Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH FITOKIMIA

PERAN FITOKIMIA, METABOLIT PRIMER dan


SEKUNDER

DISUSUN OLEH :
DEWI PURWANTI

STIKES MUHAMMDIYAH LAMONGAN


2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA

sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa Penulis juga

mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan Penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki

bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, Penulis yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Fitokimia berasal dari kata phytochemical. Phyto berarti tumbuhan


atau tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang
terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi
karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air.
Jadi apakah fitokimia itu? Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis zat
yang disebut fito kimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam
tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu.
Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar
10.000 terkandung dalam makanan.

Fitokimia adalah senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan dan


dapat memberikan kesehatan pada tubuh manusia (Hasler 1998). Fitokimia
mempunyai peran penting dalam penelitian obat yang dihasilkan dari tumbuh-
tumbuhan. Dalam tumbuhan terdapat senyawa kimia bermolekul kecil yang
penyebarannya terbatas dan sering disebut sebagai metabolit sekunder (Sirait
2007).

Beberapa studi pada manusia dan hewan membuktikan zat-zat kombinasi


fitokimia ini di dalam tubuh manusia memiliki fungsi tertentu yang berguna bagi
kesehatan. Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim-enzim sebagai
penangkal racun (detoksifikasi), merangsang sistem pertahanan tubuh (imunitas),
mencegah penggumpalan keping-keping darah (trombosit), menghambat sintesa
kolesterol di hati , meningkatkan metabolisme hormon, mengatur gula darah serta
dapat menimbulkan efek antikanker, meningkatkan pengenceran dan pengikatan
zat karsinogen dalam liang usus, menimbulkan efek anti bakteri , antivirus
dan antioksidan.
Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur kimianya sebagai
berikut :

1. Fitokimia karotenoid
2. Fitokimia fitosterol
3. Fitokimia saponin
4. Fitokimia glukosinolat
5. Fitokimia polifenol
6. Fitokimia inhibitor protease
7. Fitokimia monoterpen
8. Fitokimia fitoestrogen
9. Fitokimia sulfida
10. Fitokimia asam fitat
11. Masih banyak sekali jenis fitokimia lain

Fitokimia karotenoid banyak terdapat pada sayur-sayuran berwarna kuning-


jingga seperti wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti brokoli dan
buah-buahan berwarna merah dan kuning jingga seperti pepaya, mangga, tomat,
nenas semangka arbei dll. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa zat
karotenoid dapat mencegah kanker, sebagai anti oksidan dan dapat meningkatkan
system imun tubuh.

Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya sekitar 5%


dari fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat. Penelitian
mengungkapkan fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan anti kanker.

Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan daun-daunan.


Penelitian mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai anti kanker, anti
mikroba, meningkatkan system imunitas, dan dapat menurunkan kolesterol.

Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti kol dan


brokoli. Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar glukosinolat sebesar 30-
60%. Termasuk dalam glukosinolat ini meliputi fitokimia lain seperti
isothiosianat,thiosianat dan indol. Peneliti- an menunjukkan bahwa glukosinolat
dapat bersifat anti mikroba, anti kanker dan menurunkan kolesterol.

Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-sayuran hijau


seperti salada dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan dan manusia
menunjukkan polifenol dapat mengatur kadar gula darah, sebagai anti kanker,
antioksidan, anti mikroba, anti inflamasi.

Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak terdapat pada


biji-bijian dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang dapat membantu kerja
enzim dalam system pencernaan manusia. Dapat sebagai anti oksidan , mencegah
kanker dan mengatur kadar gula darah.

Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman beraroma seperti


mentol (peppermint), biji jintan, seledri, peterseli, rempah-rempah dan sari jeruk.
Berkhasiat mencegah kanker dan anti oksidan.

Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk kedelei


seperti tempe, tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti hormon estrogen.
Senyawa aktif fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan lignan. Menurut para ahli
isoflavonoid akan menempel pada sel tumor sehingga sel kanker tidak
mendapatkan zat gizi yang diperlukan. Bersifat sebagai anti kanker, dan menurut
penelitian, orang yang banyak mengkonsumsi tempe/kedelei lebih rendah
menderita kanker payudara dari pada orang yang mengkonsumsi daging. Tempe
banyak mengandung isoflavonoid,, genestein, fitosterol, isoflvonoid, saponin,
asam fitat dan inhibitotr protease. Khasiat lain dari isoflavonoid yang menyerupai
estrogen ini memperlambat berkurangnya massa tulang yang berakibat terjadinya
keropos tulang (osteoporosis) sehingga makanan tempe sangat cocok untuk
wanita menopause dan laki-laki berumur karena dapat menurunkan kadar
kolesterol total, dan meningkatkan kadar HDL kolesterol (kolesterol baik).

Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang bombai,


bawang merah dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada bawang putih
adalah dialil sulfida (allicin). Menurut peneliti sulfida bekerja sebagai anti kanker,
anti oksidan, anti mikroba, meningkatkan daya tahan, anti radang, mengatur
tekanan darah dan menurunkan kolesterol.

Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum. Berfungsi sebagai
anti oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan mengatur kadar gula darah.
Pigmen yang memberi warna pada buah-buahan dan sayuran , selain
membangkitkan selera makan, adalah juga fitokimia tertentu yang efeknya
bervariasi. Ada sekitar 2000 macam pigmen pada tumbuhan yang sudah dikenal
dan terdapat pada makanan kita, termasuk diantaranya 450 jenis karotenoid, 150
jenis anthosian dan 800 jenis flavonoid.

Anthosian merupakan fitokimia yang berwarna merah, banyak terdapat pada


buah-buahan dan sayuran seperti arbei, cerry, anggur, rasberri dan semangka,
bayam merah dll Menurut penelitian anthosian dapat menghambat pembentukan
enzim HMG-Co A reduktase yang berhubungan dengan pembentukan kolesterol,
sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol.

Flavonoid banyak terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran seperti


seledri, buncis, brokoli, buahan seperti anggur merah, apel dan jeruk, teh hijau,
dan bawang. Berfungsi meningkatkan aktifitas vitamin C sebagai antioksidan
mencegah oksidasi LDL kolesterol yang dapat mengakibatkan kerusakan dinidng
pembuluh narteri ( proses awal terjadinya atherosklerosis) dan menghambat
penggumpalan keeping-keping darah sehingga baik untuk orang yang sudah mulai
penempelan kolesterol pada dinding pembuluh darah atau orang pasca
serangan/stroke.

