Anda di halaman 1dari 71

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/323387654

TEGANGAN DAN BENTUK KELENGKUNGAN


MODEL TRAMMEL NET (Prosedur Pengujian
Model Menggunakan Flume Tan....

Book · February 2009

CITATION READS

1 7

1 author:

Gondo Puspito
Bogor Agricultural University
22 PUBLICATIONS 28 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Gondo Puspito on 25 February 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISBN 978-979-1225-11-3

TEGANGAN DAN BENTUK


KELENGKUNGAN MODEL TRAMMEL NET
(Prosedur Pengujian Model Menggunakan Flume
Tank dan Perhitungan Matematis)

Oleh :

GONDO PUSPITO

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2009
Tegangan dan Bentuk Kelengkungan Model Trammel Net
(Prosedur pengujian model menggunakan flume tank dan perhitungan matematis)

Penulis :
Gondo Puspito
ISBN 978-979-1225-11-3

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang


Diterbitkan oleh :
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPB

Cetakan pertama : Februari 2009

Sanksi pelanggaran Pasal 44, Undang-undang No. 7 tahun 1987 tentang hak cipta, yaitu:
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak
suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta
rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah).
KATA PENGANTAR

Flume tank merupakan fasilitas pengujian alat penangkap ikan yang ditujukan untuk
melihat tampilannya sewaktu dioperasikan. Fasilitas ini sangat langka dan baru dibuat 2
tahun lalu di Institut Pertanian Bogor. Pengujian model alat penangkap ikan menggunakan
flume tank memerlukan keahlian dan ketelitian yang sangat tinggi serta memahami
prosedur penggunaannya.
Tulisan ini berisi prosedur penggunaan flume tank dan proses perhitungannya secara
matematis. Sebagai bahan uji digunakan model trammel net. Pengujian dan
perhitungannya dilakukan secara bertahap, yaitu dimulai dari penentuan sebaran
kecepatan arus yang mengalir didalam flume tank dan pengujian setiap bagian trammel
net.
Isi tulisan terutama didasarkan atas ujicoba di laboratorium dan kajian teoritis.
Pustaka yang digunakan sangat sedikit, karena tulisan yang membahas permodelan alat
tangkap relatif langka. Namun demikian, tulisan ini diharapkan dapat menjadi pedoman
bagi para peneliti dalam menggunakan flume tank untuk melakukan pengujian suatu
model alat penangkap ikan. Selain itu, tulisan ini juga dapat menjadi pedoman dalam
merancang perhitungan matematis dari suatu penelitian yang menggunakan fasilitas flume
tank.
Penulis akan terus mengupayakan penyempurnaan isi tulisan guna memberikan hasil
yang maksimal. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca yang memerlukannya.

Bogor, Februari 2009

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
1. PENDAHULUAN 1
2. TRAMMEL NET 3
2.1. Deskripsi 3
2.2. Jenis Tangkapan 4
2.3. Daerah Operasi Penangkapan 4
2.4. Operasi Penangkapan 5
3. SEBARAN KECEPATAN ARUS 8
3.1. Prosedur 8
3.2. Kecepatan Arus 9
4. GAYA GESEK TALI PEMBERAT 13
4.1. Prosedur 13
4.2. Gaya Gesek 15
5. TAHANAN HIDRODINAMIKA JARING 17
5.1. Prosedur 17
5.2. Drag FDn dan Lift FLn Jaring 17
6. TAHANAN HIDRODINAMIKA TALI PELAMPUNG 24
6.1. Prosedur 24
6.2. Drag FDf dan Lift FLf Tali Pelampung 26
7. TEGANGAN DAN BENTUK KELENGKUNGAN MODEL TRAMMEL
NET 36
7.1. Prosedur 36
7.2. Tegangan dan Bentuk Kelengkungan Model Trammel Net 39
8. PENUTUP 61
DAFTAR PUSTAKA 62

ii
DAFTAR TABEL

1. Deskripsi 1 lembar trammel net 6


2. Persamaan drag FDn dan lift FLn jaring dan kerangka pada berbagai
sudut hadang . 18
3. Persamaan drag FDn dan lift FLn kerangka tanpa jaring dengan sudut
hadang  = 0 dan 90o 18
4. Persamaan drag FDn yang didapatkan dari perhitungan 20
5. Persamaan drag FDf pada setiap penenggelaman 27
6. Persamaan lift FLf pada setiap penenggelaman 27
7. Persamaan drag FDf untuk sudut hadang  = 0o (FDf0) dan 90o (FDf90)
pada setiap persentase penenggelaman Ps 28
8. Nilai aL dan bL yang baru setelah nilai bL diseragamkan pada kecepatan
arus 30 cm/detik 30
9. Nilai aL dan bL yang baru setelah nilai bL diseragamkan pada kecepatan
arus 30 cm/detik 32
10. Deskripsi model trammel net 38

iii
DAFTAR GAMBAR

1. Konstruksi dan dimensi 1 lembar trammel net 7


2. Alur pengoperasian trammel net membentuk kelengkungan 7
3. Flume tank dan dimensinya 10
4. Posisi pengukuran kecepatan arus dan posisi penempatan meja di dalam
flume tank 11
5. Sebaran kecepatan arus pada berbagai ketinggian flume tank 12
6. Dimensi 1 mata rantai 13
7. Posisi rantai terhadap arah penarikan 14
8. Hubungan antara berat rantai dan gaya gesek 16
9. Ilustrasi penempatan jaring pada kerangka, dimensi kerangka dan posisi
jaring terhadap arus 19
10. Perbandingan antara drag FDn hasil perhitungan dan eksperimen 21
11. Nilai a yang diplotkan sebagai fungsi kecepatan arus V 22
12. Nilai b yang diplotkan sebagai fungsi kecepatan arus V 23
13. Perbandingan antara lift FLn hasil perhitungan dan pengujian pada
kecepatan arus V = 10, 20, 30, 40, dan 50 cm/detik 23
14. Bentuk dan dimensi pelampung 24
15. Posisi tali pelampung pada kerangka dan arah rotasi untuk membentuk
sudut hadang  terhadap arus 25
16. Drag FDf dan lift FLf yang bekerja pada tali pelampung 26
17. Hubungan antara persentase penenggelaman Ps dengan aD0 29
18. Hubungan antara persentase penenggelaman Ps dengan aD90 29
19. Hubungan antara persentase penenggelaman Ps dengan rasio aL/aL50 31
20. Hubungan antara kecepatan arus V dengan sudut maksimum s 33
21. Hubungan antara sudut maksimum s dengan aL 34
22. Hubungan antara sudut  dengan bL 35
23. Konstruksi model trammel net 39
24. Susunan peralatan untuk menentukan tegangan dan bentuk kelengkungan
model trammel net akibat dialiri arus, penarikan, dan kombinasi keduanya 40
25. Perkiraan bentuk kelengkungan model trammel net yang diakibatkan oleh
arus, penarikan dan kombinasi keduanya 41
26. Gaya-gaya yang bekerja pada elemen dS model trammel net akibat dialiri
oleh arus 45

iv
27. Perbandingan antara tegangan T1 model trammel net yang didapat dari
eksperimen dan perhitungan pada kecepatan arus 19,5 cm/detik 46
28. Bentuk kelengkungan model trammel net sewaktu dialiri arus dengan
kecepatan 19,5 cm/detik 47
29. Gaya-gaya yang bekerja pada elemen dS model trammel net akibat
penarikan 49
30. Sistem koordinat tali pelampung model trammel net 50
31. Hubungan antara sudut bergerak  dan sudut tegangan  51
32. Hubungan antara kecepatan bergerak V dan sudut tegangan  52
33. Perbandingan antara tegangan T1 model trammel net yang didapat dari
eksperimen dan perhitungan pada kecepatan penarikan 17,7 cm/detik 55
34. Bentuk kelengkungan model trammel net akibat penarikan dengan
kecepatan 17,7 cm/detik 56
35. Gaya-gaya yang bekerja pada elemen dS model trammel net akibat arus
dan penarikan 58
36. Perbandingan antara tegangan T1 model trammel net yang didapat dari
eksperimen dan perhitungan pada kecepatan arus 17,9 cm/detik dan
kecepatan penarikan 18,2 cm/detik 59
37. Bentuk kelengkungan model trammel net akibat pengaruh arus dengan
kecepatan 17,9 cm/detik dan penarikan dengan kecepatan 18,2 cm/detik 60

v
1. PENDAHULUAN
Penelitian mengenai perbaikan konstruksi atau modifikasi alat penangkap ikan
serta perbaikan metode pengoperasian alat tangkap yang dioperasikan secara aktif, seperti
trammel net, pukat udang, pukat cincin, dan payang, telah banyak dilakukan. Hasilnya
umumnya belum memuaskan. Penyebabnya, ujicoba selalu menggunakan ukuran alat
tangkap yang sebenarnya (full scale) dan langsung dilakukan di laut. Kriteria
keberhasilannya hanya didasarkan atas hasil tangkapan yang diperoleh. Jika hasil
tangkapan banyak, maka perbaikan alat tangkap dan metode pengoperasiannya dianggap
berhasil dan sebaliknya.
Proses perbaikan konstruksi dan metode pengoperasian alat penangkap ikan
sebenarnya tidak sesederhana ini dan harus melalui beberapa tahap. Tahapan yang paling
penting adalah melihat penampilan alat ketika dioperasikan. Berdasarkan tampilan ini,
berbagai perbaikan dapat dilakukan lebih teliti, sehingga tercipta tampilan alat tangkap
yang diinginkan.
Cara terbaik untuk mengetahui tampilan alat penangkap ikan ketika dioperasikan
adalah dengan mengamati langsung di laut. Kendalanya, biaya dan tenaga yang diperlukan
cukup besar. Selain itu, resiko terjadinya kecelakaan juga sangat tinggi. Cara termudah
adalah menggunakan flume tank. Alat tangkap yang diuji harus berupa miniatur – disebut
juga model -- alat tangkap yang sebenarnya. Ukuran setiap bagian alat tangkap miniatur
memiliki perbandingan yang sama dengan ukuran yang sebenarnya. Begitu juga dengan
kecepatan arusnya dibuat dengan perbandingan yang sama dengan model alat tangkap.
Kelebihan penggunaan flume tank adalah tampilan model alat akan selalu tetap karena
dialiri oleh arus dengan kecepatan yang konstan. Selain itu, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi tampilan alat, seperti gelombang, dapat diminimalisir. Dengan demikian,
pengamatan dapat dilakukan secara teliti dan terus menerus.
Pengujian model alat penangkap ikan menggunakan flume tank di Indonesia
merupakan hal yang baru. Baru 2 tahun belakangan ini satu-satunya fasilitas flume tank
berukuran kecil tersedia di Institut Pertanian Bogor. Itupun dengan sarana pendukung,
seperti alat-alat pengukur dan perekam, yang sangat kurang. Adanya flume tank membuka
era baru penelitian alat penangkap ikan menggunakan model.

