan keluarkan bekuan
darah.

– Letakkan retraktor abdomen.

 Lahirkan bayi dan plasenta.


 Infuskan oksitoksin 20 unit dalam 1L cairan IV ( salin normal atau laktat ringer )
dengan kecepatan 60 tetes permenit sampai uterus berkontraksi, kemudian kurangi
menjadi 20 tetes permenit.
 Angkat uterus keluar panggul untukmelihat luasnya cedera.
 Periksa bagian depan dan belakang uterus.
 Pegang tepi pendarahan uterus denganklem Green Armytage ( forcep cincin )
 Pisahkan kandungan kemih dari segmen bawah uterus dengan diseksi tumpul atau
tajam. Jika kandung kemih memiliki jaringan parut sampai uterus, gunakan gunting
runcing.

PENJAHITAN ROBEKAN UTERUS

 Jahit robekan dengan jahitan jelujur mengunci (continous locking ) menggunakan


benang catgut kromik (atau poliglikolik). Jika perdarahan tidak terkandali atau jika
ruptur melalui insisi klasik atau insisi vertikal terdahulu, buat jahitan lapisan kedua.
 Jika rupture terlalu luas untuk dijahit, tindak lanjuti dengan histerektomi.\
 Kontrol pendarahan dalam, gunakan jahitan berbentuk angka delapan.
 Jika ibu meminta ligasi tuba, lakukan prosedur tsb pada saat ini.
 Pasang drain abdomen
 Tutup abdomen.

– Pastikan tidak ada pendarahan. Keluarkan bekuan darah dengan


menggunakn spons.

– Pada semua kasus, periksa adanya cedera pada kandung kemih. Jika
teridentifikasi adanya cedera kandung kemih, perbaiki cedera tsb.

– Tutup fasia engan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik


(poliglikolik).

9
– Jika terdapat tanda-tanda infeksi, tutup jaringan subcutan dengan kasa dan
buat jahitan longgar menggunakan benang catgut ( poligkolik ). Tutup
kulit dengan penutupan lambat setelah infeksi dibersihkan.

– Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutup kulit dengan jahitan matras
vertikal menggunakan benang nelon ( sutra ) 3-0 dan tutup dengan balutan
steril.

10
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Normal dengan
Ruptur Uteri

Kala 1 Persalinan

1. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian :

Waktu pengkajian :

Tanggal MRS :

Nama Pengkaji :

A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Dikaji untuk menjalin keakraban antara bidan dan pasien,
serta mengetahui status pasien (Varney, (2007) : 153).
Umur : Dikaji untuk mengetahui berapa usia ibu yang wajar telah
melahirkan dan termasuk usia resiko atau tidak dalam
melahirkan (Varney, (2007) : 153).
Agama :Untuk mengetahui tingkat kepercayaan/ tradisi dari suatu
agama tentang masa nifas (Varney, (2007) : 153).
Suku/bangsa :
Pendidikan :Untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi pasien
sehingga mempengaruhi HE yang diberikan terutama dalam
bahasa (Varney, (2007) : 153).
Pekerjaan :Untuk mengetahui tingkat penghasilan istri dan suami
sehingga dapat diprediksi dalam pemenuhan nutrisi dan
kebutuhan bayi (Varney, (2007) : 153)
Alamat :

2. Keluhan utama :
Perdarahan banyak dan terus menerus, His/kontraksi kuat dan, rasa nyeri
yang hebat di perut bagian bawah nyeri waktu ditekan, gelisah atau
seperti ketakutan, cincin van bandl meninggi (Sarwono,1999).

11
3. Riwayat Kesehatan Klien

a. Riwayat Kesehatan Sekarang:


Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
persalinan dan bayinya. Waktu terjadinya sakit, proses terjadinya
sakit, upaya yang telah dilakukan. Hasil pemeriksaan
sementara/sekarang (Ambarwati,2009).

Persalinan dalam keadaan dinding rahim lemah dan dinding rahim


baik tetapi robekan terjadi karena bagian depan tidak maju, misalnya
pada panggul smpit atau kalainan letak (Varney, 2007).

b. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Menurut (Sarwono,1999:401; Persis Mary, 1995; Persis Mary, 1995; jones,1996)
1. Penyakit Endokrin : Diabetes Melitus
Pada ibu hamil dengan DM akan meningkatkan resiko
terjadinya preeklamsia saat persalinan, seksio sesarea, dan
makrosomia. (Prawirohardjo,2009)

pada perempuan hamil diabetes gestasional dengan bayi


makrosomia ,komplikasi utama yangmungkin terjadi pada
persalinanadalah trauma kelahiran seperti distosia bahu
,fraktur tulang,dan injuri plekus brakialis. (Prawirohardjo,2008)
Pada nifas dapat terjadi infeksi dan sepsis,menghambat
penyembuhan luka jalan lahir baik rupture maupun episiotomy serta
dapat menyebabkan ISK dan PEB (Zein,Umar.2008)
2. Penyakit jiwa : Adanya riwayat gangguan jiwa
seperti depresi saat kehamilan dapat memperberat persalinan .

