REFERAT
TRABEKULEKTOMI
Oleh:
Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M
2017
ii
AN
SAMPUL
REFERAT
TRABEKULEKTOMI
Oleh:
Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M
2017
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1 Glaukoma
2.1.1 Anatomi
A. Anatomi Korpus Siliaris
Korpus siliaris yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan
melintang, menjembatani segmen anterior dan posterior. Membentang ke depan
dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris terdiri
dari suatu zona anterior yang berombak-ombak (pars plikata) dan zona posterior
yang datar (pars plana). Korpus siliaris memiliki dua fungsi penting membentuk
humor akuos dan akomodasi lensa. Processus siliaris berasal dari pars plikata.
Processus siliaris ini terutama terbentuk dari kapiler-kapiler dan vena yang
bermuara ke vena-vena vorteks. Ada dua lapisan epitel siliaris yaitu satu lapisan
epitel tanpa pigmen disebelah dalam, yang merupakan perluasan dari neuroretina
ke anterior dan lapisan berpigmen disebelah luar, yang merupakan perluasan dari
lapisan epitel pigmen retina. Muskulus siliaris memiliki tiga lapisan fiber;
longitudinal, radial, sirkular.4
Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera okuli
anterior dan posterior mata, yang berfungsi memberikan nutrisi dan oksigen pada
kornea dan lensa. Volumenya adalah sekitar 250 µL, dan kecepatan
pembentukannya yang bervariasi adalah 1,5 – 2 µL/menit. Tekanan osmotik
sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor akueus serupa dengan
plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan
laktatyang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Tekanan
intraokular normal rata-rata yakni 15 mmHg pada dewasa, dimana lebih tinggi
daripada rata-rata tekanan jaringan pada organ lain di dalam tubuh. Tekanan yang
tinggi ini penting dalam proses penglihatan dan membantu untuk memastikan :
- Kurvatura dari permukaan kornea tetap halus dan seragam
- Jarak konstan antara kornea, lensa dan retina
- Keseragaman barisan fotoreseptor di retina dan epitel berpigmen di memran
Bruch’s dimana normalnya rapi dan halus
b. Pembentukan dan Aliran Humor Akueus4,5
Humor akueus diproduksi oleh badan siliar. Ultrafiltrat plasma yang
dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus
sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera okuli posterior, humor akueus
mengalir melalui pupil ke kamera okuli anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut
kamera anterior (sekaligus, terjadi pertukaran diferensial komponen – komponen
dengan darah di iris), melalui jalinan trabekular ke kanal schlemn menuju saluran
kolektor, kemudian masuk kedalam pleksus vena, ke jaringan sklera dan episklera
juga ke dalam v.siliaris anterior di badan siliar. Saluran yang mengandung cairan
camera oculi anterior dapat dilihat di daerah limbus dan subkonjungtiva, yang
dinamakan aqueus veins.
Humor akueus akan mengalir keluar dari sudut COA melalui dua jalur, yakni: 6
- Outflow melalui jalur trabekular yang menerima sekitar 85% outflow
kemudian akan mengalir kedalam canalis Schlemm. Dari sini akan
dikumpulkan melalui 20-30 saluran radial ke plexus vena episcleral
(sistem konvensional)
- Outflow melalui sistem vaskular uveoscleral yang menerima sekitar
15% outflow, dimana akan bergabung dengan pembuluh darah vena
2.1.2 Definisi
Glaukoma mencangkup beberapa penyakit dengan etiologi yang berbeda
dengan tanda umum adanya neuropati optik yang memiliki karakteristik
adanya kelainan pada nervus optikus dan gambaran gangguan lapang
pandang yang spesifik. Penyakit ini sering tapi tidak selalu berhubungan
dengan peningkatan tekanan intraokular. Stadium akhir dari glaukoma
4
adalah kebutaan.
