DISUSUN OLEH :
DEWI PURWANTI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa Penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Fitokimia karotenoid
2. Fitokimia fitosterol
3. Fitokimia saponin
4. Fitokimia glukosinolat
5. Fitokimia polifenol
6. Fitokimia inhibitor protease
7. Fitokimia monoterpen
8. Fitokimia fitoestrogen
9. Fitokimia sulfida
10. Fitokimia asam fitat
11. Masih banyak sekali jenis fitokimia lain
Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum. Berfungsi sebagai
anti oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan mengatur kadar gula darah.
Pigmen yang memberi warna pada buah-buahan dan sayuran , selain
membangkitkan selera makan, adalah juga fitokimia tertentu yang efeknya
bervariasi. Ada sekitar 2000 macam pigmen pada tumbuhan yang sudah dikenal
dan terdapat pada makanan kita, termasuk diantaranya 450 jenis karotenoid, 150
jenis anthosian dan 800 jenis flavonoid.
Akhirnya memang makanan yang paling cocok untuk orang dewasa dan tua
adalah makanan yang banyak sayuran dan buahan serta tempe-tahu ( makanan
vegetarians).
BAB II
ISI
Fitokimia dan cabang ilmu tumbuhan
FISIOLOGI TUMBUHAN
a. Penentuan struktur
b. Asal-usul biosintesis
-etilena -absisin
PALEOBOTANI
Fosil adalah bukti-bukti yang didapatkan dari kehidupan pra- sejarah. Batasan
masa pra-sejarah lebih dari enam juta tahun yang lalu. Menurut definisi tersebut,
maka yang dimaksud dengan fosil adalah meliputi segala macam bukti, baik yang
bersifat langsung maupun tak langsung. Contoh bukti langsung dari kehidupan
prasejarah adalah tulang dinosaurus, sedangkan bukti tak langsung adalah jejak
tapak kaki bewail yang terawetkan dalam lumpur, dan koprolit (material faeces).
2. adanya sumber sedimen anorganik dalam bentuk partikel atau senyawa terlarut
Batuan sedimen
Diatomit: batuan yang terbentuk dari dinding sel Diatomae.
Amber: resin tumbuhan yang telah mengalami perubahan kimiawi selama
proses fosilisasi.
Preservasi Fosil:
a. Permineralisasi seluler
Tipe preservasi ini terjadi hila senyawa-senyawa silikat, karbonat, dan besi yang
terlarut mengisi sel-sel dan ruang antar sel. Presipitasi senyawa-senyawa terse
butakan menghasilkan matriks batuan yang mengisi jaringan tumbuhan, sehingga
struktur dalam (anatomi) tumbuhan tersebut menjadi terawetkan dalam bentuk
susunan tiga dimensi. Fosil yang dihasilkan dari preservasi ini disebut fosil
petrifaksi.
b. Kompresi
Pada saat mulai terjadi proses pembusukan jaringan tumbuhan, timbul muatan
listrik yang menarik partikel-partikel koloid sedimen yang bermuatan listrik
berlawanan (plus dan minus). Partikel-partikel sedimen umumnya terdiri dari
mineral-mineral besi dan karbonat yang terakumulasi dan menjadi semen pada
bagian luar jaringan atau organ tumbuhan yang membusuk tadi sehingga terjadi
pengawetan struktur luarnya. Pada umumnya, selama terjadinya proses sementasi,
bagian dalam tumbuhan tersebut (struktur internalnya) juga menjadi rusak dan
digantikan oleh sedimen juga. Dengan demikian dimungkinkan untuk terjadinya
pengawetan terhadap struktur luar dan dalam organ tumbuhan.
d. Preservasi duripartik
Preservasi tipe ini terjadi pacta bagian-bagian tumbuhan yang resisten, tanpa
mengalami perubahan oleh adanya proses oksidasi atau faktor-faktor lainnya,
misalnya bagian luar sel Diatome (yang mengandung silika) , dan sel-sel yang
dindingnya mengandung kapur.
a. Metode gosok
b. Metode sayat
Pembuatan preparat fosil dengan metode sayat dibedakan menjadi dua macam
teknik, yaitu: teknik cairan dan teknik lembaran.
