Oleh :
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat-Nya kami
diberi kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah
Ilmu Bahan.
Makalah yang berjudul “Material Magnet” merupakan aplikasi dari saya. Selain untuk
memenuhi tugas mata kuliah tersebut juga untuk memberikan pengetahuan tentang “Material
Kemagnetan”.
Dalam makalah ini saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran
dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat saya nantikan.
saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi wawasan ataupun menjadi
referensi kita dalam mengetahui dan mempelajari tentang “ Material Kemagnetan” .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada
umumnya.
jember, 27
November 2013
Daftar isi
Cover………………………………………………………………………………………………………..i
Kata pengantar ............................................................................................ii
Daftar isi ......................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1. Latar belakang .........................................................................................1
Bab II PEMBAHASAN................................................………………………………….2
A. Pengertian Magnet……………………………………………………………………….2
1.1 Dasar-Dasar magnet……………………………………………………………………..3
1.2 Domain Magnet…………………………………………………….8
1.3 Histerisis……………………………………………………………9
1.4 Pengaruh suhu terhadap kemagnetan………………………………10
1.5 Bahan Magnet lunak……………………………………………….10
1.6 Bahan Magnet Keras…………………………………………….....11
1. LATAR BELAKANG
Sudah sejak lama studi dan penelitian tentang magnet telah menghasilkan berbagai produk yang
bermanfaat bagi umat manusia. Produk-produk seperti motor listrik, generator listrik, satelit,
sistim pemantau radar, central lock pintu mobil, lampu, perangkat pengangkat dan penarik benda
logam pada pesawat angkat, hingga kereta api cepat adalah beberapa contoh penerapan magnet.
Produk di bidang kesehatan juga telah banyak dihasilkan yang memanfaatkan prinsip
kemagnetan ini yaitu MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan gelang/kalung bio-magnet yang
membanjiri Indonesia produksi China maupun Jepang yang berupa magnet tetap yang diklaim
bisa membantu melancarkan peredaran darah dan memperbaiki syaraf yang terjepit.
Penelitian tentang magnet elektrik untuk motor listrik adalah yang paling banyak dilakukan
khususnya motor listrik yang bisa menghasilkan torsi besar, ukurannya yang semakin kecil,
mudah dalam pemanfaatan dan pengontrolannya, serta efisien dalam penggunaan energi
listriknya. Produk-produk tersebut seluruhnya buatan luar negeri dan banyak diimpor oleh
perguruan tinggi dan industri di Indonesia.
Metode pelayangan magnet adalah termasuk hal baru yang hasil penelitiannya banyak diterapkan di
sektor industri dan transportasi karena dapat mengurangi gesekan mekanis secara berarti. Meski
penelitian-penelitian tersebut masih terus dilakukan dan terbukti sukses diterapkan pada kereta api
cepat maglev serta pengembangan bantalan magnet tak berfriksi, prinsip dasar pelayangan magnet
dengan magnet elektrik ini masih terus dipelajari di banyak perguruan tinggi di dunia [12], [13].
Tujuannya terutama adalah melihat fenomena pelayangan benda melalui pengontrolan kuat medan
magnet elektrik serta rentang kestabilan tinggi benda yang dilayangkan. Pemahaman ini menurut
mereka penting karena “suatu benda yang melayang apabila diberi gaya dorong sedikit saja akan bisa
bergerak dengan cepat karena tidak adanya gesekan mekanis (kecuali gesekan udara) yang timbul
sebagai hasil kontak antara benda satu dan lainnya seperti pada kereta api konvensional”.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN MAGNET
Kata magnet berasal dari bahasa Yunani yaitu magnes atau magnetis lithos yang berarti
batu dari magnesia.
Penemuan magnet ini telah diketahui di Yunani, India, dan Cina sekitar 2500 tahun yang
lalu magnet berasal dari Lodestones yaitu berasal dari bijih besi. Magnet secara alami diciptakan
yang dapat menarik potongan besi lainnya.
Sesuai dengan asal nama magnet diberikan yaitu magnet berasal dari bahasa Yunani
berarti "batu dari Magnesia", bagian dari Yunani kuno dimana Lodestones ditemukan.
Lodestones merupakan kompas magnetik pertama.
Magnet merupakan benda yang dapat menarik benda-benda lain di sekitarnya seperti
besi, baja, dan kobalt. Sebuah magnet terdiri atas magnet-magnet elementer yang tersusun secara
teratur. Magnet mmepunyai bagian yang paling kuat daya tariknya yaitu bagian kutub magnet,
terdiri dari kutub utara (KU) dan kutub Selatan (KS).
Untuk menjelaskan tentang magnet, Weber mengemukakan teorinya yang disebut dengan
“Hipotesis Weber” yang isinya sebagai berikut :
1. Bahan magnetik terdiri atas atom-atom magnetik yang disebut magnet elementer. Setiap magnet
memiliki kutub utara dan kutub selatan. Ketka magnet dipotong, maka potongan-potongan
tersebut akan menjadi magnet baru yang juga mempunyai kutub utara dan kutub selatan. Jika
pemotongan terus dilakukan hingga sekecil-kecilnya, maka akan terbentuk atom magnet. Atom
magnet tersebut pun akan memiliki kutub utara dan kutub selatan.
2. Pada bahan yang belum menjadi magnet, maka magnet elementernya belum tersusun dengan
teratur. Sehingga kutub utara sebuah magnet elementer terhubung dengan kutub selatan pada
magnet elementer yang lain. Dengan demikian, magnet-magnet elementer pada bahan tersebut
terangkai seperti lingkaran.
3. Pada bahan yang sudah menjadi magnet, magnet elementer sudah tersusun dalam barisan yang
teratur dengan pola lurus. Kutub utara bertemu dengan kutub selatan dengan berurutan.
4. Magnet elementer besi mudah diarahkan sehingga besi lebih mudah dijadikan magnet. Akan
tetapi sifat kemagnetan besi mudah hilang. Sedangkan magnet elemeter baja sangat sukar
diarahkan, akan tetapi ketika sudah bisa diarahkan, sifat kemagnetannya akan bertahan lama.
Medan magnet (H) dan densitas fluks magnet (B) yang timbul pada solenoid ketikag dialiri arus
listrik
Induksi magnet atau densitas fluks magnet (B) merupakan jumlah pemagnetan yang terjadi
dalam material (M) (dalam hal ini besi) dengan kuat medan magnet yang timbul (H). Hubungan
antara B dengan H adalah
Baik B maupun H merupakan besaran vektor, sehingga selain memiliki besar, keduanya juga
memiliki arah.
µ (permeabilitas magnet) merupakan suatu konstata yang menunjukkan derajat magnetisasi
material ketika dilewati medan magnet H, sehingga menimbulkan induksi magnet B pada
material tersebut. Selanjutnya, hubungan antara B, H, dan M dapat ditulis sebagai berikut:
c. Bahan paramagnetik
Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomik masing-masing
atom/molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomik total seluruh atom/molekul
dalam bahan adalah nol (Halliday & Resnick, 1989). Jika tidak ada medan magnetik luar, maka
arah momen magnet atom-atom dalam bahan ini acak, dan ketika diberikan medan magnetik
luar, maka atom-atom itu akan berusaha menyearahkan momen magnetnya dengan arah medan
magnetik luar
e. Bahan feromagnetik
Bahan ferromagnetik mempunyai resultan medan atomik yang besar (Halliday & Resnick,
1989). Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron yang tidak berpasangan, misalnya pada
atom besi terdapat empat buah spin elektron yang tidak berpasangan. Masing-masing spin
elektron yang tidak berpasangan ini akan memberikan kontribusi pada medan magnetik bahan
f. Bahan antiferomagnetik
Bahan antiferromagnetik dapat digambarkan oleh struktur kristal dengan kisi-kisi yang diisi
oleh dua jenis atom dengan momen magnet yang berlawanan arah (anti-parallel). Jika tak ada
medan luar, magnetisasi total sama dengan nol (M = 0).
Pada bahan ferromagnetik, jika diberi medan magnet luar, maka domain-domain ini akan
mensejajarkan diri searah dengan medan magnet dari luar. Semakin kuat medan magnetnya
semakin banyak domain-domain yang mensejajarkan dirinya. Setelah seluruh domain terarahkan,
penambahan medan magnet luar tidak memberi pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain
yang disearahkan. Keadaan ini dinamakan jenuh atau keadaan saturasi.
1.3 Histeresis
Suatu bahan diberikan medan magnet sebesar H. Saat medan magnet (H) ditingkatkan, B
juga akan meningkat, hingga mencapai titik saturasi. Selanjutnya, ketika H diturunkan hingga
bernilai 0, akan tercapai nilai Br (Remenant Induction) yaitu suatu kondisi dimana bahan tetap
memiliki induksi magnet meskipun medan magnet luar telah ditiadakan. Agar B bernilai 0, maka
bahan diberikan medan magnet Hc yang bernilai negatif (coercive forces) atau berlawanan arah
terhadap arah semula. Loop yang terbentuk ini disebut kurva histeresis. Lluas daerah di bagian
dalam kurva menunjukkan jumlah energi yang hilang selama proses magnetisasi dan
demagnetisasi.
Kurva Hiteresis
2. Saran
a. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang kegunaan magnet, karena mungkin magnet masih memiliki
kegunaan yang lain.
b. Memanfaatkan magnet dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan orang banyak.
c. Bagi masyarakat : lebih baik menggunakan pengobatan alami seperti dengan terapi magnet.
DAFTAR PUSTAKA
Jackson, John David (1975). Classical Electrodynamics (2nd ed.). New York: Wiley.&
Smith F., William (1996). Principle of Materials Science and Engineering (3rd ed.). New
York: McGraw-Hill, Inc
D. Callister, William Jr. (2007) Material Science and Engineering An Introduction (7th
ed). New York: John Willey & Sons inc
Donald R. Askeland, Pradeep P. Fulay, Wendelin J. Wright. (2011) The Science and
Engineering of Materials, Sixth Edition. Connecticut: Cengage Learning