Akhirnya memang makanan yang paling cocok untuk orang dewasa dan tua
adalah makanan yang banyak sayuran dan buahan serta tempe-tahu ( makanan
vegetarians).
BAB II
ISI
Fitokimia dan cabang ilmu tumbuhan
FISIOLOGI TUMBUHAN

Sumbangan utama telaah fitokimia kepada fisiologi tumbuhan, ialah :

a. Penentuan struktur

b. Asal-usul biosintesis

c. Ragam kerja hormon tumbuhan alam, dikenal 5 golongan pengatur tumbuh :

-auksin -giberelin -sitokinin

-etilena -absisin

PALEOBOTANI

Paleobotani adalah ilmu yang mempelajari fosil tumbuhan. Kajian Paleobotani


meliputi aspek fosil tumbuhan, rekonstruksi taksa, dan sejarah evolusi dunia
tumbuhan.

Fosil adalah bukti-bukti yang didapatkan dari kehidupan pra- sejarah. Batasan
masa pra-sejarah lebih dari enam juta tahun yang lalu. Menurut definisi tersebut,
maka yang dimaksud dengan fosil adalah meliputi segala macam bukti, baik yang
bersifat langsung maupun tak langsung. Contoh bukti langsung dari kehidupan
prasejarah adalah tulang dinosaurus, sedangkan bukti tak langsung adalah jejak
tapak kaki bewail yang terawetkan dalam lumpur, dan koprolit (material faeces).

Kegunaan Fosil Tumbuhan:

 Untuk mengidentifikasi unit-unit strartigrafi permukaan bumi,atau untuk


mengidentifikasi umur re1atif dan posisi relatif batuan yang mengandung
fosil. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan mempelajari fosil indeks.
Persyaratan bagi sutau fosil untuk dapat dikategorikan sebagai fosil indeks
adalah : (a). terdapat dalam jumlah yang melimpah dan mudah
diidentifikasi; dan (b). memiliki distribusi horizontal yang luas,tetapi
dengan distribusi vertikal yang relatif pendek (kuranglebih 1 juta tahun).
 Menjadi dasar dalam mempelajari paleoekologi danpaleoklimatologi.
Struktur dan distribusi fosil diasumsikandapat mencerminkan kondisi
lingkungan tempat tumbuhantersebut tumbuh dan bereproduksi.
 Untuk mempelajari paleofloristik, atau kumpulan fosil tumbuhan dalam
dimensi ruang dan waktu tertentu. Hal ini dapat memberikan gambaran
mengenai distribusi populasi tumbuhan dan migrasinya, sebagai respon
terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan masa lampau.
 Menjadi dasar dalam mempelajari evolusi tumbuhan yaitu dengan cara
mempelajari perubahan suksesional tumbuhan dalam kurun waktu geologi.

Persyaratan terbentuknya fosil:

1. adanya badan air

2. adanya sumber sedimen anorganik dalam bentuk partikel atau senyawa terlarut

3. adanya bahan tumbuhan atau hewan (yang akan menjadi fosil).

Macam batuan atau matriks yang mengandung fosil adalah:

 Batuan sedimen
 Diatomit: batuan yang terbentuk dari dinding sel Diatomae.
 Amber: resin tumbuhan yang telah mengalami perubahan kimiawi selama
proses fosilisasi.
Preservasi Fosil:

a. Permineralisasi seluler

Tipe preservasi ini terjadi hila senyawa-senyawa silikat, karbonat, dan besi yang
terlarut mengisi sel-sel dan ruang antar sel. Presipitasi senyawa-senyawa terse
butakan menghasilkan matriks batuan yang mengisi jaringan tumbuhan, sehingga
struktur dalam (anatomi) tumbuhan tersebut menjadi terawetkan dalam bentuk
susunan tiga dimensi. Fosil yang dihasilkan dari preservasi ini disebut fosil
petrifaksi.

b. Kompresi

Kompresi terjadi bila tumbuhan yang terdeposisi pada lingkungan pengendapan


mengalami kerusakan atau pembusukan pada struktur dalamnya, mengalami
proses kehilangan gas, kelembaban, dan materi-materi terlarut lainnya, serta
ditambah adanya tekanan dari luar yang berupa akumulasi sedimen dan air.
Proses-proses tersebut akan menyebabkan tumbuhan tersebut membatu, menjadi
deposit yang berwarna hitam. Jika kemudian sedimen ini tersingkap, antara lain
oleh pengaruh cuaca atau dibelah dengan sengaja, maka akan terlihat kompresi
pada satu sisi, dan impresi pada sisi lainnya. Fosil semacam ini dapat dipelajari
strukturnya dengan teknik transfer untuk mendapatkan gambaran detilnya,
misalnya pertulangan daun, pola epidermis, dan rambut-rambut pada permukaan
organ.

c. Sementasi (preservasi autigenik)

Pada saat mulai terjadi proses pembusukan jaringan tumbuhan, timbul muatan
listrik yang menarik partikel-partikel koloid sedimen yang bermuatan listrik
berlawanan (plus dan minus). Partikel-partikel sedimen umumnya terdiri dari
mineral-mineral besi dan karbonat yang terakumulasi dan menjadi semen pada
bagian luar jaringan atau organ tumbuhan yang membusuk tadi sehingga terjadi
pengawetan struktur luarnya. Pada umumnya, selama terjadinya proses sementasi,
bagian dalam tumbuhan tersebut (struktur internalnya) juga menjadi rusak dan
digantikan oleh sedimen juga. Dengan demikian dimungkinkan untuk terjadinya
pengawetan terhadap struktur luar dan dalam organ tumbuhan.

d. Preservasi duripartik

Preservasi tipe ini terjadi pacta bagian-bagian tumbuhan yang resisten, tanpa
mengalami perubahan oleh adanya proses oksidasi atau faktor-faktor lainnya,
misalnya bagian luar sel Diatome (yang mengandung silika) , dan sel-sel yang
dindingnya mengandung kapur.

Metode pembuatan preparat fosil tumbuhan

a. Metode gosok

Batuan yang mengandung fosil (coal ball) dipotong untuk mendapatkan


penampang fosil. Selanjutnya permukaannya diratakandengan cara
menggosokkannya pada bubuk karborundum (silikon karbida) yang diletakkan
pacta permukaan kaca dan dibasahi dengan air. Potongan batuan yang sudah
dihaluskan permukaannya tersebut kemudian ditempelkan pacta gelas benda
dengan menggunakan perekat resin. Selanjutnya batuan dipotong tipis, dan setelah
permukaannya dihaluskan, bagian atasnya ditutup dengan gelas penutup.

b. Metode sayat

Pembuatan preparat fosil dengan metode sayat dibedakan menjadi dua macam
teknik, yaitu: teknik cairan dan teknik lembaran.

