BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisme mikroskopis adalah organisme yang hanya bisa dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Salah satunya adalah bakteri yang merupakan
organisme mikroskopis. Keadaan bakteri di alam ini ada yang bersifat
menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan bagi kepentingan manusia.
Bakteri yang menguntungkan dan merugikan bagi kepentingan organisme akuatik
perlu dipelajari supaya bakteri yang menguntungkan, keberadaannya (kapasitas
jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri yang merugikan (patogen)
jumlah populasinya dapat ditekan dan dapat dilakukan tindakan pencegahan atau
antisipasi infeksi bakteri tersebut (Umam, 2008).
Setelah kita mempelajari bagaimana menumbuhkan suatu koloni bakteri,
tentu harus mengatahui kuantitas dan kualitas dari bakteri tersebut. Dalam hal ini
yang akan dibahas adalah bagaimana mengetahui kuantitas dari suatu bakteri. Ada
berbagai cara untuk menghitung jumlah sel bakteri, antara lain hitungan langsung
dengan menggunakan mikroskop, dan hitungan tidak langsung dengan metode
hitung cawan baik dengan metode cawan tuang maupun metode cawan sebar.
Pengukuran kuntitatif populasi mikroba dari suatu sampel dilakukan untuk
mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada
dalam sampel tersebut. Sehingga dengan kita dapat mengetahui apakah mikroba
tersebut berbahaya atau bahkan baik bagi lingkungan dalam jumlah tertentu.
Untuk mengetahui perkembangan suatu bakteri membutuhkan pembuatan
media dengan metode perhitungan bakteri yang ada dalam media. Ada banyaknya
metode yang digunakan dalam menghitung jumlah bakteri secara kuantitatif dari
suatu populasi bakteri. Proses penghitungan sel bakteri dapat dilakukan dengan
beberapa metode baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya adalah
metode hitung pada cawan petri (standard plate count), metode pengamatan
langsung dengan kaca objek atau metode hitung dengan menggunakan
haemocytometer, metode ukur kekeruhan (turbidimetri) menggunakan
spektrophotometer dan metode jumlah perkitaan terdekat.
Dalam praktikum kali ini menggunakan metode hitung koloni dicawan
petri ( standar/viable plate count methond ) dan spektrofotometer ( turbidimeter ),
kedua metode ini sering sekali digunakan karena kedua metode ini terhadang
menghasilkan hasil perhitungan yang mirip namun keduanya mempunyai prinsip
yang berbeda.
1.2 TujuanPraktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dari Lay (1994) penghitungan secara langsung terbagi menjadi dua yaitu
dengan metode langsung dan menggunakan bantuan penghitung elektronik.
Metode langsung dilakukan dengan menggunakan bilik hitung (haemocytometer)
dan menghasilkan hitungan total. Metode ini memiliki kekurangan disebabkan
terhitungnya semua bakteri yang hidup maupun mati. Oleh karena bentuk bakteri
yang sangat kecil, maka suspensi dibuat 107 /ml.
c.Metode Turbidimetri
b.Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang
tertentu(monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
c.Kuvet
Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat
contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars,
plexigalass, kaca, plastik dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm
dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai kuvet kwarsa atau
plexiglass, sedangkan kuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca
mengabsorbsi sinar UV. Semua macam kuvet dapat dipakai untuk pengukuran di
daerah sinar tampak (visible).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya
pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi
sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk
jarum penunjuk atau angka digital.
Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk
menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I),dan
membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io).Rasio
disebuttransmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga
bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T.
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam
dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer
tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya
melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari
larutan yang dimasukan. Sedangkan pada spektrofotometer double-beam, nilai
blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam
satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan
membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga
reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam).
Dari kedua jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam
memiliki keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi
larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain
itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan
intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Koloni yang tumbuh dihitun dan diamati menggunakan colony counter dan
handcounter
3.3.2 Spektofotometri
4.1 Hasil
Tabel 1. Data Praktikum kelompok 2H Perhitungan Koloni Bakteri Commented [SR1]: DATA SHIFT ATAU DATA KELOMPOK?