2.1.3 Patofisiologi
Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler yang dapat
disebabkan oleh bertambahnya produksi humor akueus oleh badan siliar
5
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut :6
Tabel 2.1 Klasifikasi Glaukoma6
1. Glaukoma primer
a. Sudut terbuka ( glaukoma simpleks )
Glaukoma primer sudut terbuka adalah glaukoma yang penyebabnya tidak
ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.. Lesi primer
terjadi di jaringan neuroretinal pada nervus optikus sebagai kompresi neuropati
dari nervus optik. 8
Penyakit ini bersifat multifaktorial dan masih kurang dipahami
mekanismenya. Ketidakseimbangan antara tekanan intraokular dan perfusi
pembuluh darah dari saraf optik akan menyebabkan atrofi. Demikian juga tekanan
7
mekanis pada akson di tepi neuro retinal dapat mengganggu aliran axoplasmik
dan mengakibatkan degenerasi neuron retrograde. 6
Riwayat keluarga menjadi salah satu faktor risiko, meskipun kelainan
genetik tertentu belum diidentifikasi pada kasus yang menyerang orang dewasa.
Diduga glaukoma simpleks diturunkan secara dominan atau resesif pada kira-kira
50% penderita, secara genetik penderitanya adalah homozigot. Terdapat pada 99%
penderita glaukoma primer dengan hambatan pengeluaran cairan air mata (akuos
humor) pada saluran trabekulum dan kanal Schelmm. Faktor resiko pada
seseorang untuk mengalami glaukoma apabila menderita diabetes mellitus dan
hipertensi serta miopia. Pengobatan steroidtopikal, pada beberapa individu, akan
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular (responden steroid). 4,9
Gambaran klinis dari glaukoma primer sudut terbuka yaitu progresifitas
gejalanya berjalan perlahan dan lambat sehingga sering tidak disadari oleh
penderitanya, yang dikenal sebagai pencuri penglihatan, serta gejalanya samar
seperti: sakit kepala ringan tajam penglihatan tetap normal, hanya perasaan pedas
atau kelilipan saja, tekanan intra okuler terus -menerus meningkat hingga merusak
saraf penglihatan.6
Pada glaukoma simpleks tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau lebih
dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan yang mengakibatkan
terdapat gangguan sususnan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh penderita.
Akibat tekanan tinggi terjadi atrofi papil disertai dengan ekskavasio
glaukomatosa. Gangguan saraf optik akan terlihat sebagai gangguan fungsinya
berupa penciutan lapang pandang. 5,6
Tujuan pengobatan pada glaukoma simpleks adalah untuk memperlancar
pengeluaran akuos humor atau mengurangi produksi cairan mata dan
menurunkan tekanan intraokular 4
Prinsi dasar pengobatan meliputi :
- Medikamentosa : pemberian obat topikal yang mengurangi
produksi cairan mata dan meningkatkan outflow aquoeus.Generasi
terbaru (prostaglandin analog) meningkatkan aliran uveoscleral.
