Anda di halaman 1dari 37

III.

Mata Acara Praktikum : Penghitungan Koloni Bakteri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisme mikroskopis adalah organisme yang hanya bisa dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Salah satunya adalah bakteri yang merupakan
organisme mikroskopis. Keadaan bakteri di alam ini ada yang bersifat
menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan bagi kepentingan manusia.
Bakteri yang menguntungkan dan merugikan bagi kepentingan organisme akuatik
perlu dipelajari supaya bakteri yang menguntungkan, keberadaannya (kapasitas
jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri yang merugikan (patogen)
jumlah populasinya dapat ditekan dan dapat dilakukan tindakan pencegahan atau
antisipasi infeksi bakteri tersebut (Umam, 2008).
Setelah kita mempelajari bagaimana menumbuhkan suatu koloni bakteri,
tentu harus mengatahui kuantitas dan kualitas dari bakteri tersebut. Dalam hal ini
yang akan dibahas adalah bagaimana mengetahui kuantitas dari suatu bakteri. Ada
berbagai cara untuk menghitung jumlah sel bakteri, antara lain hitungan langsung
dengan menggunakan mikroskop, dan hitungan tidak langsung dengan metode
hitung cawan baik dengan metode cawan tuang maupun metode cawan sebar.
Pengukuran kuntitatif populasi mikroba dari suatu sampel dilakukan untuk
mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada
dalam sampel tersebut. Sehingga dengan kita dapat mengetahui apakah mikroba
tersebut berbahaya atau bahkan baik bagi lingkungan dalam jumlah tertentu.
Untuk mengetahui perkembangan suatu bakteri membutuhkan pembuatan
media dengan metode perhitungan bakteri yang ada dalam media. Ada banyaknya
metode yang digunakan dalam menghitung jumlah bakteri secara kuantitatif dari
suatu populasi bakteri. Proses penghitungan sel bakteri dapat dilakukan dengan
beberapa metode baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya adalah
metode hitung pada cawan petri (standard plate count), metode pengamatan
langsung dengan kaca objek atau metode hitung dengan menggunakan
haemocytometer, metode ukur kekeruhan (turbidimetri) menggunakan
spektrophotometer dan metode jumlah perkitaan terdekat.
Dalam praktikum kali ini menggunakan metode hitung koloni dicawan
petri ( standar/viable plate count methond ) dan spektrofotometer ( turbidimeter ),
kedua metode ini sering sekali digunakan karena kedua metode ini terhadang
menghasilkan hasil perhitungan yang mirip namun keduanya mempunyai prinsip
yang berbeda.

1.2 TujuanPraktikum

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu


melakukanperhitunganselmikrobasecaralangsungdansecaratidaklangsung.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam-macam Penghitungan Koloni Mikroba


Ada banyak metode yang digunakan dalam menghitung jumlah bakteri
secara kuantitatif dari suatu populasi bakteri. Proses perhitungan sel bakteri dapat
dilakukan dengan beberapa metode baik secara langsung maupun tidak langsung.
Diantaranya adalah metode hitung pada cawan petri(Standard plate count),metode
pengamatan langsung dengan kaca objek atau metode hitung dengan
menggunakan haemocytometer, metode ukur kekeruhan (turbidimetri)
menggunakan spektrofotometer dan metode jumlah perkiraan terdekat
(Brady1999).

a.Metode Hitung Cawan

Metode hitungan cawan merupakan metode yang digunakan untuk


menghitung bakteri. Metode ini adalah cara yang paling sensitif untuk
menghitung bakteri dan dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba.
Kelemahan metode cawan diantaranya hasil perhitungan tidak menunjukkan
jumlah yang sesungguhnya, medium dan kondisi yang berbeda memungkinkan
hasil yang berbeda, mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada
medium padat. Syarat perhitungan koloni yaitu cawan yang dihitung adalah
cawan yang mengandung 30-300 koloni. Beberapa koloni yang bergabung
menjadi satu dapat dihitung sebagai satu koloni (Irianto 2013).

b.Metode Hitung Langsung

Dari Lay (1994) penghitungan secara langsung terbagi menjadi dua yaitu
dengan metode langsung dan menggunakan bantuan penghitung elektronik.
Metode langsung dilakukan dengan menggunakan bilik hitung (haemocytometer)
dan menghasilkan hitungan total. Metode ini memiliki kekurangan disebabkan
terhitungnya semua bakteri yang hidup maupun mati. Oleh karena bentuk bakteri
yang sangat kecil, maka suspensi dibuat 107 /ml.