1
Tulisan ini mencoba memberikan informasi mengenai prosedur penggunaan flume
tank untuk melakukan sebuah penelitian, berikut cara-cara perhitungannya secara
matematis. Permasalahan utama pada flume tank adalah pada arusnya. Kecepatan arus
yang mengalir dekat dengan ke-4 sisi lorong flume tank cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan kecepatan arus yang mengalir melewati bagian tengah lorong.
Padahal untuk suatu penelitian, kecepatan arus yang melewati setiap bagian model alat
tangkap harus sama dan konstan. Untuk itu, metode pengoperasian flume tank, teknik
pembuatan model dan cara mengoperasikan model harus benar-benar dikuasai.
Jenis model alat tangkap yang diuji adalah shrimp trammel net.
Konstruksinya relatif sangat sederhana dibandingkan dengan jenis alat tangkap lain yang
dioperasikan secara aktif, sehingga lebih mudah dikerjakan. Fokus pengamatan pada 2
hal, yaitu 1. tahanan pada ujung tali ris atas trammel net akibat pengaruh arus, penarikan
dan kombinasi keduanya, dan 2. bentuk kelengkungan model trammel net akibat pengaruh
arus, penarikan dan kombinasi keduanya.
Tegangan trammel net sangat berhubungan dengan tenaga mesin
penggerak perahu nelayan. Adapun bentuk kelengkungan sangat menentukan luas area
penyapuan trammel net. Area penyapuan yang luas menjadikan peluang tertangkapnya
hasil tangkapan berupa udang dalam jumlah yang banyak sangat besar, tetapi
permasalahannya adalah tenaga yang diperlukan untuk menarik trammel net juga sangat
besar. Melalui ujicoba di flume tank dirancang suatu perhitungan matematis yang dapat
menentukan tegangan dan bentuk kelengkungan trammel net secara teoritis. Dengan
demikian, nelayan yang akan menangkap udang dengan trammel net – disesuaikan dengan
tenaga penggerak perahunya -- dapat merancang metode penangkapannya sebelum
operasi penangkapan dilakukan.
Dalam tulisan ini pembahasan dimulai dengan menentukan sebaran kecepatan arus
flume tank. Tujuannya untuk menentukan posisi penempatan model trammel net dalam
flume tank sebelum diuji. Selanjutnya, penentuan gaya gesek tali pemberat, penentuan
tahanan hidrodinamika jaring dan penentuan tahanan hidrodinamika tali pelampung.
Terakhir, penentuan tegangan dan bentuk kelengkungan model trammel net. Perhitungan
secara teoritisnya menggunakan data-data yang didapatkan dari uji tali pemberat, tali
pelampung dan jaring.

2
2. TRAMMEL NET

2.1. Deskripsi
Alat tangkap trammel net digunakan untuk menangkap jenis-jenis udang. Nama lain
trammel net adalah jaring 3 lapis, karena terdiri atas 3 lapis jaring. Masing-masing 2
lapisan luar dengan ukuran mata jaring yang besar dan 1 lapisan dalam dengan ukuran
mata jaring yang kecil. Beberapa nama lainnya adalah jaring kantong dan jaring gondrong.
Disebut jaring kantong, karena bentuknya ketika dioperasikan menyerupai susunan
kantong-kantong, baik secara vertikal maupun horisontal. Adapun penyebutan jaring
gondrong disebabkan oleh bentuknya yang menyerupai rambut panjang berjuntai ketika
dilakukan penarikan.
Bagian utama trammel net terdiri atas jaring, pelampung dan pemberat. Jaring bagian
luar dan dalam terbuat dari benang multifilament polyamide (PA). Jenis trammel net lain
– disebut sebagai jaring tilek -- menggunakan jaring bagian dalam yang terbuat dari
benang monofilament polyamide (PA). Perubahan penggunaan material jaring ini lebih
disebabkan untuk memudahkan proses pelepasan udang dari jaring. Udang yang
tertangkap oleh trammel net yang jaring bagian dalamnya terbuat dari multifilament
polyamide cenderung terpuntal, sehingga sulit untuk dilepaskan. Beberapa udang yang
berhasil dilepaskan dalam kondisi rusak. Ini berbeda dengan trammel net yang jaring
bagian dalamnya terbuat dari benang monofilament polyamide. Pelepasan udang dapat
dilakukan dengan merusak jaring, karena kekuatan putusnya rendah.
Pada sisi atas dan bawah trammel net dilengkapi oleh jaring selvedge yang dipasang
memanjang. Bahan pembuat jaring ini adalah benang multifilament polyethylene (PE)
yang kasar. Fungsinya untuk melindungi jaring utama terhadap gesekan. Selvedge bawah
untuk melindungi jaring dari gesekan dengan dasar perairan. Adapun selvedge atas
melindungi jaring dari gesekan dengan bibir perahu.
Jaring bagian luar trammel net lebih sempit dibandingkan dengan bagian dalamnya.
Sewaktu trammel net dioperasikan, jaring bagian luar akan membentuk kerangka kantong.
Adapun jaring bagian dalamnya akan membentuk kantong pada masing-masing mata
jaring bagian luar. Gerakan udang atau ikan dalam kantong atau penambahan gaya

3
hidrodinamika karena arus dan penarikan jaring tidak akan banyak berpengaruh terhadap
bentuk trammel net.
Bagian lain yang tak kalah pentingnya adalah pemberat. Fungsi utama pemberat untuk
menenggelamkan jaring. Funsgi lain adalah sebagai pengejut udang. Pada trammel net
yang dioperasikan secara aktif, bagian pemberat akan menyapu dasar perairan. Keributan
yang ditimbulkan oleh gesekan antara pemberat dengan permukaan dasar perairan
mengakibatkan udang yang bersembunyi pada liangnya akan melompat keluar dan
langsung terperangkap oleh kantong.
Pada Gambar 1 ditunjukkan konstruksi dan dimensi 1 lembar trammel net. Adapun
deskripsi masing-masing bagiannya dituliskan pada Tabel 1.

2.2. Jenis Tangkapan


Jenis tangkapan utama trammel net adalah udang. Misalnya udang jerbung (Penaeus
merguensis), dan udang krosok (Metapenaeus monoceros). Adapun jenis-jenis tangkapan
sampingan adalah ikan-ikan yang hidup pada habitat yang sama dengan udang.
Contohnya adalah ikan bilis (Stolephorus spp.), klotok (Otolithes sp.), kuniran (Upeneus
sp.), pepetek (Leiognathus equulus), lidah (Cynoglossus sp.), cumi-cumi (Loligo sp.),
manyung (Arius sp.), tigawaja (Johnius dussumieri), mata belo (Clupea kanagurta), pari
(Dasyatis sp.), gulamah (Otolithoides sp.), tembang (Clupeoides sp.), cendro (Tylosorus
erocodiles), layur (Trichiurus sp.), gerot-gerot (therapon sp.), rajungan (Portunnus sp.),
dan buntal (Tetraodon sp.).

2.3. Daerah Operasi Penangkapan


Jenis tangkapan utama trammel net adalah jenis-jenis udang. Oleh karenanya, daerah
operasinya disesuaikan dengan habitat udang, yaitu perairan pantai dengan jenis substrat
dasar perairan berupa pasir atau pasir berlumpur. Daerah penangkapan yang paling disukai
oleh nelayan trammel net adalah perairan pantai yang dekat dengan muara sungai. Lokasi
ini sangat kaya dengan unsur hara dan banyak terdapat udang.

4
2.4. Operasi Penangkapan
Ada 2 cara pengoperasian trammel net, yaitu pasif dan aktif. Cara pasif dilakukan
dengan menaruh trammel net di perairan yang diperkirakan menjadi habitat udang. Waktu
penangkapannya disesuaikan dengan aktivitas udang pada malam hari. Cara aktif
dilakukan dengan menyapu dasar perairan pada saat hari terang. Dari kedua cara operasi
tersebut, cara aktif lebih disukai, karena peluang mendapatkan udang dengan jumlah yang
banyak lebih besar dibandingkan dengan cara pasif. Berikut ini adalah urutan
pengoperasian trammel net secara aktif di laut yang terdiri atas:
1. Penentuan daerah penangkapan udang dengan memperhitungkan arah arus,
kecepatan arus, arah angin, dan kecepatan angin;
2. Penurunan jangkar dan pelampung tanda;
3. Penurunan jaring dengan gerak perahu melawan arah arus;
4. Akhir penurunan jaring dengan penurunan pemberat tambahan dan tali ris atas
dihubungkan ke perahu menggunakan tali selambar;
5. Perahu bergerak menarik jaring membentuk suatu kelengkungan;
6. Pengangkatan jaring berikut pengambilan hasil tangkapan dengan keadaan mesin
perahu dimatikan; dan
7. Perahu bergerak mencari daerah penangkapan udang yang lain.

Pada Gambar 2 ditunjukkan alur pengoperasian trammel net yang membentuk suatu
kelengkungan.

5
Tabel 1. Deskripsi 1 lembar trammel net.

No. Uraian Jaring kantong Jaring tilek


I. Bahan jaring
Inner net
1. Material Multifilament PA Monofilament PA
2. Nomor benang 210D/2 210D
3. Ukuran mata jaring 1,75 inci 1,50 inci
4. Panjang
a. Atas 18 m 17,50 m
b. Bawah 23 m 23,50 m
5. Dalam 50 mata 50 mata
Outer net
1. Material Multifilament PA Monofilament PA
2. Nomor benang 210D/6 210D/6
3. Ukuran mata jaring 6,50 inci 4 inci
4. Panjang
a. Atas 18 m 17,50 m
b. Bawah 23 m 23,50 m
5. Dalam 7 mata 7 mata
II. Selvedge
1. Material Multifilament PE Multifilament PE
2. Diameter 0,66 mm 0,66 mm
3. Ukuran mata jaring 1,75 inci 1,75 inci
4. Dalam
a. Atas 2 mata 2 mata
b. Bawah 3 mata 3 mata
III. Tal ris
Tal iris atas
1. Material Polyethylene Polyethylene
2. Diameter 4 mm 4 mm
3. Panjang 18,30 m 19,50 m
Tal iris bawah
1. Material Polyethylene Polyethylene
2. Diameter 2 mm 2 mm
3. Panjang 21,90 m 23,10 m
IV. Pelampung
1. Material Karet Karet
2. Jumlah 36 buah 43 buah
V. Pemberat
1. Material Timah hitam Timah hitam
2. Jumlah 119 buah 111 buah

6
Selvedge Inner net Outer net Pelampung
Pemberat

18 m
23 m
Gambar 1. Konstruksi dan dimensi 1 lembar trammel net.

