Anda di halaman 1dari 16

BAB II

STUDI KASUS
OPTIMALISASI WAKTU EDAR ALAT ANGKUT OVERBURDEN

A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah


Dilakukannya penelitian ini bertujuan agar dapat mengoptimalkan keadaan
pada kegiatan produksi pada PT. Batubara Putera Lahat (PT. BPL) yang saat ini
memiliki kendala pada ketercapaian produksi khususnya pada kegiatan
pengupasan Overburden (OB) di PIT-timur. Dari pengamatan yang penulis
lakukan dilapangan dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu diantaranya
1. Jauhnya hasil actual di lapangan dengan target yang harus dicapai pada
kegiatan pengupasan OB
2. Waktu yang dibutuhkan alat angkut untuk membongkar material
kurang efektif sehingga berpengaruh pada pencapaian target
B. Landasan teori dan prosedur pemecahan masalah
Produktifitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai
perbandingan keluaran (output) dan masukan (input). Dalam proses pemuatan dan
pengangkutan dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut dalam penggunaannya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas alat gali muat dan alat
angkut antara lain :
1. Waktu Edar
Waktu edar adalah waktu yang digunakan oleh alat mekanis untuk
melakukan satu siklus kegiatan. Setiap alat memiliki komponen waktu edar yang
berlainan. Besar kecilnya waktu edar tergantung pada jumlah komponen yang ada
dan waktu yang diperlukan oleh masing-masing komponen tersebut. Untuk
mengetahui waktu edar alat muat dan alat angkut diperoleh dengan cara
pengamatan di lapangan, yaitu :
a Waktu Edar Alat Muat, terdiri dari :
» Waktu untuk mengisi mangkuk =A
» Waktu untuk berputar (isi) =B
» Waktu untuk menumpahkan muata n =C
» Waktu kembali berputar (kosong) =D
Total waktu edar yang didapat adalah merupakan penjumlahan beberapa
komponen diatas (Ct) = A + B + C + D (menit)
a. Waktu Edar Alat Angkut (Truk), terdiri dari :
» Waktu mengambil posisi pemuatan =A
» Waktu pemuatan =B
» Waktu pengangkutan (bermuatan) =C
» Waktu mengambil posisi penumpahan =D
» Waktu penumpahan =E
» Waktu kembali kosong =F
» Waktu menunggu pemuatan =G
Sehingga akan diperoleh waktu edar alat angkut :
Ct = A + B + C + D + E + F + G (menit)
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi waktu edar alat mekanis
adalah :
1. Berat alat, adalah berat muatan ditambah berat alat dalam keadan tanpa
muatan yang akan berpengaruh terhadap kelincahan gerak alat.
2. Kondisi tempat kerja
Tempat kerja yang luas dan kering akan meningkatkan kelancaran dan
keleluasaan gerak alat, sehingga akan memperkecil waktu edar.
3. Kondisi jalan angkut
Kemiringan dan lebar jalan angkut baik di jalan lurus maupun pada
tikungan sangat berpengaruh terhadap lalu lintas jalan angkut. Apabila
kondisi jalan sudah memenuhi syarat, maka akan memeperlancar
jalannya lalu lintas alat angkut, sehingga akan memperkecil waktu edar
alat angkut.
4. Ketrampilan dan pengalaman operator, semakin baik maka akan semakin
memperkecil waktu edar.
2. Efisiensi Kerja
Effisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau
merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu
yang tersedia. Untuk perhitungan, digunakan pengertian prosentase waktu kerja
efektif (% We).
Waktu kerja efektif adalah waktu yang benar-benar digunakan oleh operator
bersama alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan produksi. Untuk dapat
menentukan waktu kerja efektif harus dilakukan analisa waktu kerja yang
dilakukan pada jam kerja yang telah dijadwalkan. Jam kerja yang telah
direncanakan untuk dua gilir kerja ada 22 jam yang merupakan waktu yang
tersedia (Wop) untuk semua alat mekanis.
Besarnya waktu yang tersedia ini dalam kenyataannya belum dapat
digunakan seluruhnya untuk produksi (kurang dari 100 %). Hal ini disebabkan
karena adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama alat mekanis tersebut
berproduksi, sehingga karena hal-hal tersebut diatas jarang-jarang dalam satu jam
operator betul-betul bekerja selama 60 menit. Berdasarkan pengalaman jika waktu
kerja efektif yang digunakan sebesar 83 %, maka sudah dapat dianggap sama
dengan efisiensi kerja yang baik sekali.