 Teknik cairan

Potongan batuan yang permukaannya telah diratakan dengan bubuk karborundum


diletakkan dalam baki yang terbuat dari kaca, yang diisi dengan kerikil dari bahan
silika, serta asam klorida 2 - 3%. Proses ini dinamakan etching, yang bertujuan
melarutkan matriks yang berada di sekitar fosil. Setelah dibersihkan dengan air,
maka pada bagian permukaan batuan yang ada fosilnya dituangkan larutan
Darrah, dengan terlebih dahulu dibasahi dengan butil asetat. Komposisi larutan
Darrah per 1 liter adalah:

a. Parlodion 28 g

b. Butil asetat 250 ml

c. Amil alkohol 30 ml

d. Xylol 10 ml

e. Minyak kastor / minyak jarak 3 ml

f. Eter 3 ml.

Larutan tersebut didiamkan selarna 12 - 20 jam hingga mengering, untuk


selanjutnya dapat dilepas sehingga bagian fosil umbuhan akan terikut pada lapisan
yang dikelupas tersebut.

 Teknik lembaran

Langkah kerja yang dilakukan hingga proses etching adalah sama dengan pada
teknik cairan. Selanjutnya permukaan fosil ditutup dengan lembaran selulosa
asetat (ketebalan 0,003 inchi), dengan terlebih dulu dibasahi dengan aseton.
Lembaran selulosa asetat dibiarkan selama 30 menit, dan kemudian dilepas untuk
mendapatkan penampang fosil.

Cara Pengamatan Preparat Fosil

a. Menggunakan mikroskop cahaya, SEM, dan TEM.

b. Menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM)


c. Menggunakan sinar- X

d. Analisis fitokimia

e. Spektrofotometri infra merah

KLASIFIKASI TUMBUHAN FOSIL

Lycopsida

Klasifikasi

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Lycopsida

Bangsa : Lepidodendrales

a. Suku : Lepidodendraceae

Marga : Lepidodendron, Lepidophloios, Stigmaria, Lepidostrobus, Lepidocarpon

b. Suku : Sigillariaceae

Marga : Sigillaria

Lepidodendraceae

Dua marga yang mendominasi pada masa Karbon adalah Lepidodendron dan
Lepidophloios. Nama marga Lepidodendron berasal dari struktur batang,
sedangkan Lepidophloios merupakan nama yang semula diberikan untuk
menyebut struktur daun. Spesimen Lepidodendron yang ditemukan menunjukkan
bahwa tinggi pohonnya mencapai lebih dari 38 m, dengan diameter basal 2 m.
Batangnya besar, tegak, bercabang banyak membentuk tajuk yang Ie bar. Batang
seringkali tidak bercabang hingga ketinggian 20 m atau lebih, dan di bagian apikal
membentuk percabangan menggarpu. Cabang-cabang yang membentuk akar
disebut rhizofor atau rhizomorf. Daun berbentuk linier, dengan panjang minimall
m, dan hila gugur dari cabang akan meninggalkan bekas pada batang.

Organ reproduktif Lepidodendrales berupa strobilus atau konus yang terdapat


pada cabang-cabang distal. Sturktur strobilus terdiri dari aksis sentral dengan
sporofil yang tersusun spiral dan

bersirap. Sporangia terdapat pada permukaan atas sporofil. Pada jenis-jenis yang
heterospor, mikrosporangia terdapat pada bagian apikal strobilus, sedangkan
megasporangia pada bagian basal.

Stigmaria merupakan nama marga untuk menyebut organ rhizofor, yaitu cabang-
cabang yang membentuk akar. Nama marga Lepidostrobus semula diberikan
untuk organ konus, baik yang monosporangiat maupun bisporangiat. Adapun
Lepidocarpon adalah nama marga untuk konus megasporangiat yang struktur
dasarnya sarna dengan Lepidostrobus, tetapi dengan sporangia yang hampir
seluruhnya tertutup oleh sporofil.

Sigillariaceae

Sigillaria merupakan tumbuhan yang berhabitus pohon, batang tidak bercabang,


atau pada bagian apikalnya membentuk percabangan menggarpu sebanyak satu
atau dua kali. Bagian basalnya memiliki rhizofor tipe Stigmaria. Daunnya
berbentuk seperti daun rumput, memiliki satu atau dua tulang daun, dan apabila
gugur akan meninggalkan bekas yang berbentuk heksagonal, bulat, atau oval.
Konus pada Sigillaria terbentuk pada cabang-cabang lateral diantara daun-daun.
Sphenopsida

Klasifikasi

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Spheopsida

1. Bangsa : Sphenophyllales

Suku : Sphenophyllaceae

Marga : Sphenophyllum

2. Bangsa : Equisetales

Suku : Calamitaceae

Marga : Calamites, Arthrophytis, Asteromyelon, Calamostachys.

Sphenophyllaceae

Tumbuhan anggota Sphenophyta ditemukan pada masa Devon Atas, kemudian


mencapai puncak pada Karbon Atas hingga menjelang akhir Permian. Habitus
tumbuhan Sphenophyta berupa herba, batangnya muncul dari suatu rhizom yang
berada di dalam tanah. Batang bercabang menggarpu, biasanya terdapat satu
cabang pada tiap buku batang. Daun tersusun dalam lingkaran, dengan jumlah
daun 6 - 9 pada tiap berkas. Panjang daun kurang dari 2 cm, memiliki satu atau
dua tulang daun pada bagian pangkalnya, yang "kemudian tulang daun ini
membentuk percabangan menggarpu 2 - 6 kali sebelum mencapai bagian apikal
daun. Organ reproduktif berupa konus yang terdiri dari sporangiofor yang,
tersusun melingkar, dan terdapat diantara braktea. Sporangiofor berbentuk perisai,
dengan empat sporangia yang menghadap ke aksis konus.

Calami taceae

Arthrophytis adalah nama marga untuk spesimen batang,sedangkan Calamites


adalah nama marga yang semula diberikan untuk spesimen yang berupa bagian
empulur batang. Nama marga untuk akar adalah Astromyelon, sedangkan
Calamostachys merupakan nama marga untuk konus.

PATOLOGI TUMBUHAN

Penyebab penyakit digolongkan menjadi dua besar yaitu penyakit yang bersifat
abiotik dan yang bersifat biotic. Untuk yang bersifat biotic (tidak hidup) misalnya
polutan udara, polutan tanah, suhu yang ekstrim, kelembaban yang ekstrim,
oksigen dan cahaya yang berlebihan atau berkekurangan, unsure hara yang tidak
tepat dosis. Sedangkan penyakit yang bersifat biotic (hidup) sampai sekarang
dilaporkan ada 6 kelompok besar yaitu jamur, prokariotik, virus, viroid, nematode,
protozoa dan tanaman tinggi parasit. Penyebab yang bersifat biotic disebut juga
“pathogen” yang berasal dari bahasa latin “pathos” yang berarti sakit dan “gene”
yang berarti penyandi sifat. Patogen menyebabkan sakit pada gen sehingga
ekspresi yang muncul adalah sesuatu yang tidak normal pada tanaman.Secara
umum, penyakit yang menyerang tumbuhan dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu
:

1.Jamur
Penyakit yang disebabkan oleh jamur menyebabkan busuk akar dan busuk daun.
Ciri serangan adalah munculnya benang-benang hifa (benang halus berwarna
putih) disekitar terjadinya pembusukan.
2.Bakteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri juga menunjukkan pembusukan hanya saja
biasanya pembusukan ini ditandai dengan keluarnya lendir. Kadang-kadang
ditandai dengan bau busuk.

