Anda di halaman 1dari 27

“Dok, telinga anak saya sakit..

Step 1

Bulging : membran timpani yg menonjol atau membengkak yang disebabkan adanya edem
mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial sehingga terbentuk eksudat yang purulen
di cavum timpani.

Parasintesis : pungsi atau usaha pengaspirasian cairan sekret pada membran timpani.

Otoskopi : salah satu pemeriksaan dengan melihat gendang telinga.

Step 2

1. Anatomi dan fisiologi dari pendengaran


2. Kenapa anak tersebut mengeluh sakit dan apa huubungannya dengan bulging?
3. Hubungan 5 hari yang lalu batuk dan pilek dengan nyeri telinga?
4. Apa hubungan umur dengan gejala di skenario?
5. DD
6. Kenapa didapatkan membran timpani merah membara, hiperemis?
7. Mengapa telinga kanan anak pada skenario kurang dapat mendengar?
8. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan?
9. Penatalaksanaan
10. Mengapa dokter menanyakan riwayat keluar cairan?

Step 3

1. Anatomi dan fisiologi dari pendengaran


Telinga luar :
Bagian auricula
Bagian meatus acusticus externuspars cartilago,pars oseus(lapisan epidermis tipis),
Telinga tengah
Membran timpani,memisahkan telinga luar dengan cavum timpani
Pars flaksid dan pars tensa( manubrium malei)
Cavum timpani (bentuk sprti kubus,bagian lateral : berbatasan dengan membran timpani,
medial : promontorium,canalis semisrkularis bagian lateral,
Anterior : tuba eustachii, m.tensor timpani
Posterior: aditus ad antum
Superior
Inferior : fossa dari vena jugularis interna
Telinga dalam
2 labirin
Labirin osea : struktur berda di dalam pars petrosa os temporalis, ada cairan perilimfe
Labirin membranacea : ada 3 bagian
Vestibulum : keseimbangan
Canalis semisirkularis : anterior,posterior,lateral
Cochlea : cairan endolimfe, untuk proses pendengaran
Tuba eustachius + tuba faringotimpani sperti huruf S, menghubngkan cavum timpani dan
nasofaring
- Tulang bagian belkang dan pendek/ 1/3 bagian
- Tulang rawan

Otot otot : m. tensor velipalatini, m. elevator velipalatini, m tensor timpani, m.


salphingofaringeus

Fungsi : ventilasi telinga,memperthankan keseimbangan udara dalam cavum timpani,


drainase sekret, dan menghalangi sekret dari cavum timpani ke nasofaring.

Fungsi telinga

Sebgai alat pendengaran : menghantarkan impuls dari suara luar

Alat penghantar/konduksi : dari telinga luar dan telinga tengah

Alat penerima : dari telinga dalam

Suara masukcanalis auditoris externusmembran timpani (harus utuh,lentur,tidak ada


obstruksi dari tuba eustachius)ossicula auditivatulang pendengaran
(maleus,incus,stapes) menggetarkan perilimfe menggetarkan endolimfe
menggetarkan membran tektorial  organon corti bergetar telinga dalam
(transmisi)transduksi (mekanik diubah menjadi impuls listrik)

2 mekanisme

-mekanisme hidrolik : luas membran timpani dibanding foramen oval = 14:1

-mekanisme ungkit : tek. dari membran timpani diperbesar

Tuba eustachius

Usia balita : bentuknya horizontal

Usia dewasa : agak miring

Pusat pengolahan

Pembagian dB

Infrasonik : dibawah 20Hz

Supersonik : diatas 20kHz

Ambang kebisingan yang dapat diterima dan efeknya

Telinga dibagi menjadi 3 :


1) Telinga luar (auris externa)
2) Telinga tengah (auris media)
3) Telinga dalam (auris interna)
TELINGA LUAR
Terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrane timpani. 1/3 lateral kartilago
dan 2/3 medial tulang. Dilapisi kulit dan kelenjar seruminase (modifikasi kelenjar keringat).
Struktur :
a. Auricular  terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
b. Meatus Acuticus Externus, terdiri dari :
 Pars cartilage : 1 cm
 Pars ossea : 2 cm
Persarafan telinga luar :
a. Nervus auriculotemporalis
b. Nervus occipitalis minor
c. Nervus auricularis major
d. Ramus auricularis nervi vagi
e. Nervus facialis
Perdarahan telinga luar :
a. Arteri temporalis superficial
b. Ramus auricularis profundus arteri maxillaries
c. Arteri auricularis posterior
TELINGA TENGAH
Dipisahkan dengan telinga luar oleh membrane tympani.
Batas-batas :
a. Batas luar : membrane tympani
b. Batas depan : tuba eustachii
c. Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
d. Batas belakang : aditus ad antrum (lubang yang menghubungkan telinga tengah
dengan antrum mastoid), kanalis fasialis pars vertikalis
e. Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
f. Batas dalam : dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis,
tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
Organ-organ yang terdapat di telinga tengah :
a. Membrane tympani
Memisahkan cavum tympani dengan meatus acisticus externum (m.a.e)
 Membrane tipis, semitransparan, oval, kedudukan miring caudomedial, 50 derajat
terhadap m.a.e.
 Terdiri dari pars flaccid/membrane Shrapnell (superior) dan pars tensa/membrane
propria (inferior)
 Dilekati oleh manubrium malei pada permukaan medialnya.
 Bayangan penonjolan bagian bawah maleus disebut Umbo.
 Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kea rah bawah, yaitu pukul 7
untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan.
 Reflex cahaya adalah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani,
yaitu serabut sirkuler dan radier. Secara klinis reflex ini dapat dinilai, misalnya bila
reflex cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachii.
 Membrane timpani dibagi menjadi 4 kuadran :
o Antero-superior
o Postero-superior
o Antero-inferior Untuk menyatakan letak perforasi
o Postero-inferior
Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di bagian postero-
inferior, sesuai dengan arah serabut
b. Cavum tympani
Rongga berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis.
Struktur : memiliki 4 dinding, atap dan dasar.
DINDING
Terdiri dari dinding lateral, medial, anterior dan posterior
Dinding lateral
Terisi membrane tympani dan cincin tulang tempat perlekatan membrane tympani,
pars squamosa os temporalis.
Terdapat bangunan chorda tympani, yang menyilang pars flaccid
Dinding medial
Memisahkan cavum tympani dengan telinga dalam, terdapat beberapa bangunan :
 Fenestra vestibule, menuju telinga dalam
o Lateral : basis stapedius
o Medial : perilymphe vestibuli
 Fenestra cochlearis, medial, perilymphe dari ujung saluran cochlea
 Promontorium : dibentuk dari tonjolan bagian cochlea dan mengandung serabut
saraf dari plexus tympanicus.
 Tonjolan dari canalis nervus facialis.
Dinding anterior
Terdapat bangunan :
 Tuba auditiva (eustachii), fungsi untuk menyamakan tekanan telinga tengah dan
faring
 Canalis untuk M. tensor tympanicus
 Cabang-cabang arteri carotis interna
Dinding posterior
Terdapat bangunan :
 Aditus dan antrum mastoideum
 Eminentia pyramidalis (M. stapedius)
ATAP
Tegmen tympani (bagian dari os petrosum), memisahkan cavum tympany dengan fosa
crania media
DASAR
Memisahkan cavum tympany dari A. carotis interna dan V. jugularis interna
Dibentuk oleh :
 Lamina tympanica (os petrosum)
 Fossa jugulare
 Canalis caroticus
 Nervus Jacobsen (cabang tympanica N.IX)