Tabel 1
Menentukan Efisiensi Kerja Secara Teoritis 5)

Kondisi Manajemen
Kondisi Kerja
Exellent Good Fair Poor

Exellent 0,84 0,81 0,76 0,70

Good 0,78 0,75 0,71 0,65

Fair 0,72 0,69 0,65 0,60

Poor 0,63 0,61 0,57 0,52


Beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap effisiensi kerja
antara lain 1) :

 Waktu kerja nyata yang terjadi


Waktu kerja penambangan adalah jumlah hari kerja yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penambangan yang meliputi penggalian, pemuatan,
pengangkutan dan peremukan. Efisiensi kerja akan semakin besar apabila
banyaknya waktu kerja nyata untuk penambangan semakin mendekati
jumlah waktu yang tersedia.

 Hambatan-hanbatan yang terjadi


Dalam kenyataan di lapangan akan terjadi hambatan-hanbatan baik yang
dapat dihindari maupun yang tidak dapat dihindari, sehingga akan
berpengaruh terhadap besar kecilnya effisiensi kerja. Jika jumlah jam kerja
dapat dimanfaatkan secara efektif, maka diharapkan produksi dari alat
muat dan alat angkut dapat optimal.

 Jam perawatan (Repair Hours)


Waktu kerja yang hilang karena menunggu saat perbaikan termasuk juga
waktu untuk penyediaan suku cadang (Spare Parts) serta untuk perawatan
rutin seperti service berkala, dan sebagainya.

Dengan adanya hanbatan-hambatan yang terjadi selama kegiatan pemuatan


dan pengangkutan batubara berlangsung ditambah dengan adanya waktu yang
hilang karena untuk perawatan dan perbaikan alat, maka waktu kerja efektif dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
We = Wop – ( Js + Jr)
We = Wop – {(Wtd + Wd) + Jr}
Atau
We
We = x 100 %
Wop
Dimana :
We = Waktu kerja efektif, dalam %
Wop = Waktu kerja yang tersedia, menit
Wd = Waktu hambatan yang dapat dihindari, menit
Wtd = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari, menit
Js = Standby time, menit dimana (Js = Wtd + Wd)
Jr = Waktu reparasi (Repair), menit

3. Geometri dan kondisi jalan angkut


Geometri dan kondisi jalan angkut merupakan salah satu factor penting
dalam kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) karena akan
berpengaruh pada pencapaian target produksi. Jika geometri dan kondisi jalan
angkut tidak sesuai maka kegiatan pengangkutan lapisan tanah penutup akan
memiliki kendala seperti sempitnya jalan angkut akan membuat alat angkut tidak
dapat beroperasi dengan optimal sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
pengangkutanpun akan lebih lama dan pencapaian produksi tidak akan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan serta apabila kondisi jalan angkut juga tidak
sesuai maka akan mengakibatkan slip pada alat angkut ataupun waktu edar yang
dibutuhkan akan lebih lama, apabila kondisi jalannya memprihatinkan bahkan
bisa terjadi kecelakaan kerja yang akhirnya akan menyebabkan target produksi
tidak tercapai .
Untuk itu dalam kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup, Geometri
dan kondisi jalan angkut harus diperhatikan agar target produksi tercapai. Adapun
faktor-faktor yang merupakan geometri penting yang akan mempengaruhi
keadaan jalan angkut adalah sebagai berikut :
a. Lebar Jalan Angkut

 Lebar pada jalan lurus


Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada
rule of thumb yang dikemukakan oleh AASHTO (American Associationof State
Highway and Transportation Officials) Manual Rural Highway Design. Dengan
persamaan sebagai berikut :
L = ( n x Wt ) + ( n + 1 ) ( 0,5 x Wt )
Keterangan:
L = Lebar minimum jalan angkut lurus, meter
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut total, meter