3.Virus
Penyakit yang disebabkan oleh virus gejalanya terkadang kurang jelas. Namun
secara kasat mata dapat dilihat dari adanya gejala penyimpangan pertumbuhan
misalnya daun keriting atau kerdil, bunga menjadi kecil atau tanaman malas
berbunga. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini hingga kini belum ada obatnya.
Satu-satunya jalah adalah dengan mencegah serangga pembawa virus seperti kutu.
Cara lain adalah memusnakan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular pada
tanaman lain. Spora-spora yang diterbangkan angin, terbawa hujan, dan
sebagainya pada suatu saat tiba pada suatu tanaman inangnya. Apabila spora
tersebut masih hidup dan ia kebetulan jatuh pada tanaman inang yang cocok
bersamaan dengan kondisi iklim yang cocok akan terjadi infeksi. Spora tersebut
mulai tumbuh dengan membentuk tabung kecambah, apresorium dan hifa untuk
penetrasi (masuk) ke dalam jaringan tanaman, misalnya daun melalui stomata atau
langsung saja menembus epidermis daun tersebut. Unit infeksi tersebut
menimbulkan gejala penyakit di sekitar terjadinya infeksi yang terlihat seperti
bintik atau bercak berbagai ukuran. Bercak-bercak tersebut akan tumbuh
konidiofora yang pada ujungnya menghasilkan konidia lagi. Bila konidia matang
akan lepas dan terbawa medium ke tempat lain untuk tiba kepada inang yang baru.
Ini disebut siklus infeksi.
Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen serta
lingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit karena
tiga factor itu. Salah satu factor tidak ada atau tidak memenuhi syarat maka
penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi olh ketiga factor agar
muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus virulen (fit
dan ganas), dan lingkungan mendukung. Misalnya di hutan Kalimantan ada
Dendrobium sp, kemudian ada bakteri Erwinia sp yang ganas dan lingkungan
sangat lembab, maka akan muncul penyakit busauk pada akar tersebut. Segitiga
penyakit ini akan muncul pada kondisi alami. Penyakit muncul tanpa campur
tangan manusia. Penyakit yang muncul bisa sangan parah namun juga bisa sangat
ringan. Hanya jenis-jenis tanaman yang mempunyai ketahanan tinggi yang bisa
“survive” ketika ada gangguan penyakit yang parah.

Beberapa jenis tumbuhan beracun

http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s3_99/n_azman.html

Candelabra Cactus (Euphorbia lactea)

Keterangan pokok: Mempunyai banyak duri atau, apabila ditoreh mempunyai


banyak susu getah, bercabang dan mempunyai jalur putih di
bahagian tengah pada setiap batang .

Bagian beracun: Daun, batang dan getah susu.

Kesan keracunan: Jika termakan akan menyebabkan kerangsangan, sakit perut,


muntah, cirit-birit, rasa terbakar pada mulut, tekak dan lidah.

Castor Bean (Ricinus communis)

Keterangan pokok: Mempunyai ketinggian sehingga 5 meter dan berdaun lebar


berbintik hitam,coklat dan putih berkilat. Buahnya berduri.

Bagian beracun: Seluruh bagian terutama pada bijinya.

Kesan keracunan: Jika termakan akan menyebabkan muntah dan cirit-birit.

Chinaberry Tree (Melia azedarach)

Keterangan pokok: Setiap dahannya mempunyai lembar daun, mempunyai batang


yang besar dan bunganya yang berkedut berwarna ungu dan
kuning dalam beberapa jambak.

Bagian beracun: Kulit kayu, buah, bunga dan daun.

Kesan keracunan: Memberi kesan pada perut seperti muntah dan cirit-birit. Susah
bernafas dan pernafasan tidak teratur.

Dumbcane (Dieffenbachia picta)

Keterangan pokok: Ketinggian boleh mencapai sehingga 2 meter. Berdaun lebar


dan mempunyai bintik-bintik putih.

Bagian beracun: Semua bagian terutama pada batang dan tangkai.

Kesan keracunan: Akan mengakibatkan bengkak yang mempunyai lendir pada


bahagian mulut dan tekak, rasa loya, muntah, cirit-birit dan
boleh hilang suara.

Fox Glove (Digitalis purpurea)

Keterangan pokok: Mempunyai bunga yang berwarna ungu atau merah jambu
berbentuk seperti loceng.

Bagian beracun: Seluruh bagian

Kesan keracunan: Akan menyebabkan rasa loya, cirit-birit, sakit di bahagian


abdomen dan kejang.

Tree Tobacco (Nicotiana glauca)

Keterangan pokok: Pokok yang rendah, berdaun tebal dan bergetah. Bunganya
berbentuk tiub berwarna kuning dan tumbuh berjambak pada
hujung dahan.
Bagian beracun: Semua bagian

Kesan keracunan: Menyebabkan rasa terbakar pada mulut dan usus, cirit-birit,
muntah, sakit perut, rasa seram sejuk, rasa mengantuk, pening,
sawan dan lumpuh.

Poison Ivy (Toxicodendron species)

Keterangan pokok: berdaun bujur. Bunganya kehijau-hijauan tumbuh sekelompok


pada pangkal daun. Buahnya berwarna putih.

Bagian beracun: Daun, batang, tangkai, debunga, bunga dan buah.

Kesan keracunan: Menyebabkan rasa gatal, terbakar kemerahan dan sakit kulit.

Water Hemlock (Cicuta douglasii)

Keterangan pokok: Mempunyai batang yang berlubang di bahagian dalamnya.


Berbunga kecil berwarna putih tumbuh dalam satu kelompok.
Buahnya kering seperti kapsul.

Bagian beracun: Seluruh bagian terutama pada akarnya.

Kesan keracunan: Jika termakan akan mengakibatkan mulut berbuih, sakit perut,
muntah, cirit-birit dan lumpuh.

