Anda di halaman 1dari 2

kukatakan kepadamu

daun-daun sore ini berguguran satu demi satu


bukan karena daun itu kering, dan disapu angin
tak ada yang bisa memahami,
bukankah waktu juga begitu?

Kesesuaian.
apa yang ada di dalam diri kita, kita yang sebenarnya dimana juga ingin dihidupkan
di depan orang banyak.
tapi, terlalu sendiri dan takut di keramaian sini. terlalu banyak orang-orang yang
tak ramah
terlalu banyak orang-orang tak membalas senyum sapaan kita. Terlalu menakutkan
hidup disini.
sering menyalahkan diri sendiri, kenapa aku tak punya banyak teman? apakah aku
perlu menjadi
seperti dia, agar disukai banyak orang? orang-orang tak terlalu peka kepada orang
introvert
yang ingin berubah menjadi ekstrovert.
Ingin berubah menjadi lebih baik kadang tak bisa dapat
sambutan baik. Bukan kadang, tapi sering.
Banyak pertanyaan yang kemudian muncul di permukaan. Lagi-lagi semua kembali pada
diri sendiri.
Apa aku yang harus memahami mereka dulu? sedang itu sering juga kulakukan tapi
nihil hasilnya.
Apa aku yang terlalu perasa? menganggap semua tak biasa-biasa saja.
tapi, benar bukan? hidup tak selalu bisa buat candaan. hidup tak bisa selalu
bercanda.
sedang orang introvert sendiri memang demikian, dia bercanda jika memang
dibutuhkan.
seperlunya saja.

Kau tak tahu betapa senangnya jika seorang introvert mendapat balasan atau sambutan
yang baik
ketika dia berbicara. Dan dia tetap senang ditegur karena kesalahannya, karena
memang merasa
ada yang mempedulikan setidaknya. Dia ingin diajak berbicara walau hanya sekedar
bertegur salam.
Lalu sekarang masalahnya, yang lebih menyakitkan adalah... orang yang pura-pura
jadi ekstrovert.
Itu lebih menyakitkan, sungguh. Hidup di tengah kepura-puraan. Usahanya hanya untuk
mendapatkan
lebih banyak teman dan sahabat. Tapi, tak ada yang peka akan kehadirannya.
Tak ada yang lebih peduli ketimbang dirinya sendiri saat di keramaian. Menyedihkan.
Itulah kenapa, menurutku dunia in dan eks trovert sangat berbeda teramat jauh.
Dunia ekstrovert lebih menjalani hidup tak banyak makan anggapan orang dan perasaan
orang.
sedangkan dunia introvert, dia sangat peka terhadap sekitar. Tapi dia tak dapat
kesempatan yang
baik untuk mengungkapkannya. Dia pemalu, tapi jika sudah orang sudah terlalu
kelewatan beraninya
akan melebihi siapapun. YA.. introvert bisa jadi ekstrovert seketika jika dia
benar-benar merasa
sakit, kecewa, maupun terlalu senang. Namun itu hanya untuk sementara, setelah itu
dirinya kembali lagi.
Kembali dengan penuh kelegaan, tapi kadang juga penyesalan. Kenapa terlalu banyak
bicara, banyak penjelasan
kepada orang-orang yang tak membutuhkan, orang-orang yang sulit mendengarkan
perasaan.
Pesanku kepada introvert. Tetap jadi baik saja, hidupkan hidupmu dengan caramu
sendiri.
Tak apa kau selalu menunduk, tapi menunduklah saat waktu yang tepat biar kau tak
dianggap egois.
Jangan lupakan, bahwa masih ada yang mempedulikanmu meski hanya beberapa orang yang
bisa dihitung jari.
Masih ada yang butuh kebaikanmu, pertolonganmu, dan terlebih lagi senyummu.
Karena orang-orang sukses tak hanya untuk mereka ekstrovert. Tapi sukses, adalah
hak semua yang hidup.
Jika terlalu lelah menjalani hari-hari, cukup istirahatkan dirimu di dekat Tuhanmu.
Dia-lah yang paling
dekat denganmu, dia ada di dekat nadimu. Cukup luapkan segala tumpah tangismu
kesana. Ke Maha Besa mu.

Lantas...
Pesanku untuk kalian para ekstrovert. Mungkin perlulah kalian beberapa saat
merenung, menyelami pikiran
-pikiran di sekitar kalian. Karena tawa tak hanya milik kalian, dan berkata dengan
nada tinggi sangat
tidak dianjurkan. Kalian memang mudah bergaul, tapi tak usah berlebihanlah. Cukup
semua pada porsinya.

Dan, untuk yang mengejutkan dirinya menjadi ekstrovert. Cukuplah menjadi pura-pura,
jika memang ingin berubah
maka berubahlah perlahan. Tak perlu secara mendadak, sedikit- demi sedikit karena
semua butuh penyesuaian.
Jika ada yang menyakitimu, atau ada yang terlalu kasar. Cukup maafkan. Permudahlah
hatimu menerima kebahagiaan,
kau berhak bahagia. Kamu tak perlu jadi pura-pura untuk mendapatkan yang bertahan
lama seperti pertemanan.
Jangan begitu, hatimu pelan-pelan akan menggerogoti kesehatan ragamu.
Bahagiamu tak apa tak diciptakan oleh dirimu sendiri, tak ada yang menghiburmu,
menenangkanmu itu tidak masalah.
Lagi-lagi, kembalikan semua kepada-NYa. Untuk apa pedulikan orang-orang yang tak
suka denganmu, yang kau perlu itu
pandangan-Nya, bukan pandangannya.

Terakhir, untuk siapa saja. Dengan berbagai sifat pemberian Tuhan. Dengan segala
keragaman
Baiknya kita tak jadi arogan. Tak egois. Tak perlu caper. Perlu baper agar
perilakunya terkendali.
Biasakan tersenyum, karena itu yang membuat hidupmu terasa berharga. Selalu
bersyukur, dan peduli sekitar.
Jangan takut memulai, jangan menunda jika memang saatnya harus diakhiri.
Ikat semua tali dengan hati, syukur, tenang juga sabar. Bukan dengan pandangan
fisik ataupun apa yang dia kenakan.

Selamat hidup berdampingan!

Anda mungkin juga menyukai