Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Umum
Setiap sistem struktur wajib direncanakan kuat menahan gaya dan/atau pengaruh
luar. Yang disebut gaya luar adalah berupa beban, termasuk bobot mati sistem struktur,
beban mati superimpos, beban hidup, beban sementara dan beban khusus. Bobot mati
dan beban mati superimpos digolongkan kepada beban mati, yang dengan beban hidup
dinamakan beban tetap. Seturut dengan ini, beban sementara dinamakan juga beban
tidak tetap. Beban mati dikatakan beban tetap karena beban tersebut harus selalu ada
karena setiap material memiliki bobot. Beban hidup digolongkan kepada beban tetap
karena untuk itu lah justru sistem struktur dibangun; misalnya penghuni untuk bangunan,
peralatan radar antena atau air untuk bangunan menara, tekanan air untuk dam dan
sebagainya. Dengan demikian, beban tetap merupakan beban yang diinginkan (wanted)
bekerja.

Yang termasuk beban tidak tetap atau sementara adalah beban yang sebenarnya
tidak diinginkan (unwanted) bekerja, tetapi jika sesewaktu terjadi, sistem struktur harus
mampu menahan. Yang termasuk beban tidak tetap adalah gempa, angin dan lain-lain.
Sedangkan beban khusus merupakan beban yang mungkin terjadi seturut dengan sifat
sistem struktur; misalnya tumbukan terhadap pilar jalan layang, hantaman proyektil
(misalnya benda-benda yang terangkat oleh tornado) terhadap bidang permukaan
bangunan, dan lain-lain. Beban yang perlu ditinjau dalam analisis dan desain sistem
struktur, ditunjukkan dalam Tabel 1.1.1.

Tabel 1.1.1: Daftar Beban


No. Beban
beban mati bobot sendiri
beban mati
1 beban tetap
superimpos
beban hidup beban hidup
2 beban sementara beban gempa, angin
3 beban khusus proyektil, dll

Yang digolongkan kepada pengaruh luar adalah gangguan luar yang tidak
dikuantifisir sebagai kekuatan luar, namun yang menimbulkan gaya reaksi sistem
struktur. Contoh dari pada pengaruh luar antara lain adalah penurunan (settlement),
pengaruh suhu dan pemaksaan pemasangan komponen struktur yang kurang ukuran
(misfit).

Didasarkan kepada cara bekerja, gaya luar dapat digolongkan kepada gaya statis
dan gaya dinamis. Gaya statis adalah gaya yang bekerjanya tidak dikuantifisir seturut
waktu. Yang termasuk gaya statis adalah gaya monotonis dan gaya bolak-balik (variable
repeated loading). Yang termasuk gaya dinamis antara lain gaya akibat vibrasi mesin,
tekanan angin yang variatif dan gempa vulkanis atau tektonis.

1
Analisis sistem struktur mencakup penentuan tanggap sistem struktur terhadap
gaya dan/atau pengaruh luar. Tanggap struktur mencakup perpindahan dan gaya-gaya
reaksi, reaksi perletakan dan reaksi dalam. Tanggap sistem struktur sebagai keluaran
analisis struktur digunakan sebagai masukan terhadap desain struktur. Gaya reaksi
digunakan untuk penentuan kekuatan (strength) struktur, sedangkan perpindahan untuk
penentuan kelayanan (serviceability). Dengan sistem struktur yang kuat dan layan, perlu
didapatkan desain yang hemat. Lihat Tabel 1.1.2 sebagai penjelasan.

Tabel 1.1.2: Analisis dan Perencanaan Struktur


No. Keluaran Analisis Masukan Desain
1 gaya reaksi kekuatan
kehematan
2 perpindahan kelayanan

Dengan demikian, seturut dengan bahasan di atas, bahasan dalam buku ini
adalah penelaahan gempa sebagai beban dinamis yang akan mempengaruhi sistem
struktur, mempelajari pengaruhnya terhadap struktur, dan merencanakan struktur untuk
kuat menahan gaya-gaya dinamis yang diakibatkan gempa.

1.2 Kegempaan

Di atas telah disinggung bahwa gempa dapat diakibatkan letusan gunung berapi
(gempa vulkanis) dan diakibatkan oleh pergerakan tanah (gempa tektonis). Dalam abad
lalu telah diketahui bahwa bumi sebagai planet yang mendingin, meninggalkan magma
dalam permukaan bumi yang masih panas mencair, dengan beberapa lempengan
daratan yang mengapung di atasnya.

Magma yang terkurung menimbun tekanan yang jika mendapatkan celah keluar,
menimbulkan letusan gunung berapi, dan terjadilah gempa vulkanis. Namun,
dibandingkan dengan gempa tektonis, pengaruh dari pada gempa vulkanis relatif lebih
kecil dibandingkan dengan pengaruh gempa vulkanis.

Gempa tektonis diakibatkan oleh tumbukan lempengan yang mengapung di atas


lapisan cair bumi. Tumbukan ini menimbulkan lipatan yang jika energi tersimpan
melebihi kemampuan memikul, akan timbul patahan yang pada gilirannya merambatkan
gelombang getaran. Pusat gempa dalam tanah dinamakan hiposenter dan lokasi vertikal
di atasnya dinamakan episenter. Gelombang dari hiposenter merambat ke seluruh arah,
yang sampai ke permukaan akan direfraksi. Di kejauhan, gelombang akan merambat
searah di lokasi yang jauh dari pusat gempa. Persamaan gelombang akan dibahas
dalam pasal mendatang.