Terutama untuk menentukan ciri atau sifat kimia dari fitotoksin (hasil
sintesis mikroba yang terbentuk dalam tumbuhan bila tumbuhan tersebut
diserang oleh bakteri atau fungi).

 fitoaleksin (hasil metabolisme tumbuhan tinggi yang dibentuk sebagai jawaban


terhadap serangan mikroba).
 fitotoksin yang paling dikenal ialah likomarasmin dan asam fusarat →
senyawa pelayu pada tomat.

 toksin lain yang dapat diisolasi : glikopeptida, naftokuinon, seskuiterpenoid.

 fitoaleksin dapat berupa :

- seskuiterpenoid (risitin dari Solanum tuberosum)

- isoflavonoid (pisatin dari Pisum sativum)

- asetilena (as.wieron dari Vicia faba)

- senyawa fenol (orkinol dari Orchis militaris)

EKOLOGI TUMBUHAN

Dapat mengetahui antaraksi tumbuhan-hewan, antaraksi tumbuhan- tumbuhan.

Senyawa yang sering terlibat dalam antaraksi tumbuhan-hewan ialah:

- alkaloid - sianogen

- glikosida jantung - steroid

- glikosida minyak atsiri - terpen atsiri

Senyawa tumbuhan dapat berlaku sebagai:

- Penarik atau penolak serangga

- Mempunyai pengaruh hormon pada serangga

- Memperlengkapi serangga untuk pertahanan dari seranggan hewan lain.

Antaraksi tumbuhan-tumbuhan:
Melibatkan senyawa “alelopati” : yaitu senyawa yang dikeluarkan oleh
suatu tumbuhan dari akar atau daun untuk mencegah tumbuhnya jenis tumbuhan
lain disekitarnya.

Contoh : - terpena atsiri (misal:sineol) atau asam fenolat sederhana bergantung


pada tempat tumbuhnya.

GENETIKA TUMBUHAN

Sumbangan fitokimia yang terpenting:

- mengidentifikasi antosianin, flavon, pigmen karotenoid yang terdapat dalam


warna genotipe

warna berbeda pada tumbuhan kebun.

- mengidentifikasi tumbuhan hibrida

- asal-usul induk tumbuhan

SISTEMATIKA TUMBUHAN

Bidang (disiplin hibrida antara kimia dan taksonomi) → sistematika biokimia


atau kemotaksonomi. Golongan senyawa yang paling bermanfaat untuk telaah
yang demikian ialah flavonoid.
METABOLIT PRIMER

Pengertian Metabolit Primer

Adalah suatu zat / senyawa essensial yang terdapat dalam organisme dan
tumbuhan, yang berperan dalam proses semua kehidupan organisme tersebut atau
merupakan kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup bagi organisme /
tumbuhan tersebut.

Kehidupan organisme dibagi menjadi 2 bagian :

1. Prokariot : organisme yang tidak mempunyai dinding sel (inti sel


tidak punya

membran).

2. Eukariot : organisme yang mempunyai dinding sel atau mempunyai


membran inti

sel dan organ sitoplasma, yang setiap sel digambarkan


dengan adanya

membran (mitochondria, kloroplast, dll).

Beberapa contoh senyawa metabolit primer antara lain:


1. Protein
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain
berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang
membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan
(imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen
penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu
sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang
tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida,
lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain
itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam
biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang
dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi
translasi yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih "mentah",
hanya tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme
pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi.

2. Karbohidrat
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa
Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa
organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi
dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa),
cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan
materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan
jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbondioksida
menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-
keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis.[2]
Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan
banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk
golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa
yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air.[3] Namun demikian,
terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang
mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur. Bentuk molekul karbohidrat paling
sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida,
misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan
polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang
panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati,
kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida
(rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa
monosakarida).

GARIS BESAR KARBOHIDRAT DAPAT DIBEDAKAN :

a. Gula :

- Monosakarida (aldosa dan ketosa)

* triosa * pentosa

* tetrosa * heksosa, dsb

- Oligosakarida

* disakarida * trisakarida, dsb

b. Turunan gula :

- Alkohol - Ester

- Asam - Glikosida

c. Polisakarida (glikan)

- Heksosan

* glukan * galaktan * maman

* fruktan * glukomannan * galaktomannan


- Pentosan

* xylan * araban

- Glukoronan

* gukoronan * galakturonan

KARBOHIDRAT CADANGAN

a) Sukrosa / sakarosa : (disakarida)

Tanaman penghasil : - Saccharum officinarum, F. Graminae

- Beta vulgaris, F.Chenopodiaceae

b) Pati : dihasilkan oleh tanaman :

- Zea mays, Sorghum biscolor

- Ipomoea batatas

c) Fitoglikon :

dihasilkan : Zea mays

d) Fruktan : dihasilkan oleh :

contoh : inulin - Dahlia tuber

- Inula sp

e) Mannan : dihasilkan oleh :

- Cyanopsis tetragonolobus

- Ceratonia siligaea

f) Gom eksudat : dihasilkan oleh :


- Acasia senegal Fam : Leguminoceae

- Prunus urasus

- Prunus viriginiana, P.armeniaca

- Sterculia ursus

- Astragalgus sp.→ menghasilkan tragacanth

3. Lemak
Lemak atau Lipid tidak sama dengan minyak. Orang menyebut lemak secara
khusus bagi minyak nabati atau hewani yang berwujud padat pada suhu ruang.
Lemak juga biasanya disebutkan kepada berbagai minyak yang dihasilkan oleh
hewan, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair.1 gram lemak menghasilkan
39.06 kjoule atau 9,3 kcal. Lemak terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen.
Karena struktur molekulnya yang kaya akan rantai unsur karbon(-CH2-CH2-
CH2-)maka lemak mempunyai sifat hydrophob. Ini menjadi alasan yang
menjelaskan sulitnya lemak untuk larut di dalam air. Lemak dapat larut hanya di
larutan yang apolar atau organik seperti: eter, Chloroform, atau benzol. Secara
umum dapat dikatakan bahwa lemak biologis memenuhi 3 fungsi dasar bagi
manusia, yaitu:
1. Penyimpan energi
2. Transportasi metabolik sumber energi
3. Sumber zat untuk sintese bagi hormon, kelenjar empedu serta menunjang
proses pemberian signal Signal transducing.

Fungsi metabolit primer bagi tumbuhan :

1. Diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup bagi tumbuhan.

2. Untuk pertumbuhan atau perkembangan bagi tumbuhan tersebut.


3. Sebagai cadangan makanan.

Jalur biosintesis metabolit primer dalam tumbuhan :

Proses Fotosintesis

6CO2 + 6H2O C6H12O6

Asam Lemak
METABOLIT SEKUNDER

Pengertian :

Metabolit sekunder merupakan suatu senyawa sangat penting bagi kehidupan


tumbuhan penghasilnya untuk mempertahankan diri dari serangan oleh
makhluk lain.

A. GLIKOSIDA
Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam
kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi diubah
menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh
lingkungan luar (misalnya terkena panas dan teroksidasi udara).

I. PENGERTIAN GLIKOSIDA
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu
gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa
jembatan oksigen (O – glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida,
adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-
glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan
gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat
maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.

II. STRUKTUR GLIKOSIDA

III. BIOSINTESIS GLIKOSIDA


Apabila bagian aglikon dari suatu glikosida juga merupakan gula, maka glikosida
ini disebut hollosida, sedang kalau bukan gula disebut heterosida. Pembicaraan
tentang biosintesa dari heterosida umumnya terdiri dari dua bagian yang penting.
Yang pertama adalah reaksi umum bagaimana bagian gula terikat dengan bagian
aglikon, diperkirakan reaksi transfer ini sama pada semua sistem biologik. Ini
kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan secara mendetail tentang jalannya
reaksi biosintesa untuk berbagai jenis aglikon yang akan menyusun glikosida.

Hasil-hasil penyelidikan telah menunjukkan bahwa jalan reaksi utama dari


pembentukan glikosida meliputi pemindahan (transfer) gugusan uridilil dari uridin
trifosfat kesuatu gula-l-fosfat. Enzim-enzim yang bertindak sebagai katalisator
pada reaksi ini adalah uridilil transferase (a) dan telah dapat diisolasi dari
binatang, tanaman dan mikroba. Sedang gula fosfatnya dapat pentosa, heksosa dan
turunan gula lainnya. Pada tingkat reaksi berikutnya enzim yang digunakan adalah
glikolisis transferase (b), dimana terjadi pemindahan (transfer) gula dari uridin
difosfat kepada akseptor tertentu (aglikon) dan membentuk glikosida

(glikosida)

Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan bekerja untuk
memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga terbentuk bagian
disakarida. Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang mengandung
glikosida lainnya yang dapat membentuk bagian di-, tri- dan tetrasakarida dari
glikosidanya dengan reaksi yang sama.

IV. AGLIKON
Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawa-
senyawa tersebut meliputi senyawa-senyawa alkoholik dan fenolik, isotiosianat,
nitril sianogenetik, turunan antrasen, flavonoid dan steroid. Meskipun demikian
glikosida tanaman yang pada waktu ini banyak digunakan secara medisinal
kebanyakan mempunyai aglikon steroid, flavonoid atau antrasen. Ini tidak berarti
bahwa glikosida lain tidak penting, hanya yang digunakan untuk pengobatan lebih
sedikit.

V. JENIS-JENIS GULA
Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel didalamnya
dengan menambahkan kata oksida. Sebagai contoh, glikosida yang mengandung
glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa disebut arabinosida, yang
mengandung galakturonat disebut galakturonosida, dan seterusnya.

Gula yang sering menempel pada glikosida adalah β-D-glukosa. Meskipun


demikian ada juga beberapa gula jenis lain yang dijumpai menempel pada
glikosida misalnya ramnosa, digitoksosa dan simarosa. Bagian aglikon atau genin
terdiri dari berbagai macam senyawa organik, misalnya triterpena, steroid,
antrasena, ataupun senyawa-senyawa yang mengandung gugus fenol, alkohol,
aldehid, keton dan ester.

Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi dari
gula yang mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari komponen bukan
gula. Sementara gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam
molekul gula itu sendiri membentuk lingkaran oksida. Oleh karena itu gula
terdapat dalam dua konformasi, yaitu bentuk alfa dan bentuk beta maka bentuk
glikosidanya secara teoritis juga memiliki bentuk alfa dan bentuk beta. Namun
dalam tanaman ternyata hanya glikosida bentuk beta saja yang terkandung
didalamnya. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa emulsion dan enzim alami
lain hanya mampu menghidrolisis glikosida yang ada pada bentuk beta.
GLIKOSIDA FLAVONOL

Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida ini


merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di alam
dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan
pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi. Rutin,
kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin, diosmin
dan naringenin) merupakan kandungan flavonoid yang paling dikenal.
Biosintesa Glikosida Flavonoid

GLIKOSIDA ALKOHOL

Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki gugus


hidroksi. Senyawa yang termasuk glikosida alcohol

adalah salisin. Salisin adalah glikosida yang diperoleh dari beberapa spesies Salix
dan Populus.

GLIKOSIDA SAPONIN

Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid


dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan
membui bila dikocok. Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun
saponin triterpenoid.

Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Glikosida


saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid. Saponin adalah
segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan mempunyai
sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan membui bila
dikocok. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan
bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga
bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat
racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai
racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut
sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi
sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi
keras atau beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin

Bagan Pembagian Saponin

Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan
sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat bisa
menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi
hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan.
Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Ini
merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat
dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau
beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin.

Menurut SOBOTKA :
1. Saponin merupakan turunan dari hidrokarbon yang jenuh dari siklopentano
perhidrofenantren
2. Juga dapat merupakan turunan yang tak jenuh dari siklopentano
perhidrofenantren.

Struktur kimiawi

Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan


menjadi 2 macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini
memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika
yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.

Glikosida saponin dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan pada struktur bahan kimia
dari aglycone (sapogenin). Saponin pada hidrolisis menghasilkan suatu aglycone
yang dikenal sebagai "sapogenin".
Biosintesis Glikosida Saponin
Berdasarkan struktur dari aglikon maka glikosida dan saponin dapat dibagi 2

golongan yaitu saponin netral yang berasal dari steroid dengan rantai samping
spiroketal dan saponin asam yang mempunyai struktur triterpenoid. Biosintesa
saponin triterpenoid lebih kurang diketahui bila dibandingkan dengan saponin
steroid tetapi dapat dikatakan bahwa keduanya mempunyai tidak tolak yang sama
yaitu yang berasal dari asetat dan mevalonat. Rantai samping terbentuk sesudah
terbentuknya squalen. Sebagian terjadi inti steroid spiroketal dan yang lain
membentuk triterpenoid pentasiklik. Gugus gulanya dapat berdiri 1 – 55 gula dan
dalam beberapa hal aglikon tak diikat dengan gula tetapi dengan asam uronat.
GLIKOSIDA STEROID

Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid. Glikosida


steroid disebut juga glikosida jantung karena memiliki daya kerja kuat dan
spesifik terhadap otot jantung.

GLIKOSIDA ANTRAKUINON

Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung glikosida
sebagai isi aktifnya. Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar
tersebut mengandung turunan antrasen atau antrakinon sebagai aglikonnya.
Simplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Rhamni purshianae Cortex,
Rhamni Frangulae Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae Folium. Kecuali itu
Chrysa robin dan Cochineal (Coccus cacti) juga mengandung turunan antrakinon,
akan tetapi tidak digunakan sebagai obat pencahar karena daya iritasinya terlalu
keras (Chrysarobin) sehingga hanya digunakan sebagai obat luar atau hanya
digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus Cacti).

Biosintesa Senyawa Antrakinon

GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT

Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga Crucifera mengandung glikosida


yang aglikonnya adalah isotiosianat. Aglikon ini merupakan turunan alifatik atau
aromatik. Senyawa-senyawa yang penting secara farmasi dari glikosida ini adalah
sinigrin (Brassica nigra = black mustard), sinalbin (Sinapis alba = white mustard)
dan glukonapin (rape seed). Biosintesa Glikosida Isotiosianat Aglikon dari
glikosida isotiosianat dapat merupakan senyawa alifatik atau turunan aromatik.
Penelitian dengan radio isotop telah menunjukkan bahwa aglikon yang berupa
senyawa alifatik biosintesanya dapat melalui “Acetate Pathway” sedang yang
aromatik melalui “Shikimic Acel Pathwey”.

GLIKOSIDA ALDEHIDA

Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa yang diikat
oleh m-hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida yang aglikonnya
suatu aldehida.

GLIKOSIDA LAKTON

Meskipun kumarin tersebar luas dalam tanaman, tetapi glikosida yang


mengandung kumarin (glikosida lakton) sangat jarang ditemukan. Beberapa
glikosida dari turunan hidroksi kumarin ditemukan dalam bahan tanaman seperti
skimin dan Star anise Jepang, aeskulin dalam korteks horse chestnut, daphin
dalam mezereum, fraksin dan limettin.

GLIKOSIDA FENOL

Beberapa aglikon dari glikosida alami mempunyai kandungan bercirikan senyawa


fenol. Arbutin yang terkandung dalam uva ursi dan tanaman Ericaceae lain
menghasilkan hidrokuinon sebagai aglikonnya. Hesperidin dalam buah jeruk juga
dapat digolongkan sebagai glikosida fenol. Uva ursi adalah daun kering dari
Arctostaphylos uva ursi (Famili Ericaceae). Tanaman ini merupakan semak yang
selalu hijau merupakan tanaman asli dari Eropa, Asia, Amerika Serikat dan
Kanada.
TANIN

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun, buah
yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin
digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi
tannin.Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah.

Sifat-sifat Tanin :

1. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat .
2. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
3. Tidak dapat mengkristal.
4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
5. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
Sifat kimia Tanin :

1.Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar


dipisahkan sehingga sukar mengkristal.

2. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.

3. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi
warna.

Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara :

1. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.

2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.

3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat berwarna
coklat.
Kegunaan Tanin :

1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu
pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninya
hilang.

2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.

3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.

4. Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada


gastrointestinal dan pada kulit.

5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka
bakar, dengan cara mengendapkan protein.

6. Sebagai pengawet dan penyamak kulit.

7. Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.

8. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak


yang tidak larut.

Hidrolisa Tanin : Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi


yang sederhana. Hidrolisa :

1. Asam Gallat terurai pirogalol

2. Asam Protokatekuat Katekol 3. Asam Ellag dan Tenol-fenol lain.

(Asam Ellag dapat disamak kulit bentuk bunga)


Klasifikasi Tanin :

Berdasarkan warna dari garam ferri (FeCl3) , Tanin digolongkan atas 2 :

1. Katekol berwarna hijau dengan 2 gugud fenol. Ex : Pirokatekol dan Flobatanin


Dengan sifat-sifat :

 Bila dipanaskan menghasilkan katekol


Bila didihkan dengan HCl menghasilkan flobapin dapat digunakan
sebagai penyimak warna merah.

 Bila ditambahkan dengan FeCl3 berwarna hijau.


 Bila ditambahkan dengan larutan Br mengendap

Contoh Katekol :

- Asam kirotamat yang terdapat pada kina


- Asam katekotanat pada tanaman Katechu (gambir)

2. Pirogalatanin atau pirogalol mengahasilkan warna biru dengan FeCl3 dengan 3


gugus fenol. Sifat-sifatnya :

- Bila dipanaskan terurai menjadi pirogalol


- Bila didihkan dengan HCl menghasilkan Asam gallat dan Asam ellag.
- Ditambahkan FeCl3 berwarna biru.
- Ditambahkan brom tidak terjadi endapan.
Contoh :

- Gallotanin yang terdapat pada tanaman Nut gall (gallae)


- Ellagitanin terdapat pada kulit delima (Granati cortex)

Biosintesa dari Tanin :


B. FLAVANOID

I. KLASIFIKASI SENYAWA FLAVANOID


Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti
flavanoid yang memberikan kontribusi
keindahan dan kesemarakan pada bunga dan
buah-buahan di alam. Flavin memberikan
warna kuning atau jingga, antosianin
memberikan warna merah, ungu atau biru,
yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi
kecuali warna hijau. Secara biologis, flavanoin
memainkan peranan penting dalam kaitan menyerbukan pada tanaman oleh
serangga. Sejumlah flavanoid mempunyai rasa pahit hingga dapat bersifat
menolak sejenis ulat tertentu.

Senyawa flavanoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti
fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Cincin A memiliki
karakteristik bentuk hidroksilasi phloroglusinol atau resorsinol, dan cincin B
biasanya 4-, 3,4- atau 3,4,5-terhidroksilasi. Dalam gambar dibawah ini
menunjukkan struktur dasar flavanoid.

DIHIDROKHALKON
Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang
penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum famili Rosaceae juga
terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama
dikenal dalam bidang farmasi, ia memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi
seperti diabetes.
KHALKON
Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusinya di
alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami isomerisasi
menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan, persamaan 2.

Dalam gambar beberapa khalkon yang terdapat di alam menunjukkan beberapa


khalkon yang terdapat pada tanaman, terutama sebagai pigmen daun bunga
berwarna kuning, dalam kebanyakan terdapat dalam tanaman Heliantheaetribe,
Coreopsidinae , subtribe dan famili Compositae.

KARTAMIN
Carfhanus tinctorius L. (fam. Compositae), mengandung pigmen bunga kuning
yang berubah menjadi merah bila umur bunga bertambah. Ekstrak bunga juga
berwarna merah, dengan pembentukkan bunga merah. Pigmen merah pertama kali
disebut kartamin, merupakan glikosida dan bila dihidrolisis dengan asam fosfat
berair memberikan dua senyawa isomer yaitu kartamidin dan isokartamidin.
Sekarang pigmen merah dinyatakan sebagai “Kartamon”.

Kartamidin dan isokartamidin merupakan isomer flavanon seperti ditunjukkan


dalam persamaan (3a) dibawah ini oleh sintesis senyawa termetilasi sepenuhnya
dan demitilasi menjadi tetrahidroksi flavanon.