Arus

3
1. Penebaran 2. Penarikan, dan 3. Pengangkatan.

Gambar 2. Alur pengoperasian trammel net membentuk kelengkungan.

7
7
3. SEBARAN KECEPATAN ARUS
3.1. Prosedur
Penampang melintang lorong flume tank berbentuk huruf U. Aliran air yang
bergerak dekat dengan ke-3 dinding akan bergesekan dan mengakibatkan kecepatannya
tidak sama dengan aliran air pada bagian tengah lorong. Hal yang sama terjadi pada aliran
air dekat dengan permukaan. Ketinggian permukaan yang tidak stabil akan berpengaruh
pada aliran air di bawahnya.
Lebar dan tinggi lorong flume tank umumnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu
pemanfaatannya harus benar-benar teliti, yaitu dengan menempatkan obyek yang diteliti
tepat pada tempat yang dialiri arus dengan kecepatan yang konstan dan sama pada setiap
bagian. Pada Gambar 3 diperlihatkan penampang flume tank yang digunakan dalam
penentuan tegangan dan bentuk kelengkungan trammel net.
Sebelum menggunakan flume tank, lokasi pengujian harus ditetapkan lebih dahulu.
Persyaratan utamanya adalah mudah diamati dari luar dan aliran arusnya sama dan
konstan pada setiap bagian. Lokasi uji sebaiknya berada pada bagian tengah flume tank
dan tidak dekat dengan ke-4 sisi lorong flume tank. Pada Gambar 4 (a) diilustrasikan
contoh posisi pengukuran distribusi kecepatan arus dalam flume tank. Posisi pengukuran
dihitung dari dasar flume tank setinggi 0,7; 1,2; 1,7; 2,2; 2,7; 3,2; 4,7; 5,2; 5,7; 10,7; 15,7;
20,7; 25,7; 30,7; 35,7; 40,7; 45,7; 50,7; 55,7; 60.7; 65,7; 70,7; 75,7; 80,7; 85,7; 90,7, 95,7;
dan 98,3 cm. Posisi baling-baling current meter paling dalam ditetapkan 0,7 mm di atas
dasar. Angka 7 mm adalah lebar rantai yang menjadi tali ris bawah trammel net yang
diujicoba. Adapun ketinggian maksimum pengukuran 98,3 cm berada 0,2 mm di bawah
permukaan air. Lokasi pengukuran ditetapkan di-3 tempat, yaitu posisi 1, 2, dan 3. Pada
ke-3 posisi ini trammel net nantinya akan diujicoba. Arus yang mengaliri flume tank diatur
hanya pada kecepatan 19,5 cm/detik.

8
3.2. Kecepatan Arus
Pada Gambar 5 diperlihatkan hasil pengukuran sebaran kecepatan arus yang
mengaliri lorong flume tank pada berbagai ketinggian. Arus yang mengalir dekat dengan
dasar flume tank memiliki kecepatan yang berbeda dan lebih rendah dibandingkan dengan
kecepatan arus pada ketinggian lainnya. Daerah yang dialiri air seperti ini disebut sebagai
lapisan batas (boundary layer). Menurut Francis (1958), phenomena ini diakibatkan oleh
pengaruh gesekan antara arus dengan permukaan dasar. Aliran air pada lapisan lainnya
berjalan normal, kecuali pada pada lapisan dekat dengan permukaan. Kecepatan arus
kembali berkurang karena adanya gangguan aliran air pada permukaan yang cenderung
tidak stabil.
Dari ketiga posisi pengukuran, maka kecepatan arus mulai stabil ketika
ketinggiannya sekitar 5 cm dari permukaan dasar flume tank. Sedikit permasalahan adalah
aliran air pada posisi 1 konstan pada kecepatan 20 cm/detik, posisi 2 pada 21 cm/detik,
dan posisi 3 pada 19 cm/detik. Perbedaan ini masih dapat diabaikan, karena selisihnya
sangat kecil, yaitu hanya 1 cm/detik.
Berdasarkan Gambar 5, posisi yang tepat untuk pengujian trammel net adalah pada
posisi ketinggian  5 cm di atas permukaan dasar flume tank. Pada Gambar 4(b)
ditunjukkan meja besi yang diletakkan di dalam flume tank. Permukaan meja
menggantikan fungsi dasar flume tank. Arus yang bergerak dekat dengan permukaan meja
akan terbagi dua, yaitu melalui bagian bawah dan atas permukaan meja. Akibatnya,
pengurangan kecepatan arus yang bergerak dekat dengan permukaan meja tidak terlalu
besar.

9
10 24 20 24 10
0 0 0 0 0

Pengara
h
arus

Lokasi uji

Jendela
620 observas
i
1960 2160

Filter
air

Kincir

Unit : cm
Gambar 3. Flume tank dan dimensinya.
10
(a) Posisi pengukuran kecepatan arus

60

Posisi 2
30
Posisi 1 200
30 200
Posisi 3

(b) Posisi penempatan meja

Current meter

Arus
98,5
51,5 Meja

350
Dasar flume tank
Satuan:
cm

Gambar 4. Posisi pengukuran kecepatan arus dan posisi penempatan meja


di dalam flume tank.

11
100

80

60

40

20 Posisi 1

0
100 0 5 10 15 20 25

80
Tinggi (cm)

60

40

20 Posisi 2

0
100 0 5 10 15 20 25

80

60

40

20 Posisi 3

0
0 5 10 15 20 25
Kecepatan arus (cm/detik)

Gambar 5. Sebaran kecepatan arus pada berbagai ketinggian flume tank.

12
4. GAYA GESEK TALI PEMBERAT

4.1. Prosedur
Tali pemberat trammel net tersusun atas rantai yang memiliki daya tenggelam 1,22
gf/cm. Dimensi 1 mata rantai dijelaskan pada Gambar 6. Selembar plastik dengan ukuran
80 × 8 × 0,3 (cm) dengan daya tenggelam 87 gf dijadikan sebagai kerangka. Gambar 7
mengilustrasikan posisi rantai pada kerangka plastik terhadap arah penarikan untuk
penentuan koefisien gesek (µ). Peralatan pengukur tegangan yang digunakan terdiri atas
sebuah load cell 2 komponen dengan kemampuan pengukuran maksimal 50 kgf, 2
amplifier, dan 2 unit perekam (perekam kertas GRAPHTEC MC-6800 dan perekam
digital TEAC DR-F1).
Penentuan gaya gesek dilakukan di atas permukaan meja besi dengan ketinggian
air 7 cm di atas meja. Untuk menentukan gaya gesek 0o (Fo), posisi rantai sejajar dengan
arah penarikan. Adapun penentuan gaya gesek 90o (F90) dilakukan dengan menempatkan
rantai tegak lurus terhadap arah penarikan. Untuk dapat melakukan penarikan, load cell
dilengkapi dengan batang besi. Ketinggian ujung batang besi dari permukaan meja adalah
1 cm. Ujung batang besi ini dihubungkan dengan kawat penarik kerangka rantai. Jarak
penarikan sejauh 20 cm dan dilakukan berulang-ulang. Pengujian dilakukan terhadap
rantai dengan berat 152, 188, 220, 253, 294, dan 330 gf.

1,88

0,94 0,38 0,26

Satuan: cm

Gambar 6. Dimensi 1 mata rantai..

13
(a) Sejajar
Arah penarikan

(b) Tegak lurus


8

Kawat  = 0,8

Arah penarikan

80

Plastik
Satuan: cm

Gambar 7. Posisi rantai terhadap arah penarikan.

14
4.2. Gaya Gesek
Dua hal yang diabaikan dalam menentukan gaya gesek F, yaitu gaya
hidrodinamika -- yang disebabkan oleh kecepatan relatif antara rantai dan air – dan
kecepatan penarikan. Aliran air hanya menimbulkan pengaruh yang sangat kecil terhadap
tegangan rantai. Adapun kecepatan penarikan tidak memberikan sedikitpun pengaruh
terhadap tegangan, karena gaya gesek lebih disebabkan oleh gesekan antara rantai dan
permukaan dasar.
Gaya gesek rantai seharusnya ditentukan pada berbagai posisi terhadap arah
penarikan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa gaya gesek sangat tergantung pada sudut
yang terbentuk antara rantai dan arah penarikan. Pada kondisi sebenarnya, ketika rantai
ditarik dengan sudut penarikan tertentu, maka posisi setiap elemen rantai berada pada
posisi yang tidak sama. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan hanya menentukan
gaya gesek pada sudut penarikan 0 dan 90o.
Hubungan antara gaya gesek F dan berat W rantai diilustrasikan pada Gambar 8.
Nilai gaya gesek bertambah secara linear sejalan dengan peningkatan berat rantai.
Keduanya digambarkan dengan persamaan F0= 0,39 W dan F90 = 0,44 W. Dari ke-2
persamaan tersebut didapatkan koefisien friksi µo = 0,39 dan µ90 = 0,44. Selanjutnya,
gaya gesek F dapat dihitung berdasarkan kedua koefisien friksi tersebut dengan
menggunakan persamaan:

F= µ90 sin2 + µo cos2.

15
150

F90 = 0,44 W
Gaya gesek F (gf)

100

F0= 0,39 W
50

0
0 100 200 300 400
Berat W (gf)

Gambar 8. Hubungan antara berat rantai dan gaya gesek.

16
5. TAHANAN HIDRODINAMIKA JARING

5.1. Prosedur
Gambar 9 menunjukkan jaring yang sudah terpasang pada kerangka dan posisi
pengukurannya terhadap arah arus. Kerangka atas terbuat dari papan berukuran 143 × 15
× 1,5 (cm), sedangkan kerangka samping masing-masing terbuat dari papan berbentuk
sayap pesawat terbang model NACA 001 dengan panjang 91 cm, lebar 9 cm dan tebal
terbesar 0,9 cm.
Jaring yang diuji -- nantinya dijadikan sebagai pembentuk model trammel net --
memiliki ukuran 120 × 46,5 (cm). Pada beberapa bagian jaring dihubungkan ke papan
kerangka dengan benang jahit. Jaring yang digunakan terbuat dari benang multifilament
PA 210D/2, diameter benang 0,385 mm, tipe simpul Weaver’s knot, ukuran mata 16,4 cm,
dan rasio penggantungan primer 29,3%.
Pada awalnya kerangka ditenggelamkan hingga mencapai 65 cm di bawah
permukaan air dengan sudut hadang  = 90o. Selanjutnya jaring dialiri arus dengan
kecepatan 13, 18, 23, 28, 34, 38, 44, dan 48 cm/detik. Pada ulangan kedua, jaring dialiri
arus dengan kecepatan 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, dan 50 cm/detik. Pengujian dilanjutkan
dengan sudut hadang  = 67,5; 45; 22,5; dan 0o. Terakhir, kerja yang sama dilakukan
terhadap kerangka tanpa jaring dengan sudut hadang  = 0 dan 90o. Tegangan yang
ditimbulkan oleh arus pada berbagai kecepatan direkam.