c. Ossicula auditiva
Malleus
Bagian-bagian :
 Caput : bersendi dengan incus
 Leher (collum mallei)
 Manubrium
o Tempat insertion M. tensor tympanicum
o Melekat pada membrane tympani
 Processus anterior : berhubungan dengan fissure petrotympanicum
 Processus lateralis : berhubungan dengan bagian atas membrane tympani
Incus
Bagian-bagian :
 Corpus : bersendi dengan caput mallei
 Crus longum : bersendi dengan caput stapedii
 Crus brevis : berhubungan dengan recessus epitympanicus
Stapes
 Caput : bersendi dengan incus
 Collum : tempat insertion M. stapedius
 Crus : menghubungkan collum dengan basis
 Basis : melekat pada fenestra ovalis
Persendian ossicula auditiva : articulation synovial
Fungsi : menghantarkan getaran suara ke telinga dalam

OTOT-OTOT
M. stapedius
 Origo : pyramida pada dd posterior
 Insertion : collum stapedii
 Persarafan : N. facialis
 Fungsi : relaksasi basis stapedii di fenestra ovalis, untuk mengurangi
tegangan di membrane tympani
M. tensor tympani
 Origo : pars cartilage tuba auditiva
 Insertion : manubrium mallei
 Persarafan : cabang N. pterygoidi medialis (N. mandibularis)
 Fungsi : menarik membrane tympani ke dalam dan menekan basis
stapedii pada fenestra ovalis, sehingga membrane tympani
menjadi lebih tegang.
d. Tuba auditiva
e. Adnexa mastoidea
f. Nervus facialis

TELINGA DALAM
Berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan.
LABYRINTH OSSEA
Struktur ini letaknya di dalam pars petrosa ossis temporalis, dilapisi periosteum dan
mengandung cairan perilymphe. Didalamnya terdapat labyrinth membranaceae yang terdiri
dari 3 bagian :
Vestibulum
 Letaknya diantara cochlea (depan) dan canalis semicircularis (belakang).
 Isi
o Sacculus
o Utriculus
o Sebagian dari ductus endolymphaticus
Cochlea
Berfungsi dalam proses pendengaran dan keseimbangan
 Berbentuk konus (seperti rumah keong)
 Modiolus adalah tulang pusat, sebagai sumbu dimana cochlea melingkar seperti
spiralis
 Isinya ductus cochlearis
 Membrane basilaris membagi saluran didalam cochlea menjadi dua (scala tympani
dan scala vestibuli) dan saling berhubungan di apeksnya
 Membrane vestibularis
Diantara membrane vestibularis dan membrane basilaris terdapat spiral organ atau
organ dari Corti.
Canalis semicircularis
Berfungsi dalam keseimbangan kinetic
Terdiri dari 3 buah canalis
 Anterior
 Posterior
 Lateral
 Semua canalis ini saling tegak lurus 90 derajat dan saling tegak lurus satu dengan
lain, dan terletak 45 derajat thd bidang sagital
 Semua canalis berbentuk 2/3 lingkaran
 Pada satu ujungnya melebar membentuk ampula

Buku Petunjuk Praktikum Anatomi & Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala dan Leher, ed 6, FKUI : 2007

Fisiologi pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke cochlea. Getaran tersebut
menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran
dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang
telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong
sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane
Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara
membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, ed 6, FKUI : 2007

TRANSMISI SUARA MELALUI TULANG


Karena cochlea diselimuti oleh tulang (labirintis ossea) dan terdapat di dalam os temporal,
maka getaran seluruh tulang tengkorak dapat menyebabkan getaran cairan pada cochlea itu
sendiri. Oleh karena itu, garpu tala atau penggetar elektronik yang diletakkan pada setiap
protuberantia tulang tengkorak, terutama pada os mastoideus, akan meyebabkan orang
tersebut mendengarkan suara.
Buku Ajar Fisiologi, Guyton&Hall, ed 9, EGC : 1997

