Pesatnya perkembangan zaman diikuti dengan lahirnya berbagai teknologi muktahir. Salah satu penemuan teknologi terpenting pada abad ke-20 adalah komputer (Ting, 2005). Menurut Gartner (2002) dan Yates (2007) terdapat hampir 1 miliar komputer digunakan di dunia. Penggunaan komputer telah menjadi primadona untuk memudahkan pekerjaan di segala bidang. Sekitar 75% pekerjaan di dunia bergantung pada komputer (Kanitkar et al., 2005). Memandang hal tersebut, semakin banyak orang harus bekerja di depan komputer selama berjam-jam tanpa istirahat. Tanpa disadari, bekerja berlama- lama di depan komputer dapat menimbulkan masalah kesehatan negatif baik secara fisik maupun mental pada operatornya (Zhaojia et al., 2007; Biljana et al., 2007). Kumpulan gangguan fisik yang menyerang pengguna komputer disebut Computer Vision Syndrome (CVS). Sekitar 88-90% pengguna komputer mengalami CVS (Sirikul et al., 2009; Chu et al., 2011). Kejadian CVS juga dinyatakan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (AOA, 2007). Gejala CVS dibedakan menjadi keluhan gejala pada mata, muskuloskeletal, dan umum (AOA, 2007). Mayoritas, sekitar 75-90%, pengguna komputer mengeluhkan gejala oftalmikus (Anshel, 2007). Di Indonesia, Amalia (2010) menunjukkan 92,9% pengguna komputer mengeluhkan gejala oftalmikus. Schlote et al. (2004) menyebutkan bahwa gejala oftalmikus ini disebabkan dan merupakan bagian dari Sindroma Mata Kering (SMK). SMK adalah kumpulan gejala akibat gangguan pada air mata dan permukaan okuler yang menyebabkan ketidaknyamanan pada mata, gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan pelumas mata (DEWS, 2007). SMK dialami sementara setelah penggunaan komputer dan dapat menghilang sendiri. Selain itu, keluhannya pun samar-samar sehingga sering diabaikan. Walaupun begitu, permukaan okuler yang kekurangan pelumas berulang juga akan mengalami inflamasi yang berulang,
Universitas Sumatera Utara
mengalami kerusakan berulang, dan SMK pun akan menetap (DEWS, 2007; AAO, 2003, Diller et al., 2005). Sen et al. (2007), Uchino et al. (2008), dan DEWS (2007) menunjukkan hubungan yang erat antara lama penggunaan komputer dengan peningkatan dan keparahan gejala SMK. Untuk mengatasinya, pengguna komputer dianjurkan untuk istirahat setelah beberapa jam penggunaan komputer (Balci et al., 2003; Blehm et al., 2005). Perlu diingat pula bahwa interupsi yang terlalu sering akan membawa dampak yang kurang efektif terhadap pekerjaan yang sedangan dikerjakan. Dengan mengetahui berapa lama penggunaan komputer memperburuk gejala SMK, pencegahan awal SMK dengan istirahat teratur hendaknya dapat dilaksanakan. Gejala SMK akan mulai dialami dan memburuk pada pengguna komputer lebih dari 2 jam per hari (Broumand et al., 2008), 3 jam per hari (Kanitkar et al., 2005; Amalia et al., 2010), 4 jam per hari (Fenga et al., 2007; Uchina et al., 2008), 5 jam per hari (Honda, 2007), dan 6 jam per hari (Shigenori et al., 2002). Pada penelitian yang menggunakan indikator lama penggunaan komputer terus-menerus, Parwati (2004) menyatakan gejala SMK timbul setelah 2 jam penggunaan komputer secara terus-menerus. Akan tetapi, penelitian Sadri (2003) dengan menggunakan tes Schirmer tidak menunjukkan adanya perbedaan sekresi air mata sebelum dan setelah 2 jam penggunaan komputer terus-menerus. Penelitian Hiroko (2007) menunjukkan variasi 1-4 jam penggunaan komputer atas kejadian SMK. Sen et al. (2007) menyatakan bahwa gejala SMK umumnya dikeluhkan setelah 3 jam penggunaan komputer secara terus-menerus atau setelah 6 jam penggunaan komputer tidak terus-menerus. Terdapat kerancuan mengenai lama penggunaan komputer yaitu apakah rata-rata jam per hari ataukah secara terus-menerus yang mempengaruhi SMK secara signifikan. Variasi jam yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya juga menimbulkan kebingungan. Kebanyakan penelitian tersebut dilaksanakan di tempat yang berbeda-beda, padahal siklus air mata sangat dipengaruhi oleh faktor ras dan kelembaban tempat. Atas dasar inilah, penulis tertarik untuk meneliti hubungan lama penggunaan komputer dengan Sindroma Mata Kering.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah lama penggunaan komputer berhubungan dengan peningkatan gejala dan keparahan Sindroma Mata Kering?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan lama penggunaan komputer dan Sindroma Mata Kering.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan lama penggunaan komputer secara terus-menerus dengan jumlah gejala dan derajat keparahan Sindroma Mata Kering. 2. Mengetahui hubungan lama penggunaan komputer rata-rata dalam satu hari dengan jumlah gejala dan derajat keparahan Sindroma Mata Kering. 3. Mengetahui hubungan riwayat lama penggunaan komputer dengan jumlah gejala dan derajat keparahan Sindroma Mata Kering. 4. Mengetahui hubungan indeks penggunaan komputer secara terus-menerus dengan jumlah gejala dan derajat keparahan Sindroma Mata Kering. 5. Mengetahui jenis lama penggunaan komputer yang bermakna terhadap peningkatan jumlah gejala dan derajat keparahan Sindroma Mata Kering. 6. Mengetahui berapa jam setelah penggunaan komputer secara terus- menerus yang bermakna terhadap peningkatan jumlah gejala dan derajat keparahan Sindroma Mata Kering. 7. Mengetahui lama penggunaan komputer rata-rata dalam satu hari yang bermakna terhadap peningkatan jumlah gejala dan derajat keparahan Sindroma Mata Kering.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi masyarakat umum, khususnya pengguna komputer Data atau informasi hasil penelitian ini dapat menjadi sebagai sumbangan informasi bagi pengguna komputer akan Sindroma Mata Kering yang dapat timbul akibat lama menatap monitor komputer. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam pengaturan waktu istirahat dan mengontrol jam penggunaan komputer agar tidak menganggu kesehatan mata dan produktivitas kerja. 2. Di bidang pelayanan masyarakat Data atau informasi penelitian ini dapat masukan bagi Departemen Tenaga Kerja dalam menetapkan maksimal jam kerja dan waktu istirahat untuk meningkatkan kualitas perlindungan kepada tenaga kerja. 3. Di bidang akademik/ilmiah Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan memperkokoh landasan teoritis ilmu kedokteran di bidang oftalmologi, khususnya tentang hubungan lama penggunaan komputer terhadap kejadian Sindroma Mata Kering. 4. Di bidang pengembangan penelitian Memberikan masukan data bagi peneliti lain di ingin menggali dan memperdalam lebih jauh topik-topik tentang Sindroma Mata Kering.