Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

0. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir.

Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan menelaah bentuk-

bentuk atau struktur-struktur yang abstrak. Matematika timbul karena pikiran-

pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika

sangat di perlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi

kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta

didik sejak SD, bahkan sejak TK.

Al-Qur’an telah memberikan contoh aspek matematika diantaranya seperti

dalam QS.Al.Isra ayat 12.

“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan

tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari

kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan

perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas”.(QS Al-

17:12)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa pentingnya ilmu matematika untuk

dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang berguna sebagai alat

bantu menyelesaikan persoalan yang memerlukan perhitungan. Dalam kehidupan

sehari-hari tentu akan menjumpai berbagai persoalan yang berkaitan dengan


perhitungan, seperti waktu, pekerjaan, dan uang, semuanya memerlukan

perhitungan.

Keterampilan berhitung memerlukan kemampuan berpikir, dikarenakan

berhitung adalah kegiatan yang memerlukan konsentrasi pikiran, dalam hal ini

seseorang memiliki kemampuan berpikir yang tidak sama. Dalam sebuah

pembelajaran di kelas, seorang guru menyampaikan materi kemudian

memberikan permasalahan matematika yang menuntut siswa untuk terampil

berhitung. Pada kenyataannya, tidak mungkin siswa akan selesai menjawab

permasalahan pada waktu yang sama. Ada siswa yang cepat, ada pula yang

lambat karena memiliki tingkat berpikir yang berbeda.

Salah satu materi pelajaran matematika yang membutuhkan kemampuan

matematis yang cukup baik yaitu geometri. Sebagaimana dikemukakan oleh

NCTM (2000) bahwa salah satu alasan diberikannya geometri di sekolah adalah

supaya anak dapat menggunakan visualisasi, mempunyai kemampuan spasial dan

pemodelan geometri untuk menyelesaikan masalah. Sejalan dengan pendapat

NCTM tersebut kurikulum di Indonesia menuntut anak untuk menguasai materi

geometri bidang dan geometri ruang yang didalamnya juga membutuhkan

kemampuan spasial.

Kemampuan spasial merupakan konsep abstrak yang meliputi persepsi

spasial yang melibatkan hubungan spasial termasuk orientasi sampai pada

kemampuan yang rumit yang melibatkan manipulasi serta rotasi mental.

Kemampuan ini meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide


secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat. Dalam

kemampuan spasail diperlukan adanya pemahaman kiri kanan, pemahaman

perspektif, bentuk-bentuk geometri, hubungan konsep spasial dengan angka dan

kemampuan dalam transformasi mental dari bayangan visual.

Menurut Gardner (Sudjito,2007) kemampuan spasial meliputi kemampuan

untuk mengungkap dunia ruang-visual secara tepat, yang didalamnya termasuk

kemampuan mengenal bentuk suatu benda secara tepat, melakukan perubahan

terhadap suatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan tersebut,

mengimajinasikan suatu hal atau benda dan menuangkan ke dalam bentuk nyata,

mengungkap data dalam suatu grafik dengan keseimbangan, relasi, warna, garis,

bentuk, dan ruang. Semua kemampuan tersebut perlu dikuasai untuk mempelajari

geometri.

Siswa harus menguasai kemampuan spasial dalam pembelajaran

matematika sehingga guru dituntut untuk memperhatikan kemampuan ini dalam

pembelajaran di kelas. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang

berkemampuan spasial. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh siswanto (2014) yaitu kurangnya imajinasi untuk

memvisualisasikan komponen-komponen bentuk ruang sehingga siswa

mengalami kesulitan dalam mengkonstruksi bangun ruang dan menyelesaikan

masalah. Oleh karena itu kemampuan spasial ini harus menjadi perhatian karena

pada dasarnya bentuk-bentuk geometri dan bangun ruang sudah diperkenalkan

kepada anak sejak usia dini, seperti mainan berbentuk kubus, balok, dan bola.
Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 24 Desember 2017 di SMP

Negeri 1 Praya Barat, menurut pengakuan guru matematika kelas IX M.Nasib

S.Pd bahwa siswanya rata-rata kesulitan dalam menentukan panjang diagonal

ruang, kurang mampu dalam mengklarifikasikan apa yang harus siswa tempuh

jika dihadapkan pada soal serta mereka memiliki kemampuan yang minim dalam

menerapkan rumus. Disamping itu siswa juga mengalami kesulitan dalam

mengenali bentuk dan memahami sifat-sifat keruangan. Selain itu juga peneliti

mendapatkan informasi dari salah satu siswa kelas IX A dan IX B mereka

mengalami kesulitan pada materi sisi lengkung terutama pada pembuatan sketsa

gambar bangun ruang apabila soalnya dalam bentuk uraian tentang gambaran

suatu bangun ruang kemudian menghitung volumenya. Dari hasil observasi

nampaknya faktor kemampuan spasial kurang diperhitungkan sebagai

kemungkinan salah satu penyebab.

Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar materi pelajaran yang

disampaikan kepada anak didiknya dapat dipahami secara tuntas. Sementara

setiap guru menyadari bahwa untuk dapat memenuhi harapan tersebut bukanlah

sesuatu yang dianggap mudah, karena setiap siswa memiliki karakteristik yang

berbeda baik dari segi minat, potensi, kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri.

Untuk itu, seorang guru tentunya perlu mencari solusi, strategi maupun

pendekatan yang tepat, sehingga rencana pembelajaran yang sudah dirumuskan

dapat tercapai. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan siswa dalam

mempelajari geometri diharapkan guru mampu meningkatkan penguasaan siswa


terhadap pokok bahasan tersebut demi tercapainya keberhasilan proses beajar

mengajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa, dalam pembelajaran

matematika khususnya pada pokok bahasan sisi lengkung masih perlu untuk

dicari solusi dalam menyampaikan materi tersebut agar tujuan pembelajaran

tercapai. Sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat judul “ Pengaruh

Kecerdasan Spasial Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri di kelas IX SMP

Negeri 1 Praya Barat Tahun Pelajaran 2017.”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “ Apakah ada Pengaruh Kecerdasan Apasial Siswa

Dalam Menyelesaikan Soal Geometri di kelas IX SMP Negeri 1 Praya Barat

Tahun 2017/2018?.

0. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dalam melakukan penelitian, maka perlu

dilakukan pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini,

adalah:

0. Penelitian ini akan di lakukan di kelas IX SMPN Negeri 1 Praya Barat Tahun

2017/2018. Pada materi geometri bangun ruang yaitu sisi lengkung.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang telah penulis uraikan, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari kecerdasan persepsi

ruang (spasial) siswa dalam mengerjakan soal geometri.

0. Manfaaat Penelitian

0. Manfaat Teoritis

1. Dapat digunakan sebagai pedoman dan menambah

pengetahuan akan pentingnya kecerdasan spasial dalam menyelesaikan

soal geometri sisi lengkung, baik bagi peneliti khususnya dan bagi

pengembanagan ilmu pengetahuan pada umumnya.

2. Diharapkan dapat memanfaatkan kecerdasan spasial sebagai

acuan untuk memberikan bimbingan dan pengajaran khususnya dalam

mempelajari sisi lengkung oleh guru kepada siswa.

3. Sebagai stimulus bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian

yang lebih mendalam terhadap hal-hal yang belum terjangkau dalam

peneliti ini.

b. Manfaat Praktis

1. Sebagai pedoman bagi guru matematika dalam usaha

mengatasi kesulitan-kesulitan siswa untuk memahami cara

menyelesaikan soal geometri dengan meningkatkan kecerdasan spasial

siswa.
2. Dapat dijadikan masukan bagi para siswa untuk dapat

menyikapi kesulitan belajar yang dialami siswa dalam menyelesaikan

soal geometri.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

0. Kajian Pustaka

Adapun penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto (2006) tentang Pengaruh

Kemampuan Persepsi Ruang ( Spasial ) Terhadap Hasil Belajar Materi

Pokok Geometri Bangun Ruang ( Dimensi Tiga ) Pada Siswa Kelas X SMA

Kharismawita Tahun Pelajaran 2005/2006. Penelitian ini menyimpulkan

bahwa kemampuan spasial dapat berpengaruh terhadap proses pembelajaran

khususnya pada pokok bahasan bangun ruang ( dimensi tiga ).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Puji Hayati (2016/2017) tentang

Analisis Tingkat Keterampilan Geometri Berdasarkan Tahap Berpikir Van

Hiele Ditinjau Dari Kecerdasan Spasial Siswa Kelas IX SMP Negeri 4

Bandar Lampung (2016/207).