- pinna : suatu pengumpul suara, sementara liang telinga krn bentuk dan dimensinya,
dpt sangat memperbesar suara dlm rentang 2 – 4 kHz.
- Telinga tengah : suatu alat penghilang hambatan antara udara ( lingk.kita) dan cairan
( telinga dalam)
- Stapes : menghantarkan getaran suara lewat liang telinga dan telinga tengah ke
telinga dalam
- Daun telinga : menampung gelombang suara yg datang
- Liang telinga : meneruskan suara dari daun telinga ke membran timpani
- Membran timpani : menggetarkan tulang pendengaran
- Rongga telinga : menjaga antara tekanan udara dlm dan luar agar seimbang
- Maleus, inkus : meneruskan getaran suara ke tingkap jorong
- Tuba eustachii : saluran yg menghub antara rongga telinga dg naso faring
- Pengatur agar tekanan didalam rongga telinga sama dg tekanan diluar
- Sbg ventilasi agar selaput lendir dirongga telinga mendapat cukup oksigen / airasi.
- cochlea : menerima rangsang dari skala vestibuli dan skala timpani untuk dianalisa
dan dibawa ke otak
- vestibulum dan kanal semi sirkularis : berguna sbg alat keseimbangan
(ILMU PENYAKIT THT, FK UNDIP)
2. Kenapa anak tersebut mengeluh sakit dan apa hubungannya dengan bulging?
Pertahanan tubuh dari anak
Virulensi bakteri
Pada anak biasanya terjadi ISPA lama kelmaan infeksi menjalar ke tuba eustachiitidak
bisa menghalangi bakteri masuk ke telinga tengahrubor,kalor,tumor,dolorleukosit keluar,
melawan antigen nanah
Edem : karena nanah terkumpul di cavum timpani
Bulging : edem pada mukosa telinga tengah,membran timpani ada pembuluh
darahmenekan pembuluh darah nyeri pada telinga.
Membran timpani
-bag. Luar
-bag.dalam : ada banyak serabut bebas sakit
Membran timpani menerima impuls sebagai rasa sakit.
Pars flaksida :
Epitel
Pars tensa : ada serat kolagen dan serat radier (sering)
Penyakit yang menyebaban nyeri telinga
Telinga luar : Otitis Externa
Otitis externa sirkumskripta (furunkel) : pada 1/3 luar
Otitis externa difus : pada 2/3 dalam
Biasanya karena bakteri staphylococcus dan streptococcus.
Nyerinya sangat hebat pada OE karena persarafan kurang senstif
OE difus : nyeri tekan tragus, nyeri tarik auricula,ada sekret,analnya lebih eritema, membuka
mulut sakit
Telinga tengah
OM :peradangan sebgian atau seluruh mukosa bag. Tengah
OM supuratif : aman dan bahaya
OM non supuratif
OM serosa
OM efusi
OME
OM akut : resiko rendah dan tinggi
OMSK=OM supuratif kronik
Etiologi :
-Tek. udara
-Alergi dan infeksisumbatan di saluran
-sekret dari luar
-tampon yang tersisa
-tumor
Terjadi gangguan di tuba  tek.negatif efusi
Tuba terganggu+adanya infeksi OMA
Efusi sembuh tergantung virulensi dan pertahan tubuh.
Gangguan fungsional dari tuba eustachii
Normal : posisi tertutp,
Etiolgi : tuba terbuka secara abnormal,mioklonus palatal palatoskisis dan obstruksi tuba
Tuba terbuka  saat respirasi (rasa penuh pada telinga)
Kelainan barotrauma : pada orang yang naik gunung dan menyelam karena adanya
perbedaan tekanan.
Biasanya merasa bindeng,menggema,ada reflek menelan.
ISPA kongesti pada nasofaringgerak silia tidak normalinfeksi masukdrainase lendir
tidak normal percampuran pus
Stad. Oklusi : retraksi dari membran timpani
Pada anak nyeri
Stad. Hiperemis : pembuluh darah melebar disertai edem sekret
Stad. Supurasi : edem hebat, bulging (anak rewel,tidur susah,demam)
Stad. Perforasi : ruptur membran timpani (anak tenang)
Stad. Resolusi : perbaikan
Tanpa perforasi
Perforasi  OM kronik (lbih 2 bulan dan sekret terus menerus)
Regenerasi membran timpani dari sentral ke perifer.
Lapisan membran timpani :
Flaksid : stratum cutaneum , stratum mucosum
Tensa : stratum cutaneum, stratum fibrosum, stratum mucosum
Regenerasi berapa lama?

Letak perforasi
-anterosuperior
-posterosuperior : biasanya dilakukan miringotomi
-posteroinferior

3. Hubungan 5 hari yang lalu batuk dan pilek dengan nyeri telinga?

4. Apa hubungan umur dengan gejala di skenario?

5. Kenapa didapatkan membran timpani merah membara, hiperemis?

6. Mengapa telinga kanan anak pada skenario kurang dapat mendengar?


Pars konduksi
Karena media pendengaran terhambat oleh karena adanya eksudatimpuls
berkurang,membran timpani kurang fleksibel  pendengaran berkurang
DD kurang mendengar :
Hearing loss :
-CHL : pada telinga luar dari telinga tengah
Etiologi : OE,penumpukan serumen,otomikosis,OM,kolesteatom
-SNHL
-Mix
-presbiacusis
-NIHL

