Anda di halaman 1dari 8

Sumber Energi Terbarukan : Tenaga Surya

Posted by rezahape on Maret 16, 2012

Sekilas Tentang Tenaga Surya

Seperti yang diketahui dalam letak geografisnya, Indonesia terletak di garis lintang 0° atau disebut juga garis
khatulistiwa. Dengan letak daerah tersebut, Indonesia memiliki cuaca tropis dan dikarunia sinar matahari yang
melimpah. Hampir di setiap pelosok Indonesia, matahari menyinari sepanjang pagi sampai sore. Energi matahari
yang dipancarkan dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan sel surya.

Pembangkit listrik tenaga surya adalah teknologi yang ramah lingkungan, dan sangat menjanjikan. Sebagai salah
satu alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik menggunakan uap (dengan minyak dan batubara).

Perkembangan teknologi dalam membuat sekl surya yang lebih baik dalam tingkat efisiensi, pembuatan aki yang
tahan lama, pembuatan alat elektronik yang dapat menggunakan Direct Current, adalah sangat menjanjikan.

Pada saat ini penggunaan tenaga matahari masih dirasakan mahal karena tidak adanya subsidi. Listrik yang kita
gunakan saat ini sebenarnya adalah listrik bersubsidi. Bayangkan pengusahaan/ penambangan minyak tanah,
batubara (yang merusak lingkungan), pembuatan pembangkit tenaga listrik uap, distribusi tenaga listrik, yang
semuanya dibangun dengan biaya besar.

Kelebihan penggunaan listrik tenaga surya:


* Energi yang terbarukan / tidak pernah habis.
* Bersih, ramah lingkungan.
* Umur panel surya / solar cell panjang/ investasi jangka panjang.
* Praktis, tidak memerlukan perawatan.
* Sangat cocok untuk daerah tropis seperti Indonesia.
Sel Surya / Solar Cell

Pengertian
Sel surya ialah sebuah alat yang tersusun dari material semikonduktor yang dapat mengubah sinar matahari menjadi
tenaga listrik secara langsung. Sering juga dipakai istilah photovoltaic atau fotovoltaik. Sel surya pada dasarnya terdiri
atas sambungan p-n yang sama fungsinya dengan sebuah dioda (diode). Sederhananya, ketika sinar matahari
mengenai permukaan sel surya, energi yang dibawa oleh sinar matahari ini akan diserap oleh elektron pada
sambungan p-n untuk berpindah dari bagian dioda p ke n dan untuk selanjutnya mengalir ke luar melalui kabel yang
terpasang ke sel.

Sel Surya mendapatkan tenaga listrik pada pagi sampai sore hari sepanjang ada sinar matahari. Umumnya kita
menghitung maksimum sinar matahari yang diubah menjadi tenaga listrik sepanjang hari adalah 5 jam. Tenaga listrik
pada pagi – sore disimpan dalam baterai, sehingga listrik dapat digunakan pada malam hari, dimana tanpa sinar
matahari.

Karena pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari, maka perencanaan yang baik
sangat diperlukan. Perencanaan terdiri dari :

 Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt).


 Berapa besar arus yang dihasilkan sel surya / solar cell (dalam Ampere hour), dalam hal ini memperhitungkan
berapa jumlah sel / solar cell yang harus dipasang.
 Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan pertimbangan penggunaan tanpa sinar
matahari. (Ampere hour).
Dalam nilai ke-ekonomian, pembangkit listrik tenaga surya memiliki nilai yang lebih tinggi, dimana listrik dari PT. PLN
tidak dimungkinkan, ataupun instalasi generator listrik bensin ataupun solar. Misalnya daerah terpencil :
pertambangan, perkebunan, perikanan, desa terpencil, dll. Dari segi jangka panjang, nilai ke-ekonomian juga tinggi,
karena dengan perencanaan yang baik, pembangkit listrik tenaga surya dengan sel surya / solar cell memiliki daya
tahan 20 – 25 tahun. Baterai dan beberapa komponen lainnya dengan daya tahan 3 – 5 tahun.

Sejarah
Sejarah sel surya dapat dilihat jauh ke belakang ketika pada tahun 1839 Edmund Becquerel, seorang pemuda Prancis
berusia 19 tahun menemukan efek yang sekarang dikenal dengan efek fotovoltaik ketika tengah berkesperimen
menggunakan sel larutan elektrolisis yang dibuat dari dua elektroda. Becquerel menemukan bahwa beberapa jenis
material tertentu memproduksi arus listrik dalam jumlah kecil ketika terkena cahaya.

Era sel surya modern baru dimulai satu abad setelah penemuan fenomena fotovoltaik pertama, yakni ketika tiga peneliti
Bell Laboratories di AS (Chapin, Fullr dan Pearson) secara tidak sengaja menemukan bahwa sambungan dioda pn
dari silikon mampu membangkitkan tegangan listrik ketika lampu laboratorium dinyalakan. Pada tahun yang sama,
usaha mereka telah berhasil membuat sebuah sel surya pertama dengan efisiensi sebesar 6%. Dari titik inilah
penelitian sel surya akhirnya berkembang hingga saat ini, dengan banyak jenis dan teknologi pembuatannya.