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit


keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2009)

12
5. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya.
(Sulistyawati,2010)
HPHT : Bila hari pertama haid terakhir diketahui maka dapat
memperhitungkan usia kehamilan dan perkiraan persalinan. Ditanyakan untuk
mengetahui umur kehamilan dan menentukan TP dan rumus Neagel (hari+7,
bulan-3, tahun +1).
Riwayat siklus : 23 – 32 hari (Sulistyawati,2010)
Lama haid : Lama menstruasi ideal terjadi 4-7 hari, darah yang
keluar encer karena tidak mengandung fibrin, puncak derasnya terjadi pada hari
ke-3 sampai ke-4, dan pembalut yang digunakan 2-3 penuh setiap hari (Manuaba,
2007).
Jumlah menstruasi :
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstrusi yang di keluarkan.
(Sulistyawati,2010)
6. Riwayat Obstetri:
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas
o Suam Ank UK Pny Jns Pnlg Tm Pen J BB/PB H M Abnrmlts Laktasi Pen
i pt y K y
1
Kehamilan :
UK : prematuritas dapat berulang pada kehamilan saat ini.
Penyakit : penyakit yang diderita saat kehamilan yang lalu dapat terjadi pada
kehamilan saat ini. Misalnya : DM kehamilan.
Persalinan :
Jenis : adanya persalinan Caesar dapat mengindikasikan kelainan pada
kehamilan maupun jalan lahir. (Linda Wheeler,2003)
Penolong : penolong persalinan menggambarkan kepercayaan wanita dan/
keluarganya pada orang tersebut.
Tempat : terdapat kecenderungan wanita akan mendatangi tempat yang sama
dengan persalinan terdahulu untuk melahirkan
Penyakit : terjadinya komplikasi saat persalinan terdahulu dapat berulangpada
persalinan saat ini yang harus dideteksi sedini mungkin.

13
Anak :
Usia : jarak kelahiran yang ≤12 bulan dapat mengakibatkan premature.
Sedangkan jarak kelahiran yang ≤ 1 th meningkatkan resiko anemia.(Linda
Wheeler,2003)
Abnormalitas : adanya abnormalitas pada anak terdahulu dapat mengindikasikan
kelainan genetik .( Linda Wheeler,2003)
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
Berapa kali ibu memeriksakan kehamilan nya di tempat pelayanan kesehatan ?
Apakah ibu pernah mendapatkan suntik TT selama hamil ,jika iya berapa kali
,jika tidak mengapa ?
Obat apa saja yang pernah dikonsumsi ibu selama hamil?
Apa saja keluhan yang dirasakan ibu selama hamil ?
Kapan ibu merasakan pergerakan anak pertama kali ?
Kapan ibu merasakan kencang-kencang dan bagaimana frekuensinya ?
Penkes apa saja yang pernah didapatkan ibu selama hamil ?
8. Riwayat Kontrasepsi :
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB
setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. (Ambarwati, dkk. 2009)

9. Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan

Pola Nutrisi Kebanyakan wanita saat persalinan tidak


menginginkan untuk makan. Namun,
cairan yang adekuat harus disediakan
untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
(Christine, 2006).

Pola Eliminasi Pada kala I, sering buang air kecil akibat


rasa tertekan di area pelvis dan pada kala II
adanya desakan mengejan seperti
dorongan ingin buang air besar (Halen

14
Varney, Dkk, 2008)

Pola Istirahat Ketidakmampuan untuk merasa nyaman


dalam posisi apa pun dalam waktu yang
lama (Simkin Penny, Dkk, 2008)

Pola Personal Hygiene Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan


baju yang bersih selama persalinan
(Rustam Mochtar, 1998)

Pola Aktivitas Pada primi ataupun multi akan


memberikan perhatian pada kontraksi,
timbul kecemasan, tegang, perasaan tidak
enak atau gelisah (Simkin Penny, Dkk,
2008)

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

a. Psikologis
Bagaimana psikologis ibu. Pada Kala 1 , ibu primi bahkan multi terkadang
bereaksi berlebihan terhadap persalinan awal dengan terlalu banyak
memberi perhatian pada kontraksi,menjadi tegang,timbul
kecemasan,perasaan tidak enak atau gelisah (Simkin Penny,Dkk,2008: 187-
196).
b. Sosial
Pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan sah/tidak
Respon klien dan keluarga bayi yang dilahirkan, diterima/tidak
c. Kultural
Adat istiadat yang merugikan dan masih dilakukan oleh ibu dan keluarga
yang dapat merugikan kesehatan ibu dan bayinya saat persalinan.
d. Spiritual
Tradisi keagamaan yang dapat merugikan dan masih dilakukan oleh ibu dan
keluarga disaat persalinan.