 Lebar pada jalan tikungan


Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar pada
jalan lurus untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung berdasarkan
pada :
1. Lebar jejak ban
2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang
roda saat membelok
3. Jarak antara alat angkut yang bersimpangan
4. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan.
Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapat
menggunakan persamaan :
W= n (U + Fa + Fb + Z) +C
C = Z = ½ (U + Fa + Fb)
Keterangan :
W : Lebar jalan angkut minimum pada tikungan, meter.
Ad : Lebar juntai depan, meter.
(Jarak as roda depan truk dengan bagian depan truk).
Ab : Lebar juntai belakang, meter.
(Jarak as roda belakang truk dengan bagian belakang truk).
Fa : Selisih lebar jejak ban depan dan belakang saat tikungan dilihat
dari depan, meter.
(dikoreksi dengan sudut penyimpangan (α) x Ad).
Fb : Selisih lebar jejak ban depan dan belakang saat tikungan dilihat
dari belakang, meter.
(dikoreksi dengan sudut penyimpangan (α) x Ab).
U : Lebar antara jejak roda alat angkut, meter.
C : Jarak antara dua alat angkut yang bersimpangan, meter.
Z : Jarak alat angkut dengan tepi jalan, meter
C. Data dan Pengolahan
1). Geometri Jalan Angkut
Keleluasaan gerak daripada alat angkut dalam kerjanya mengangkut hasil
pembongkaran lapisan tanah penutup dari front penambangan ke waste area salah
satunya dipengaruhi oleh lebar dari jalan angkutnya. Lebar jalan angkut pada jalan
lurus berbeda dengan lebar jalan angkut pada belokan.
Agar alat dapat bergerak dengan leluasa, maka perlu mengetahui lebar
jalan angkut minimum yang harus diperlukan dengan cara sebagai berikut :
a. Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Lebar jalan angkut lurus minimum menurut AASHO (American
Assosiation of Highway Officials) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Lm = n W + (n + 1) (1/2 W)

Keterangan :

Lm = lebar jalan angkut minimum, m

n = jumlah jalur

W = lebar alat angkut, m

Alat angkut yang digunakan adalah Mitsubishi 6x4 220 PS yang


mempunyai ukuran lebar 2,4 meter, sedangkan jumlah jalur yang
digunakan di segmen 3 adalah dua jalur, sehingga lebar jalan angkut
minimum pada jalan lurus adalah :

Lm = n x W + (n+1) 0,5 W meter

= 2 x 2,4 + (2 + 1) 0,5 x 2,4 meter

= 8,4 meter

b. Lebar jalan angkut pada belokan


Penentuan lebar minimum jalan angkut pada belokan untuk dua jalur dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Lt = 2 (U + Fa + Fb + Z) + C

(U  Fa  Fb)
C=Z=
2

Keterangan :
Lt = lebar minimum jalan angkut pada belokan, m
U = Lebar alat angkut dari pusat roda kanan dan kiri, m

Fa = sin sudut penyimpangan roda() x panjang juntai depan (Ad), m

Fb = sin sudut penyimpangan roda() x panjang juntai belakang (Ab),


m
Z = Lebar bagian tepi jalan, m
C = Jarak antara dua truck saat bersimpangan, m
Diketahui :
Fa = 0,5 meter
Fb = 0,6 meter
U = 1,9 meter
Maka :
C = Z = ( U + Fa + Fb ) / 2
= (1,9 + 0,5 + 0,6) / 2
= 1,5 m
Sehingga, Lt = 2 x (U + Fa + Fb + Z) + C
= 2 x (1,9 + 0,5 + 0,6 + 1,5) + 1,5
= 10,5 m ≈ 11 m
Jadi lebar jalan minimum pada tikungan adalah 11 meter.

c. Kemiringan jalan angkut


Kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut dalam mengatasi tanjakan, baik pada saat alat angkut berisi muatan
maupun dalam keadaan kosong. Kemiringan jalan angkut maksimum yang dapat
dilalui dengan baik alat angkut berkisar 18 % - 10 % atau . Berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan didapatkan bahwa kemiringan jalan angkut dari lokasi
penambangan ke waste area rata-rata mempunyai kemiringan 8 %. Dengan
kemiringan tersebut alat angkut Truk Mitsubishi 6x4 220 PS dapat mengatasinya.