B. Kerangka Teori
1. Kemampuan Spasial

0. Pengertian Spasial (Persepsi Ruang)

Persepsi adalah tanggapan yang diperoleh setelah melihat gambar,

bentuk atau model benda ruang. Tanggapan itu sendiri merupakan

gambaran yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan

pengamatan. Tanggapan tersebut akan berpengaruh terhadap perilaku

individu, termasuk perilaku belajar. Kemampuan spasial (persepsi ruang)

adalah kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan

mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut menjadi

informasi yang mudah dicerna dan dapat diperolehnya gambaran yang

menyeluruh dari sesuatu yang diamati.

Kemampuan spasial ini meliputi kepekaan pada warna, garis,

bentuk, ruang, dan hubungan dengan bentuk unsure tersebut, kecerdasan

ini juga meliputi kemampuan membayangkan dan mempresentasikan ide

secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam

matriks spasial.

Menurut baharuddin orang yang memiliki kecerdasan spasial

mudah membayangkan benda dalam ruang berdimensi tiga. Mereka

mudah mengenal relasi benda-benda dalam ruang secara tepat. Mereka

juga memiliki persepsi yang tepat tentang suatu benda dengan ruang

disekitarnya, dan dapat memandang dari segala sudut.


Menurut Gardner, pakar psikologi Universitas Harvad, menyatakan

bahwa kemampuan visual hanya satu dari berbagai kecerdasan yang

dimiliki seseorang. Gardner telah bertahun-tahun menganalisis otak

manusia dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Kesimpulannya

sederhana, namun sangat penting,” Setiap orang memiliki beberapa tipe

kecerdasan,” kata Gardner ketika menyimpulkan hasil penelitiannya.

Howard Gardner seorang professor pendidikan dari Universitas

Harvard melakukan berbagai penelitian untuk membuktikan bahwa setiap

orang paling tidak memiliki 7 pusat kecerdasan, yakni kecerdasan

linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestetis, musical,

interpersonal, dan intrapersonal.

1. Kecerdasan linguistik

Kecerdasan ini terkait dengan kemampuan membaca, menulis, dan

berkomunikasi secara verbal (dengan kata-kata). Kecerdasan ini milik

para penulis, penyair, dan orator.

0. Kecerdasan logis-matematis

Kecerdasan ini terkait dengan kemampuan menalar dan menghitung.

Penguasaan kecerdasan ini adalah para ilmuwan, matematikawan,

pengacara, dan hakim.

0. Kecerdasan musikal
Kecerdasan ini berkembang dengan sangat baik pada komposer,

konduktor, seperti Beethoven, Louis Amstrong, Rhoma Irama, Kang

Purwacaraka, dan musisi lainnya.

0. Kecerdasan visual-spasial

Kecerdasan ini adalah jenis kemampuan yang digunakan oleh arsitek,

pematung, pelukis, navigator, dan pilot.

0. Kecerdasan kinestetik

Bahasa sederhana untuk menerjemahkan kecerdasan ini adalah

kecerdasan fisik. Kecerdasan ini berkembang pada altet, penari,

pesenam, dan ahli bedah.

0. Kecerdasan interpersonal

Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan untuk berhubungan

dengan orang lain. Kecerdasan ini adalah jenis kemampuan yang

dikuasai oleh pedagang, motivator, dan negosiator.

0. Kecerdasan intrapersonal

Kecerdasan ini lebih sering diterjemahkan sebagai kecerdasan

introspektif. Intrrospektif ini berupa kemampuan memiliki wawasan,

mengetahui jati diri. Kemampuan (kecerdasan ini) melahirkan intuisi

yang luar biasa. Kemampuan ini yang memungkinkan seseorang untuk

mengeluarkan limpahan informasi yang disimpan dalam pikiran bawah

sadarnya. Para sufi masuk sebagai pemilik kecerdasan ini.


Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

spasial adalah kemampuan dalam memahami bangun ruang secara tepat

dan akurat. Meraka dapat mengenali objek walaupun dari sudut pandang

yang berbeda.

b. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Visual-Spasial

Untuk mengembangkan kecerdasan visual-spasial yang dimiliki

siswa, guru dapat menerapkan strategi-strategi sebagai berikut:

1. Membuat Potongan Kertas Berwarna-warni

Membuat potongan kertas berwarna-warni merupakan suatu

aktivitas pembelajaran yang sangat sederhana dan tidak mengeluarkan

anyak biaya, tenaga, dan waktu.