5.2. Drag FDn dan Lift FLn Jaring


Tahanan hidrodinamika yang mengenai jaring terdiri atas drag FDn dan lift FLn.
Studi yang mempelajari hubungan antara tahanan jaring terhadap aliran air sebelumnya
telah dipelajari oleh Miyatake (1927), Miyamoto et. al, (1952) Miyamoto & Nomura
(1953). Tauti (1934) menyebutkan bahwa tahanan atau drag adalah komponen gaya
tahanan jaring pada posisinya. Definisi ini mungkin dimaksudkan untuk tahanan jaring
yang posisinya tegak lurus terhadap arah arus, yaitu drag. Selain itu masih ada lagi lift
yang arahnya tegak lurus drag.

17
Nilai drag dan lift sangat tergantung pada sudut hadang  antara bidang jaring
dengan arah arus. Persamaan yang menggambarkan hubungan antara kecepatan arus V
dengan drag FDn dan lift FLn dari kerangka dan jaring dituliskan pada Tabel 2. Pada Tabel
3 dijelaskan hubungan antara kecepatan arus V dengan drag FDn dan lift FLn dari kerangka
tanpa jaring. Drag dan lift akan meningkat dengan bertambahnya kecepatan arus V.
Pada pengukuran drag, baik untuk kerangka maupun untuk kerangka berikut
jaringnya, pada sudut hadang 0 dan 90o ternyata menghasilkan juga lift. Ini mungkin
disebabkan oleh kesalahan rancangan kerangka dan pemasangan jaring ke kerangka.
Posisi jaring pada kerangka seharusnya dalam kondisi tegang dan tidak ada sedikitpun
kekenduran. Solusinya dengan mengaitkan simpul-simpul yang berada pada sisi jaring ke
kerangka. Inipun sebenarnya sangat sulit, karena kerangka hanya memiliki 3 sisi. Apalagi
jaring memiliki elastisitas yang akan menyebabkan lebar jaring akan bertambah ketika
dialiri arus.

Tabel 2. Persamaan drag FDn dan lift FLn jaring dan kerangka pada berbagai
sudut hadang .

 Drag Lift
No.
(o) FDn FLn

1. 0 0,61 V1,55 0,082 V1,95


2. 22,5 1,25 V1,64 0,100 V2,10
3. 45 1,46 V1,66 0,243 V1,97
4. 67,5 2,32 V1,61 0,911 V1,79
5. 90 1,99 V1,64 0,106 V2,10

Tabel 3. Persamaan drag FDn dan lift FLn kerangka tanpa jaring dengan sudut
hadang  = 0 dan 90o.

 Drag Lift
No.
(o) FDn FLn

1. 0 0,071 V1,66 0,0094 V2,51


2. 90 0,108 V1,69 0,0184 V2,51

18
15
143

65

91

46,5

120
Satuan: cm


Arus

Gambar 9. Ilustrasi penempatan jaring pada kerangka, dimensi kerangka


dan posisi jaring terhadap arus.

19
(1). Drag FDn
Perhitungan diawali dengan memplotkan nilai-nilai yang didapatkan dari hasil
eksperimen menggunakan persamaan-persamaan yang tertulis pada Tabel 2 pada
kecepatan arus 10, 20, 30, 40, dan 50 cm/detik. Selanjutnya, dari titik-titik koordinat
tersebut dibuat garis yang melewatinya. Gambar 10 menjelaskan perbandingan antara
drag FDn hasil perhitungan dan eksperimen. Tabel 4 menerangkan persamaan-persamaan
drag FDn yang didapatkan dari hasil perhitungan.

Tabel 4. Persamaan drag FDn yang didapatkan dari


perhitungan

V Drag
No.
(cm/detik) FDn
1. 10 -0,0089 ( - 90)2 + 90,0
2. 20 -0,0279 ( - 90)2 + 278,7
3. 30 -0,0543 ( - 90)2 + 540.2
4. 40 -0,0870 ( - 90)2 + 863,7
5. 50 -0,1260 ( - 90)2 + 1243,2

Persamaan-persamaan yang tertulis pada Tabel 4 disederhanakan menjadi:

FDn = - a ( -90)2 + b

Hubungan antara kecepatan arus V dengan nilai a dan b diilustrasikan pada Gambar 11
dan Gambar 12. Dua persamaan yang didapatkan adalah:

a = 0,000205 V 1,64 dan


b = 2,11 V 1,63 .
Oleh karena itu, persamaan untuk menghitung drag FDn menjadi:

FDn = - 0,000205 V 1,64 ( -90)2 + 2,11 V 1,63

20
1500
Perhitungan V = 50
Eksperimen cm/detik

1000 V = 40
Drag FDn (gf)

cm/detik

V = 30
cm/detik
500
V = 20
cm/detik
V = 10
cm/detik
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Sudut hadang  ( )
o

Gambar 10. Perbandingan antara drag FDn hasil perhitungan dan


eksperimen.

(2). Lift FLn


Sama dengan perhitungan drag FDn, mula-mula data-data lift FLn yang didapatkan
dari hasil eksperimen diplotkan. Kecepatan arus ditentukan 10, 20, 30, 40 dan 50 cm/detik.
Selanjutnya persamaan baru atau persamaan perhitungan ditentukan. Pada Gambar 13
diperlihatkan perbandingan antara nilai lift hasil eksperimen dan perhitungan. Nilai lift
pada sudut hadang  = 0 dan 90o dianggap bernilai 0.
Berdasarkan Gambar 13, ada 3 persamaan garis berdasarkan interval sudut hadang
 dan jika disederhanakan menjadi:

FLn = a1 0o    45o

FLn = a2 + b2 45o    67,5o

FLn = -a3 + b3 67,5o    90o

21
Ke-3 persamaan jika dituliskan secara lengkap menjadi:

0,243𝑉 1,97 0o    45o


𝐹𝐿𝑛 = 𝛼
45

0,911𝑉1,79 − 0,243𝑉1,97 45o    67,5o


𝐹𝐿𝑛 = (𝛼 − 45) + 0,243𝑉1,97
22,5

0,911𝑉1,79 67,5o    90o


𝐹𝐿𝑛 = − (𝛼 − 67,5) + 0,911𝑉1,79
22,5

0,15

a = 0,000205 V 1.64
0,1
a

0,05

0
0 10 20 30 40 50
Kecepatan arus V (cm/detik)

Gambar 11. Nilai a yang diplotkan sebagai fungsi kecepatan arus V.

22
1400
1200
1000 b = 2,11 V 1.63

800
b

600
400
200
0
0 10 20 30 40 50
Kecepatan arus V (cm/detik)

Gambar 12. Nilai b yang diplotkan sebagai fungsi kecepatan arus V.

1200

1000

800
Lift FLn (gf)

600

400

200

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Sudut hadang  (o)

Gambar 13. Perbandingan antara lift FLn hasil perhitungan dan


pengujian pada kecepatan arus V = 10, 20, 30, 40, dan
50 cm/detik.

23
6. TAHANAN HIDRODINAMIKA TALI
PELAMPUNG
6.1. Prosedur
Tali pelampung tersusun atas 12 pelampung berbentuk tabung terbuat dar karet
sintetis. Seluruh pelampung digabungkan dengan bantuan seutas benang jahit. Jarak antar
pelampung tersebut sejauh 2,20 cm. Total berat tali pelampung mencapai 424,55 gf.
Dimensi satu pelampung dijelaskan pada Gambar 14.

7,60
cm

0,6 2,94 3,65


cm cm cm

Satuan: cm

Gambar 14. Bentuk dan Dimensi pelampung.

Sebuah papan digunakan sebagai kerangka tali pelampung. Ke-12 pelampung


dihubungkan ke papan dengan batang besi. Pelampung ditenggelamkan pada kedalaman
36% (1,33 cm), 50% (1,83 cm), 64% (2,33 cm) dan 100% (3,65 cm). Papan segi 6
diletakkan dibagian atasnya sebagai tempat menaruh load cell (Gambar 15).
Kecepatan arus dimonitor dengan current meter, sedangkan drag dan lift direkam
oleh 2 unit perekam. Dua load cell digunakan untuk mengukur tegangan pada kedua ujung
tali pelampung. Pengukuran drag dan lift dilakukan pada sudut hadang  = 0o, 15o, 30o,
45o, 60o, 75o, dan 90o. Kecepatan arusnya antara 10 cm/detik sampai dengan 50 cm/detik.

24
125

9,5

9,7

4,5

Arus

Satuan: cm

Gambar 15. Posisi tali pelampung pada kerangka dan arah rotasi
untuk membentuk sudut hadang  terhadap arus.

25
6.2. Drag FDf dan Lift FLf Tali Pelampung
Gambar 16 memperlihatkan drag FDf dan lift FLf yang bekerja pada sebuah tali
pelampung akibat dialiri oleh arus. Besar gaya-gaya ini tergantung pada sudut hadang ,
kecepatan arus V dan kedalaman pelampung. Sudut hadang  adalah posisi setiap bagian
yang terdapat di sepanjang tali pelampung terhadap arah arus. Arah drag dan lift adalah
tegak lurus antara satu dengan lainnya.

FDf

𝝅
𝜶= +𝜽
𝟐

FLf

Gambar 16. Drag FDf dan lift FLf yang bekerja pada tali pelampung.

Dari hasil pengukuran didapatkan beberapa persamaan yang menerangkan


hubungan antara kecepatan arus V dengan drag FDf dan lift FLf (Tabel 5 dan 6).