2). Pengamatan Waktu Edar

a. Pengamatan Terhadap Alat Muat (backhoe)

Alat muat yang dipergunakan pada kegiatan penambangan batubara adalah


Hydraulic Exavator (Backhoe) Komatsu PC 400 dan PC 300 HR39. Pengamatan
terhadap waktu edar alat muat tersebut meliputi : Waktu untuk mengisi mangkuk,
waktu untuk berputar (bermuatan), waktu untuk menumpahkan muatan dan waktu
untuk kembali berputar (kosong). Dari hasil pengamatan waktu edar rata-rata
untuk masing-masing alat muat (lampiran C) adalah :

Tabel 2
Waktu Edar Alat Muat

No Alat Muat Waktu Edar

1 Komatsu PC 400 0,428 menit

2 Komatsu PC 300 HR 39 0,424 menit

b. Pengamatan terhadap Alat angkut


Alat angkut yang dipergunakan untuk mengangkut overburden dari lokasi
penambangan ke waste area adalah Truk Mitrsubishi 6x4 220 PS. Pengamatan
yang dilakukan meliputi : Waktu mengambil posisi untuk pemuatan, waktu untuk
pemuatan, waktu pengangkutan bermuatan, waktu mengambil posisi untuk
penumpahan batubara, waktu penumpahan batubara, waktu kembali kosong dan
waktu menunggu pemuatan. Berdasarkan hasil pengamatan waktu edar rata-rata
Truk Jungkit untuk masing-masing rangkaian adalah :
Tabel 3

Waktu Edar Alat Angkut

No Kombinasi Kerja Alat Mekanis Waktu Edar

1 Mitsubishi dengan Exc. PC 400 610,11 menit

2 Mitsubishi dengan Exc. PC 300 HR39 610,53 menit

3). Keadaan permukaan jalan


Keadaan permuka kerja akan mempengaruhi waktu edar bagi alat muat
maupun alat angkut yang beroperasi, sehingga akan mempengaruhi produksi.
Bila kondisi permuka kerja baik dalam artian tersedia cukup tempat untuk
manuver alat-alat mekanis, tidak berdebu, tidak becek maka kemampuan produksi
alat muat dan angkut akan lebih besar dibandingkan dengan kondisi permuka
kerja yang jelek dan sempit. Oleh karena itu diperlukan perawatan secara berkala
untuk menjaga kondisi permuka kerja agar tetap baik.
Kondisi permuka kerja di lokasi tambang batubara yang dikerjakan PT. 17
Mei Mitrajaya pada musim kemarau berdebu dan pada musim hujan kondisinya
sangat licin. Untuk mengurangi kendala tersebut maka dari perusahaan melakukan
usaha dengan cara penyiraman jalan yang dilakukan setiap hari dengan tujuan
mengurangi timbulnya debu, tetapi kenyataan di lapangan intensitas penyiraman
yang dilakukan setiap hari masih kurang karena hanya dilakukan empat kali saja,
sehingga untuk mengurangi debu belum maksimal. Sedangkan untuk perawatan
jalan pada waktu musim hujan dilakukan dengan Grader untuk mengupas lapisan
yang licin, dengan tujuan agar alat angkut tidak mengalami selip sesudah
terjadinya hujan. Selain itu juga agar alat angkut dapat berproduksi secara optimal
(dapat melaju sesuai dengan kecepatan yang diinginkan) serta untuk menghindari
terjadinya kecelakaan.
Permukaan jalan di lokasi penambangan untuk kegiatan pemuatan
merupakan jenjang. Sesuai dengan kajian geoteknik dari PT. Batubara Putera
Lahat, tinggi lereng tunggal yang masih stabil pada batulempung dan batubara
maksimum adalah 15 m dengan sudut 600. Dimensi jenjang yang terdapat pada
lokasi penambangan PT. Batubara Putera Lahat mempunyai Lebar = 4 - 6 m,
Tinggi = 10 m dengan sudut kemiringan untuk lereng tunggal = 600 dan untuk
ultimate pit slope berkisar 400 – 500. Dengan kondisi jenjang tersebut, maka
operasai penambangan akan dapat berlangsung dalam kondisi yang relatif aman.

Anda mungkin juga menyukai