15
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Lemas karena perdarahan banyak(Varney, 2007)
Tanda Vital :
Tekanan darah : menurun < 100/60 mmHg
Mengindikasikan dari kehilangan darah
akut, biasanya perdarahan eksterna
maupun perdarahan intraabdomen.
80/60 mmHg(Varney, 2007)
Nadi : 100 kali permenit,tidak teratur dan
lemah(Varney, 2007)
Pernapasan : Frekuensi pernafasan antara 30
kalipermenit, tidak teratur
dangkal (Yuliyanti, 2010).
Suhu :

Antropometri: Tinggi badan :


Berat Badan Sebelum Hamil :
Berat Badan Sekarang :
LILA : > 23,5cm

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :

Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe,rambut tampak kuat,


distribusi rambut tampak merata dan tekstur rambut tampak
lembut (Priharjo,2006).
Wajah : Tampak pucat (Varney, 2007)
Mata : konjungtiva pucat dan pandangan terkesan hampa.
(kegawat daruratan obstetric dan ginekologi, 2005 )

16
Telinga : terjadi sianosis pada cuping telinga. (kegawat daruratan
obstetric dan ginekologi, 2005 )
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak tampak polip,
tidak tampak peradangan (Tambunan dkk,2011)
Mulut : terjadi sianosis pada bibir. (kegawat daruratan obstetric
dan ginekologi, 2005 )
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak
pembesaran tonsil, tidak tampak peradangan faring, tidak
tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak pembesaran
kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening (Priharjo, 2006 &
Tambunan dkk,2011).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada
(Tambunan,2011)
Payudara : Tampak simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tampak
pengeluaran colostrum, areolla tampak hyperpigmentasi, puting
susu menonjol, tidak tampak retraksi ( Helen Farrer, 1999)
Abdomen : Lingkaran retraksi patologis/ lingkaran bandl yang
tinggi, mendekati pusat dan naik uterus. (Chapman, 2006)
Genetalia : Tampak perdarahan yang aktif (Varney, 2007)
Anus : tidak terdapat haemoroid
Ekstremitas : Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan tidak tampak
varices(Ambarwati dkk, 2009)

Palpasi :

Kepala : Tidak teraba oedema / massa (Priharjo,2006).


Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid dan
kelejar getah bening (Priharjo,2006).
Payudara : Tidak teraba benjolan / massa, konsistensi
teraba padat berisi ( Ambarwati dkk, 2009)
Abdomen : Segmen bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan
palpasi, HIS berhenti/hilang, bagian-bagian janin mudah

17
diraba jika janin masuk ke dalam rongga perut, kadang
disamping janin teraba tumor yaitu rahim yang telah
mengecil, Bunyi Jantung Janin tidak ada/tidak terdengar,
jika sudah lama terjadi seluruh perut nyeri dan kembung
(Varney, 2007)
Genetalia : Pada ruptur uteri pada pemeriksaan dalam ternyata
bagian depan mudah di tolak ke atas bahkan terkadang
tidak teraba lagi karena masuk ke rongga perut (Varney,
2007)
Anus : Memeriksa hemoroid
Ekstremitas : Reflek trisep : + (Lengan ekstensi)
Refleks bisep : + (Ekstensi pada jari tengah)
Reflek patella : + (Ekstensi pada tungkai kaki)
Refleks babinski : + (Jari – jari kaki fleksi)
Auskultasi
Abdomen : biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar
lagi beberapa menit setelah rupture, apalagi jika plasenta
ikut terlepas dan masuk rongga panggul. (Chapman, 2006)
Perkusi :
Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+),
Bisep (+), Trisep (+) (Varney 2008 )

3. Pemeriksaan Penunjang

1) Hitung darah lengkap dan apusan darah


2) Urinalisis
3) Golongan darah dan rhesus

I. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis :

 Diagnosis : G.. PAPAH UK.... Partus kala.....dengan rupture uteri

 Masalah : Apa yang dirasakan ibu terhadap keadaannya saat ini,


seperti cemas, gelisah, takut dan lainnya.