- Pembedahan : Dapat dilakukan trabekulektomi
8
b. Sudut tertutup
Glaukoma primer sudut tertutup ditandai dengan sudut bilik mata depan
yang tertutup.Gejala yang dirasakan oleh pasien, seperti : tajam penglihatan
kurang (kabur mendadak), mata merah, bengkak, mata berair, kornea suram
karena edema, bilik mata depan dangkal dan pupil lebar dan tidak bereaksi
terhadap sinar, diskus optikus terlihat merah dan bengkak, tekanan intra okuler
meningkat hingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea,
melihat halo (pelangi di sekitar objek), nyeri hebat periorbita, pusing, bahkan
mual-muntah.Jika tidak membaik, peningkatan tekanan akan menyebabkan
kerusakan permanen pada mata yang mengakibatkan hilangnya penglihatan yang
parah dan menjadi kebutaan. 4,10
Faktor-faktor resikoyang diduga terlibat dalamkondisiini antara lain:9
1. Ras : terutamaEskimodanAsia Timur.
2. Jenis kelamin : lebih sering terjadi padawanita.
3. Umur : usia pertengahan.
4. Kelainan refraksi :hipermetropimemilikibola mata yang lebihkecil.
5. Riwayat keluarga : positif.
6. Predisposisianatomi: matadengansudutsempit
Glaukoma sudut tertutup akut merupakan keadaan emergensi dalam
bidang ophthalmic. Penatalaksanaan langsung ditujukan untuk menurunkan
tekanan intraokular. Acetazolamide intravena dan oral dengan agen topikal
seperti beta-bloker dan apraclonidine. Setengah jam setelah treatment, biasanya
terjadi reduksi dari iskemia iris dan penurunan tekanan intraokular diikuti spingter
pupil yang memberi respon terhadap pengobatan. Saat tekanan intraokular
9
2.2 Trabekulektomi
2.2.1 Definisi
Trabekulektomi adalah prosedur pembuatan fistula. Prosedur ini membuat
fistula atau jalur baru yang mengalirkan akuos humor dari bilik mata depan
melalui sayatan korneosklera ke dalam lapisan subkonjungtiva dan ruang sub-
tenon. Pada trabekulektomi kontemporer fistula dibuat dibawah flap separuh
ketebalan. Prosedur ini secara tradisional disebut dengan operasi filtrasi meskipun
tidak ada prosedur filtrasi. 2
Penurunan tekanan intra okuler merupakan tujuan terapi glaukoma.
Trabekulektomi saat ini dianggap sebagai baku emas untuk tindakan bedah
glaukoma. Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk
memintas saluran-saluran drainase normal sehingga terbentuk akses langsung
aqueous humor dari bilik mata depan ke jaringan subkonjungtiva dan orbita.3
2.2.2 Indikasi
Operasi insisi diindikasikan ketika terapi medis yang paling maksimal
untuk ditoleransi dan terasi laser mengalami kegagalan atau tidak cukup untuk
mencegah kerusakan progresif. Meskipun komplikasi potensial adalah terjadinya
glaukoma insisional, prosedur trabekulektomi ini masih boleh dilakukan pada
mata yang mengalami hipertensi okular. Pada situasi yang lebih sedikit pengirisan
12
contohnya pada satu mata yang mengalami glaukoma dan memiliki TIO tinggi
meskipun sudah diterapi dengan medikamentosa, beberapa ahli menyarankan
tindakan bedah sebelum terjadi kerusakan.2
Kegagalan terapi mungkin disebebkan oleh ketidaktaatan pasien yang bisa
merupakan sebuah indikasi operasi. Beberapa pasien mungkin akan menggunakan
obatnya dengan benar sesat sebelum pemeriksaan dokter. Sehingga seringkali
muncul progresi kerusakan meskipun TIO nya masih dalam batas normal. 2
Indikasi utama untuk operasi adalah progresi kerusakan lapang pandang
dan TIO yang tidak terkontrol. Pemeriksaan lapang pandang berbagai cara
mungkin dibutuhkan untuk mengkonfirmasi progresi. Pada beberapa kasus
keputusan untuk operasi dibuat meskipun tidak tercatat adanya progresi penyakit
dan dibuat berdasarkan klinis bahwa TIO terlalu tinggi pada tahap ini. TIO 25
mmHg bukanlah indikasi untuk operasi pada mata dengan hipertensi okuler
namun TIO bisa menjadi indikasi untuk operasi pada kasus glaukoma optik
neuropati awitan dini. LTP (Laser Trabeculoplasty) tidak selalu diperlukan
sebelum prosedur trabekulektomi. 2
Pada glaukoma sudut terbuka primer yang sudah stadium lanjut
membutuhkan target TIO yang sangat rendah maka dilakukan trabekulektomi.
Trabekulektomi akan dilakukan jika laser tidak dapat dikerjakan seperti pada
pasien yang tidak kooperatif atau trabekulum tidak dapat dilihat dengan jelas
misalnya pada sudut sempit atau kekeruhan kornea. 14
Pada glaukoma sudut tertutup primer akut trabekulektomi diindikasikan
bila sudah terdapat PAS (Peripheral anterior synechia) lebih dari 70%, sedangkan
apabila PAS yang terjadi masih 50% iridektomi masih mungkin dilakukan dan
bila pascaepisode akut dengan medikamentosa maksimal sudut mata masih
tertutup lebih dari 75% dengan gonioskopi indentasi dan atau TIO masih lebih
dari 45 mmHg. Pada keadaan ini keberhasilkan iridektomi hanya 43%. Karena
komplikasi durante dan pascatrabekulektomi maka biasanya trabekulektomi tidak
dilakukan pada keadaan akut, akan tetapi trabekulektomi dapat disarankan ila
serangan terjadi lebih dari 36-72 jam. 14
13
2.2.3 Kontraindikasi
Kontraindikasi relatif untuk trabekulektomi bisa kontraindikasi okuler dan
sistemik. Mata yang buta tidak dipertimbangkan untuk operasi insisional.