Metode yang kedua yaitu dengan alat penghitung elektronik. Prinsipnya


didasarkan atas kerja dengan lubang pengintai elektronik yang kerjanya
tergantung pada interupsi dari berkas cahaya elektronik yang melintasi suatu
ruang antara dua ruang elektron yang berdekatan letaknya. Alat ini dapat
menghitung ribuan bakteri dalam waktu beberapa detik.

c.Metode Turbidimetri

Metode ini menggunakan pengukuran berdasarkan kekeruhan larutan.


Zaraswati (2004) mengatakan bahwa mikroba dalam suatu bahan cair dapat
dideteksi berdasarkan kekeruhannya. Pertumbuhan sel bakteri dalam suatu
medium cair akan meningkatkan kekeruhan media yang akan mempengaruhi
jumlah sinar yang dapat ditransmisikan menembus medium. Metode ini
menggunakan alat bernama spektrofotometer. Suatu spektrofotometer standar
terdiri atas spektrofotometer untuk menghasilkan cahaya dengan panjang
gelombang terseleksi yaitu bersifat monokromatik serta suatu fotometer yang
berupa piranti untuk mengukur intensitas berkas monokromatik. Penggabungan
kedua alat ini inilah yang kemudian disebut sebagai spektrofotometer yang
bekerja berdasarkan sifat fisik dan kimia. Kemampuan alat ini bergantung pada
spektrum elegtromagnetik yang diabsorpsi oleh benda (Ferdias1992).

2.2 Total Plate Count (TPC)

Metode TPC merupakan analisis untuk menguji sebaran mikroba dengan


menggunakan metode pengenceran dan metode cawan tuang. Metode cawan
tuang adalah metode pour plate. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan
sumber isolat yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 ml larutan garam
fisiologis, larutan yang digunakan sekitar 1 ml suspense ke dalam cawan petri
steril, dan menuangkan media penyubur atau nutrisi untuk makanan mikroba
(Dwijoseputro 2010).

2.3 Penghitungan Bakteri dengan Spektrofotometer


Beer dan lambert menemukan hukum yang menerangkan interaksi bahan
kimia dengan gelombang cahaya (elektromagnetik), yang disimpulkan dalam
hukum Beer-Lambert menyebabkan berkembangnya analisis kimia dengan
menggunakan alat instrumentasi yakni spektrofotometer (P Tipler 1991). Suatu
spektrofotometer standar terdiri atas spektrofotometer untuk menghasilkan cahaya
dengan panjang gelombang terseleksi yaitu bersifat monokromatik serta suatu
fotometer yaitu suatu piranti untuk mengukur intensitas berkas monokromati,
penggabungan bersama dinamakan sespektrofotometer. Penggabungan alat optik
ini merupakan elektronika sifat kimia dan fisiknya dan detektor yang digunakan
secara langsung mengukur intensitas dari cahaya yang dipancarkan (It) dan secara
tidak lansung cahaya yang diabsorbsi (Ia). Kemampuan ini bergantung pada
spektrum elektromagnetik yang diabsorb (serap) oleh benda.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah apabila cahaya (monokromatik
maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk
akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan.
Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi
karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Studi spektrofotometri
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari
absorbsi energi. Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus
dengan dengankonsentrasi dan ketebalan bahan/medium.
Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :
a.Sumber Cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotmeter memiliki pancaran radiasi yang
stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah
tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan
kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola
lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l) adalah 350 – 20 nanometer (nm).

b.Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang
tertentu(monokromatis) yang bebeda (terdispersi).