26
Tabel 5. Persamaan drag FDf pada setiap penenggelaman.

Drag
No. Sudut 
36% 50% 64% 100%
1. 0o 0,0024 V2,16 0,0030 V2,18 0,0033 V2,24 0,0033 V2,24
2. 15o 0,0088 V1,91 0,0343 V1,63 0,0221 V1,85 0,0674 V1,71
3. 30o 0,0171 V1,90 0,0368 V1,85 0,0573 V1,82 0,1240 V1,77
4. 45o 0,0345 V1,85 0,0780 V1,82 0,1750 V1,71 0,1320 V1,89
5. 60o 0,0860 V1,70 0,1630 V1,71 0,3160 V1,65 0,2010 V1,92
6. 75o 0,1080 V1,70 0,1750 V1,73 0,4910 V1,59 0,2280 V1,94
7. 90o 0,0582V1,86 0,1050V1,89 0,3090V1,72 0,1540V2,05

Tabel 6. Persamaan lift FLf pada setiap penenggelaman.

Lift
No. Sudut 
36% 50% 64% 100%

1. 0o - - - -
2. 15o 0,0007 V2,28 0,0098 V1,78 0,0158 V1,73 0,0027 V2,41
3. 30o 0,0019 V2,30 0,0240 V1,86 0,0570 V1,70 0,0860 V1,85
4. 45o 0,0184 V1,87 0,0450 V1,84 0,1170 V1,69 0,1340 V1,81
5. 60o 0,0376 V1,73 0,1370 V1,53 0,1970 V1,57 0,0173 V1,75
6. 75o 0,0682 V1,47 0,2070 V1,24 0,3700 V1,24 0,3610 V1,43
7. 90o - - - -

(1). Drag FDf


Miyazaki (1964) menuliskan formula yang dapat digunakan untuk menghitung drag.
Formula tersebut adalah :

𝐹𝐷𝑓 = 𝐹𝐷𝑓90 𝑠𝑖𝑛2  + 𝐹𝐷𝑓0 𝑐𝑜𝑠 2 .

Secara teoritis, besarnya nilai b dari persamaan yang didapat dari hasil penelitian
FDf = aVb untuk sudut hadang  yang sama adalah hampir sama. Sementara nilai a akan
menjadi lebih besar sejalan dengan bertambahnya penenggelaman pelampung dan sudut
hadang. Berdasarkan hasil penelitian, nilai b untuk  = 0 dan 90o bervariasi. Oleh karena
itu, keduanya harus diseragamkan dengan cara mengkonversi nilai a pada kecepatan arus
30 cm/detik. Persamaan yang baru dituliskan sebagai berikut.

27
𝐹𝐷𝑓0 = 𝑎𝐷0 𝑉 2.30; dan

𝐹𝐷𝑓90 = 𝑎𝐷90 𝑉 1,88

Konstanta aD0 dan aD90 adalah nilai a untuk persamaan-persamaan yang didapatkan ketika
sudut hadang  = 0 dan 90o. Seluruh persamaan yang baru dituliskan pada Tabel 7.
Gambar 17 dan 18 menjelaskan hubungan antara persentase penenggelaman Ps dengan
aD0 dan aD90. Nilai aD0 dan aD90 didasarkan atas persamaan di atas. Datanya tertulis pada
Tabel 7. Dua persamaan yang dihasilkannya adalah:

𝑎𝐷0 = 0,000044 𝑃𝑠 + 0,000664; dan

𝑎𝐷90 = 0,00343 𝑃𝑠 − 0,0601.

Tabel 7. Persamaan drag FDf untuk sudut hadang  = 0o


(FDf0) dan 90o (FDf90) pada setiap persentase
penenggelaman Ps.

No. Ps FDf0 FDf90


2,20
1. 36% 0,00214 V 0,0544 V1,88
2. 50% 0,00278 V2,20 0,1090 V1,88
3. 64% 0,00380 V2,20 0,1790 V1,88
4. 100% 0,00495 V2,20 0,2750V1,88

28
0,006

0,005 aD0 = 0,000044 Ps + 0,000664


R² = 0,979
0,004
aD0
0,003

0,002

0,001

0
0 50 100
Persentase penenggelaman Ps (%)

Gambar 17. Hubungan antara persentase penenggelaman Ps


dengan aD0.

0,3

0,25
aD90 = 0,00343 Ps - 0,0601
0,2 R² = 0,988
aD90

0,15

0,1

0,05

0
0 50 100
Persentase penenggelaman Ps (%)

Gambar 18. Hubungan antara persentase penenggelaman Ps


dengan aD90.

29
(2). Lift FLf
Besarnya nilai b pada persamaan yang didapat dari penelitian harus diseragamkan
antara satu dengan lainnya. Selanjutnya, karena persentase penenggelaman pelampung Ps
50% dijadikan sebagai acuan pada penentuan nilai lift, maka nilai aL dari ke-4 persentase
penenggelaman harus dibagi dengan nilai aL pada penenggelaman 50% (aL50). Kedua nilai
tersebut dituliskan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Nilai aL dan bL yang baru setelah nilai bL diseragamkan


pada kecepatan arus 30 cm/detik.

No. Ps aL bL aL/ aL50


1 36% 0,00153 2,05 0,39
0,00668 1,93 0,35
0,02330 1,80 0,45
0,04930 1,65 0,54
0,10300 1,35 0,73
2. 50% 0,00391 2,05 1,00
0,01900 1,93 1,00
0,05160 1,80 1,00
0,09110 1,65 1,00
0,14200 1,35 1,00
3. 64% 0,00532 2,05 1,36
0,02610 1,93 1,37
0,08050 1,80 1,56
0,15100 1,65 1,65
0,25500 1,35 1,80
4. 100% 0,00919 2,05 2,35
0,06550 1,93 3,45
0,13900 1,80 2,69
0,24300 1,65 2,67
0,47400 1,35 3,34

30
Persamaan lift FLf yang didapat dari hasil penelitian adalah:
FLf15 = 0,0039 V 2,05  = 15o
FLf30 = 0,0190 V 1,93  = 30o
FLf45 = 0,0516 V 1,80  = 45o
FLf60 = 0,0911 V 1,65  = 60o
FLf75 = 0,1420 V 1,35  = 75o

Adapun hubungan antara aL/aL50 dan persentase penenggelaman Ps dijelaskan pada


Gambar 19. Persamaan yang didapatkan adalah:

𝑎𝐿 ⁄𝑎𝐿50 = 0,0341 𝑃𝑠 − 0,686.

3
aL/aL50 = 0,0341 Ps - 0,686
R² = 0,992
Rasio aL/aL50

0
20 40 60 80 100
Persentase penenggelaman Ps (%)

Gambar 19. Hubungan antara persentase penenggelaman Ps dengan


rasio aL/aL50.

Dari grafik yang menggambarkan hubungan antara sudut hadang dan nilai lift yang
didapat dari penelitian pada kondisi kecepatan arus 10, 20, 30, 40, dan 50 cm/detik,
selanjutnya sudut maksimum s ditentukan. Sudut ini diukur pada suatu posisi ketika nilai

31
lift mencapai maksimum ketika tali pelampung dialiri arus dengan kecepatan yang telah
ditentukan. Besarnya sudut s dituliskan pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai aL dan bL yang baru setelah nilai bL diseragamkan


pada kecepatan arus 30 cm/detik.

No.
V arus s Rata-
(cm/det) 36% 50% 64% 100% rata
1 10 59 58 61 63 62
2 20 58 57 50 60 58
3 30 56 55 50 57 56,5
4 40 55 54 50 55 55
5 50 55 53 50 52 53,5
6 60 54 52 50 50 52

Perubahan sudut s hanya tergantung pada kecepatan arus dan tidak pada persentase
penenggelaman Ps. Hubungan antara sudut s dan kecepatan arus V disajikan pada
Gambar 20. Hubungan keduanya dituliskan dalam bentuk rumus berikut.

𝛼𝑠 = 61,3 − 0,157 𝑉.

Sudut s sangat diperlukan untuk menghitung nilai lift FLf secara teoritis dengan
menggunakan persamaan berikut.

90
𝐹𝐿𝑓 = 𝐹𝐿𝑓𝑚𝑎𝑥 (𝑠𝑖𝑛 𝛼 − 𝛼)2,5 untuk 0    s dan
𝑠

90
𝐹𝐿𝑓 = 𝐹𝐿𝑓𝑚𝑎𝑥 (𝑐𝑜𝑠 90−𝛼 (𝛼 − 𝛼𝑠 ))1,5 untuk s    90.
𝑠

Penyederhanaan kedua rumus tersebut menjadi sebagai berikut.

𝐹𝐿𝑓 = 𝑎𝐿 𝑉 𝑏𝐿 .

Hubungan antara aL dan sudut maksimum s dijabarkan pada Gambar 21.


Persamaan yang didapatkan dari persentase penenggelaman Ps 50% antara sudut hadang
 = 45o dan 60o adalah sebagai berikut.

32
𝑎𝐿 = 0.00263𝛼𝑠 − 0,0667.

Gambar 22 menjelaskan hubungan antara sudut hadang  dan bL pada persentase


penenggelaman Ps 50%. Persamaan yang menggambarkan hubungan sudut s antara 45
– 60o dengan bL dijelaskan oleh persamaan berikut.

𝑏𝐿 = 2,25 − 0,0100𝛼𝑠 .

62

60
Sudut maksimum s

58

56
s = -0,157 V + 61,3
54 R² = 0.953
52

50
0 10 20 30 40 50 60
Kecepatan arus V (cm/detik)

Gambar 20. Hubungan antara kecepatan arus V dengan sudut


maksimum s.

33
0,5
36%
50%
64%
0,4 100%

0,3

aL = 0,00263 s -- 0,0667
aL

0,2

Kisaran sudut

0,1

0
0 15 30 45 60 75
s 52 62

Gambar 21. Hubungan antara sudut maksimum s dengan aL.

34
2,2

2,1

2 bL = 2,25 - 0,0100 s
1,9

1,8

1,7
bL

1,6

1,5 Kisaran sudut



1,4

1,3

1,2

1,1

1
0 15 30 45 60 75 90

Gambar 22. Hubungan antara sudut  dengan bL.