Efisiensi Sel Surya


Saat ini, efisiensi sel surya dapat dibagi menjadi efisiensi sel surya komersil dan efisiensi sel surya skala laboratorium.

Sel surya komersil yang sudah ada di pasaran memiliki efisiensi sekitar 12-15%. Sedangkan efisiensi sel surya skala
laboratorium pada umumnya 1,5 hingga 2 kali efisiensi sel surya skala komersil.

Hal ini disebabkan pada luas permukaan sel surya yang berbeda. Pada sel surya di pasaran, sel yang dipasarkan pada
umumnya memiliki luas permukaan 100 cm2 yang kemudian dirangkai mejadi modul surya yang terdiri atas 30-40 buah
sel surya. Dengan semakin besarnya luas permukaan sel surya, maka sudah menjadi pengetahuan umum jika terdapat
banyak efek negatif berupa resistansi sirkuit, cacat pada sel dan sebagainya, yang mengakibatkan terdegradasinya
efisiensi sel surya.
Pada sel surya skala laboratorium, luas permukaan sel yang diuji hanya berkisar kurang dari 1 cm 2. Hal ini dimaksudkan
untuk melihat kondisi ideal sel surya yang bebas dari cacat maupun resistansi ketika dihubungkan ke sebuah sirkuit.
Disamping itu, kecilnya luas permukaan sel surya memudahkan proses pembuatannya di mana alat yang dipakai di
dalam laboratorium ialah alat yang berukuran kecil.

Potensi untuk di kembangkan di Indonesia


Sel surya mengandalkan siraman sinar matahari dengan intensits yang memadai. Seperti yang telah disebut diatas,
dengan letak geografis Indonesia di khatulistiwa dengan jaminan limpahan sinar matahari sepanjang tahun tidak
mengalami perubahan berarti, maka sel surya patut menjadi salah satu bentuk energi masa depan yang perlu
dikembangkan oleh anak bangsa. Hal ini pula didukung oleh efisiensi sel surya yang terus meningkat plus biaya
produksi nya yang semakin kecil.

Mengapa harga sel surya terbilang sangat mahal dibandingkan dengan listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit konvensional?
Ada beberapa alasan untuk ini :

Pertama, sel surya mengandalkan bahan silikon sebagai material penyerap cahaya matahari. Dan harga silikon ini
meningkat seiring dengan permintaan industri semikonduktor ditambah dengan suplai bahan baku silikon yang
terbatas. Silikon yang dipakai sebagai bahan dasar chip di dunia mikroelektronika/semikonduktor ini semakin
dibutuhkan mengingat adanya peningkatan tajam untuk produksi peralatan elektronika mulai dari komputer, monitor,
televisi dsb. Hal ini diperparah dengan jenis sel surya yang paling banyak dipasarkan di dunia yakni sel surya jenis
silikon sehingga sel surya secara langsung harus berkompetisi dengan industri lain untuk mendapatkan bahan baku
silikon.

Kedua, perlu digaris bawahi bahwa harga listrik konvensional sebagai bahan perbandingan harga listrik sel surya ialah
harga setelah mendapat subsidi. Subsidi ini dimaksudkan agar listrik dapat menjangkau segala lapisan masyarakat,
sedangkan sel surya sebaliknya, tidak mendapat subsidi atau dukungan yang membuat harga sel surya terasa mahal.
Sebagai perbandingan, di negara-negara yang sudah mapan memanfaatkan sel surya, pemerintah negara-negara
tersebut sudah memberlakukan segala program kebijakan agar sel surya dapat memasyarakat semisal subsidi, kredit
pembelian, feed-in-tariff dan sebagainya. Sebagai contoh di Korea Selatan, harga sel surya yang dibeli oleh konsumen
setempat mampu ditekan hingga 70% sekitar US$ 3 hingga 4 per Watt-nya.

Jenis Sel Surya


Sel surya mengubah intensitas sinar matahari menjadi energi listrik. Sel surya menghasilkan arus yang digunakan
untuk mengisi baterai.

Sel surya terdiri dari photovoltaic, yang menghasilkan listrik dari intensitas cahaya, saat intensitas cahaya berkurang
(berawan, hujan, mendung) arus listrik yang dihasilkan juga akan berkurang.

Dengan menambah sel surya (memperluas) berarti menambah konversi tenaga surya. Umumnya panel surya dengan
ukuran tertentu memberikan hasil tertentu pula. Contohnya ukuran a cm x b cm menghasilkan listrik DC (Direct Current)
sebesar x Watt per hour/ jam.