Cyclodestruction adalah alternatif yang lebih baik untuk menurunkan TIO pada
mata tersebut. Risiko oftalmia simpatif harus selalu diwaspadai ketika melakukan
prosedur pada mata yang buta atau mata yang mengalami gangguan visus berat.
Kondisi yang menjadi predisposisi kegagalan trabekulektomi adalah
neovakularisasi aktif segmen anterior (rubeosis iridis) atau uveitis anterior aktif
adalah kontraindikasi relatif. Kondisi tadi harus ditangani lebih dahulu jika perlu
implantasi selang pintas harus dipertimbangkan. Keberhasilan trabekulektomi
sangat sulit dicapai apabila terjadi trauma konjungtiva ekstensif (contoh: pasca
operasi retinal detachment atau trauma kimia). Pada beberapa kasus angka
keberhasilan operasi diturunkan oleh peningakatan risiko pementukan jaringan
ikat (scarring). 2
Angka keberhasilan trabekulektomi lebih rendah pada pasien muda,
afakia, atau pasien pseudoafakia yang telah melakukan ekstraksi katarak melakui
insisi saluran sklera. Tingkat keberhasilan yang rendah juga ditemukan pada
pasien dengan glaukoma sekunder tipe tertentu dan pasien yang terlah menjalani
prosedur operasi filtrasi yang tidak sukses. 2
Pasien harus diberi informasi mengenai tujuan dan hasil yang diharapkan
dari operasi ini yaitu untuk memperlambat progresivitas hilangnya penglihatan
karena penyakit glaukoma. Pasien harus memahami bahwa operasi ini jarang
dapat memperbaiki tajam penglihatan dan pasien masih harus mengonsumsi obat
setelah prosedur operasi. Pasien harus mengetahui bahwa operasi dapat
sepenuhnya gagal dan bahwa mereka bisa kehilangan kemampuan melihat sebagai
hasil dari operasi serta glaukoma mungkin masih bisa bertambah parah meskipun
operasi yang dilakukan berhasil.2
Penyebab hilangnya penglihatan setelah trabekulektomi adalah
berkembangnya katarak. Makulopati hipotoni dan edema makular kistoid
mungkin juga menyebabkan hilangnya penglihatan. Hilangnya penglihatan sentral
tanpa sebab (wipeout) mungkin dapat terjadi namun jarang. 2
dan tempat filterasi sehingga terbentuk jalur aliran cairan akuos yang baik. Tujuan
dari prosedur ini adalah penyembuhan sempurna insisi konjungtiva tanpa adanya
jaringan parut pada flap sklera sampai ke dasar sklera tanpa adanya parut
subkonjungtiva yang berlebihan. 2
Prosedur trabekulektomi akan menghasilkan segmen terelevasi pada
konjungtiva tempat operasi yang biasanya disebut dengan bleb. Bleb filterasi ini
memerankan fungsi penting dalam mengontrol keberhasilan trabekulektomi. Bleb
mendrainase akuos humor dari bilik depan mata. Morfologi bleb memiliki
berperan penting dalam keberhasilan trabekulektomi.18
Prosedur trabekulektomi akan merubah ketebalan koroid dan panjang axis
yang berefek pada tekanan intraokuler. Dari penelitian dengan 58 sampel, 17
memiliki panjang aksis bola mata yang dapat diterima. Pada setiap pasien
ketebalan koroid meningkat sehubungan dengan penurunan TIO. 19
Prosedur trabekulektomi dapat dibagi menjadi beberapa langkah dasar
a. Eksposur
Jahitan traksi kornea atau limbus dapat merotasi bola mata ke arah
bawah dan memberkan eksposur sulkus superior dan limbus yang cukup
sehingga memudahkan proses flap konjungtiva dengan dasar limbus. Teknik
lain yang bisa dilakukan adalah jahitan kekang rektus superior namun teknik
ini lebih sering menimbulkan ptosis setelah operasi dan perdarahan
subkonjungtiva. 2
e. Keratektomi
Keratektomi biasa dilakukan dengan sebuah alat pembuat lubang
(punch), meskipun sumbatan juga bisa dipotong dengan pisau. Drainase
cairan akuos secara umum tidak dipengaruhi dengan ukuran lubang. Lubang
yang kecil bisa mendrainase akuos melebihi yang diinginka untuk
menurunkan TIO. Meskipun begitu keratektomi harus cukup besar untuk
mencegah oklusi oleh iris, namun cukup kecil sehingga dapat tertutup oleh
flap sklera.2
f. Iridektomi
Iridektomi dilakukan untuk menurunkan risiko iris menutup sklerotomi,
khususnya pada mata dengan bilik mata dangkal dan untuk mencegah blok
pupil. Iridektomi tidak selalu diperlukan pada mata pseudofakia dengan bilik
mata dalam. Apabila titanium shunt sudah dipasang maka iridektomi tidak
perlu dilakukan. 2
22
TIO yang memuaskan yaitu sekitar 13,6 mmHg. Tidak ada perbedaan TIO yang
signifikan antara pasien yang menjalani limbus based maupun fornix based.