35
7. TEGANGAN DAN BENTUK KELENGKUNGAN
MODEL TRAMMEL NET
7.1. Prosedur
Model trammel net yang digunakan hanya terdiri atas 1 lembar jaring berbentuk
persegi panjang. Bagian atas dilengkapi dengan pelampung, sedangkan bagian bawah
diberi pemberat berupa rantai. Model trammel net dan dimensinya ditunjukkan pada
Gambar 23. Adapun deskripsinya dituliskan pada Tabel 10.
Sebelum dilakukan pengujian, kerangka yang terbuat dari 2 bilah papan yang
terpisah jarak 140 cm diletakkan di atas rel flume tank setinggi 10 cm dari permukaan air.
Kedua papan dilengkapi dengan 3 pengait. Masing-masing dihubungkan dengan benang
karet, sehingga membentuk suatu kerangka segitiga siku-siku dengan panjang alas dan
tingginya masing-masing 120 cm.
Benang karet yang sejajar dengan arah arus nantinya dijadikan sebagai sumbu y dan
lainnya sumbu x, ketika dilakukan penggambaran bentuk kelengkungan model trammel
net. Benang karet yang menjadi bagian sisi miring segitiga diberi tanda pada setiap
panjang 20 cm sebagai titik pengukuran tegangan sekaligus bentuk kelengkungan model
trammel net. Lorong air yang menjadi tempat pengukuran tegangan dan bentuk
kelengkungan model trammel net berukuran 15 × 2 × 1,20 (m) dengan ketinggian air 100
cm.
Sebuah load cell 2 komponen (Fx, Fy) dengan kapasistas pengukuran maksimum
20 kgf diletakkan di bawah papan pada koordinat (0,0). Load cell dilengkapi kait yang
menghubungkannya dengan ujung tali pelampung model trammel net. Tegangan yang
terukur pada load cell ini disebut sebagai T2. Load cell lainnya dengan 1 komponen (Fx)
berkapasitas pengukuran 5 kgf ditempatkan di atas lori. Load cell ini juga memiliki
pengait dan dihubungkan dengan salah satu ujung tali pelampung model trammel net.
Tegangan yang terukur pada load cell ini disebut T1. Ujung tali ris ini disebut sebagai
ujung bergerak. Kedua load cell terhubung dengan 2 perekam tegangan.
Lori dibentuk oleh satu lembar papan berukuran 10 × 16 × 1 (cm) dan selembar
plastik 20 × 19,5 × 1 (cm). Keduanya dihubungkan dengan 2 batang besi berdiameter 1
cm dan panjang 20 cm. Lori dijalankan di atas sepasang rel yang dipasang sejajar dengan

36
sisi miring segitiga. Untuk menggerakkan lori, sebuah mesin penarik diletakkan pada titik
akhir sumbu x.
Untuk mengukur kuat arus digunakan current meter yang diletakkan sekitar 50 cm
di belakang bagian tengah kerangka. Alat ini dihubungkan dengan layar monitor dan 2
unit perekam.
Pada bagian atas kerangka di ketinggian 3 m ditempatkan kamera. Fokus kamera
hanya mencakup luasan kerangka segitiga. Sakelar kamera disatukan dengan saklar
penanda pada alat perekam. Susunan peralatan untuk menentukan tegangan dan bentuk
kelengkungan tali pelampung dijelaskan pada Gambar 24.
Pengujian diawali dengan menentukan tegangan dan bentuk kelengkungan model
trammel net akibat pengaruh arus. Ujung bergerak tali pelampung diposisikan pada titik
2 yang berjarak 20 cm dari ujung sumbu y atau titik koordinat (0,120). Pada posisi ini,
tegangan awal T1 dan T2 model trammel net diukur. Tahapan selanjutnya, arus dialirkan.
Jika bentuk kelengkungan dan kecepatan arus berada dalam keadaan tetap dan stabil,
maka dilakukan perekaman data secara bersamaan. Tegangan diukur dengan load cell,
bentuk kelengkungan direkam oleh kamera dan kecepatan arus direkam oleh current
meter. Selanjutnya, ujung bergerak tali pelampung diposisikan pada titik-titik pengukuran
3-8. Pada setiap titik pengukuran dilakukan kerja yang sama dengan sebelumnya.
Penelitian dilakukan pada kecepatan arus 19,5 cm/detik.
Untuk menentukan tegangan dan bentuk kelengkungan model trammel net karena
pengaruh penarikan, maka kondisi air di dalam flume tank harus tenang. Lori diposisikan
pada ujung sumbu y. Sebelum lori ditarik, tegangan awal T1 dan T2 direkam. Saat lori
bergerak melewati titik-titik pengukuran 2-8 di sepanjang sisi miring kerangka segitiga,
gambar bentuk kelengkungan model trammel net direkam, tegangan dan kecepatan arus
direkam. Kecepatan penarikan lori adalah 17,7 cm/detik.
Bentuk-bentuk kelengkungan yang didapat dari hasil pemotretan digambar ulang
di atas kertas. Selanjutnya garis lintasan digambarkan. Garis ini melalui bagian tengah
pelampung yang sama pada setiap bentuk kelengkungan. Upaya ini dimaksudkan untuk
memudahkan pengukuran sudut tegangan, sudut bergerak  dan kecepatan pergerakan V
setiap pelampung. Hubungan antara sudut  dengan sudut  dan V dituliskan pada 2
gambar terpisah.

37
Penentuan tegangan dan bentuk kelengkungan model trammel net karena
pengaruh arus dan penarikan merupakan kombinasi dari 2 penelitian sebelumnya.
Penelitian dilakukan pada kecepatan arus 17,9 cm/detik dan kecepatan penarikan load cell
18,2 cm/detik.

Tabel 10. Deskripsi model trammel net.

No. Uraian Keterangan

Jaring
1. Bahan Multifilament PA 210D/2
2. Jenis simpul Weaver’s knot
3. Ukuran mata (mm) 16,4
4. Diameter benang (mm) 0,385
5. Daya tenggelam (gf) 1,8
6. Rasio penggantungan primer (%) 29,3
7. Panjang (mata)
- Sisi atas 111
- Sisi bawah 111
Tali ris
1. Bahan Braided multifilament PA
2. Panjang tali ris atas (cm) 120
3. Panjang tali ris bawah (cm) 120
4. Panjang tali sisi (cm) 46,5
Tali pelampungPelampung
1. Bahan pelampung Karet sintetis
2. Jumlah 12
3. Bahan tali pelampung Kapas
4. Panjang tali pelampung (cm) 120
5. Daya tenggelam per satuan panjang (gf/cm) 7,11
Rantai
1 Bahan Besi
2 Panjang (cm) 120
3 Daya tenggelam per satuan panjang (gf/cm) 1,22

38
120 cm

46,5 cm

Gambar 23. Konstruksi model trammel net.

7.2. Tegangan dan Bentuk Kelengkungan


Gambar 25 menjelaskan perkiraan bentuk model trammel net akibat pengaruh arus,
penarikan, dan kombinasi keduanya. Posisi awal model trammel net adalah sejajar dengan
sumbu y dari suatu sistem koordinat empat persegi panjang. Sistem koordinat yang
bergerak (X,Y) dengan titik pusat O’(xa,ya) terletak pada puncak kelengkungan. Elemen
dS pada sembarang titik di sepanjang badan model trammel net dalam kondisi
keseimbangan dibawah pengaruh 1. Tegangan T dan T+dT, 2. drag Fd, dan lift FL. Sudut
tegangan  memiliki nilai negatif jika terletak pada sisi kiri kelengkungan. Sudut ini
dinyatakan sebagai 1 dan 2 yang berada pada ujung sisi kiri dan kanan kelengkungan
atau ujung tali pelampung yang tetap dan ujung lainnya yang dapat digerakkan.
Berdasarkan bentuk kelengkungan model trammel net, perhitungan untuk menentukan
tegangan dan bentuk kelengkungan pada sisi kiri dan kanan puncak kelengkungan dapat
dilakukan.

39
Flume tank

Papan

Rel Rel flume tank

Lori +
load cell

Tali penarik
Model tali
Penampang atas
lentur
model trammel net

Benang karet
Pengait

Current
Load meter
Motor
cell
penarik

Arah arus

Gambar 24. Susunan peralatan untuk menentukan tegangan dan bentuk


kelengkungan model trammel net akibat dialiri arus, penarikan,
dan kombinasi keduanya.

40
y

O (xa,ya)
X

M
S(+) S(+)
1(+)

2(-) 45o
x
0 B

Gambar 25. Perkiraan bentuk kelengkungan model trammel net yang


diakibatkan oleh arus, penarikan dan kombinasi keduanya.

41
(1). Pengaruh arus
(a). Pemecahan sisi kiri puncak kelengkungan (Gambar 26a)
Keseimbangan gaya-gaya dan geometri elemen dS dijelaskan oleh persamaan
berikut.

(𝑇 + 𝑑𝑇) 𝑐𝑜𝑠 𝑑𝜃 + (𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 ) cos 𝜃 𝑑𝑆 = 𝑇 − (𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) sin 𝜃 𝑑𝑆 dan 1


(𝑇 + 𝑑𝑇) 𝑠𝑖𝑛 𝑑𝜃 = −(𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 )𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑑𝑆 + (𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) cos 𝜃 𝑑𝑆. 2
FDf dan FLf masing-masing adalah drag dan lift per satuan panjang tali pelampung. Adapun
FDn dan FLn adalah drag dan lift per satuan panjang jaring. Diketahui bahwa:
𝑑𝑋
= 𝑐𝑜𝑠 𝜃 dan 3
𝑑𝑆
𝑑𝑌
= −𝑠𝑖𝑛 𝜃. 4
𝑑𝑆

Mengingat d sangat kecil, maka persamaan 1 dan 2 menjadi:


𝑑𝑇
= −(𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) 𝑠𝑖𝑛 𝜃 − (𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 ) cos 𝜃 dan 5
𝑑𝑆
𝑑𝜃
𝑇 𝑑𝑆 = (𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) cos 𝜃 − (𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 ) 𝑠𝑖𝑛 𝜃. 6

Pembagian antara persamaan 5 dengan 6 akan menghasilkan persamaan berikut.

𝑑𝑇 (𝐹 +𝐹𝐷𝑛 ) sin 𝜃+ (𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 𝜃


= − (𝐹𝐷𝑓 +𝐹 𝑑𝜃. 7
𝑇 𝐷𝑓 𝐷𝑛 ) cos 𝜃− (𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 𝜃

Integrasi persamaan 7 pada kondisi T = To pada  = 0o akan menghasilkan persamaan


berikut.

𝜃(𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) sin 𝜃+(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 𝜃


∫𝑜 (𝐹 𝑑𝜃 8
𝑇 = 𝑇𝑜 𝑒 𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) cos 𝜃−(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 𝜃 .

Substitusi persamaan 8 ke 6 menghasilkan persamaan:.

𝜃(𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) sin 𝜃+(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 𝜃


∫𝑜 (𝐹 +𝐹 𝑑𝜃
𝑇𝑜 𝑒 𝐷𝑓 𝐷𝑛 )𝑐𝑜𝑠 𝜃 −(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 𝜃
𝑑𝑆 = 𝑑𝜃. 9
(𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) cos 𝜃−(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 𝜃.