c.Kuvet
Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat
contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars,
plexigalass, kaca, plastik dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm
dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai kuvet kwarsa atau
plexiglass, sedangkan kuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca
mengabsorbsi sinar UV. Semua macam kuvet dapat dipakai untuk pengukuran di
daerah sinar tampak (visible).

d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya
pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi
sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk
jarum penunjuk atau angka digital.
Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk
menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I),dan
membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io).Rasio
disebuttransmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga
bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T.
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam
dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer
tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya
melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari
larutan yang dimasukan. Sedangkan pada spektrofotometer double-beam, nilai
blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam
satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan
membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga
reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam).
Dari kedua jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam
memiliki keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi
larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain
itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan
intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikumdilaksanakanpadahari Kamis, 26 Oktober 2017 pukul
12.30 – 21.00 WIB di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi
Molekuler Gedung 3 Lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan,Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-alat Praktikum
Adapunalat-alat yang digunakandalampraktikuminiadalah cawan
petri, bunsen, tabung reaksi,spektrofotometer, kuvet, pipet volumetrik, dan
inkubator shaker. Fungsi dari cawan petri adalah sebagai wadah tempat
medium agar disimpan, bunsen digunakan untuk memanaskan alat dan
bahan agar tetap steril, tabung reaksi digunakan untuk menyimpan
medium NA dan NB, spektrofotometer digunakan untuk menghitung nilai
absorbansi dari kekeruhan larutan, kuvet adalah wadah menyimpan larutan
yang akan di absorbansi menggunakan spektrofotometer, pipet volumetrik
adalah pipet yang digunakan untuk mengambil larutan dan inkubator
shakeryang digunakan untuk menyimpan larutan selama 5 jam.

3.2.2 Bahan-bahan Praktikum


Adapunbahan-bahan yang digunakandalampraktikuminiadalah
alkohol, sampel bakteri, medium NA, medium NB, dan spiritus.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Total Plate Count (TPC)

Biakan agar diambil dari inkubator

Koloni yang tumbuh dihitun dan diamati menggunakan colony counter dan
handcounter

Koloni yang terhitung dikalikan dengan faktor pengencernya

3.3.2 Spektofotometri

Biakan kultur cair diambil dari inkubator

Menu “absorbance” Disiapkan pada spekofotometer dengan setting panjang


gelombang 600 nm

2 mL sampel kultur dimasukkan kedalam kuvet steril. Run spektofotometer.


Catat hasil absorbansi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Data Praktikum kelompok 2H Perhitungan Koloni Bakteri Commented [SR1]: DATA SHIFT ATAU DATA KELOMPOK?

Kel Waktu T0 T1 T2 T3 T4 T5

2-H 0,2568 0,1588 0,2351 0,0800 0,2356 0,1083


12.30-21.00

4.2 Pembahasan
4.2.1. DeskripsiPengamatanKoloniTerbentuk
Metode hitungan cawan memiliki anggapan setiap sel akan hidup menjadi
satu koloni. Teknik metode hitungan cawan memerlukan kemampuan melakukan
pengenceran dan menuangkan hasil pengenceran. Setelah itu hasil pengenceran
diinkubasi dan dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Untuk melakukan
perhitungan koloni, digunakan cawan yang berisi 30-300 koloni. Jumlah bakteri
yang terdapat dalam sampel dihitung dengan mengalikan jumlah koloni dengan
faktor pengencer pada cawan tersebut.

4.2.1 Perhitungan Koloni Terbentuk Commented [SR2]: Dimasukan tabel yang perhitungan koloni

Perhitungan koloni terbentuk dilakukan dengan cara manual, dihitung


dengan menggunakan kasat mata serta ditandai dengan spidol cawan petri yang
sudah dihitung koloninya.