FLAVAN
Flavan tidak lazim sebagai konstituen tanaman. Sejauh ini hanya ada satu contoh
dalam kelompok ini yang merupakan senyawa yang terdapayb di alam.Senyawa
fenolat kompleks yang merupakan konstituen resin dari tanaman genus
Xanthorrhoea mengandung berbagai senyawa flavanoid yan ternyata pemisahan
dan pemurniannya sukar dilakukan. Metilasi (dengan metal sulfat dan kalium
karbonat dalam aseton) terdapat resin kotor dari X, preissii menghasilkan
sejumlah senyawa flavanoid. Salah satu dari padanya adalah 4‟ , 5 , 7-trimetoksi
flavan (penomoran system sesuai dengan gambit tipe umum senyawa flavanoid).
Reduksi flavan dengan natrium dan etanol dalam cairan ammonia dan metilasi
fenol yang diperoleh menghasilkan senyawa yang dikenal 1-p-metoksifenil-3-
(2,4,6-trimetoksifenil)-propana

FLAVANON
Flavanon (biasanya sebagai glikosida) terdistribusi luas dialam. Flavanon terdapat
dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama
dari tanaman genus Prunus (fam. Rosaceae) dan buah jeruk. Dua glikosida yang
paling lazim adalah neringenin dan hesperetin, terdapat dala buah anggur dan
jeruk.
C. TERPENOID
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan keragaman
struktur yang besar dalam produk alami yang diturunkan dan
unit isoprena (C5) yang bergandengan dalam model kepala ke
ekor (head-to-tail), sedangkan unit isoprena diturunkan dari
metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat
(mevalonic acid : MVA). Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:

Berdasarkan mekanisme tersebut maka senyawa terpenoid dapat dikelompokkan


sebagai berikut
Terpena merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan
oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada
tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya, terpenoid,
merupakan metabolit sekunder. Terpena dan terpenoid dihasilkan pula oleh
sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa hewan laut. Di samping sebagai
metabolit sekunder, terpena merupakan kerangka penyusun sejumlah senyawa
penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah
turunan skualena, suatu triterpena; juga karoten dan retinol. Nama "terpena"
(terpene) diambil dari produk getah tusam, terpentin (turpentine). Terpena dan
terpenoid menyusun banyak minyak atsiri yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Kandungan minyak atsiri mempengaruhi penggunaan produk rempah-rempah,
baik sebagai bumbu, sebagai wewangian, serta sebagai bahan pengobatan,
kesehatan, dan penyerta upacara-upacara ritual. Nama-nama umum senyawa
golongan ini seringkali diambil dari nama minyak atsiri yang mengandungnya.
Lebih jauh lagi, nama minyak itu sendiri diambil dari nama (nama latin)
tumbuhan yang menjadi sumbernya ketika pertama kali diidentifikasi. Sebagai
misal adalah citral, diambil dari minyak yang diambil dari jeruk (Citrus). Contoh
lain adalah eugenol, diambil dari minyak yang dihasilkan oleh cengkeh (Eugenia
aromatica). Terpenoid disebut juga isoprenoid. Hal ini dapat dimengerti karena
kerangka penyusun terpena dan terpenoid adalah isoprena (C5H8 )

D. STEROID
Sebagaimana senyawa organik lainnya, tata nama sistematika dari steroid
didasarkan pada struktur dari hidrokarbon steroid tertentu. Nama hidrokarbon
steroid itu ditambahi awalan atau akhiran yang menunjukkan jenis substituen.
Sedangkan, posisi dari substituen itu ditunjukkan oleh nomor atom karbon,
dimana substituen itu terikat. Penomoran atom karbon dalam molekul steroid
adalah sebagai berikut :

Berdasarkan struktur umum steroid tersebut, maka jenis-jenis hidrokarbon induk


dari steroid adalah sebagai berikut
Fungsi Metabolit Sekunder :

Bagi tumbuhan penghasilnya :

a. Dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam ekosistem.

b. Dapat membentuk penyebaran dari tumbuhan → senyawa penarik


serangga.

Contoh : - minyak atsiri dari bunga.

Bagi manusia :

a. Dapat dimanfaatkan sebagai obat


b. Sebagai sumber vitamin
c. Penyamak kulit dalam industri mis. Tannin

BAGAN JALUR BIOSINTESIS SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

CO
h.v
Glukosa +
-
Fosfoe =
s.ko As.l
p
Asam
Ase -
glikolisis TE
Siklus asam Asam amino

HUBUNGAN METABOLISME PRIMER DAN SEKUNDER


polifenol

prost An

shi
ki

po

Asam
amin

Meta
N -lignin
bolit
Meta
Alur: Met

PERBEDAAN ANTARA METABOLIT PRIMER DAN METABOLIT


SEKUNDER

Sifat Metabolit Primer Sifat Metabolit Sekunder


Universal / umum Langka / khusus (tertentu)
Seragam Beraneka ragam
Koservatif / dianggap kuno Adaptatif / untuk menyesuaikan diri
Sangat diperlukan, mutlak untuk Tidak diperlukan untuk pertumbuhan,
pertumbuhan dan perkembangan tapi sangat diperlukan untuk eksistensi
dan pertahanan dalam ekosistem
DAFTAR PUSTAKA

Herbert. R.B, 1995, Biosintesis Metabolit Sekunder, Edisi ke-2, cetakan ke-1,
terjemahan Bambang Srigandono, IKIP Press semarang

Duke.J, 2005, Phytochemical and Etnobotanical Databases, Maryland, Beltsuille


Agricultural Researah Center

Darwis.D, 2001, Teknik Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Metabolit Sekunder,


Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Untuk Pemanfaatan Sumber
Daya Alam Hayati dan Rekayasa Bioteknologi, FMIPA Universitas Andalas
padang

Achmad. S.A, 1986, Kimia Organik Bahan Alam, Universitas Terbuka, Jakarta

Makin. H.L, 1977, Biochemistry of Steroids Hormines, London, Nlack Well


Scientific Oxford Ikan. R, 1991, Natural products A nd Laboratory Guide, 2
edition, Unioversity of Jerusalem

Harborne.J.B, 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Modern Menganalisa


Tumbuhan, terbitan ke-2, Terjemahan Kosasih Padmawinata dan iwang
Soediro, ITB Bandung

Mannito.P, 1981, Biosynthesis of Natural Products, Terjemahan PG Sammes,


Chicster Ellis Horwood Ltd

Sastrohamidjojo Hardjono, 1996 , “Sintesis Bahan Alam” FMIPA Universitas


Gadjah Mada, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

http://muhammadiqbalu.blogspot.com/2009/12/senyawa-metabolit-primer-dan-
sekunder.html

http://www.ikatanapotekerindonesia.net/artikel-a-konten/sekilas-info/476-
fitokimia-mencegah-penyakit-degeneratif.html

http://sanoesi.wordpress.com/2008/12/17/pengenalan-patologipenyakit-tumbuhan/

Anda mungkin juga menyukai