Tujuan aktivitas pembelajaran dengan membuat potongan-

potongan kertas yang berwarna-warni yang berisi meteri ajar adalah

agar siswa mampu:

0. Menerima pesan-pesan pembelajaran dengan mudah, cepat,

dan akurat.

a. Terlibat langsung untuk mengalami proses pembelajaran.

b. Mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan ide-ide sederhana

yang dijabarkan dalam pembelajaran.

c. Mengembangkan pengetahuan dengan mengaitkan yang

dipelajari dengan situasi nyata yang ada.

0. Mewarnai Gambar
Mewarnai dan menggambar merupakan suatu aktivitas yang

mengasyikkan dalam dunia anak. Menggambar tidak saja dapat

menumbuhkan jiwa seni dan mengembangkan kreativitas, tetapi juga

dapat dijadikan sarana untuk mengungkapkan pikiran, pendapat, dan

pesan-pesan penting yang mungkin tidak dapat diungkapkan melalui

sarana komunikasi verbal dan tertulis.

Tujuan menggunakan aktivitas pembelajaran mewarnai gambar

agar siswa dapat:

0. Membiasakan diri berpikir secara mendalam untuk menata, mengembangkan,

dan menciptakan sesuatu.

a. Terlibat secara langsung dalam mengelola, menata, dan memperindah gambar

sesuai warna yang melekat pada gambar.

b. Menggali dan mengembangkan jiwa seni sehingga mampu berpikir jernih

dalam mencapai kehalusan budi.

c. Mengembangkan kreativitas seni sehingga mampu menciptakan berbagai jenis

gambar atau artifak lainnya.

d. Menjadikan gambar sebagai media dan sarana komunikasi agar bisa

mengekspresikan pendapat dan ide-ide konstruksif.

0. Membuat Sketsa

Membuat sketsa adalah mempertajam kemampuan seni yang

difokuskan pada elemen penting dari suatu subjek yang merupakan

bagian awal dari pengembangan berikutnya.


Tujuan utama penerapan aktivitas pembelajaran membuat

sketsa adalah agar siswa mampu:

0. Membuat perencanaan gambar mulai dari yang masih bersifat blue-print

sampai gambar dalam bentuk yang sempurna.

a. Menginterpretasi gambar ke dalam bentuk teks, atau dari bentuk teks ke

dalam gambar-gambar visual.

b. Memahami dan memaknai konsep dari suatu subjek yang dipelajari.

c. Menggunakan kesempatan untuk mengeksplor ide-ide secara mendalam dan

komprehensif.

d. Menghasilkan produk seni sebagai perwujudan dari suatu bentuk kreativitas

dalam berpikir dan beraktivitas.

c. Indikator Spasial (Persepsi Ruang)

Kecerdasan visual-spasial muncul pada masa kanak-kanak. Tentu

kita sering melihat anak usia dua tahun mencoret-coret tembok, kertas atau

apa pun. Pada saat itulah anak-anak mulai memunculkan kecendrungan

kecerdasan visual-spasial.

Kemampuan berpikir topologis, yakni kemampuan berpikir yang

bersifat mengurai bagian-bagian dari suatu objek, pada awal masa kanak

memungkinkan mereka menguasai kerangka pikireuclidien pada usia 9-10

tahun. Dengan demikian, apabila mendapatkan objek dan mengeksplorasi

unsure dari suatu objek, anak-anak akan menguasai kemampuan pandang-

ruang secara baik, bahwa setiap bentuk memiliki komponen.


Kecerdasan visual-spasial memiliki indicator sebagai berikut :

1. Individu yang cerdas visual-spasial (lebih) mudah membaca

peta, gambar, grafik dan diagram. Mereka mudah dan menangkap

informasi melalui bahan-bahan, peta pikiran dan gambaran-gambaran

yang menyatakan hubungan satu konsep dengan kensep yang lain.

2. Individu yang cerdas secara visual-spasial menonjol dalam seni

lukis dan seni kriya. Mereka cepat menangkap karakteristik objek dan

memiliki kemampuan alami untuk menuangkannya dalam bentuk

gambar, bentuk tiga dimensi dan seni kerajinan.

3. Individu yang cerdas visual-spasial mampu memberikan

gambaran visual yang jelas ketika sedang memikirkan sesuatu. Mereka

sangat imajinatif, mampu membayangkan sesuatu dengan detail

bentuk, warna dan komposisinya.

4. Individu yang cerdas secara visual-spasial mampu

menggambar sosok orang atau benda menyerupai aslinya. Mereka

sangat peka terhadap bentuk, unsure bentuk, ukuran, komposisi, warna

dan detailnya. Mereka mampu merekam dengan akurat apa yang

dilihat dan dibayangkan.