18
 Kebutuhan : Dukungan Spiritual

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Pada Diagnosis/Masalah Potensial yang bisa terjadi dari robekan jalan lahir
seperti syok jika perdarahannya banyak.

III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang
fatal, sehingga nyawa ibu dapat diselamatkan. Tindakan segera bisa
merupakan intervensi langsung oleh bidan bisa juga merupakan hasil
kolaborasi dengan profesi lain (Varney, 2007)
Kebutuhan tindakan segera yang di perlukan untuk kasus ini adalah
rujuk ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk kasus-kasus
diluar kewenangan bidan (Varney, 2007)

IV. INTERVENSI
Intervensi :
1. Mengecek kesadaran pasien
Rasional : merupakan tatalaksana awal perdarahan pasca persalinan untuk
mengetahui tingkat kesadaran klien.
2. Memastikan jalan napas bebas ( Airway)
Rasional : pemeriksaan airway merupakan tatalaksana awal perdarahan pasca
persalinan untuk memastikan tidak terdapat sumbatan pada jalan lahir.
3. Mengecek pernapasan dan memberikan O2 pada ibu
Rasional : merupakan tatalaksana awal perdarahan pascasalin untuk
mengetahui ada tidaknya tanda – tanda syok pada klien.
4. Periksa nadi dan tekanan darah
Rasional : Indikator tingkat nyeri dan mengetahui perkembangan pasien
terutama pada Tekanan Darah dan nadi dan untuk mengetahui ada tidaknya
tanda – tanda syok pada klien
5. Perbaiki kehilangan volume darah dengan pemberian infuse cairan intravena (
NaCl 0,9% atau Ringer Laktat ) sebelum tindakan pembedahan
Rasional : pemberian cairan intravena akan mengembalikan cairan yang
hilang selama terjadinya perdarahan

19
6. Kaji skala nyeri
Rasional : Mengetahui persepsi pasien mengenai tingkat nyeri yang dirasakan.
7. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Rasional :Relaksasi dan distraksidapat mengurangi tingkat nyeri.
8. Minimalkan stresor nyeri dan kondisikan lingkungan tenang dan nyaman
Rasional : Mencegah persepsi pasien tentang tingkat nyeri bertambah
9. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Analgetik menyebabkan efek terapi memperkecil rasa nyeri yangdi
rasakn pasien.

V. IMPLEMENTASI
Implementasi yang komprehensif merupakan pengolahan dan perwujudan dari
rencana yang telah disusun pada tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan dapat
terealisasi dengan baik apabila dapat diterapkan berdasarkan hakekat masalah.
Beberapa prinsip dalam pelaksanaan tindakan meliputi :
- Tindakan kebidanan yang dapat dirasakan sendiri
- Penguasaan dan ketrampilan bidan tentang tindakan yang dilakukan.
- Mengamati hasil tindakan yang diberikan petugas kesehatan.

VI. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

20
Kala II Persalinan
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
- Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum/vaginanya
B. Data Obyektif
-Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda Vital :
Tekanan Darah : rendah, sistolik <90 mmHg

Nadi : ≥110 x/menit, cepat dan lemah

Suhu Tubuh : 36,5-37.50C, peningkatan suhu tidak lebih dari 0.5-


1oC masih dianggap normal (Varney,2007)

Pernapasan : ≥30x/menit, peningkatan pernafasan

-Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

Genetalia : Adanya tanda gejala kala II


-Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur
darah
- Perineum tampak menonjol
-Vulva dan sfingter ani membuka (JNPK-KR,2008)
Auskultasi :
DJJ : Terdengar jelas, teratur, frekuensi 120-
160x/menit (mochtar,2011)
-Pemeriksaan Khusus
Observasi His : His dianggap adekuat jika terjadi ≥3x dalam 10menit
dan berlangsung selama ≥40 detik
-Pemeriksaan Dalam
Tanggal : Jam : Oleh :
a) Vulva vagina : tidak ada massa abnormal
b) Portio : effacement 100%

21
c) Pembukaan : 10 cm
d) Ketuban :
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
meconium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak
mengalir lagi
e) Presentasi : belakang kepala
f) Denomitor : UUK (oksiput)
g) Posisi : UUK kiri depan (LOA)/UUK kanan depan (ROA)
h) Hodge : Hodge III-IV

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : G papah Kala II Persalinan Normal
Masalah : Tidak ada
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosis potensial : Tidak ada
Masalah potensial : Tidak ada
IV. IDENTIFIKASSI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Jelaskan pada ibu tentang keluhan yang dialaminya
3. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang bahaya emboli air ketuban
4. Beri ibu dukungan emosional
5. Rujuk ibu ke RS terdekat
6. Lakukan pendokumentasian dibuku register, askeb dan sebagainya