Kel Waktu T0 T1 T2 T3 T4 T5

2-H 0,2568 0,1588 0,2351 0,0800 0,2356 0,1083


12.30-21.00

4.2.1 Pengamatan Pertumbuhan Bakteri


Berikut ini adalah visualisasi grafik pertumbuhan bakteri dari kelompok
2-H.
Gambar. Grafik pertumbuhan bakteri kelompok 2-H

Pertumbuhan Bakteri
0.3

0.25

0.2

0.15
Pertumbuhan Bakteri
0.1

0.05

0
T0 T1 T2 T3 T4 T5
Gambar diatas merupakan visualisasi grafik pertumbuhan bakteri yang
diamati oleh kelompok 2-H selama 6 jam. Pengamatan dilakukan mulai dari pukul
15.00 – 21.00. Nilai diambil setiap 1 jam sekali dengan menggunakan
spektrofotometer. Dari grafik terlihat bahwa siklus pertumbuhan bakteri bergerak
naik dan turun dimulai dari waktu pertama kali bakteri dihitung nilaioptical
density sebesar 0,2568 kemudian turun menjadi 0,1588 dan satu jam kemudian
grafik naik lagi menjadi 0,2351 lalu turun lagi menjadi 0,0800 dan naik lagi
0,2356 lalu akhirnya turun menjadi 0,1083.

Grafik pertumbuhan bateri yang baik adalah dimana memiliki 4 fase yaitu
: (1) Fase lag(adaptasi) adalah waktu yg dibutuhkan oleh bakteri untuk
beradaptasi dgn lingkungannya, (2) Fase log(eksponensial) adalah fase
pembelahan sel, dimana sel akan membelah sampai maksimum jumlah sel
tercapai sehingga grafik akan menunjukkan nilai tertingginya (Pelczar dan Chan
2005), (3) Fase stasioner yaitu kondisi dimana jumlah sel yang mati akan semakin
meningkat sehingga jumlah sel hidup dengan jumlah sel yang mati akan sama.
Pada fase ini jumlah sel hidup akan konstan seolah-olah tidak terjadi pertumbuhan
dan (4) Fase kematian dimana bakteri mulai mati yang menyebabkan turunnya
grafik. Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
seperti tersedianya nutrien di dalam media yang terdiri dari makronutrien seperti
C,H,O,N,S,P,K,Ca,Mg,Fe dan mikronutrien. Selain itu nilai pH, suhu dan faktor
lain juga mempengaruhi pertumbuhannya.

Kondisi naik turunnya grafik yang terjadi diatas mungkin disebabkan


adanya pengaruh dari beberapa faktor yang pada akhirnya mengganggu proses
pertumbuhan bakteri. Diawal pertumbuhan, grafik sudah menunjukkan
penurunan. Pada fase stasioner atau kematian sama dengan pertumbuhan
menunjukkan bakteri mengalami penurunan drastis sebelum akhirnya naik lagi
dan memasuki fase kematian dimana bakteri akan mengalami kematian yang
membuat grafik menurun. Commented [SR3]: Diperbaiki dengan penjelasan yang telah
dijelaskan kemarin oleh asisten. Didukung dengan jurnal. JURNAL
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum perhitungan koloni bakteri
adalah bahwa dalam melakukan perhitungan bakteri terdapat beberapa cara seperti
dengan metode turbidimetri, metode hitung langsung dan metode hitung cawan.
Metode turbidimetri menggunakan bantuan spektrofotometer dalam menghitung
nilai absorbansinya. Dari data yang didapat maka grafik 2-H mengalami fase naik-
turun yang tidak sesuai dengan fase pertumbuhan bakteri secara umumnya. Hal ini
terjadi disebabkan oleh pengaruh beberapa faktor dan salah satu faktornya
mungkin disebabkan adanya kontaminasi yang terjadi akibat human error pada
saat melakukan praktikum.

5.2 Saran
Untuk mendapatkan data yang baik, seharusnya pada saat praktikum
dilakukan dengan serius dan diharapkan praktikan mengerti prosedur yang akan
dilakukan. Adapun tata tertib yang ada harus dipatuhi agar tidak terjadi kesalahan-
kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari praktikum. Dalam
menjalankan kegiatan praktikum mikrobiologi, praktikan harus menggunakan
masker dan sarung tangan untuk menghindari adanya kontaminasi bakteri yang
tidak diinginkan. Selain itu disarankan juga untuk tidak terlalu banyak berbicara
agar bakteri yang berada di mulut tidak mengkontaminasi bakteri yang akan
diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.


Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia: Jakarta.
Gobel, Risco, B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Prakte. Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Gramedia:
Jakarta.
Pelczar, Michael, J. 1986. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia:
Jakarta.
Penn, C. 1991. Handling laboratory microorganism. Open university: Milton
Keynes.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan praktikum

Medium NA dimiringkan Pensterilan jarum ose

Proses menggunakan spektrofotometer Pengkonversian nilai absorbansi


IV.Mata Acara Praktikum : Teknik Pewarnaan Bakteri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi,
struktur dan sifat – sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri.Bakteri yang
hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel – sel bakteri
tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri
sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecetan atau
pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya,
yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecetan
(Hastowo, 2002).Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya,
karena tidak mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Hal inilah yang
menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun
latar belakangnya. Zat warna mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga
kontras mikroorganisme disekelilingnya ditingkatkan. Penggunaan zat warna
ini memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora dan bahan infeksi
yang mengandung zat pati dan granula fosfat. Pewarnaan yang digunakan
untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus, sedangkan
pewarnaan yang digunakan untuk memilahkan mikroorganisme disebut
pewarnaan diferensial yang memilahkan bakteri menjadi kelompok gram
positif dan gram negatif. Pewarnaan diferensial lainnya ialah pewarnaan Ziehl
Neelsen yang memilahkan bakterinya menjadi kelompok – kelompok tahan
asam dan tidak tahan asam (Dwidjoseputro, 1994).
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik
pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk
mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah
terfiksasi dikenai larutan – larutan berikut : zat warna Kristal violet, larutan
yodium, larutan alcohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya
berupa zat warna safranin atau air fuchsin (Hastowo, 2002).

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami prosedur pewarnaan gram dan mengelompokkan bakteri gram
positif atau bakteri gram negatif serta menentukan morfologinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentuk Umum Mikroba Commented [SR4]: Langsung aja bentuk umum mikroba,
jangan bertele-bertele. Untuk pewarnaan kan sudah ada bagian
Bentuk umum mikroba terdiri dari satu sel (uniseluler) seperti yang umum khusus. Dan ini bukan latar belakang, jadi tidak perlu ada tujuan.
Tidak didapatkan inti yang dimaksud.
didapatkan pada bakteri, jamur, dan mikroalge. Dapat pula berbentuk flamen atau
serat, yaitu rangkaian sel yang terdiri dari dan sel atau lebih yang berbentuk rantai,
seperti yang umum didapatkan pada bakteri, jamur dan mikroalge. Bentuk
fillamen pada kenyataanya dapat berupa fillamen semu kalau hubungan antara sel
satu dengan yang lainnya atau tidak ada (misal ada beberapa jenis ragi ), dan
fillamen benar kalau berhubungan secara pisiologis (fungsisel), misalnya pada
beberapa jenis jamur dan mikroealge. Berbicara mengenai bentuk sel mikroba,
perlu untuk mengetengahkan adanya variasi bentuk yang didapat pada bakteria.
Bentuk umum bakteria adalah bulat (disebut kokus) dan batang/ memanjang (
disebut basil ). Dan kedua bentuk umum itu didapatkan bentuk variasi seperti :

a. Diplokokus, kalau dua buah sel berdempetan.


b. Tetrakokus, kalau empat buah sel berdempetan.
c. Sartina, kalau delapan buah sel, empat dibagian bawah dan empat dibagian atas
berdempetan.
d. Streptokokus, kalau untaian sel lebih dan empat buah dan membentuk mata
rantai.
e. Stafilokous, kalau kumpulan sel lebih dan empat buah dan membentuk
gabungan tidak teratur seperti buah anggur.
f. Spiril atau koma, yaitu bentuk batang yang berubah menjadi melengkungatau
seperti putaran skrup (spiral)
2.2 Jenis Pewarnaan Mikroba Commented [SR5]: Disesuaikan antara SUB JUDUL dengan isi
ya, SAYANG! Bentuk bakteri masuk ke 2.1. ditambah gambar
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai
berikut :