5. Individu yang cerdas secara visual-spasial senang melihat film,

slide, gambar atau foto. Mereka tertarik dengan objek pandang dan

ruang dalam berbagai bentuk dan cepat menyerap informasi maupun

cirri yang melekat pada objek tersebut.


6. Individu yang cerdas secara visual-spasial menikmati

permainan yang membutuhkan ketajaman visual-spasial, seperti maze.

Mereka menyukai penelusuran yang melibatkan kemampuan melihat,

mendeteksi bentuk dan alur, serta kanstruksi sesuatu.

7. Individu yang cerdas secara visual-spasial sering melamun,

membayangkan sesuatu dan mengembangkan imajinasi mereka.

Memori mereka terhadap peristiwa, citraan gerak, detail objek relative

akurat. Mereka memiliki kemampuan untuk menghadiri kembali

berbagai memori visual-spasial tersebut dalam bentuk lamunan dan

fantasi, serta mengolahnya dalam bentuk imajinasi.

8. Individu yang cerdas secara visual-spasial senang membuat

konstruksi tiga dimensi dari usur, seperti lego, bricks, bombiq, dan

balok. Mereka memiliki kemampuan mengurai unsure dari benda, dan

meletakkan kembali unsure-unsur tersebut pada tempatnya.mereka

juga memiliki kepekaan terhadap komponen konstruksi dan mampu

menganalisis setiap bagian dari konstruksi tersebut.

9. Individu yang cerdas secara visual-spasial senang mencoret-

coret dikertas atau di buku. Mereka memanfaatkan komponen garis,

bentuk-bentuk geometri atau bentuk yang lain untuk mengekspresikan

emosi, mengisi kejenuhan dan mencari ilham.


10. Individu yang cerdas secara visual-spasial lebih memahami

informasi visual daripada dengan kata-kata. Mereka belajar dengan

melihat dan mengamati benda, bentuk, dan warna.

11. Individu yang cerdas secara visual-spasial mampu merasakan

dan menangkap pola-pola yang lembut maupun rumit.

0. Geometri

0. Definisi Geometri

Geometri berasal dari bahasa yunani ,yaitu “geometria”, geo

artinya bumi dan metria berarti pengukuran. Secara harfiah geometri

berarti pengukuran tentang bumi. Geometri merupakan ilmu yang

mempelajari hubungan ini dalam ruang.

Geometri adalah struktur matematika yang membicarakan unsur

dan relasi yang ada antara unsur tersebut. Titik, garis, bidang, dan ruang

merupakan benda abstrak yang menjadi unsur dasar geometri.

Kaum phitagoras berpendapat bahwa geometri adalah bentuk yang

menciptakan bilanagan, maka bentuk dijadikan landasan untuk mengenal

dan mempelajari bilangan. Sedangkan menurut E.T. Ruseffendi.geometri

adalah suatu sistem aksiomatik dan kumpulan generalisasi, model dan

bukti tentang bentuk-bentuk benda bidang dan ruang.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa geometri

adalah salah satu cabang ilmu matematika yang mempelajari model dan
bukti tentang bentuk-bentuk bidang dan ruang yang terdiri dari unsur-

unsur yang tidak didefinisikan seperti titik dan garis.

b. Macam-macam Keterampilan Geometri

Kemampuan geometri dalam jenis keterampilan dasar dalam belajar

geometri yang dikemukakan oleh Hoffer ( Hidayat) sebagai berikut:

1. Keterampilan visual (visual skill)

Keterampilan visual menurut Hoffer, meliputi kemampuan

untuk mengenal bermacam-macam bangun datar dan ruang,

mengamati bagian-bagian dari sebuah bangunan dan keterkaitan

bagian satu dengan bagian yang lain, menunjukkan pusat simetri,

sumbu simetri, dan bidang simetri dari sebuah gambar bangun,

mengklarifikasikan bangun-bangun geometri menurut cirri-ciri yang

teramati, menyimpulkan informasi lanjut berdasarkan pengamatan

visual, dan memvisualisasikan model geometri, atau contoh-contoh

penangkal yang dinyatakan secara implisit oleh data dalam suatu

sistem matematika deduktif.

0. Keterampilan verbal (verbal skill)

Keterampilan verbal menurut Hoffer, meliputi kemampuan

untuk menunjukkan bermacam bangun geometri menurut namanya,

memvisualisasikan bangun ruang geometri menurut deskripsi

verbalnya, mengungkapkan bangun geometri dan sifat-sifatnya,

merumuskan definisi dengan tepat dan benar, mengungkapkan


hubungan antar bangun, mengenali struktuk logis dari masalah verbal,

dan merumuskan pernyataan generalisasi dan abstrak.