KELAINAN KONGENITAL
Berbagai kelainan congenital telinga luar disebabkan gangguan perkembangan arkus brachial
pertama dan kedua.
A. TELINGA CAMPLANG/JEBANG (BAT`S - EAR)
Daun telinga tampak tidak normal, lebih lebar dan lebih berdiri. Fungsi pendengaran
tidak terganggu. Namun karena bentuknya yang tidak bagus ini kadang kala
menimbulkan masalah psikis.
B. MIKROTIA DAN ATRESIA LIANG TELINGA
Pada Mikrotia, daun telinga bentuknya lebih kecil dan tampak tidak sempurna.
Kelainan ini juga dapat diikuti oleh atresia liang telinga dan kelainan tulang
pendengaran.
Namun kelainan ini jarang disertai kelainan telinga dalam, karena perbedaan
perkembangan embriologik antara telinga dalam dengan telinga luar.
ETIOLOGI
Belum diketahui dengan jelas. Baru diduga adalah factor genetic, infeksi virus, intoksikasi
bahan kimia dan obat teratogenik pada kehamilan muda.
DIAGNOSIS
Ditegakkan hanya dengan melihat bentuk daun telinga yang tidak sempurna dan liang
telinga yang atresia. Semakin tidak sempurnanya bentuk daun telinga dapat menjadi
petunjuk buruknya telinga tengah.
Pemeriksaan audiometric dan radiologic sangat membantu dalam menentukan
kemungkinan berhasilnya operasi rekonstruksi kelainan di telinga tengah.
Operasi bertujuan untuk memperbaiki pendengaran dan memperbaiki penampilan
secara kosmetik.
Pada atresia bilateral, untuk membantu mengatasi gangguan pendengaran dan
mencegah terlambatnya perkembangan berbahasa maka dianjurkan untuk memakai alat
bantu dengar sejak dini. Operasi pembuatan liang telinga (kanaloplasti) baru dikerjakan
pada usia 5-7 tahun.
Sedangkan pada atresia unilateral, operasi dikerjakan setelah usia dewasa.

C. FISTULA PREAURIKULAR
Merupakan kelainan herediter yang dominan. Fistula dapat ditemukan di depan tragus,
berbentuk bulat atau lonjong, dengan ukuran seujung pernsil. Dari muara fistula sering
keluar secret yang berasal dari kelenjar sebasea.
Biasanya pasien datang berobat oleh karena terdapat obstruksi dan infeksi fistula,
sehingga terjadi pioderma atau selulitis fasial. Untuk menentukan panjang fistel
dilakukan pemeriksaan radiologic (fistulografi).
Bila tidak ada keluhan tidak diperlukan tindakakn operasi. Tindakan operasi baru
diperlukan bila sering timbul infeksi atau keluarnya secret yang berkepanjangan sehingga
mengganggu aktivitas. Dalam operasi fistel harus diangkat seluruhnya untuk mencegah
kekambuhan.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, ed 6, FKUI : 2007

KELAINAN TELINGA LUAR


A. KELAINAN DAUN TELINGA (AURICULA)
HEMATOMA
ETIOLOGI
Biasanya disebabkan oleh trauma. Terdapat kumpulan darah di antara perikondrium
dan tulang rawan. Kumpulan darah ini harus dikeluarkan secara steril guna
mencegah terjadinya infeksi yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya
perikondritis.
PERIKONDRITIS
DEFINISI
Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga.
ETIOLOGI
Karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang terinfeksi dan sebagai
komplikasi pseudokista daun telinga.

Bila pengobatan dengan antibiotika gagal dapat timbul komplikasi berupa


mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka
daun telinga (cauliflower ear).

PSEUDOKISTA
Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan
kekuningan di antara lapisan perikondrium dan tulan rawan telinga.
Biasanya pasien datang ke dokter, karena ada benjolan di daun telinga yang tidak
nyeri dan tidak diketahui penyebabnya.

Kumpulan cairan ini harus dikeluarkan secara steril untuk mencegah terjadinya
perikondritis. Kemudian dilakukan balut tekan dengan bantuan semen gips selama 1
minggu supaya perikondrium melekat pada tulang rawan kembali. Apabila
perlekatan tidak sempurna dapat timbul kekambuhan.

B. KELAINAN LIANG TELINGA


SERUMEN
DEFINISI
Hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan
partikel debu. Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang
telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini. Konsistensinya
lunak, tetapi kadang kering. Dipengaruhi oleh factor keturunan, iklim, usia, dan
keadaan lingkungan.
Serumen dapat keluar sendiri akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah
membrane timpani menuju ke luar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu
mengunyah.
Serumen mempunyai efek proteksi dengan cara mengikat kotoran, menyebarkan
aroma yang tidak disenangi serangga sehingga enggan masuk ke liang telinga.
Gumpalan serumen yang menumpuk akan menimbulkan gangguan berupa tuli
konduktif, terutama bila telinga masuk air (mandi, berenang), serumen mengembang
sehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran semakin dirasakan
sangat menganggu.
PENATALAKSANAAN
Dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen lembek, dibersihkan
dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen keras dapat dikeluarkan
dengan pengait atau kuret, apabila gagal maka harus dilunakkan dengan tetes
karbogliserin 10% selama 3 hari.
Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong ke dalam liang telinga sehingga
dikuatirkan menimbulkan trauma pada membrane timpani sewaktu
mengeluarkannya, dapat dialiri air hangat yang suhunya sesuai suhu tubuh. Tapi
harus dipastikan tidak ada riwayat perforasi pada membrane timpani.

BENDA ASING DI LIANG TELINGA


Dapat berbagai macam benda asing yang dapat ditemukan, antara lain benda mati
atau hidup, hewan, komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral.
Usaha mengeluarkannya malah terkadang justru mendorong lebih ke dalam, maka
harus hati-hati dalam tindakannya. Bila tidak, dapat merusak membrane timpani
dan telinga bagian dalam.
Bila kemasukan binatang dan masih hidup, maka harus dimatikan terlebih dahulu
dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan (missal
larutan rivanol atau obat anestesi lokal) lebih kurang 10 menit, setelah itu baru
dikeluarkan dengan pinset atau irigasi.
Jika MT sudah perforasi  penatalaksanaan ?