Secara geologis telah diketahui bahwa Indonesia merupakan perpotongan dari


pada tiga jalur gempa, yaitu lempeng Sunda, lempeng Filipina, dan Lempeng Pasifik.
Ketiga lempeng tersebut bertemu di Indonesia bagian timur yang menimbulkan
kompleksitas dalam peta pergempaan di Indonesia. Lihat Gambar 1.2.1 sebagai
penjelasan.

2
Gambar 1.2.1: Lempengan-lempengan aktif [Robert McCaffrey, 2009].

1.3 Gelombang Gempa

Untuk mempelajari gelombang gempa, digunakan persamaan gelombang yang


telah ditemukan, yaitu

 2u 
 2  (   )   2u
t x
 2v 
 2  (   )   2 v (1.3.1)
t y
 w
2

 2  (   )   2 w
t z
di mana
2 2 2
2    2 (1.3.2)
x 2
y 2
z

sebagai operator Laplace, (u , v, w) adalah perpindahan di arah koordinat ( x, y , z ) ,


 rapat jenis bahan, ( ,  ) tetapan elastis Lame,  regangan volumetrik dan t
parameter waktu. Persamaan (1.3.1) menunjukkan persamaan dari gerak tiga dimensi
dalam medium isotropik, linear dan elastik. Persamaan ini dapat disusun sehingga dapat
menghasilkan 2 (dua) persamaan gelombang. Sebagai konsekuensinya, hanya dua tipe
gelombang dapat merambat melalui medium padat tak terhingga. Karakteristik dari
gelombang-gelombang tersebut akan dinyatakan menurut persamaan masing-masing
gelombang.

Solusi pertama dari tipe gelombang tersebut dapat diperoleh dengan menurunkan
masing-masing Persamaan (1.3.1) terhadap x , y dan z dan menjumlahkan
hasilnya, sehingga diperoleh

3
 2
  (   ) 2   2 (1.3.3)
t 2

yang jika disusun, memberikan bentuk

 2   2 2
   (1.3.4)
t 2 

Solusi dari pada Pers. (1.3.4) menghasilkan gelombang primer (P-wave) yang
irrotational atau gelombang dilatasi yang akan merambat melalui medium dengan
kecepatan
  2
vp  (1.3.5)

seperti dalam Gambar 1.3.1.

Gambar 1.3.1: Gelombang Primer / p-wave (Bolt, 1999)

Dengan mempergunakan Pers. (1.3.1b) dan (1.3.1c), v p dapat dituliskan dalam


bentuk modulus geser dan angka Poisson, yaitu,

G ( 2  2 )
vp  (1.3.6)
 (1  2 )

Untuk mendapatkan solusi dari tipe gelombang yang kedua, dilakukan eliminasi
terhadap nilai  dengan menurunkan Pers. (1.3.1b) terhadap z dan Pers. (1.3.1c)
terhadap y , kemudian dilakukan pengurangan satu terhadap yang lain dengan hasil

2  w v   w v 
      2    (1.3.7)
t 2  y z   y z 

Dengan menggunakan definisi rotasi maka persamaan di atas dapat dituliskan


dalam bentuk persamaan gelombang

 2 x  2
  x (1.3.8)
t 2 

yang menggambarkan gelombang distorsi yang berotasi pada sumbu x. Dengan cara
yang sama dapat digunakan untuk mencari rotasi pada sumbu y dan z. Persamaan

4
(3.3.16) menunjukkan bahwa gelombang akan merambat melalui medium solid dengan
kecepatan,

 G
vs   (1.3.9)
 

Gelombang tipe ini dikenal sebagai gelombang sekunder (S-wave). Ilustrasi dari
rambat gelombang S diberikan dalam Gambar 1.3.2.

Gambar 1.3.2: Gelombang Sekunder, S-wave (Bolt, 1999)

Berdasarkan penurunan rumus di atas, diketahui bahwa hanya ada 2 (dua) buah
tipe gelombang yang dapat merambat melalui medium elastik tak hingga, yang disebut
sebagai gelombang badan (body waves). Kedua gelombang ini merambat dengan
kecepatan yang berbeda tergantung pada nilai kekakuan medium rambatnya.
Perbandingan kecepatan gelombang primer dan sekunder mengacu pada Pers. (1.3.6)
dan (1.3.9),
vp 2(1   )
 (1.3.10)
vs 1  2

dengan nilai yang bervariasi seturut nilai  seperti dalam Gambar 1.3.3. Material

geologi secara umum mempunyai angka Poisson sebesar 0.3, sehingga 1.87.

Jika angka Poisson bernilai 0.5, maka nilai menjadi tak hingga.

5
Gambar 1.3.3: Variasi dengan Angka Poisson Medium Rambat (Das, 2011)

1.4 Rangkuman

Dalam bab ini telah diterangkan beberapa aspek sebagai pendahuluan, antara
lain, beban-beban yang bekerja pada sistem struktur, hakiki dari pada analisis sistem
struktur dalam menentukan tanggap sistem struktur terhadap beban-beban luar, dengan
keluaran analisis yang akan digunakan sebagai input dalam desain sistem struktur.

Gempa yang menimbulkan eksitasi berupa beban sementara terhadap struktur


juga telah dibahas, termasuk terjadinya gempa dan perambatan gelombang gempa.
Gempa juga dibagi atas dua jenis, yaitu gelombang gempa primer dan gelombang
gempa sekunder. Pembelajaran mengenai analisis sistem struktur terhadap gempa,
dibahas dalam bab-bab mendatang.

Anda mungkin juga menyukai