Teknik cairan
a. Parlodion 28 g
c. Amil alkohol 30 ml
d. Xylol 10 ml
f. Eter 3 ml.
Teknik lembaran
Langkah kerja yang dilakukan hingga proses etching adalah sama dengan pada
teknik cairan. Selanjutnya permukaan fosil ditutup dengan lembaran selulosa
asetat (ketebalan 0,003 inchi), dengan terlebih dulu dibasahi dengan aseton.
Lembaran selulosa asetat dibiarkan selama 30 menit, dan kemudian dilepas untuk
mendapatkan penampang fosil.
d. Analisis fitokimia
Lycopsida
Klasifikasi
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Lycopsida
Bangsa : Lepidodendrales
a. Suku : Lepidodendraceae
b. Suku : Sigillariaceae
Marga : Sigillaria
Lepidodendraceae
Dua marga yang mendominasi pada masa Karbon adalah Lepidodendron dan
Lepidophloios. Nama marga Lepidodendron berasal dari struktur batang,
sedangkan Lepidophloios merupakan nama yang semula diberikan untuk
menyebut struktur daun. Spesimen Lepidodendron yang ditemukan menunjukkan
bahwa tinggi pohonnya mencapai lebih dari 38 m, dengan diameter basal 2 m.
Batangnya besar, tegak, bercabang banyak membentuk tajuk yang Ie bar. Batang
seringkali tidak bercabang hingga ketinggian 20 m atau lebih, dan di bagian apikal
membentuk percabangan menggarpu. Cabang-cabang yang membentuk akar
disebut rhizofor atau rhizomorf. Daun berbentuk linier, dengan panjang minimall
m, dan hila gugur dari cabang akan meninggalkan bekas pada batang.
bersirap. Sporangia terdapat pada permukaan atas sporofil. Pada jenis-jenis yang
heterospor, mikrosporangia terdapat pada bagian apikal strobilus, sedangkan
megasporangia pada bagian basal.
Stigmaria merupakan nama marga untuk menyebut organ rhizofor, yaitu cabang-
cabang yang membentuk akar. Nama marga Lepidostrobus semula diberikan
untuk organ konus, baik yang monosporangiat maupun bisporangiat. Adapun
Lepidocarpon adalah nama marga untuk konus megasporangiat yang struktur
dasarnya sarna dengan Lepidostrobus, tetapi dengan sporangia yang hampir
seluruhnya tertutup oleh sporofil.
Sigillariaceae
Klasifikasi
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Spheopsida
1. Bangsa : Sphenophyllales
Suku : Sphenophyllaceae
Marga : Sphenophyllum
2. Bangsa : Equisetales
Suku : Calamitaceae
Sphenophyllaceae
Calami taceae
PATOLOGI TUMBUHAN
Penyebab penyakit digolongkan menjadi dua besar yaitu penyakit yang bersifat
abiotik dan yang bersifat biotic. Untuk yang bersifat biotic (tidak hidup) misalnya
polutan udara, polutan tanah, suhu yang ekstrim, kelembaban yang ekstrim,
oksigen dan cahaya yang berlebihan atau berkekurangan, unsure hara yang tidak
tepat dosis. Sedangkan penyakit yang bersifat biotic (hidup) sampai sekarang
dilaporkan ada 6 kelompok besar yaitu jamur, prokariotik, virus, viroid, nematode,
protozoa dan tanaman tinggi parasit. Penyebab yang bersifat biotic disebut juga
“pathogen” yang berasal dari bahasa latin “pathos” yang berarti sakit dan “gene”
yang berarti penyandi sifat. Patogen menyebabkan sakit pada gen sehingga
ekspresi yang muncul adalah sesuatu yang tidak normal pada tanaman.Secara
umum, penyakit yang menyerang tumbuhan dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu
:
1.Jamur
Penyakit yang disebabkan oleh jamur menyebabkan busuk akar dan busuk daun.
Ciri serangan adalah munculnya benang-benang hifa (benang halus berwarna
putih) disekitar terjadinya pembusukan.
2.Bakteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri juga menunjukkan pembusukan hanya saja
biasanya pembusukan ini ditandai dengan keluarnya lendir. Kadang-kadang
ditandai dengan bau busuk.
3.Virus
Penyakit yang disebabkan oleh virus gejalanya terkadang kurang jelas. Namun
secara kasat mata dapat dilihat dari adanya gejala penyimpangan pertumbuhan
misalnya daun keriting atau kerdil, bunga menjadi kecil atau tanaman malas
berbunga. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini hingga kini belum ada obatnya.
Satu-satunya jalah adalah dengan mencegah serangga pembawa virus seperti kutu.
Cara lain adalah memusnakan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular pada
tanaman lain. Spora-spora yang diterbangkan angin, terbawa hujan, dan
sebagainya pada suatu saat tiba pada suatu tanaman inangnya. Apabila spora
tersebut masih hidup dan ia kebetulan jatuh pada tanaman inang yang cocok
bersamaan dengan kondisi iklim yang cocok akan terjadi infeksi. Spora tersebut
mulai tumbuh dengan membentuk tabung kecambah, apresorium dan hifa untuk
penetrasi (masuk) ke dalam jaringan tanaman, misalnya daun melalui stomata atau
langsung saja menembus epidermis daun tersebut. Unit infeksi tersebut
menimbulkan gejala penyakit di sekitar terjadinya infeksi yang terlihat seperti
bintik atau bercak berbagai ukuran. Bercak-bercak tersebut akan tumbuh
konidiofora yang pada ujungnya menghasilkan konidia lagi. Bila konidia matang
akan lepas dan terbawa medium ke tempat lain untuk tiba kepada inang yang baru.
Ini disebut siklus infeksi.
Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen serta
lingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit karena
tiga factor itu. Salah satu factor tidak ada atau tidak memenuhi syarat maka
penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi olh ketiga factor agar
muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus virulen (fit
dan ganas), dan lingkungan mendukung. Misalnya di hutan Kalimantan ada
Dendrobium sp, kemudian ada bakteri Erwinia sp yang ganas dan lingkungan
sangat lembab, maka akan muncul penyakit busauk pada akar tersebut. Segitiga
penyakit ini akan muncul pada kondisi alami. Penyakit muncul tanpa campur
tangan manusia. Penyakit yang muncul bisa sangan parah namun juga bisa sangat
ringan. Hanya jenis-jenis tanaman yang mempunyai ketahanan tinggi yang bisa
“survive” ketika ada gangguan penyakit yang parah.
http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s3_99/n_azman.html
Kesan keracunan: Memberi kesan pada perut seperti muntah dan cirit-birit. Susah
bernafas dan pernafasan tidak teratur.
Keterangan pokok: Mempunyai bunga yang berwarna ungu atau merah jambu
berbentuk seperti loceng.
Keterangan pokok: Pokok yang rendah, berdaun tebal dan bergetah. Bunganya
berbentuk tiub berwarna kuning dan tumbuh berjambak pada
hujung dahan.
Bagian beracun: Semua bagian
Kesan keracunan: Menyebabkan rasa terbakar pada mulut dan usus, cirit-birit,
muntah, sakit perut, rasa seram sejuk, rasa mengantuk, pening,
sawan dan lumpuh.
Kesan keracunan: Menyebabkan rasa gatal, terbakar kemerahan dan sakit kulit.
Kesan keracunan: Jika termakan akan mengakibatkan mulut berbuih, sakit perut,
muntah, cirit-birit dan lumpuh.
Terutama untuk menentukan ciri atau sifat kimia dari fitotoksin (hasil
sintesis mikroba yang terbentuk dalam tumbuhan bila tumbuhan tersebut
diserang oleh bakteri atau fungi).
EKOLOGI TUMBUHAN
- alkaloid - sianogen
Antaraksi tumbuhan-tumbuhan:
Melibatkan senyawa “alelopati” : yaitu senyawa yang dikeluarkan oleh
suatu tumbuhan dari akar atau daun untuk mencegah tumbuhnya jenis tumbuhan
lain disekitarnya.
GENETIKA TUMBUHAN
SISTEMATIKA TUMBUHAN
Adalah suatu zat / senyawa essensial yang terdapat dalam organisme dan
tumbuhan, yang berperan dalam proses semua kehidupan organisme tersebut atau
merupakan kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup bagi organisme /
tumbuhan tersebut.
membran).
2. Karbohidrat
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa
Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa
organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi
dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa),
cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan
materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan
jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbondioksida
menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-
keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis.[2]
Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan
banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk
golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa
yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air.[3] Namun demikian,
terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang
mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur. Bentuk molekul karbohidrat paling
sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida,
misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan
polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang
panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati,
kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida
(rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa
monosakarida).
a. Gula :
* triosa * pentosa
- Oligosakarida
b. Turunan gula :
- Alkohol - Ester
- Asam - Glikosida
c. Polisakarida (glikan)
- Heksosan
* xylan * araban
- Glukoronan
* gukoronan * galakturonan
KARBOHIDRAT CADANGAN
- Ipomoea batatas
c) Fitoglikon :
- Inula sp
- Cyanopsis tetragonolobus
- Ceratonia siligaea
- Prunus urasus
- Sterculia ursus
3. Lemak
Lemak atau Lipid tidak sama dengan minyak. Orang menyebut lemak secara
khusus bagi minyak nabati atau hewani yang berwujud padat pada suhu ruang.
Lemak juga biasanya disebutkan kepada berbagai minyak yang dihasilkan oleh
hewan, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair.1 gram lemak menghasilkan
39.06 kjoule atau 9,3 kcal. Lemak terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen.
Karena struktur molekulnya yang kaya akan rantai unsur karbon(-CH2-CH2-
CH2-)maka lemak mempunyai sifat hydrophob. Ini menjadi alasan yang
menjelaskan sulitnya lemak untuk larut di dalam air. Lemak dapat larut hanya di
larutan yang apolar atau organik seperti: eter, Chloroform, atau benzol. Secara
umum dapat dikatakan bahwa lemak biologis memenuhi 3 fungsi dasar bagi
manusia, yaitu:
1. Penyimpan energi
2. Transportasi metabolik sumber energi
3. Sumber zat untuk sintese bagi hormon, kelenjar empedu serta menunjang
proses pemberian signal Signal transducing.
Proses Fotosintesis
Asam Lemak
METABOLIT SEKUNDER
Pengertian :
A. GLIKOSIDA
Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam
kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi diubah
menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh
lingkungan luar (misalnya terkena panas dan teroksidasi udara).
I. PENGERTIAN GLIKOSIDA
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu
gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa
jembatan oksigen (O – glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida,
adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-
glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan
gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat
maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.
(glikosida)
Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan bekerja untuk
memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga terbentuk bagian
disakarida. Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang mengandung
glikosida lainnya yang dapat membentuk bagian di-, tri- dan tetrasakarida dari
glikosidanya dengan reaksi yang sama.
IV. AGLIKON
Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawa-
senyawa tersebut meliputi senyawa-senyawa alkoholik dan fenolik, isotiosianat,
nitril sianogenetik, turunan antrasen, flavonoid dan steroid. Meskipun demikian
glikosida tanaman yang pada waktu ini banyak digunakan secara medisinal
kebanyakan mempunyai aglikon steroid, flavonoid atau antrasen. Ini tidak berarti
bahwa glikosida lain tidak penting, hanya yang digunakan untuk pengobatan lebih
sedikit.
V. JENIS-JENIS GULA
Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel didalamnya
dengan menambahkan kata oksida. Sebagai contoh, glikosida yang mengandung
glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa disebut arabinosida, yang
mengandung galakturonat disebut galakturonosida, dan seterusnya.
Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi dari
gula yang mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari komponen bukan
gula. Sementara gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam
molekul gula itu sendiri membentuk lingkaran oksida. Oleh karena itu gula
terdapat dalam dua konformasi, yaitu bentuk alfa dan bentuk beta maka bentuk
glikosidanya secara teoritis juga memiliki bentuk alfa dan bentuk beta. Namun
dalam tanaman ternyata hanya glikosida bentuk beta saja yang terkandung
didalamnya. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa emulsion dan enzim alami
lain hanya mampu menghidrolisis glikosida yang ada pada bentuk beta.
GLIKOSIDA FLAVONOL
GLIKOSIDA ALKOHOL
adalah salisin. Salisin adalah glikosida yang diperoleh dari beberapa spesies Salix
dan Populus.
GLIKOSIDA SAPONIN
Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan
sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat bisa
menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi
hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan.
Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Ini
merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat
dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau
beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin.
Menurut SOBOTKA :
1. Saponin merupakan turunan dari hidrokarbon yang jenuh dari siklopentano
perhidrofenantren
2. Juga dapat merupakan turunan yang tak jenuh dari siklopentano
perhidrofenantren.
Struktur kimiawi
Glikosida saponin dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan pada struktur bahan kimia
dari aglycone (sapogenin). Saponin pada hidrolisis menghasilkan suatu aglycone
yang dikenal sebagai "sapogenin".
Biosintesis Glikosida Saponin
Berdasarkan struktur dari aglikon maka glikosida dan saponin dapat dibagi 2
golongan yaitu saponin netral yang berasal dari steroid dengan rantai samping
spiroketal dan saponin asam yang mempunyai struktur triterpenoid. Biosintesa
saponin triterpenoid lebih kurang diketahui bila dibandingkan dengan saponin
steroid tetapi dapat dikatakan bahwa keduanya mempunyai tidak tolak yang sama
yaitu yang berasal dari asetat dan mevalonat. Rantai samping terbentuk sesudah
terbentuknya squalen. Sebagian terjadi inti steroid spiroketal dan yang lain
membentuk triterpenoid pentasiklik. Gugus gulanya dapat berdiri 1 – 55 gula dan
dalam beberapa hal aglikon tak diikat dengan gula tetapi dengan asam uronat.
GLIKOSIDA STEROID
GLIKOSIDA ANTRAKUINON
Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung glikosida
sebagai isi aktifnya. Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar
tersebut mengandung turunan antrasen atau antrakinon sebagai aglikonnya.
Simplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Rhamni purshianae Cortex,
Rhamni Frangulae Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae Folium. Kecuali itu
Chrysa robin dan Cochineal (Coccus cacti) juga mengandung turunan antrakinon,
akan tetapi tidak digunakan sebagai obat pencahar karena daya iritasinya terlalu
keras (Chrysarobin) sehingga hanya digunakan sebagai obat luar atau hanya
digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus Cacti).
GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT
GLIKOSIDA ALDEHIDA
Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa yang diikat
oleh m-hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida yang aglikonnya
suatu aldehida.
GLIKOSIDA LAKTON
GLIKOSIDA FENOL
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun, buah
yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin
digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi
tannin.Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah.
Sifat-sifat Tanin :
1. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat .
2. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
3. Tidak dapat mengkristal.
4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
5. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
Sifat kimia Tanin :
3. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi
warna.
3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat berwarna
coklat.
Kegunaan Tanin :
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu
pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninya
hilang.
2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka
bakar, dengan cara mengendapkan protein.
Contoh Katekol :
Senyawa flavanoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti
fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Cincin A memiliki
karakteristik bentuk hidroksilasi phloroglusinol atau resorsinol, dan cincin B
biasanya 4-, 3,4- atau 3,4,5-terhidroksilasi. Dalam gambar dibawah ini
menunjukkan struktur dasar flavanoid.
DIHIDROKHALKON
Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang
penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum famili Rosaceae juga
terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama
dikenal dalam bidang farmasi, ia memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi
seperti diabetes.
KHALKON
Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusinya di
alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami isomerisasi
menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan, persamaan 2.
KARTAMIN
Carfhanus tinctorius L. (fam. Compositae), mengandung pigmen bunga kuning
yang berubah menjadi merah bila umur bunga bertambah. Ekstrak bunga juga
berwarna merah, dengan pembentukkan bunga merah. Pigmen merah pertama kali
disebut kartamin, merupakan glikosida dan bila dihidrolisis dengan asam fosfat
berair memberikan dua senyawa isomer yaitu kartamidin dan isokartamidin.
Sekarang pigmen merah dinyatakan sebagai “Kartamon”.
FLAVAN
Flavan tidak lazim sebagai konstituen tanaman. Sejauh ini hanya ada satu contoh
dalam kelompok ini yang merupakan senyawa yang terdapayb di alam.Senyawa
fenolat kompleks yang merupakan konstituen resin dari tanaman genus
Xanthorrhoea mengandung berbagai senyawa flavanoid yan ternyata pemisahan
dan pemurniannya sukar dilakukan. Metilasi (dengan metal sulfat dan kalium
karbonat dalam aseton) terdapat resin kotor dari X, preissii menghasilkan
sejumlah senyawa flavanoid. Salah satu dari padanya adalah 4‟ , 5 , 7-trimetoksi
flavan (penomoran system sesuai dengan gambit tipe umum senyawa flavanoid).
Reduksi flavan dengan natrium dan etanol dalam cairan ammonia dan metilasi
fenol yang diperoleh menghasilkan senyawa yang dikenal 1-p-metoksifenil-3-
(2,4,6-trimetoksifenil)-propana
FLAVANON
Flavanon (biasanya sebagai glikosida) terdistribusi luas dialam. Flavanon terdapat
dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama
dari tanaman genus Prunus (fam. Rosaceae) dan buah jeruk. Dua glikosida yang
paling lazim adalah neringenin dan hesperetin, terdapat dala buah anggur dan
jeruk.
C. TERPENOID
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan keragaman
struktur yang besar dalam produk alami yang diturunkan dan
unit isoprena (C5) yang bergandengan dalam model kepala ke
ekor (head-to-tail), sedangkan unit isoprena diturunkan dari
metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat
(mevalonic acid : MVA). Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:
D. STEROID
Sebagaimana senyawa organik lainnya, tata nama sistematika dari steroid
didasarkan pada struktur dari hidrokarbon steroid tertentu. Nama hidrokarbon
steroid itu ditambahi awalan atau akhiran yang menunjukkan jenis substituen.
Sedangkan, posisi dari substituen itu ditunjukkan oleh nomor atom karbon,
dimana substituen itu terikat. Penomoran atom karbon dalam molekul steroid
adalah sebagai berikut :
Bagi manusia :
CO
h.v
Glukosa +
-
Fosfoe =
s.ko As.l
p
Asam
Ase -
glikolisis TE
Siklus asam Asam amino
prost An
shi
ki
po
Asam
amin
Meta
N -lignin
bolit
Meta
Alur: Met
Herbert. R.B, 1995, Biosintesis Metabolit Sekunder, Edisi ke-2, cetakan ke-1,
terjemahan Bambang Srigandono, IKIP Press semarang
Achmad. S.A, 1986, Kimia Organik Bahan Alam, Universitas Terbuka, Jakarta
http://muhammadiqbalu.blogspot.com/2009/12/senyawa-metabolit-primer-dan-
sekunder.html
http://www.ikatanapotekerindonesia.net/artikel-a-konten/sekilas-info/476-
fitokimia-mencegah-penyakit-degeneratif.html
http://sanoesi.wordpress.com/2008/12/17/pengenalan-patologipenyakit-tumbuhan/