22
i) IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

j) EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan
yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

23
Kala III Persalinan
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Ibu masih merasakan adanya kontraksi uterus.
B. Data Obyektif
- Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70-120-80mmHg,<140/90mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5°c
Pernafasan : 16-24x/menit

- Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Genetalia : Adanya tanda pelepasan plasenta
Tampak tali pusat memanjang,ada
semburan darah secara mendadak dan
singkat (JNPK-KR,2008)
Palpasi
Abdomen : Teraba tinggi fundus berada diatas pusat (JNPK-KR,2008)
-Data Bayi
Bayi telah lahir,tanggal : jam:
Jenis kelamin :
Hasil penilaian sepintas :
1) Apakah bayi cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium?
3) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
4) Apakah bayi bergerak aktif? (JNPK-KR,2008)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : G Papah Kala III persalinan normal
Masalah : Tidak ada

24
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

V. MENGEMBANGKN RENCANA INTERVENSI


1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Jelaskan pada ibu tentang keluhan yang dialaminya
3. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang bahaya emboli air ketuban
4. Beri ibu dukungan emosional
5. Rujuk ibu ke RS terdekat
6. Lakukan pendokumentasian dibuku register, askeb dan sebagainya

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisian dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidana
yang telah dilakukan. Evaluasi didkoumentasikan dalam bentuk SOAP.

25
Kala IV Persalinan
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif : -
B. Data Obyektif
-Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah :110/70-120-80 mmHg, <140/90mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5°c , suhu ibu berlanjut sedikit
meningkat, tetapi biasanya <38°c
(Varney,2008)
Pernapasan : 16-24x/menit
-Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Abdomen : Tampak mengecil
Genetalia : Ada/tidak laserasi, tidak ada memar ataupun
hematoma (Varney,2008)
Palpasi
Abdomen : Teraba uterus di tengah-tengah
abdomen,teraba membulat dan keras
(Varney,2008)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : papah kala IV persalinan normal
Masalah : tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL


Diagnosis potensial : Tidak ada
Masalah potensil : Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kebutuhan tindakan segera : tidak ada

26
V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI
Lanjutkan intervensi asuhan persalinan normal:
1. Ajarkan ibu melakukan masase uterus!
Rasional : Ibu dapat menilai kontrakssi rahimnya sendiri. Dengan memberikan
rangsangan taktil pada uterus dapat mencegah terjadinya perubahan
(JNPK-KR,2008)
2. Estimasi jumlah perdarahan!
Rasional : Mengestimasi jumlah perdarahan diperlukan sebagai bentuk deteksi dini
kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum,yaitu jumlah perdarahan
>500ml (JNPK-KR,2008)
3. Lakukan pemantauan kala IV!
Rasional : Deteksi dini kemungkinan terjadinya komplikasi pascapersalinan (JNPK-
KR,2008)
4. Lakukan prosedur kebersihan dan keamanan (pencegahan infeksi) pasca persalinan!
Rasional : Prosedur pencegahan infeksi yang dilakukan dengan benar dapat
mencegah terjadinya infeksi silang/infeksi nosocomial (Doengoes,2011)
5. Lengkapi partograf
Rasional : Pengisian partograf merupakan salah satu bentuk
pendokumentasian terhadap proses persalinan yang telah
dilakukan (JNPK-KR,2008)

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan
yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

27
BAB III

TINJAUAN KASUS

Kala I Persalinan
I. PENGKAJIAN

MRS : 4 Maret 2018/Jam 01.30 WITA


Tanggal pengkajian : 5 Maret 2018/Jam 01.45 WITA
Tempat : Ruang Mawar VK RSU AWS
Oleh : Recca Amelya Amir

S:
1. Identitas
Nama Istri : Ny. S Nama Suami : Tn. B
Umur : 23th Umur : 32th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. KH. Mas Mansyur
2. Alasan MRS / Keluhan Utama
Nyeri pada abdomen bagian bawah dan darah terus merembes.

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 3 Maret 2018 ibu mulai merasakan kencang – kencang. Masuk
IGD pada tanggal 4 Maret 2018 jam 01.30 WITA. Ibu diperiksa dalam dengan
hasil pembukaan 3 cm. ibu dirujuk ke mawar VK dari IGD jam 03.30 WITA. Di
ruang bersalin ibu di tunggu hingga persalinan sambil didengarkan denyut jantung
bayinya. Sekitar jam 08.25 WITA ketuban pecah kemudian ibu diperiksa dalam
dengan hasil pembukaan lengkap. Bayi lahir jam 09.06 WITA. Setelah diperiksa
ternyata ada robekan.