OTITIS EKSTERNA
DEFINISI
Radang liang telinga akut maupun kronis.
ETIOLOGI
Infeksi bakteri, jamur dan virus. Factor yang mempermudah radang telinga luar ialah
perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi
basa maka proteksi terhadap infeksi menurun.
Pada keadaan udara hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
Predisposisi yang lain adalah trauma ringan ketika mengorek kuping telinga.
KLASIFIKASI
OTITIS EKSTERNA AKUT
 Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = bisul)
Oleh karena kulit di 1/3 luar liang telinga mengandung adneksa kulit (rambut, kel
sebasea, kel serumen), maka tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus,
sehingga membentuk furunkel.
ETIOLOGI
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.
GEJALA
Rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini karena kulit liang
telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri
timbul pada penekanan perikondrium. Nyeri juga dapat timbul spontan ketika
membuka mulut. Selain itu terjadi gangguan pendengaran, bila furunkel besar
dan menyumbat liang telinga.
PENATALAKSANAAN
Tergantung keadaan furunkel. Bila sudah abses, di aspirasi secara steril untuk
mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotic dalam bentuk salep, seperti
polymixin B atau Bacitracin, atau antiseptic (asam asetat 2-5% dalam alkohol).
Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang drain untuk
mengalirkan nanahnya.
Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara sistemik, hanya diberikan obat
simtomatik seperti analgetik dan obat penenang.
 Otitis Eksterna Difus
Biasanya mengenai kulit liang telinga 2/3 dalam. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya.
ETIOLOGI
Kuman golongan Pseudomonas. Kuman lain dapat menjadi penyebab seperti
Staphylococcus albus, Escherichia colii dan sebagainya.
GEJALA
Nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang KGB regional membesar
dan nyeri tekan, terdapat secret yang berbau. Secret ini tidak mengandung
lender (musin) seperti secret yang keluar dari kavum tympani pada otitis media.
PENATALAKSANAAN
Membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang mengandung antibiotika
ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang
meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.

OTOMIKOSIS
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembapan yang tinggi didaerah
tersebut.
ETIOLOGI
Yang tersering adalah Pityrosporum, Aspergillus. Kadang ditemukan Candida
albicans. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe
dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis.
GEJALA
Berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan.
PENATALAKSANAAN
Membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2% dalam alcohol, larutan Iodium
povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran antibiotic dan steroid
yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan. Kadang diperlukan
juga obat anti-jamur (salep) yang diberikan secara topical yang mengandung nistatin,
klotrimazol.
HERPES ZOSTER OTIKUS
DEFINISI
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Varicella zoster. Virus ini menyerang satu
atau lebih dermatom saraf cranial. Keadaan ini disebut juga Syndrome Ramsay Hunt.
Tampak lesi kulit yang vesikuler pada kulit di daerah muka sekitar liang telinga,
otalgia, dan terkadang disertai paralisis otot wajah. Pada keadaan berat ditemukan
gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural.
Penatalaksanaan sesuai dengan Herpes zoster.

INFEKSI KRONIS LIANG TELINGA


Infeksi bakteri maupun infeksi jamur yang tidak diobati dengan baik, iritasi kulit yang
disebabkan cairan otitis media, trauma berulang, adanya benda asing, penggunaan
cetakan (mould) pada alat bantu dengar (hearing aid) dapat menyebabkan radang
kronis. Akibatnya terjadi stenosis atau penyempitan liang telinga karena
terbentuknya jaringan parut (sikatriks).
Pengobatannya memerlukan operasi rekonstruksi liang telinga.

KERATOSIS OBTURANS DAN KLOSTEATOMA EKSTERNA


Pada keratosis obturans ditemukan gumpalan epidermis di liang telinga yang
disebabkan oleh terbentuknya sel epitel yang berlebihan yang tidak bermigrasi ke
arah telinga luar. Terdapat tuli konduktif akut, nyeri yang hebat, liang telinga yang
lebih lebar, membrane timpani utuh tapi lebih tebal dan jarang ditemukan adanya
sekresi telinga. Gangguan pendengaran dan rasa nyeri disebabkan oleh desakan
gumpalan epitel berkeratin di liang telinga.
PERBEDAAN KERATOSIS OBTURANS & KOLESTEATOMA EKSTERNA
KERATOSIS OBTURANS KOLESTEATOMA EKSTERNA
Umur Dewasa Muda Tua
Penyakit terkait Sinusitis Tidak ada
Nyeri Akut/berat Kronis/nyeri tumpul
Gangguan pendengaran Konduktif/sedang Tidak ada/ringan
Sisi telinga Bilateral Unilateral
Erosi tulang Sirkumferensial Terlokalisi
Kulit telinga Utuh Ulserasi
Osteonekrosis Tidak ada Bisa ada
Otorea Jarang Sering

PENATALAKSANAAN
Oleh karena K.O disebabkan oleh peradangan kronis, serta sudah terjadi gangguan
migrasi epitel maka setelah gumpalan keratin dikeluarkan, debris akibat radang
harus dibersihkan secara berkala.
Pada K.E perlu dilakukan operasi agar kolesteatoma dan tulang nekrotik dapat
diangkat semua. Tujuan operasi mencegah berlanjutnya penyakit yang mengerosi
tulang. Indikasi operasi adalah bila destruksi tulang sudah meluas ke telinga tengah,
erosi tulang pendengaran, kelumpuhan saraf fasialis, terjadi fistel labirin atau otore
yang berkepanjangan.
Bila K.E masih kecil dapat dilakukan tindakan konservatif. Setelah diangkat sampain
bersih, diikuti pemberian antibiotic topical secara berkala. Pemberian obat tetes
telinga dari campuran alcohol atau gliserin dalam H 2O2 3%, 3 x seminggu sering kali
dapat menolong.