1.Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak
digunakan.Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna
untuk mewarnai mikroorganisme tersebut.Kebanyakan bakteri mudah bereaksi
dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik
(suka dengan basa).Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkolin.Dengan pewarnaan sederhana dapat diketahui
bentukdan rangkaian sel-sel bakteri.Pewarna basa yang biasa digunakan untuk
pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin dimana
pewarnaan sederhana ini terbagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan, yaitu
pewarnaan asam dan basa.
a. Pewarnaan Asam

Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan


tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam
pewarnaan positif adalah metilen biru dan air furksin.

b. Pewarnaan Basa

Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk


mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap.Pada
pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini
berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan
cat nigrosin atau tinta cina.

2. Pewarnaan Diferensial
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan
gram negativeberdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini
diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk
membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri
Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat
warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram
negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain)
ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif
menjadi berwarna merah atau merah muda.Pengujian ini berguna untuk
mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding
sel mereka.
a. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara
bakteri gram negatif tidak.
b. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil
ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau
ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah
muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan
pada perbedaan struktur dinding sel bakteri.

Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat
diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki
selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan
kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol
sehingga dinding sel tetap menahan warna biru.Sel bakteri gram positif mungkin
akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram
negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek.

Tabel 1.Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negative

Sifat Bakteri garam (+) Bakteri gram


negatif(-)
Komposisi dinding sel Kandungan Kandungan lipid
lipidrenda tinggi
h
(1-4%)
Ketahanan terhadap Lebih sensitif Lebih tahan
Penisilin
Penghambatan oleh Lebih dihambat Kurang dihambat
pewarna basa (VK)
Kebutuhan nutrisi Kebanyakan spesies Relatif sederhana
relatif kompleks

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 02 November 2017 pukul 12.30
– 15.00 WIB di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Molekuler Gedung
3 lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjajaran.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-alat Praktikum
Adapunalat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah jarum ose,
pembakar spiritus/bunsen, kaca preparat, pipet tetes, mikroskop, kaca objek, cover
glass dan botol semprot. Berikut ini merupakan tabel fungsi dari setiap alat yang
digunakan.
Tabel 2.Fungsi Alat Praktikum

No. Nama Alat Fungsi


1 Jarum Ose Untuk memindahkan biakan atau
mikroorganisme
2 Gelas Objek Untuk menyimpan sampel
3 Cover Glass Untuk menutup objek atau sampel
4 Pipet Tetes Untuk mengambil sampel larutan
5 Botol Semprot Untuk menyemprotkan alkohol
/aquades
6. Mikroskop Untuk melihat sampel

3.2.2 Bahan-bahanPraktikum

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol,


sampel bakteri, spiritus, biakan, zat warna safranin/ air fuchsin, zat warna gentian
violet dan Iodine, Nacl Fisiologis dan aquadest. Berikut ini merupakan tabel
fungsi dari setiap bahan yang digunakan saat praktikum.

Tabel 3. Fungsi Bahan Praktikum

No. NamaBahan Fungsi


1 Biakan Sebagai sampel bakteri
2 NaCl Fisiologis Pelarut yang digunakan dalam
pembuatan suspense
3 Spiritus Bahan yang terdapat pada Bunsen
4 Alkohol Sebagai larutan untuk decolorizing
5 Zat warna Sebagai pewarna kedua setelah
safranin/Air fuchsin gentian violet
6. Zat warna gentian Sebagai pewarna primer pada
violet dan Iodine pewarnaan gram
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Pembuatan Apusan Bakteri

Digunakan jarum ose, ambil 2 loop NaClFisiologis, tempatkan di atas object


glass

Digunakan jarumose yang telahdipanaskan,ambil 1 kolonibakteri, tempatkan


di atas NaCl Fisiologis

Ratakan suspense denganmembentuk area apusan

Dikeringkanpadasuhuruangbeberapamenit

Dilewatkan suspense di atas api bunsen


untukfungsiapusan,sampaikeringataumengerak

3.3.2 Prosedur Pewarnaan Gram

Disiapkan apusan bakteri yang sudah dibuat sebelumnya

Dihapus dengan aquades atau alkohol selama 2 detik

Diteteskan 1 teteslarutan Iodine, biarkan selama 30 detik atau paling lama 1


menit

Dihapus atau dicuci dengan alkohol, hingga larutan mengalir tak berwarna
selama10 – 20 detik