Selanjutnya, substitusi persamaan 9 kedalam persamaan 7-3 dan 4 mengakibatkan


persamaannya menjadi:

42
𝜃(𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) sin 𝜃+(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 𝜃
∫𝑜 (𝐹 +𝐹 𝑑𝜃
𝑇𝑜 𝑒 𝐷𝑓 𝐷𝑛 )cos 𝜃 −(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 𝜃
𝑑𝑋 = cos 𝜃 𝑑𝜃 dan 10
(𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) cos 𝜃−(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) 𝑠𝑖𝑛 𝜃

𝜃(𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) sin 𝜃+(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 𝜃


∫𝑜 (𝐹 +𝐹 )cos 𝜃 −(𝐹 +𝐹 ) sin 𝜃 𝑑𝜃
𝑇𝑜 𝑒 𝐷𝑓 𝐷𝑛 𝐿𝑓 𝐿𝑛
11
𝑑𝑌 = sin 𝜃 𝑑𝜃.
(𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) cos 𝜃 − (𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 ) sin 𝜃

Terakhir didapatkan 2 persamaan berikut.


𝑥 = 𝑥𝑎 + 𝑋 dan 12
𝑦 = 𝑥𝑎 + 𝑌. 13

(b). Pemecahan sisi kanan puncak kelengkungan (Gambar 26b)


Kondisi keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada elemen dS dijelaskan sebagai
berikut.
𝑇 + (𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 )𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑑𝑆 = (𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 )𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝑑𝑆 + (𝑇 + 𝑑𝑇) cos 𝑑𝜃 dan 14
(𝑇 + 𝑑𝑇) 𝑠𝑖𝑛 𝑑𝜃 = (𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 )𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑑𝑆 + (𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) cos 𝜃 𝑑𝑆. 15
Mengingat T = To untuk  = 0, maka sebagai akibatnya:
𝑑𝑇
= (𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) 𝑠𝑖𝑛 𝜃 − (𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 ) cos 𝜃 dan 16
𝑑𝑆
𝑑𝜃
𝑇 𝑑𝑆 = (𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) cos 𝜃 + (𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 ) 𝑠𝑖𝑛 𝜃. 17

Pembagian antara persamaan 16 dengan 17 memberikan hasil berikut:

𝑑𝑇 (𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) sin 𝜃− (𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 𝜃


= 𝑑𝜃. 19
𝑇 (𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) cos 𝜃+ (𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 𝜃

Integrasi persamaan 18 akan menghasilkan persamaan:

𝜃(𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) sin 𝜃−(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 𝜃


∫𝑜 (𝐹 +𝐹 ) cos 𝜃+(𝐹 +𝐹 ) sin 𝜃 𝑑𝜃 20
𝑇 = 𝑇𝑜 𝑒 𝐷𝑓 𝐷𝑛 𝐿𝑓 𝐿𝑛 .

Substitusi persamaan 20 kedalam persamaan 17 mengakibatkan:

𝜃(𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) sin 𝜃−(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 𝜃


∫𝑜 (𝐹 +𝐹 𝑑𝜃
𝑇𝑜 𝑒 𝐷𝑓 𝐷𝑛 ) cos 𝜃+(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 𝜃
𝑑𝑆 = . 21
(𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) cos 𝜃+(𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 𝜃.

43
Substitusi persamaan 21 kedalam persamaan 3 dan 4 akan menghasilkan dX dan dY.
Selanjutnya, nilai x dan y dapat ditentukan dengan persamaan 12 dan 13.
Koordinat kelengkungan dan tegangan pada kedua ujung tali pelampung model
trammel net dapat dihitung secara numerik setiap  = 0,1o dengan persentase
penenggelaman pelampung ditetapkan 50%. Perhitungan didasarkan atas persamaan 3
sampai dengan persamaan 21. Tegangan T1 didapatkan dari persamaan berikut.
𝑇1 = 𝑇𝑒 / cos(𝛼 − 𝜃1 ). 22
Te adalah tegangan yang diperoleh dari penelitian.
Titik-titik koordinat yang didapatkan dari hasil perhitungan diplotkan pada kertas
grafik. Kemudian, hasilnya dibandingkan dengan bentuk kelengkungan model trammel
net yang didapat dari penelitian. Selama penelitian, tali pelampung tidak mengalami
perpanjangan yang berarti. Kondisi ini dijadikan sebagai alasan kenapa sudut 2 dianggap
konstan pada berbagai kecepatan arus.
Penentuan tegangan dan bentuk tali ris pelampung model trammel net ternyata
hanya dapat dilakukan mulai dari titik 4. Bentuk kelengkungan model trammel net ketika
ujung bergeraknya berada pada titik 2 dan 3 sangat tidak stabil. Pelampung model trammel
net yang berada dekat dengan puncak kelengkungan selalu bergerak turun-naik.
Akibatnya, perekaman data sangat sulit dilakukan. Gambar 27 menjelaskan tegangan T1
model trammel net yang didapat dari eksperimen dan perhitungan. Gambar 28
mengilustrasikan bentuk kelengkungan model trammel net. Tegangan dan bentuk
kelengkungan yang didapat dari penelitian relatif sama dengan bentuk kelengkungan yang
dihasilkan dari perhitungan. Dengan demikian, bentuk kelengkungan model trammel net
yang dialiri arus dapat diperkirakan dengan perhitungan matematis.

44
a. Sisi kiri

FD
 /2+

 (-)
FL
dS
d

T + dT

b. Sisi kanan

FD
/2-
T

FL
dS  (+)
d

T + dT

Gambar 26. Gaya-gaya yang bekerja pada elemen dS model


trammel net akibat dialiri oleh arus.

45
150

100
Tegangan T2 (gf)

50

Perhitungan
Eksperimen

0
4 5 6 7 8
Titik pengukuran

Gambar 27. Perbandingan antara tegangan T1 model trammel net yang


didapat dari eksperimen dan perhitungan pada kecepatan
arus 19,5 cm/detik.

46
120

110

100

90

80

70
Jarak y (cm)

60

50

40

30

20
Perhitungan
10 Eksperimen

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Jarak x (cm)

Gambar 28. Bentuk kelengkungan model trammel net sewaktu


dialiri arus dengan kecepatan 19,5 cm/detik.

47
(2). Pengaruh penarikan
Perhitungan didasarkan atas Gambar 29, tetapi dengan memasukkan 1. nilai drag
tali pelampung FDf dan jaring FDn, 2. nilai lift tali pelampung FLf dan jaring FLn, dan 3.
nilai F yang didapat dari hasil penelitian penentuan koefisien gesek rantai. Persamaannya
adalah:
𝐹 = (𝜇90 𝑠𝑖𝑛2 𝛼 + 𝜇0 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼).

Koefisien gesek µ90 didapat dari hasil pengujian dengan posisi rantai tegak lurus terhadap
arah penarikan, sedangkan µ0 sejajar arah penarikan.
Sebelum menentukan tegangan dan bentuk kelengkungan model trammel net
akibat pegaruh penarikan, maka persamaan yang menggambarkan hubungan antara sudut
bergerak  dan kecepatan penarikan V dengan sudut tegangan  harus ditentukan terlebih
dahulu. Kedua sudut, termasuk kecepatan penarikan, diukur langsung dari kelengkungan
tali pelampung model trammel net (Gambar 30). Sudut bergerak  dan kecepatan
penarikan V akan meningkat dengan semakin bertambahnya sudut tegangan.

(a). Fungsi sudut bergerak  dan kecepatan penarikan V.


Bentuk kelengkungan tali pelampung model trammel net ketika ujung tali bergerak
berada pada titik pengukuran 3-6 dan 8 berbeda. Oleh karenanya, hubungan antara sudut
bergerak  dan sudut tegangan  atau kecepatan penarikan V dan sudut tegangan 
ditentukan secara terpisah. Hubungan antara sudut bergerak  dan sudut tegangan 
dipresentasikan pada Gambar 31. Persamaan yang didapatkan adalah:
 = 0,43 + 38,7 (-90o   14,7o) dan  = 45o (14,7o  ). 23
 = 0,43 + 38,7 (-90o   14,7o) dan  = 45o (14,7o  ). 24
Pada Gambar 32 diilustrasikan hubungan antara kecepatan bergerak V dan sudut
tegangan. Persamaannya dituliskan sebagai berikut.
V = 0,05 + 4,1 (-90o  10,5o) dan V = 5,1 (10,5o  ). 25
V = 0,11 + 9,5 (-90o  14,7o) dan V = 11,1 (14,7o  ). 26
V = 0,16 + 14,5 (-90o  15,0o) dan V = 16,8 (15,0o  ). 27
V = 0,13( + 90)0,80 (-90o  13,2o) dan V = 5,1 (13,2o  ). 28
V = 0,34( + 90)0,75 (-90o  14,7o) dan V = 11,1 (14,7o  ). 29
V = 0,30( + 90)0,86 (-90o  17,7o) dan V = 16,8 (17,7o  ). 30

48
a. Sisi kiri

90-(-)
F+FL d
T + dT
F+FD
  (-)

dS

b. Sisi kanan

F+FD

F+FL

90-(-)
dS 
(
 d

T + dT

Gambar 29. Gaya-gaya yang bekerja pada elemen dS model


trammel net akibat penarikan.

49
y

Arah penarikan

Model trammel net

Lintasan


 Y

O (xa, ya)

X FL
1
S(+) M
T1

P (X,Y) P (X,Y) FD
2
Q 
x
T2

Gambar 30. Sistem koordinat tali pelampung model trammel net.

50
Titik pengukuran 3 - 6 50
 (o)
40
 = 45o
 = 0,43  + 38,7o 30

20

10

0
-90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40
 (o)

Titik pengukuran 7 - 8 50
 (o)
40  = 45o

 = 1,93( + 90)0,68 30

20

10

0
-90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40
 (o)

Gambar 31. Hubungan antara sudut bergerak  dan sudut


tegangan .

51
18 V = 16,8 cm/det.
Titik pengukuran 3 - 6 V (cm/detik)
16
V =0,16+14,5 14
V = 11,1 cm/det.
12
V =0,11+9,5 10
8
V = 5,1 cm/det.
V =0,05+4,1 6
4
2
0
-90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40
 (o)

V = 16,8 cm/det.
Titik pengukuran 7 - 8 18
V (cm/detik)
16
V =0,30(+90)0,86
14 V = 11,1 cm/det.
12
V =0,34(+90)0,75
10
V =0,13(+90)0,80 8 V = 5,1 cm/det.
6
4
2
0
-90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40
 (o)

Gambar 32. Hubungan antara kecepatan bergerak V dan sudut


tegangan  .

52
(b) Pemecahan sisi kiri puncak kelengkungan.