OTITIS EKSTERNA MALIGNA


DEFINISI
Infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada
orang tua dengan penyakit DM. penderita DM, pH serumennya lebih tinggi. Kondisi
ini menyebabkan penderita DM lebih mudah terkena otitis eksterna. Akibat adanya
factor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi
otitis eksterna maligna, dimana peradangan meluas secara progresif ke lapisan sub
cutis, tulang rawan dan ke tulang di sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis,
dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.
GEJALA
Rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti nyeri, secret yang banyak serta
pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut akan semakin hebat,
liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf fasial
dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial.
Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan
kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi DM berat,
menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus cepat diberikan, sesuai dengan hasil kultur dan resistensi.
Sementara menunggu, diberikan golongan fuoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi
per oral. Pada keadaan lebih berat, diberikan antibiotika parenteral kombinasi
dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.
Antibiotika yang sering digunakan :
 Ciprofloxasin, ticarcillin-clavulanat, piperacilin (kombinasi dengan
aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime (maxipime), tobramicin
(kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan penicillin).
Disamping obat, sering kali di perlukan juga tindakan membersihkan luka secara
radikal. Tindakan yang kurang bersih akan dapat menyebabkan makin cepatnya
perjalanan penyakit.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, ed 6, FKUI : 2007

KELAINAN TELINGA TENGAH


Gangguan fungsi tuba eustachius

Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring. Fungsi tuba ini adalah untuk ventilasi, drainase secret dan menghalangi
masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. Ventilasi berguna untuk menjaga agar
tekanan udara dalam telinga tengah selalu samadengan tekanan udara luar, adanya fungsi
ventilasi tuba ini dapat dibuktikan dengan melakukan perasat valsava dan perasat Toynbee.

Perasat valsava dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras sambil hidung dipencet serta
mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa udara masuk ke dalam rongga telinga tengah
yang menekan membrane timpani kea rah lateral. Perasat ini tidak boleh dilakukan bila ada
infeksi pada jalan nafas atas.

Perasat tonybee dilakukan dngan cara menelan ludah sambil hidung dipencet serta mulut
ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membrane timpani tertarik ke medial, perasat
ini lebih fisiologis.

Tuba eustachius terdiri dari tulang rawan pada 2/3 ke arah nasofaring dan sepertiganya
terdiridari tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih
horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm da/n pada anak
dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm

Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru dapat terbuka bila oksigen diperlukan
masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan
tuba dibantu oleh otot tensor veli platini bila perbedaan tekanan udara antara 20-40mmHg.
Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal,seperti tuba terbukaabnormal,
myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi tuba.

TUBA TERBUKA ABNORMAL

Tuba terbuka abnormal adalah tuba terus-menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga
tengah waktu respirasi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh hilangnya jaringan lemak disekitar
mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang hebat, penyakit kronis tertentu seperti
rhinitis atrofi dan faringitis, gangguan fungsi otot seperti myasthenia gravis, penggunaan
obat antihamil pada wanita dan penggunaan estrogen pada laki-laki

Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema suara sendiri
bterdengar lebih keras). Keluhan ini kadangkadang sangat terganggu, sehingga pasien
mengalami stress berat

Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membrane tympani yang atrofi, tipis dan bergerak
pada respirasi

Pengobatan pada keadaan ini kadang-kadang cukup dengan memberikan obat penenang
saja. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi

MYOKLONUS PALATAL

Myoklonul palatal adalah kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi secara periodic.
Hal ini menimbulkan bunyi klik dalam telinga pasien dan kadang-kadang dapat didengar oleh
pemeriksa. Keadaan ini jarang terjadi dan penyebab yang pasti belum diketahui. Biasanya
tidak memerlukan pengobatan

PALATOSKISIS (SUMBING LANGIT-LANGIT)

Pada palatoskisis terjadi gangguan otot tensor veli platini dalam membuka tuba. Hal ini
menyebabkan kemungkinan terjadinya kelainan di telinga tengah pada anak dengan
palatoskisis, lebih besar dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena itu dianjurkan untuk
melakukan koreksi palatoskisis sedini mungkin.

OBSTRUKSI TUBA

Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di nasofaring,
peradangan adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang timbul pada
penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media
serosa). Oleh karena itu setiap pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik unilateral
harus dipikirkan adanya kemungkinan karsinoma nasofaring. Sumbatan mulut tuba di
nasofaring juga dapat terjadi oleh tampon posterior hidung (bellocq tampon) atau oleh
sikatriks yang terjadi akibat trauma operasi (adenoidektomi)

BAROTRAUMA

ETIOLOGI
adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah
sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka.

PATOFISIOLOGI

Apabila perubahan tekanan melebihi 90 cmHg, maka aktivitas normal otot tidak dapat
membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga
cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa telinga tengah dan kadang2 disertai ruptur
pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.