Berikut beberapa jenis dari sel surya :

Monokristal (Mono-crystalline)
Mono-crystalline merupakan panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling tinggi.
Memiliki efisiensi sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang
cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.
Polikristal (Poly-crystalline)

Poly-crystalline merupakan sel surya yang memiliki susunan kristal acak. Type Polikristal memerlukan luas
permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama, akan
tetapi dapat menghasilkan listrik pada saat mendung.
Amorphous silicon (a-Si)

Amorphous telah digunakan sebagai material photovoltaic dari sel surya untuk beberapa lama. Meskipun kinerjanya
lebih rendah dari sel surya c-Si tradisional, hal ini tidak terlalu diperhitungkan, dimana jenis ini menggunakan energi
yang sangat kecil. Kemampuan jenis a-Si dapat dengan mudah diterapkan selama konstruksi daripada harus
membuah beberapa downside.
Gallium arsenide (GaAs)

Gallium arsenide adalah senyawa dari unsur-unsur galium dan arsen. Terdapat pada golongan III/V dari
semikonduktor, dan digunakan dalam pembuatan perangkat seperti : microwave frequency integrated circuits,
monolithic microwave integrated circuits, infrared light-emitting diodes, dioda laser, sel surya, dan optical windows.
Gallium arsenide juga dikenal sebagai crystalline tunggal film yang tipis dan biaya yang harus dikeluarkan tinggi tetapi
efisiensi yang dimilikinya juga tinggi.
Dibawah ini merupakan tabel perbandingan antara jenis-jenis sel surya :

Efesiensi
Perubahan Daya
Daya Tahan Biaya Keterangan Penggunaan

Kegunaan
Sangat Sangat Pemakaian
Mono Baik Baik Baik Luas Sehari-hari

Cocok untuk
produksi
Sangat Sangat massal di
Poly Baik Baik Baik masa depan Sehari-hari

Bekerja baik Sehari-hari


dalam & perangkat
Cukup Cukup pencahayaan komersial
Amorphous Baik Baik Baik fluorescent (kalkulator)

Pemakaian
Gallium Sangat Sangat Cukup Berat & di luar
arsenide Baik Baik Baik Rapuh angkasa

Aplikasi Tenaga Surya


Tenaga surya yang diserap bumi adalah sebanyak 120 ribu terawatt. Pada prinsipnya tenaga surya sebagai
pembangkit listrik dengan dua cara:

 Produksi uap dengan ladang cermin yang digunakan untuk menggerakkan turbin. Pembangkit listrik tenaga surya
besar.
 Mengubah sinar surya menjadi listrik dengan panel surya / solar cell photovoltaik. Pembangkit listrik tenaga surya
portabel / kecil.
Tenaga surya dapat diaplikasikan sebagai berikut:

 Tenaga surya untuk penerangan di rumah.


 Tenaga surya untuk penerangan lampu jalan (PJU)
 Tenaga surya untuk penerangan lampu taman
 Tenaga surya sebagai sumber listrik untuk kamera CCTV.
 Tenaga surya sebagai sumber listrik untuk instalasi wireless (WIFI), radio pemancar, perangkat komunikasi.
 Tenaga surya untuk perangkat signal kereta api, kapal.
 Tenaga surya untuk rumah walet, irigasi, pompa air.
 Tenaga surya sebagai portable power supply
 Tenaga surya sebagai pemanas untuk menggerakkan turbin sebagai pembangkit listrik tenaga surya seperti di Nevada
Amerika.
 Tenaga surya sebagai sumber tenaga untuk perangkat satelit.

Instalasi Listrik Tenaga Surya


Berikut ini merupakan contoh instalasi listrik dengan menggunakan tenaga surya. Untuk instalasi listrik tenaga surya
sebagai pembangkit listrik, diperlukan komponen sebagai berikut:

1. Sel Surya / solar cell


2. Charge controller
3. Inverter
4. Baterai

Sel Surya, menghasilkan energi listrik tanpa biaya, dengan mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel
silikon (disebut juga solar cell) yang disinari matahari, membuat photon yang menghasilkan arus listrik. Sebuah solar
cell menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah sel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk
menghasilkan 17 Volt tegangan maksimun).
Charge controller, digunakan untuk mengatur pengaturan pengisian baterai. Tegangan maksimum yang dihasilkan
panel surya / solar cell pada hari yang terik akan menghasilkan tegangan tinggi yang dapat merusak baterai.
Inverter adalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC – direct current) menjadi tegangan
bolak balik (AC – alternating current).
Baterai adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari tenaga surya. Tanpa baterai, energi surya hanya
dapat digunakan pada saat ada sinar matahari.
Diagram instalasi pembangkit listrik tenaga surya ini terdiri dari sel surya, charge controller, inverter, baterai.
Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas: beberapa sel surya di paralel untuk menghasilkan arus yang
lebih besar. Combiner pada gambar diatas menghubungkan kaki positif sel surya satu dengan sel surya lainnya. Kaki
/ kutub negatif panel satu dan lainnya juga dihubungkan. Ujung kaki positif sel surya dihubungkan ke kaki positif
charge controller, dan kaki negatif panel sel surya dihubungkan ke kaki negatif charge controller. Tegangan sel surya
yang dihasilkan akan digunakan oleh charge controller untuk mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban perangkat
AC (alternating current) seperti Televisi, Radio, komputer, dll, arus baterai disupply oleh inverter.

Anda mungkin juga menyukai