0. Keterampilan menggambar (drawing skill)

Keterampilan menggambar menurut Hoffer, meliputi

kemampuan untuk mensketsa gambar bangun dan melabel titik

tertentu, mensketsa gambar bangun menurut deskripsi verbalnya,

menggambar atau mengkonstruksi gambar bangun berdasarkan sifat-

sifat yang diberikan, mengkonstruksi gambar bangun yang mempunyai

kaitan tertentu dengan gambar-gambar yang telah diberikan,

mensketsa bagian-bagian bidang dan interaksi gambar-gambar bangun

yang diberikan, menambahkan unsur-unsur tambahan yang berguna

pada sebuah gambar bangun, mengenal peranan (keterbatasan) sketsa

dan gambar bangun yang terkonstruksi, dan mensketsa atau

mengkontruksi model geometri atau contoh penyangkal.

0. Keterampilan logika (logical skill)

Keterampilan logika menurut Hoffer, meliputi kemampuan

untuk mengenal perbedaan dan kesamaan antar bangun geometri,

mengenal bangun geometri yang dapat diklarifikasikan menurut sifat-

sifatnya, menentukan apakah sebuah gambar masuk atau tidak masuk

dalam kelas tertentu, memahami dan menerapkan sifat-sifat penting

dari definisi, menunjukkan akibat-akibat logis dari data-data yang


diberikan, mengembangkan bukti-bukti yang logis, dan mengenal

peranan dan keterbatasan metode deduktif.

0. Keterampilan terapan (applied skill)

Keterampilan terapan menurut Hoffer, meliputi kemampuan

untuk mengenal model fisik dari bangun geometri. Mensketsa atau

mengkonstruksi model geometri berdasarkan objek fisiknya,

menerapkan sifat-sifat dari model geometri pada sifat-sifat dari objek

fisik, mengembangkan model-model geometri untuk fenomena alam,

dan menerapkan model-model geometri dalam pemecahan masalah.

c. Bangun Ruang ( Tiga Dimensi)

1. Tabung

Tabung atau silinder adalah bangun ruang tiga dimensi yang

dibentuk oleh dua buah lingkaran identik yang sejajar dan sebuah

persegi panjang yang mengelilingi kedua lingkaran tersebut. Tabung

memiliki 3 sisi dan 2 rusuk.

Kedua lingkaran tersebut sebagai alas dan tutup tabung serta

persegi panjang yang menyelimuti disebut sebagai selimut tabung.

0. Unsur-unsur Tabung

Bangun ruang sisi lengkung yang paling umum digunakan

dalam kehidupan sehari-hari adalah tabung. Tabung memiliki alas

dan sisi atas berbentuk lingkaran. Batas atau keliling sisi atas dan

dan alasnya digabungkan oleh selimut tabung.


Sebuah tabung memiliki tiga jenis permukaan, yaitu:

1. Sisi alas yang berbentuk lingkaran,

2. Sisi atas yang berbentuk lingkaran, dan

3. Selimut tabung.

Gambar 2.1

Unsure-unsur Tabung

b. Jarring-jaring Tabung

Apabila membuka sebuah tabung sepanjang keliling sisi atas,

alas, serta tingginya, maka akan mendapatkan jarring-jaring tabung

seperti dibawah ini.

Sisi alas

Selimut tabung

Sisi atas
Gambar 2.2

Jarring-jaring Tabung

Pada jarring-jaring tabung, sisi alas dan atas tabung berbentuk

lingkaran. Selimut tabung yang membuka berbentuk persegi

panjang yang panjangnyasama dengan keliling alas tabung dan

lebarnya sama dengan tinggi dari tabung tersebut.

c. Luas Permukaan Tabung

Sebuah tabung yang memiliki jari-jari alas r dan tinggi t,

memiliki :

Luas alas tabung =πr2

Luas selimut tabung =2πrt

Luas permukaan tabung=2xluas alas+ luas selimut

=2πr2+2πr?ど?

=2π(r+?㑣?)

d. Luas Permukaan Tabung Tanpa Tutup


Luas permukaan tabung tanpa tutup terdiri dari luas

alastabung dan luas selimut tabung.

Luas permukaan tabung tanpa tutup =πr2+2πr?冤

Anda mungkin juga menyukai