Kel Waktu T0 T1 T2 T3 T4 T5
4.2 Pembahasan
4.2.1. DeskripsiPengamatanKoloniTerbentuk
Metode hitungan cawan memiliki anggapan setiap sel akan hidup menjadi
satu koloni. Teknik metode hitungan cawan memerlukan kemampuan melakukan
pengenceran dan menuangkan hasil pengenceran. Setelah itu hasil pengenceran
diinkubasi dan dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Untuk melakukan
perhitungan koloni, digunakan cawan yang berisi 30-300 koloni. Jumlah bakteri
yang terdapat dalam sampel dihitung dengan mengalikan jumlah koloni dengan
faktor pengencer pada cawan tersebut.
4.2.1 Perhitungan Koloni Terbentuk Commented [SR2]: Dimasukan tabel yang perhitungan koloni
Kel Waktu T0 T1 T2 T3 T4 T5
Pertumbuhan Bakteri
0.3
0.25
0.2
0.15
Pertumbuhan Bakteri
0.1
0.05
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5
Gambar diatas merupakan visualisasi grafik pertumbuhan bakteri yang
diamati oleh kelompok 2-H selama 6 jam. Pengamatan dilakukan mulai dari pukul
15.00 – 21.00. Nilai diambil setiap 1 jam sekali dengan menggunakan
spektrofotometer. Dari grafik terlihat bahwa siklus pertumbuhan bakteri bergerak
naik dan turun dimulai dari waktu pertama kali bakteri dihitung nilaioptical
density sebesar 0,2568 kemudian turun menjadi 0,1588 dan satu jam kemudian
grafik naik lagi menjadi 0,2351 lalu turun lagi menjadi 0,0800 dan naik lagi
0,2356 lalu akhirnya turun menjadi 0,1083.
Grafik pertumbuhan bateri yang baik adalah dimana memiliki 4 fase yaitu
: (1) Fase lag(adaptasi) adalah waktu yg dibutuhkan oleh bakteri untuk
beradaptasi dgn lingkungannya, (2) Fase log(eksponensial) adalah fase
pembelahan sel, dimana sel akan membelah sampai maksimum jumlah sel
tercapai sehingga grafik akan menunjukkan nilai tertingginya (Pelczar dan Chan
2005), (3) Fase stasioner yaitu kondisi dimana jumlah sel yang mati akan semakin
meningkat sehingga jumlah sel hidup dengan jumlah sel yang mati akan sama.
Pada fase ini jumlah sel hidup akan konstan seolah-olah tidak terjadi pertumbuhan
dan (4) Fase kematian dimana bakteri mulai mati yang menyebabkan turunnya
grafik. Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
seperti tersedianya nutrien di dalam media yang terdiri dari makronutrien seperti
C,H,O,N,S,P,K,Ca,Mg,Fe dan mikronutrien. Selain itu nilai pH, suhu dan faktor
lain juga mempengaruhi pertumbuhannya.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan data yang baik, seharusnya pada saat praktikum
dilakukan dengan serius dan diharapkan praktikan mengerti prosedur yang akan
dilakukan. Adapun tata tertib yang ada harus dipatuhi agar tidak terjadi kesalahan-
kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari praktikum. Dalam
menjalankan kegiatan praktikum mikrobiologi, praktikan harus menggunakan
masker dan sarung tangan untuk menghindari adanya kontaminasi bakteri yang
tidak diinginkan. Selain itu disarankan juga untuk tidak terlalu banyak berbicara
agar bakteri yang berada di mulut tidak mengkontaminasi bakteri yang akan
diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Bentuk Umum Mikroba Commented [SR4]: Langsung aja bentuk umum mikroba,
jangan bertele-bertele. Untuk pewarnaan kan sudah ada bagian
Bentuk umum mikroba terdiri dari satu sel (uniseluler) seperti yang umum khusus. Dan ini bukan latar belakang, jadi tidak perlu ada tujuan.
Tidak didapatkan inti yang dimaksud.
didapatkan pada bakteri, jamur, dan mikroalge. Dapat pula berbentuk flamen atau
serat, yaitu rangkaian sel yang terdiri dari dan sel atau lebih yang berbentuk rantai,
seperti yang umum didapatkan pada bakteri, jamur dan mikroalge. Bentuk
fillamen pada kenyataanya dapat berupa fillamen semu kalau hubungan antara sel
satu dengan yang lainnya atau tidak ada (misal ada beberapa jenis ragi ), dan
fillamen benar kalau berhubungan secara pisiologis (fungsisel), misalnya pada
beberapa jenis jamur dan mikroealge. Berbicara mengenai bentuk sel mikroba,
perlu untuk mengetengahkan adanya variasi bentuk yang didapat pada bakteria.