MANIFESTASI KLINIK

Kurang pendengaran, rasa nyeri dalam telinga, autofoni, perasaan ada air dalam telinga dan
kadang2 tinitus dan vertigo

PENATALAKSANAAN

Cukup dengan konservatif, memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat
valsava selama tidak terjadi infeksi di jalan nafas atas

Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai
beberapa minggu maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu memasang
pipa ventilasi

PENCEGAHAN

Selalu mengunyah permen karet atau melakukan parasat valsava, terutama sewaktu pesawat
terbang mulai turun untuk mendarat

OTITIS MEDIA AKUT & KRONIS

otitis media akut (OMA)

Etiologi

Sumbatan tuba eustachius, karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan


invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke
dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
ISPA
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI
Stadium
Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah adanya gambaran retraksi membran
timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, karena adanya
absorpsi udara.
Kadang-kadang membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau
berwarna keruh pucat.
Stadium Hiperemis (Stadium Presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membrane
timpani tampak hiperemis serta edem.
Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga
sukar terlihat.
Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial,
serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran
timpani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa
nyeri di telinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia,
akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timul pada tromboflebitis pada vena-vena
kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani
terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, ditempat
tersebut akan terjadi ruptur.
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan
apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat rupture (perforasi) tidak mudah menutup
kembali.
Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi
kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar
mengalir dari telinga tengah ke lian telinga luar.
Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak
dapat tertidur nyenyak.
Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan
akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan bekurang dan
akhirnya kering..
Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI

Gejala
Stadium 1:
Salphingitis ( radang Tuba Eustachii)
telinga terasa tersumbat (oklusio tuba)
gembrebeg (tinitus low frequency)
‹ dengar (tipe CHL)
otofoni (mendengar suara sendiri)
otoskopi → MT normal
otalgia (kadang)
STADIUM 2 : Pre supuratif ( radang mukoperios telinga tengah)
gejala stadium 1 bertambah hebat
panas/otalgia
Membran timpani merah (vaskularisasi jelas)
manubrium malei ke perifer
Stadium 3 : Supurasi / pustulasi → perforasi
gejala stadium 1 lbh hebat lagi
anak-anak : sering rewel / kejang
Membran Timpani bullging (otalgia)
gejala mereda
keluar discharge purulen
Membran Timpani merah membara
Stadium 4: Resolusi
MT utuh :
 sakit/panas hilang
 berlanjut menjadi OME
MT perforasi :
 dpt menutup kembali → sikatrik
 tanpa stratum fibrosum
 menjadi OMK (otitis media kronik)
Ilmu Penyakit THT FK UNDIP

Pemeriksaan
- Inspeksi
- Palpasi
- Auskultasi:
Dengan Otoskopi : (melihat gendang telinga/MT)

MT: merah muda→ merah membara (rubor)

bulging (adanya pustulasi)

bercak kuning (daerah nekrosis)→ perforasi

Pemeriksaan dg. garpu tala:

→ adanya tuli hantaran (CHL)

- Rinne : positif , BC > AC

- Weber : lateralisasi ke yg sakit

- Scwabach : memanjang

Ilmu Penyakit THT FK UNDIP

Pemeriksaan otoskopi

- Stadium peradangan:
Pada pemeriksaan tampak membran timpani suram atau kebiruan
dengan corakan pembuluh darah sepanjang maleus dan annulus.
Bila penyakit berlanjut, membran timpani menebal dan memerah.
Pars tensa mengembung dan bagianya tak jelas. Hal ini menunjukkan
bahwa membran timpani terancan perforasi.

- Stadium supurasi:
Pada pemeriksaan tampak sekret mukopurulen yang sering
berpulsasi, keluar melalui perforasi pada pars tensa membran
timpani. Bila dapat terlihat, tampak mukosa menebal, berwarna
merah dan lembut seperti beludru. Pada perforasi yang kecil
mungkin tampak mukosa yang edem menonjol keluar melalui lubang
perforasi dan sekret keluar dari tengahnya, biasa disebut perforasi
puting susu.

- Stadium komplikasi
Tampak dinding postero superior liang telinga menggantung
(sagging). Gambaran membran timpani tidak jelas berbeda dengan
sebelumnya.

Penyakit THT, Kepala dan Leher, John Jacob Ballenger

Pemeriksaan Penunjang :

- Pemeriksaan rontgen mastoid : untuk melihat perluasan infeksi dari telinga tengah ke daerah
tulang mastoid, serta adanya gambaran kolesteatoma
- Pemeriksaan CT scan kepala : untuk melihat kelainan di intrakranial. Sebelum ada CT scan,
dilakukan pemeriksaan angiografi dan pemeriksaan ventrikulografi untuk mendiagnosis kelainan
intrakranial. Tetapi, pemeriksaan ini sangat infasif
- Pungsi lumbal : diperlukan untuk melihat adanya infeksi di likuor serebrospinal, susunan kimiawi,
dan peninggian tekanan likuor, serta untuk pemeriksaan mikroresistensi kuman. Pungsi lumbal
sebaiknya tidak dilakukan bila terdapat tanda tekanan intrakranial yang tinggi, terutama bila terdapat
sakit kepala yang hebat, serta kesadaran yang menurun. Pada keadaan demikian harus dikonsulkan
ke dokter ahli saraf
- Pemeriksaan mikroresistensi kuman yang diambil dari sekret telinga
( Panduan Penatalaksanaan Gawat Darurat Telinga Hidung Tenggorok, FKUI )

Pengobatan
stadium Oklusi
Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehinggan tekanan
negative di telinga tengah hilang.
Maka diberikan :
HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak < 12 tahun

HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk usia > 12 tahun

Stadium Presupurasi/Hiperemis
Antibiotika, tetes hidung dan analgetika.
Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi.
Antibiotika yang dianjurkan adalah gologan penisilin atau ampisilin.
Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agardidapatkan konsentrasi yang
adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Pemberian antibiotika
dianjurkan minimal 7 hari.
Bila pasien alergi penisilin, diberikan eritromisin.
Pada anak:
Ampisilin diberikan dengan dosis 50-100mg/BB per hari dibagi dalam 4 dosis.
Amoksisilin 40 mg/BB per hari dibagi dalam 3 dosis.
Eritromisin 40 mg/BB per hari
Stadium Supurasi
Antibiotika disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh.
Stadium Perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 hari disertai antiniotika.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10
hari.
Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada dan perforasi
membran timpani menutup.
Bila tidak terjadi resolusi tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui
perforasi di membran timpani, maka antibiotika dapat dilanjutkana sampai 3 minggu.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI

Komplikasi
Sebelum ada antiboitika, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses subperiosteal
sampai komplikasi yang berat ( meningitis dan abses otak)
Setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi biasanya didapatkan sebagai komplikasi
miringotomi.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI

Prognosis
Sembuh setelah std. Resolusi
o sembuh spontan tanpa perforasi
o sembuh dg perforasi→ bila menutup → sikatrik
o sembuh setelah parasentesis
TIDAK sembuh
o tanpa perforasi → OME → sekret kental → Glue ear
o dg. perforasi → OMK → bila sembuh dan tetap perforasi → Dry ear
Ilmu Penyakit THT FK UNDIP

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS


Yang disebut Otitis Media Supuratif Kronis ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (>2bulan)

Perjalanan Penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi Otitis media supuratif kronis
apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dan 2 bulan, disebut
otitis media supuratif subakut.

Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah :

1. terapi yang terhambat diberikan terapi yang tidak adekuat


2. virulensi kuman tinggi
3. daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higmene buruk.
Etiologi

Kuman penyebab biasanya gram positif aerob, sedangkan pada infeksi yang telah
berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negative dan anaerob.

Jenis OMSK

OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :

1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)


Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral Umumnya OMSK
tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe
benigna tidak terdapat kolesteatom.
Prinsip terapinya adalah medicamentosa. Bila secret keluar terus, diberikan obat
cuci telinga yaitu larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang atau
bila sudah tenang, dilanjutkan dengan obat tetes telingga yang mengandung
antibiotic dan kortikosteroid, tidak lebih dari 1- 2 minggu karena obat bersifat
ototoksik.

2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya).


Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan
kolesteatoma.
OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang
Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang
terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian
besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna.
Sumber : Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT Kepala Leher FKUI 2001 ; Kapita Selekta
Kedokteran Jilid I
Permasalahan :
a. m.timpani → permanent perforasi syndrome/pps
b. mukosa → persistent mucosal disease/pmd = mukosa tidak dapat sembuh
semula
c. tulang → cholesteatoma
Klasifikasi :
 Tipe Tubotimpanal (1,2)
- timpani anterior
- ‹‹ anak
- safe ear
- discj. serous, mukous mukosa/pmd
- kronisitas → disfungsi tuba m.timpani/pps
 Tipe Aticoanthral
- timpani posterior
- semua umur
- unsafe ear
- discj. purulen
- tipe Timpano mastoid dan cholesteatoma

OMK tanpa perfoarasi ???

OTOSCLEROSIS

Otosklerosis adalah penyakit tulang kapsul otik yang menghasilkan akumulasi abnormal
tulang baru di dalam tingkap ova

Pada otosklerosis, tulang baru memperangkap dan menghambat pergerakan stapes,


menyebabkan hilang pendengaran konduktiv. Otosklerosis juga menghasilkan hilang
pendengaran sensorineural, terutama ketika ketika foci tulangotosklerosis berbatasan
dengan scala media. Setengah dari seluruh kasus diturunkan. Virus measles memainkan
peran mendorong pada pasien dengan predisposisi genetic untuk otosklerosis.

Meskipun sekitar 10% orang dewasa putih mempunyai beberapa otosklerosis (dibandingkan
dengan 1% orang hitam), hanya sekitar 10% orangyang terkena berkembang menjadi hilang
pendengaran konduktiv. Hilang pendengran dari otosklerosis dapat tampak pada awal usia 7
atau 8. tapi kebanyakan kasus tidak terbuktikan hingga rmaja akhir atau dewasa awal, ketika
berkembang lambat, didiagnosa hilang pendengaran asimetrik. Fixasi stapes dapat
berkembang secara cepat saat kehamilan.

Pertolonan pendengaran dapat mengembalikan pendengaran. Alternativnya bedah minor


untuk mengangkat sebagian atau semua stapes dan mengganti dengan prostesis dapat
menguntungkan.

colesteatom

Cholesteatoma adalah pertumbuhan sel epitel yang terbentuk di telinga tengah, mastoid,
atau epytimpanium setelah otitis media kronik. Enzim litik, seperti kolagenase, diproduksi
oleh cholesteatoma yang dapat merusak tulang terdekat dan jaringan lunak cholesteatoma
juga merupakan sarang untuk infeksi;labirintitis purulen, paralysis facial, atau abses
intracranial dapat timbul.

Cholesteatoma harus dibuang dengan pembedahan; karena umumnya berulang.


Rekonstruksi telinga tengah biasanya dialihkan hingga operasi ke2 dilakukan 6-8 bulan
kemudian

Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi
terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar.

Klasifikasi
1. Kolesteatom kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada
telinga dengan membrana timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. Lokasi biasanya di
kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angle.
2. Kolesteatoma akuisital yang terbentuk setelah anak lahir. jenis terbagi atas dua:
a. kolesteatom akuisital primer
Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani.
Koesteatorn timbul akibat terjadi pro es invaginasi dan membran timpani pars
flasida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba
(Teori Invaginasi).
b. Kolesteatom akuisital sekunder
Kolesteatom terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani.
Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dan rnasuknya epitel kulit dan liang
telinga atau dan pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (Teori
immigrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi
infeksi yang berlangsung lama (Teori Metaplasi).
Sumber : Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT Kepala Leher FKUI 2007

Penatalaksanaan OM :

Miringotomi  parasentesis

7. Mengapa dokter menanyakan riwayat keluar cairan?


8. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan?
9. Penatalaksanaan : parasintesis
10. DD
11. Komplikasi

Anda mungkin juga menyukai