28
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu tidak sedang atau memiliki riwayat penyakit ,diabetes, dan penyakit lain yang
menular ataupun berpotensi menurun serta tidak ada riwayat keturunan kembar
yang dapat memperberat persalinannya

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Di dalam keluarga ibu, tidak pernah ada yang memiliki penyakit menurun,
menular dan menahun. Seperti hepatitis, asma, jantung, TBC, DM, ginjal dan
gangguan mental

5. Riwayat menstruasi
HPHT : 29 – 05- 2017
TP : 05 – 03 – 2018
Siklus menstruasi teratur, siklus haid ±28 hari, lama menstruasi 3-4 hari, ganti
pembalut 3 kali/hari, warna darah merah segar, pertama kali haid umur 12 tahun.

6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmp Peny JK BB/PB H M Abn Lktasi Peny

1 1 2004 atrm - Sc dr Rs - ♂ 3600gr/49cm ✓ - - ✓ -

2 1 2018 atrm - Sc dr Rs - ♀ 3800gr/50cm ✓ - - ✓ -

7. Riwayat Kehamilan sekarang


Ini merupakan kehamilan kedua ibu, selama hamil ibu memeriksakan
kehamilannya di puskesmas dan bidan praktik. Ibu merasakan gerakan janin
pertama kali pada usia kehamilan 16 minggu. Ibu sudah menerima suntik TT
sebanyak 3 kali. Ibu mengkonsumsi vitamin dan tablet Fe selama hamil. Pada
awal kehamilan ibu mengeluh mual dan muntah serta kehilangan nafsu makan,
pada trimester II ibu mengeluh sering BAK dan terdapat keputihan yang gatal dan
semakin berkurang seiring bertambahnya usia kehamilan dan ibu rutin mengganti
pakaian dalam. Pada trimester III, ibu mengeluh susah tidur karena merasakan
sakit punggung dan kencing pada malam hari. Selama kehamilan ini, ibu sudah

29
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu hamil, tanda bahaya
kehamilan, tanda-tanda persalinan, dan personal hygiene.

8. Riwayat Persalinan Sekarang


Ibu mengatakan merasa kencang-kencang pada perutnya sejak tadi pagi
puku 07.00 WITA, kemudian ibu pergi ke rumah sakit pukul 01.30 WITA,
dilakukan pemeriksaan di IGD didapatkan hasil pembukaan 2 cm, ketuban utuh,
portio lunak, bloodslym +, DJJ = 128x/menit, His 3x10’= 15”-20”. Tidak ada
penyusupan kepala, kepala berada di Hodge I, kemudian ibu dipindahkan ke VK
pukul 03.30 WITA. Di VK dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan
4 cm, ketuban utuh, portio lunak, presentasi kepala, bloodslym +, his 3x10’ = 15”-
20”. DJJ = 125x/menit. Kemudian pukul 08.00 wita dilakukan pemeriksaan dalam,
setelah dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan 4, ketuban utuh,
portio lunak, presentasi kepala, bloodslym +, DJJ 124x/menit, kepala berada di
Hodge I tidak ada kemajuan penurunan kepala dan pembukaan. Setelah dokter
visite pukul 19.00 hasilnya ibu disarankan untuk melakukan SC pada pukul 22.30
wita. Telah dilakukan SC, ketuban dipecahkan bercampur mekonium, bayi lahir
dengan SC pada pukul 22.35 wita, dengan jenis kelamin perempuan, BB = 3600gr,
PB = 50 cm, ketuban bercampur mekonium, a/s 6/9, a/c +/-, plasenta lahir lengkap,
terdapat 2 arteri dan 1 vena. Pada saat bayi lahir tanda vital ibu mengalami syok,
tekanan darah ibu 80/50 mmHg, nadi 120x/menit, pernapasan 26x/menit. Ibu
sempat didiagnosa mengalami rupture .

9. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi implan, selama 1 tahun,
dan sebelum kehamilan ini ibu tidak menggunakan kontrasepsi.

10. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Sebelum Hamil Saat Ini

Nutrisi Makan 3x sehari, menu seimbang Makan 1 kali

Minum 6-8 gelas sehari Minum 7-8 gelas

30
Eliminasi BAK 4-5 kali sehari BAK 8-10 kali

BAB 1 kali/2hari Ibu belum ada BAB

Istirahat Tidur siang 1 jam sehari Ibu tidak ada tidur

Tidur malam 6-7 jam sehari

Aktivitas Ibu mengerjakan pekerjaannya Ibu berbaring miring kiri diatas


sendiri, ibu juga memasak, menyapu, tempat tidur
mencuci, dan mengurus keluarga

Personal Hygiene Ibu mandi 2x sehari, ganti baju 2x Ibu mandi 1x tadi pagi
sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti
pakaian dalam 2x sehari

Seksualitas 1x seminggu Ibu tidak melakukan hubungan


suami istri

11. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


1) Psikologis : ibu merasa senang, ibu merasa tidak nyaman dengan
sakit yang dirasakan
2) Sosial : ini merupakan pernikahan pertama ibu, status
pernikahan sah, lama menikah ±14 tahun
3) Kultural : tidak ada kebiasaan adat istiadat yang dapat
merugikan/membahayakan ibu dan janin
4) Spiritual : tidak ada kebiasaan tradisi agama yang dapat
merugikan/ membahayakan ibu dan janin

O:
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 90 x/ menit

31
Suhu Tubuh :36,70 C
Pernapasan :22x/ menit
Antropometri
Tinggi Badan : 163 cm
BB saat ini : 66 kg
BB sebelum hamil : 78 kg
Lila : 32 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Kulit kepala bersih, dstribusi rambut merata, rambut berwarna hitam,
rambut kuat, tidak ada oedema
Wajah : Tidak pucat dan oedema, ada chloasmagravidarum
Mata : Simetris, kelopak mata tidak oedema, sklera berwarna putih,
konjungtiva berwarna merah muda
Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip ataupun
peradangan
Mulut : Bersih, mukosa mulut lembab, lidah bersih dan tremor, gigi lengkap ,
tidak ada stomatitis, tidak ada caries dentis, tidak ada peradangan pada
tonsil
Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran sekret.
Leher : Ada hyperpigmentasi, tidak ada bendungan pada vena jugularis, tidak
ada pembesaran tiroid dan limfe
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada suara nafas
tambahan, perkusi dada sonor, BJ I dan BJ II terdengar jelas
Payudara : simetris, bersih, terdapat hiperpigmentasi pada areola, puting susu
menonjol, lebih besar , tidak teraba benjolan, terdapat pengeluaran ASI
Abdomen : terdapat linea alba, terdapat striae albicans, terdapat bekas operasi sc
TFU : 37 cm
Leopold I : pada fundus teraba lunak, kurang bulat, kurang melenting
Leopold II : teraba keras memanjang seperti papan di sebelah kanan
ibu dan teraba bagian-bagian terkecil janin di sebelah kiri
ibu

32
Leopold III : bagian bawah janin teraba keras, bulat, melenting bagian
terendah janin sudah tidak dapat digoyangkan terhadap
panggul

Leopold IV : bagian terendah janin sebagian kecil sudah melewati PAP


(konvergen)

DJJ : 128x/menit

His : 3x10’ = 15”-20”

TBJ : (35-11)x155gr = 3720gr

Genetalia : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada haemoroid, Perdarahan
pervagina secara tiba-tiba .

Anus : Otot sfingter ani dan dinding rectum utuh

Ekstremitas : atas : tidak ada oedema, refleks bisep trisep +. CRT kembali < 2
detik

bawah : tidak ada oedema, tidak ada varices, refleks patella +.


Babinski -, homan sign -, CRT kembali <2 detik

3. Pemeriksaan Khusus/Dalam
Genetalia terlihat adanya oengeluaran lendir campur darah, tidak ada
benjolan/massa, odema atau varices. Portio lunak, pembukaan 4cm, ketuban utuh,
presentasi kepala, kepala berada di hodge I.
4. Pemeriksaan Penunjang
b. Pemeriksaan Laboratorium
NO PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
 Hb 11,0 gr/dl 11 – 16 gr/dl
 Leukosit 8200 /ul 4.000-10.000 /ul
 HT 33 % 37 – 64 %
 Trombosit 250.000 /ul 150.000 – 450.000 /ul
 BT 3’’ 1 – 6 menit
 CT 8’ 9 – 15 menit
 GDS 90 gr/dl 60 -1 50 gr/dl

33
 Ur 20,0 10 – 40 mg/dl
 Cr 0,5 0,5 – 1,5 gr/dl

 Hbsag Negatif Negatif

 112 NR NR

A:
Diagnosis : G2P1001, usia kehamilan 38 minggu janin tunggal hidup intra
uterin
Masalah : pembukaan dan kepala janin tidak turun
Diagnosa potensial : giant baby
Masalah potensial : tidak ada
Kebutuhan segera : operasi SC

P:

Tanggal Penatalaksanaan Paraf


04 Maret Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu yaitu,
2018 DJJ = 128x/menit, TD = 100/70 mmHg, T= 36,7ºC, his = 3x10’= 15”-
20”
Pembukaan 4cm, portio lunak, ketuban utuh, terdapat
perdarahansecara , kepala janin berada di hodge I ; ibu memahami dan
mengerti penjelasan yang telah disampaikan
Menganjurkan ibu untuk baring miring kiri ; ibu mengerti dan baring
menghadap kiri
Melakukan observasi DJJ, his, dan nadi, yaitu DJJ= 125x/menit, His =
3x10’= 20”-25” N= 85x/menit
Memberikan ibu minum agar menambah energi ibu; ibu minum air
yang diberikan
Melakukan observasi DJJ, his, nadi, serta kemajuan persalinan
DJJ = 125x/menit, his = 3x10’= 20”-25”, N=86x/menit
Pembukaan 4cm, portio lunak, ketuban utuh, penurunan kepala berada

34
di Hodge I
Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu akan dilakukan pemeriksaan oleh
dokter karena tidak ada kemajuan pada penurunan kepala janin dan
tetap memberi semangat kepada ibu; ibu mengerti, menanyakan dan
akan mencoba untuk tetap tenang
Mempersiapkan ibu untuk operasi SC; ibu telah siap untuk operasi
Mengantar ibu menuju ruang operasi

Kala II Persalinan

Tidak dilakukan ibu berada di ruang operasi SC

Kala III Persalinan

Tidak dilakukan ibu berada di ruang operasi SC

Kala IV Persalinan

S:

Ibu mengatakan merasa nyeri pada bekas jahitan dan sulit bergerak

O:

1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 100x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 37,8ºC

35
2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : tampak mengecil, teraba bulat, dan keras pada uterus,
terdapat luka jahitan bekas sectio
TFU : sepusat

Genetalia : tidak ada oedema, perdarahan ±200cc, kandung kemih


kosong

A:

Diagnosa : P2002, dengan kala IV post SC

Masalah : tekanan darah rendah dan febris

Diagnosa potensial : rupture uteri

Masalah potensial : tidak ada

Kebutuhan segera : pemberian oksigen dan tranfusi

P:

Tanggal Penatalaksanaan Paraf


05 Maret Memasang oksigen pada ibu; oksigen sudah terpasang dan ibu
2018 terlihat nyaman
Mengevaluasi kontraksi uterus; uterus berkontraksi dengan baik
Menghitung jumlah perdarahan; perdarahan ±200cc
Mengajarkan ibu dan keluarga untuk masase perut ibu; keluarga
dan ibu memahami dan mampu melakukan masase
Observasi kala IV (15 menit pertama)
TD = 90/60mmHg, n= 100x/menit, t= 36,8ºC, TFU sepusat,
kontaksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan ±200cc
Observasi kala IV (15 menit kedua)
TD = 90/60 mmHg, n= 98x/menit, TFU sepusat, kontraksi uterus
baik, kandung kemih kosong, perdarahan ±170cc

36
Observasi kala IV (15 menit ketiga)
TD = 90/60mmHg, n=100x/menit, TFU 1 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih baik, perdarahan ±150cc
Observasi kala IV (15 menit keempat)
TD = 100/70mmHg, n= 90x/menit, TFU 1 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan
±130cc
Observasi kala IV (30 menit pertama)
TD = 100/60mmHg, n=90x/menit, t= 36,7ºC, TFU 2 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
perdarahan ±5cc
Observasi kala IV (30 menit kedua)
TD = 100/70mmHg, n=88x/menit, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan
±100cc
Melengkapi partograf; partograf telah diisi lengkap

37
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Kami dapat menyimpulkan bahwa perlukaan pada jalan lahir, sebagai akibat
persalinan, terutama pada seorang primipara. Baik itu berupa robekan perinium, robekan
serviks atau rupture uteri. Hal ini dapat diatasi apabila seorang tenaga kesehatan dapat
mengelolanya dengan baik.

2. Saran
A. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang Ruptur uteri sampai
dengan bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan
konsep asuhan kebidanan kepada klien dengan perlukaan jalan lahir.
B. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapakan mampu mengerti tentang ruptur uteri dan dapat memberikan
pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu memberikan asuhan secara
komprehensif.

38
DAFTAR PUSTAKA

Derek Llewellyn-Jones,2002, Dasar-dasar Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates


Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta: Puspa Swara
Manuaba Ida Bagus Gde, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri,
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC.
Naylor, C. Scott,2004, Obstetri-Ginekologi. Jakarta: EGC.
Prawiroardjo Sarwono,2007, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Helen Varney, Jan M.Kriebs, Carolyn L. Gegor,2007, Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

39

Anda mungkin juga menyukai