Setelah itu diteteskan 1 tetes zat warna II (Safranin/ air fuschin), biarkan
selama 20 detik
Lalu dihapus perlahan dengan menggunakan aquadest dan dibiarkan selama 2
detik

Keringkan pada suhuruang

Diamati di atasMikroskop
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi morfologi bakteri hasil pewarnaan

SHIFT 2
Kel Sumber Gram Bentuk Foto Hasil Pengamatan
Isolat Positif/Negatif Bakteri
2-A Negatif Coccus

2-B Negatif Coccus

Air Laut
Dermaga
2-C Pulau Negatif Streptococcus
Biawak

2-D Negatif Coccus

2-E Negatif Coccus

2-F Negatif Streptococcus


2-G Negatif Coccus

2-H Negatif Streptococcus

Berdasarkan data hasil pengamatan di atas, semua kelompok pada shift 2 memiliki jenis
bakteri yang sama yaitu bakteri gram negatif. Hal ini dibuktikan oleh foto bakteri yang
memperlihatkan warna merah. Hampir seluruh bentuk bakteri juga berbentuk coccus yaitu bulat
dan adapula yang berbentuk streptococcus yang bulat dan bergerombolan seperti pada kelompok
2C, 2F dan 2H. Adapun bakteri ini bersumber dari air laut pulau Biawak. Bakteri gram negatif
memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci
oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Kesemua
kelompok pada shift 2 memiliki hasil akhir yang hampir sama ini mungkin disebabkan oleh
karena berasal dari sumber isolat yang sama sehingga jenis gram bakteri dan bentuknya hampir
sama semua.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pewarnaan bakteri yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa
seluruh bakteri yang digunakan oleh shift 2 adalah bakteri jenis gram negatif dimana bakteri ini
berwarna merah akibat tidak bisa menahan gentian violet dan lebih mengikat zat warna safranin.
Berdasarkan data yang didapat juga diketahui bahwa bentuk bakteri pada shift 2 berbentuk
coccus dan beberapa strepcoccus. Coccus adalah bakteri yang berbentuk bulat dan streptococcus
adalah bakteri yang berbentuk bulat dan bergerombol. Kemungkinan, semua bakteri ini sama
pada shift 2 akibat bersumber dari isolat yang sama yaitu berasal dari air dermaga laut Pulau
Biawak. Jenis pewarnaan yang digunakan adalah pewarnaan diferensial (gram).

5.2 Saran
Saran dari praktikum ini yaitu ketika melakukan apusan bakteri harus lebih teliti dan
ketika akan memindahkan bakteri dari medium ke object glass harus berhati-hati. Jangan
bermain-main pada saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Hadieotomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT. Gramedia. Jakarta.


Lay B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Rajawali Pers. Jakarta.
Pelczar. J. Michael dan Chan E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia :
Jakarta.
Suriawiria. 1999.Pengantar Mikrobiologi. UGM Press : Jogjakarta.
LAMPIRAN
1. Lampiran Alat dan Bahan Praktikum
Gambar 1.Sampel Bakteri Gambar 2.Object Glass
Gambar 3. Alkohol Gambar 4. Iodine

Gambar 5. Zat Warna Safranin Gambar 6. Zat Warna Gentian Violet


Gambar 7. Aquades Gambar 8. Pembakar Bunsen dan Jarum Ose

II. Prosedur Kerja


Gambar 9. Pemberian NaCl Fisiologis Gambar 10. Pemindahan Bakteri ke
object glass

Gambar 11. Pewarnaan dengan zat warna Gambar 12 Pemberian larutan Iodine
Gentian Violet

Gambar 13. Pewarnaan dengan zat Gambar 14. Hasil akhir


warna safranin

Anda mungkin juga menyukai