Komplikasi yang muncul adalah hifema transien dan hipotoni transien. Kegagalan
operasi terjadi sebanyak 16,6% pada konjungtiva yang masih utuh dan 14,3 pada
konjungtiva yang pernah dimanipulasi sebelumnya. 17
Perkembangan tindakan operasi elah menurunkan angka kejadian
komplikasi, namun kejadian komplikasi masih dapat muncul diantaranya
kehilangan kehilangan endotel dan bilik mata depan yang dangkal. Kejadian bilik
mata yang dangkal dilaporkan sebesar 13-24% pada operasi trabekulektomi
dengan penambahan mitomicin-C. Pendangkalan bilik mata yang menetap akan
menyebabkan dekompensasi kornea, progresifitas katarak, pembentukan sinekia
perifer anterior dan kegagalan bleb.19
BAB 3. PENUTUP
Daftar Pustaka
1. Quigley HA, Broman AT. 2011. The number of people with glaucoma world
wide in 2010 and 2020. Br j ophthalmol.;90:262–7
2. American Academy of Ophthalmology. 2016. Section 10 Glaucoma. USA:
AAO, 8. 254-274.
3. Fontana, Hector, Nouri-Mahdavi, Kouros, Caprioli, Joseph. 2006.
Trabeculectomy with Mitomycin C in Pseudophakic Patints with Open-anle
Glaucoma: Outcomes and Risk Factor for Failure
4. Ilyas S. Glaukoma. Dalam : Ilyas S, Editor. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4.
Jakarta : Balai penerbit FKUI; 2010. Page: 216-221.
5. Khaw, PT. P, Shah. AR, Elkington. Glaucoma in : ABC of Eyes. Fourth
Edition. London. BMJ Punlishing Group; 2004.Page: 52-59.
6. Vaughan D, Eva PR. Glaukoma. In : GeneralOftalmologi. Edisi 14. London:
Mc Graw Hill Lange ; 2007. Page: 212-224; 225.
7. Blanco A, Costa P, Wilson P. Glaukoma. In: Handbook of Glaucoma.
Philadelpia: Taylor & Francis Group; 2002. Page: 4-5.
8. Lang GK. Glaukoma. In : Ophtalmology : A Pocket Textbook Atlasy.
Germany : Georg Thieme Verlag; 2007. Page: 255-278.
9. Sehu KW, willian RL. Glaucoma. In : Opthalmic Pathology : An Ilustraed
Guide For Clinicans. New York. BMJ; 2000. Page: 136-140.
10. Ming, ALS. Constable Ian. Glaucoma. In: Color Atlas Ophtamology. Third
Edition. USA. Wold Sience; 2005. Page: 56.
11. Gessesse, Girum W. Karim F.D, Advanced Glaucoma. In : Management
Pearls. Middle E2ast African Journal of Opthalmology; 2013. Page: 131-139.
12. Scholote T. Et.al, Glaucoma. In: Pocket Atlas Ophthalmology. Clinical
Sciences. NewYork.Thieme; 2000. Page: 164.
13. Morrison C, Pollack P. Surgycal Therapy of Glaucoma. In: Glaucoma Scient
and Practice. NewYork. Thieme; 2003. Page: 461-462.
14. Budiono, Syamsu ed. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya:
Airlangga University Press.
28
29
29
30
30