Bentuk umum bakteria adalah bulat (disebut kokus) dan batang/ memanjang (
disebut basil ). Dan kedua bentuk umum itu didapatkan bentuk variasi seperti :
1.Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak
digunakan.Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna
untuk mewarnai mikroorganisme tersebut.Kebanyakan bakteri mudah bereaksi
dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik
(suka dengan basa).Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkolin.Dengan pewarnaan sederhana dapat diketahui
bentukdan rangkaian sel-sel bakteri.Pewarna basa yang biasa digunakan untuk
pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin dimana
pewarnaan sederhana ini terbagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan, yaitu
pewarnaan asam dan basa.
a. Pewarnaan Asam
b. Pewarnaan Basa
2. Pewarnaan Diferensial
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan
gram negativeberdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini
diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk
membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri
Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat
warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram
negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain)
ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif
menjadi berwarna merah atau merah muda.Pengujian ini berguna untuk
mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding
sel mereka.
a. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara
bakteri gram negatif tidak.
b. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil
ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau
ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah
muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan
pada perbedaan struktur dinding sel bakteri.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat
diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki
selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan
kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol
sehingga dinding sel tetap menahan warna biru.Sel bakteri gram positif mungkin
akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram
negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek.
Tabel 1.Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negative
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.2 Bahan-bahanPraktikum
Dikeringkanpadasuhuruangbeberapamenit
Dihapus atau dicuci dengan alkohol, hingga larutan mengalir tak berwarna
selama10 – 20 detik
Setelah itu diteteskan 1 tetes zat warna II (Safranin/ air fuschin), biarkan
selama 20 detik
Lalu dihapus perlahan dengan menggunakan aquadest dan dibiarkan selama 2
detik
Diamati di atasMikroskop
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
SHIFT 2
Kel Sumber Gram Bentuk Foto Hasil Pengamatan
Isolat Positif/Negatif Bakteri
2-A Negatif Coccus
Air Laut
Dermaga
2-C Pulau Negatif Streptococcus
Biawak
Berdasarkan data hasil pengamatan di atas, semua kelompok pada shift 2 memiliki jenis
bakteri yang sama yaitu bakteri gram negatif. Hal ini dibuktikan oleh foto bakteri yang
memperlihatkan warna merah. Hampir seluruh bentuk bakteri juga berbentuk coccus yaitu bulat
dan adapula yang berbentuk streptococcus yang bulat dan bergerombolan seperti pada kelompok
2C, 2F dan 2H. Adapun bakteri ini bersumber dari air laut pulau Biawak. Bakteri gram negatif
memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci
oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Kesemua
kelompok pada shift 2 memiliki hasil akhir yang hampir sama ini mungkin disebabkan oleh
karena berasal dari sumber isolat yang sama sehingga jenis gram bakteri dan bentuknya hampir
sama semua.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pewarnaan bakteri yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa
seluruh bakteri yang digunakan oleh shift 2 adalah bakteri jenis gram negatif dimana bakteri ini
berwarna merah akibat tidak bisa menahan gentian violet dan lebih mengikat zat warna safranin.
Berdasarkan data yang didapat juga diketahui bahwa bentuk bakteri pada shift 2 berbentuk
coccus dan beberapa strepcoccus. Coccus adalah bakteri yang berbentuk bulat dan streptococcus
adalah bakteri yang berbentuk bulat dan bergerombol. Kemungkinan, semua bakteri ini sama
pada shift 2 akibat bersumber dari isolat yang sama yaitu berasal dari air dermaga laut Pulau
Biawak. Jenis pewarnaan yang digunakan adalah pewarnaan diferensial (gram).
5.2 Saran
Saran dari praktikum ini yaitu ketika melakukan apusan bakteri harus lebih teliti dan
ketika akan memindahkan bakteri dari medium ke object glass harus berhati-hati. Jangan
bermain-main pada saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 11. Pewarnaan dengan zat warna Gambar 12 Pemberian larutan Iodine
Gentian Violet