Kondisi keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada titik dS diperlihatkan pada Gambar
29a dan persamaannya diterangkan sebagai berikut.
=-, 31
𝑑𝑇
= (𝐹 + 𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) 𝑐𝑜𝑠  − (𝐹 + 𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 ) sin  dan 32
𝑑𝑆
𝑑𝜃
𝑇 𝑑𝑆 = (𝐹 + 𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) sin  + (𝐹 + 𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 ) 𝑐𝑜𝑠 𝜃. 33

Persamaan 32 dibagi dengan persamaan 33 akan menghasilkan persamaan:

𝑑𝑇 (𝐹+𝐹 +𝐹𝐷𝑛 ) cos − (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 


= (𝐹+𝐹 𝐷𝑓+𝐹 𝑑𝜃. 34
𝑇 𝐷𝑓 𝐷𝑛 ) sin + (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 

Integrasi persamaan 34 akan menghasilkan persamaan:

𝜃 (𝐹+𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) cos − (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 


∫𝑜 1(𝐹+𝐹 𝑑𝜃 35
𝑇 = 𝑇𝑜 𝑒 𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) sin + (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos  .

Selanjutnya, substitusi persamaan 35 kedalam persamaan 33 memberikan persamaan:

𝜃 (𝐹+𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) cos − (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 


∫𝑜 (𝐹+𝐹 +𝐹 𝑑𝜃
𝑇𝑜 𝑒 𝐷𝑓 𝐷𝑛 ) sin + (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 
𝑑𝑆 = . 36
(𝐹+𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) sin + (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 

Untuk mendapatkan dX dan dY, persamaan 36 disubstitusikan ke dalam persamaan 3 dan


4. Selanjutnya, nilai x dan y ditentukan memakai persamaan 12 dan 13.

(c) Pemecahan sisi kanan puncak kelengkungan.


Kondisi keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada elemen dS pada sisi kanan
kelengkungan (Gambar 29b) dijelaskan oleh persamaan-persamaan berikut.
𝑑𝑇
= (𝐹 + 𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) 𝑐𝑜𝑠  − (𝐹 + 𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 ) sin  dan 37
𝑑𝑆
𝑑𝜃
𝑇 𝑑𝑆 = (𝐹 + 𝐹𝐷𝑓 + 𝐹𝐷𝑛 ) sin  + (𝐹 + 𝐹𝐿𝑓 + 𝐹𝐿𝑛 ) 𝑐𝑜𝑠 𝜃. 38

Pembagian 37 dengan persamaan 38 menghasilkan persamaan berikut.

𝑑𝑇 (𝐹+𝐹 +𝐹𝐷𝑛 ) cos − (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 


= (𝐹+𝐹 𝐷𝑓+𝐹 𝑑𝜃. 39
𝑇 𝐷𝑓 𝐷𝑛 ) sin + (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 

Integrasi persamaan 39 menghasilkan persamaan:

53
𝜃 (𝐹+𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) cos  − (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 
∫𝑜 1(𝐹+𝐹 𝑑𝜃 40
𝑇 = 𝑇𝑜 𝑒 𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) sin  + (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos  .

Selanjutnya substitusi persamaan 40 kedalam persamaan 38 memberikan persamaan


berikut.

𝜃 (𝐹+𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) cos − (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) sin 


∫𝑜 (𝐹+𝐹 +𝐹
𝑇𝑜 𝑒 𝐷𝑓 𝐷𝑛 ) sin  + (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 
𝑑𝑆 = 𝑑𝜃. 41
(𝐹+𝐹𝐷𝑓 +𝐹𝐷𝑛 ) sin  + (𝐹+𝐹𝐿𝑓 +𝐹𝐿𝑛 ) cos 

Untuk mendapatkan dX dan dY, persamaan 41 disubstitusikan kedalam persamaan 3 dan


4, Selanjutnya, nilai x dan y ditentukan memakai persamaan 12 dan 13.
Bentuk kelengkungan sisi kiri yang didapat dari hasil perhitungan ternyata tidak
sama dengan hasil penelitian. Bentuknya menyerupai sebuah lingkaran. Oleh karena itu,
persamaan 35 harus dirubah menjadi:

𝑇𝑜
𝑑𝑆 = 𝑑𝜃 Untuk titik pengukuran 4-6 42
𝐹𝐷 sin 38,7 + 𝐹𝐿 cos 38,7

𝑇𝑜
𝑑𝑆 = 𝑑𝜃 Untuk titik pengukuran 7-8 43
𝐹𝐷 sin 41,2 + 𝐹𝐿 cos 41,2

Sebagai akibatnya, dS menjadi konstan untuk -90    0o. Perhitungan didasarkan atas
persentase penenggelaman 50%. Kelengkungan model trammel net yang didapatkan dari
hasil perhitungan disesuaikan dengan hasil penelitian.
Gambar 33 menerangkan tegangan model trammel net yang didapat dari hasil
perhitungan dan eksperimen. Gambar 34 mengilustrasikan bentuk kelengkungan model
trammel net. Tegangan dan bentuk kelengkungan model trammel net yang didapat dari
hasil eksperimen tidak jauh berbeda dengan bentuk kelengkungan yang didapatkan dari
hasil perhitungan.

54
100

80
Tegangan T1 (gf)

60

40

20 Perhitungan
Eksperimen

0
4 5 6 7 8
Titik pengukuran

Gambar 33. Perbandingan antara tegangan T1 model trammel net yang


didapat dari eksperimen dan perhitungan pada kecepatan
penarikan 17,7 cm/detik.

55
120

110

100

90

80

70
Jarak y (cm)

60

50

40

30

20
Perhitungan
10 Eksperimen

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Jarak x (cm)

Gambar 34. Bentuk kelengkungan model trammel net akibat


penarikan dengan kecepatan 17,7 cm/detik.

56
(3). Pengaruh arus dan penarikan
Penentuan tegangan dan bentuk kelengkungan model trammel net akibat pengaruh
arus dan penarikan juga harus memperhatikan 2 bagian kelengkungan, yaitu sisi kiri dan
kanan (Gambar 35). Cara perhitungannya sama dengan sub bab 7.2, tetapi dengan
memasukkan nilai kecepatan arus V1 dan kecepatan penarikan V2. Persamaannya adalah:
𝑉 = √𝑉12 + 𝑉22 + 2𝑉1 𝑉2 sin . 42

Pada pemecahan sisi kiri puncak kelengkungan, sudut hadang α didapatkan dari:
𝛽 = 𝑐𝑜𝑠 −1 (𝑉2 cos ⁄𝑉 ) dan 43
𝛼 = 180 +  − 𝛽. 44

Adapun pemecahan sisi kanan puncak kelengkungan menggunakan sudut hadang α yang
didapatkan dari persamaan:
𝛽 = 𝑐𝑜𝑠 −1 (𝑉2 cos ⁄𝑉 ) dan 45
𝛼 = 𝛽 − . 46

Gambar 36 menerangkan tegangan model trammel net yang didapat dari hasil
perhitungan dan eksperimen. Gambar 37 mengilustrasikan bentuk kelengkungan model
trammel net. Hasil perhitungan dan penelitian yang diilustrasikan pada kedua gambar
tersebut relatif sama.

57
a. Sisi kiri

F+FD V1
V T

V2
 β
θ (-)

F+FL dS
α

90- α

b. Sisi kanan

F+FD
T V V1

V2 F+FL

 dS 90 - α

θ (+)


α=β-
T + dT

Gambar 35. Gaya-gaya yang bekerja pada elemen dS model


trammel net akibat arus dan penarikan.

58
350

300

250
Tegangan T1 (gf)

200

150

100
Perhitungan
Eksperimen
50

0
4 5 6 7 8
Titik pengukuran

Gambar 36. Perbandingan antara tegangan T1 model trammel net yang


didapat dari eksperimen dan perhitungan pada kecepatan
arus 17,9 cm/detik dan kecepatan penarikan 18,2
cm/detik.

59
120

110

100

90

80

70
Jarak y (cm)

60

50

40

30

20
Perhitungan
10 Eksperimen

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Jarak x (cm)

Gambar 37. Bentuk kelengkungan model trammel net akibat pengaruh


arus dengan kecepatan 17,9 cm/detik dan penarikan dengan
kecepatan 18,2 cm/detik.

60
8. PENUTUP
Penggunaan flume tank untuk menentukan tegangan dan bentuk kelengkungan
model trammel net sangat bermanfaat. Pada penentuan bentuk kelengkungan, hasilnya
sangat memuaskan. Hasil ini dapat dibuktikan dengan perhitungan secara matematis.
Adanya sedikit perbedaan pada tegangan lebih banyak disebabkan oleh kesalahan
pengukuran pada saat dilakukan penelitian.
Konstruksi model trammel net yang panjang mengharuskan penempatannya
melintang pada flume tank. Posisi ini sebenarnya tidak dianjurkan, karena kecepatan arus
yang berada dekat dengan dinding flume tank lebih rendah dari bagian tengah. Akibatnya,
kuat arus yang mengenai beberapa bagian trammel net akan berbeda. Sementara pada
perhitungan, kecepatan arus yang mengenai setiap bagian trammel net ditetapkan sama
dan konstan.
Pengunaan flume tank berukuran besar merupakan solusi terbaik untuk melakukan
suatu pengujian model alat penangkap ikan. Model trammel net dapat diletakkan pada
bagian tengah lorong air yang memiliki kecepatan arus yang sama. Pada setiap aliran arus,
tegangan trammel net -- yang disebabkan oleh gaya hidrodinamika – hanya diakibatkan
oleh satu kecepatan arus.

61
DAFTAR PUSTAKA
Francis, J R D. 1958. A textbook of fluid mechanics for engineering students. Edward
Arnold Ltd., London.
Miyatake (1927). On the plane nets I. Resistance of plane nets in water. J. Imp. Fis. Inst,
23(2), Tokyo, Japan.
Miyamoto, H., M. Nomura, and Y. Shimozaki. 1952. Resistance of plane net against the
flow of water-II. Effect of knot type on the resistance of net. Bull. Jp. Soc. Fish.,
17(8,9), 39-44, Tokyo, Japan.
Miyamoto, H. & M. Nomura. 1953. Resistance of plane net against the flow of water-II.
Effect of different shape of the mesh upon the resistance of net against the flow. Bull.
Jp. Soc. Fish., 18(7), 327-330, Tokyo, Japan.
Puspito, G. 2009. Prediksi tegangan dan bentuk kelengkungan tali lentur dengan
perhitungan matematis. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tauti, M. 1934. The force acting on the plane net ini motion through the water. Bull. Jp.
Soc. Fish., 3(1), 1-4, Tokyo, Japan.

62

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai