Anda di halaman 1dari 17

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap individu pastinya pernah mengalami sesuatu yang disebut stress
sepanjang kehidupannya. Setiap individu mengalami stress dari waktu ke waktu,
dan umumnya individu dapat mengadaptasi stress jangka panjang atau jangka
pendek hingga stress tersebut berlalu. Stress dapat memberi stimulus terhadap
perubahan dan pertumbuhan, dalam hal tersebut stres adalah positif dan bahkan
diperlukan. Namun terlalu banyak stress juga tidak baik dan dapat berpengaruh
buruk, penyakit fisik, dan tidak kemampuan untuk mengatasi atau koping
terhadap masalah.
Stress merupakan sumber gangguan jasmani (somatic) maupun psikologis.
Untuk mempertahankan keadaan relative seimbang pada keadaan stress maka
individu membutuhkan adaptasi fisiologis. Adaptasi ini menjadi penting untuk
menyesuaikan diri terhadapa perubahan yang terjadi dan unutk mempertahankan
ekuilibrium. Penyesuaian terhadap stress yang berorientasi pada tugas disebut
adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut mekanisme
pertahanan diri.
Pemahaman yang baik tentang stress penting bagi upaya pengobatan
maupun pencegahan gangguan jiwa. Perlu diketahui dan diperhatikan
bahwasannya kepekaan masing-masing individu terhadap stress berbeda-beda, hal
tersebut juga bergantung pada kondisi fisik individu yang turut menampilkan
gangguan jiwa. Stress merupakan gangguan kesehatan yang tidak dapat dihindari,
karena merupakan bagian dari kehidupan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka rumasan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana Konsep Stres?
2. Bagaimana Konsep Adaptasi?

1
3. Bagaimana Mekanisme Pertahanan Ego?
4. Bagaimana Aplikasi dalam keperawatan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep stres
2. Untuk mengetahui konsep adaptasi
3. Untuk mengetahui mekanisme pertahanan ego
4. Untuk mengetahui aplikasi dalam keperawatan

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 KONSEP STRES
2.1.1 Pengertian Stress
1. Yang dimaksud dengan stress (Hans selye, 1950) adalah respon tubuh yang
sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya
bagaimana proses respon tubuh seseorang manakala yang bersangkutan
mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya
artinya ridak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang
bersangkutan tidak mengalami stress. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia
mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang
bersangkutan tidak lagi dapat menjalanjakan fungsi pekerjaannya dengan baik,
maka ia disebut mengalami distress.
Dalam perkembangan selanjutnya ternyata dampak stress ini tidak hanya
mengenai gangguan fungsional hingga kelain fungsi tubuh, tetapi juga
berdampak dalam bidang kejiwaan (psikologi/psikiatrik) misalnya kecemasan
dan atau depresi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari
stress misalnya adalah bagaimana hidup beradaptasi stress tanpa harus
mengalami distress.
2. Robbins& Coulter (1999) mendefinisikan stress sebagai kondisi dinamis
dimana individu dikonfrontir dengan kesempatan pembatas atau tuntutan yang

2
berhubungan dengan apa yang diinginkan dan yang hasilnya dirasakan menjadi
tidak menentu serta penting.
3. “Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stressor psikosisial (tekanan
mental atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001).
4. “Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam; yang
menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan,
1987).
5. Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang
menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”
6. “Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu,
sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis, 1999)

2.1.2 Tahapan Stress

Tahapan I

Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan berikut :

a. Semangat bekerja, berlebihan (over acting)


b. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya
c. Merasa mampu mengerjakan perkerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa
disadari cadangan energy dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang
berlebihan pula.
d. Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat,
namun tanpa disadari cadangan energy semakin menipis.

Tahapan II

Dalam tahapan ini dampak stress yang semula “menyenengkan”


sebagaimana diuraikan dalam tahap pertama diatas mulai menghilang, dan timbul
keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energy tidak lagi cukup
sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Keluhan-keluhan
yang sering dikemukakan oleh seseoarnag yang berada pada stress tahap II adalah
sebagai berikut :

a. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.

3
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang
c. Lekas merasa lelah menjelang sore hari
d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort)
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar – berdebar)
f. Otot – otot punggung dan tengkuk terasa tegang
g. Tidak bisa santai

Tahapan III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannnya tanpa


menghiraukan keluhan – keluhan sebagaimana diuraikan pada stress tahap II
tersebut diatas, maka yang bersangkutan akan menunjukan keluhan – keluhan
yang semakin nyata dan mengganggu yaitu :

a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag”


(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare)
b. Ketegangan otot – otot semakin terasa
c. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat
d. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk masuk tidur (early
insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle
insomnia), atau terbangun terlalu pagi/dini hari dan tidak dapat kembali tidur
(late insomnia)
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan)

Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk
memperoleh terapi, atau bisa juga beban stress hendaknya dikurangi dan tubuh
memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplay energy yang
mengalami deficit

Tahapan IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter


sehubungan dengan keluhan – keluhan stress tahapan III di atas oleh dokter
dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan- kelainan fisik pada organ
tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan bersangkutan terus memaksakan diri untuk
bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stress tahap IV akan muncul:

a. Untuk bertahan sepanjang hari sudah terasa amat sulit

4
b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan
menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
c. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk
merespon secara memadai (adekuate)
d. Tidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari – hari
e. Gangguan pola tidur disertai mimpi – mimpi yang menegangkan
f. Seringkali menolak ajakan karena tiada semangat dan kegairahan
g. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
h. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya

Tahapan V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress tahap V
yang ditandai dengan hal – hal berikut:

a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and


psychological exhaustion)
b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari – hari yang ringan dan
sederhana
c. Gangguan system pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder)
d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat, mudah
bingung dan panik.

Tahapan VI

Tahapan ini meruoakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan


panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stress tahap
ini berulang kali dibawa ke unit gawat darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada
akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.
Gambaran stress tahap ini sebgai berikut :

a. Debaran jantung teramat keras


b. Susah bernapas (sesak dan megap – megap)
c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
d. Ketiadakan tenaga untuk hal – hal yang ringan
e. Pingsan atau kolaps

5
Bila dikaji maka keluhan atau gejala – gejala sebagai mana digambarkan
diatas lebih didominasi keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal
(fungsional) organ tubuh sebagai akibat stressor psikososial yang melebihi
kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

2.1.3 Penggolongan Stress

Apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati dan


Desminiarti (1990) dapat digolongkan sebagai berikut.

a. Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau
rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang atau tersengat arus listrik.
b. Stress kimiawi, disebabkan oleh asam basa kuat, obat – obatan, zat beracun,
hormone, gas
c. Stress mikrobiogik, disebabkan oleh virus, bakteri, parasite yang menimbulkan
penyakit.
d. Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ,
atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua
f. Stress psikis atau emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan
interpersonal, social, budaya, budaya, atau kebudayaan.

Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya


hanya dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti


kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari – hari, seperti
pengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan,
dan antri.

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi stress


a. faktor biologis – herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurosiologik,
dan neurohormonal.
b. faktor psikoedukatif/sosiokultural – perkembangan kepribadian,
pengalaman, dan kondisi lain yang mempengaruhi.

6
Menurut Rosenmen dan Chesney (1980), sebagaiman dikemukakan Prof.
Dadang Hawari (2001) bahwa stress apabila ditinjau dari kepribadian individu
deibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Tipe yang rentan (full nerable)


Terdapat pada tipe A yang disebut A type personality dengan pola perilaku
type behavior pattern. Individu dengan tipe ini memiliki resiko tinggi
mengalami stress dengan ciri – ciri kepribadian sebagai berikut :
a. Cita – citanya tinggi (ambisius)
b. Suka menyerang (agresif)
c. Suka bersaing (kompetitif) yang kurang sehat
d. Banyak jabatan rangkap
e. Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung,
mudah mengalami ketegangan, dan kurang sabar
f. Terlalu percaya diri (over confindent)
g. Self control kuat
h. Terlalu waspada
i. Tindakan dan cara berbicaranya cepat dan tidak dapat diam (hpiperaktif)
j. Cakap dalam berorganisasi
k. Cakap dalam memimpin
l. Tipe kepemimpinan otoriter
m. Bekerja tidak mengenal waktu
n. Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri
o. Disiplin waktu yang ketat
p. Kurang rileks dan serba terburu – buru
q. Kurang atau tidak ramah
r. Tidak mudah bergaul
s. Mudah empati, tetapi mudah bersikap bermusuhan
t. Sulit dipengaruhi
u. Sifatnya kaku
v. Pikiran tercurah kepekerjaan walaupun sedang libur
w. Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali

2. Tipe yang kebal (immune)

Terdapat pada tipe B yang disebut B type personality dengan pola perilaku
Type B behavior pattern. Individu dengan type ini kebal terhadap stress, yang ciri-
ciri kepribadiannya sebagai berikut.

a. Cita-cita atau ambisinya wajar.


b. Berkompetisi secara sehat.
c. Tidak agresif.

7
d. Tidak memaksakan diri.
e. Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah
tersinggung, penyabar dan tenang.
f. Kewaspadaan wajar.
g. Self control wajar.
h. Self confident wajar.
i. Cara berbicara tenang.
j. Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat.
k. Ada keseimbangan waktu bekerja dan istrahat.
l. Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif darn manusiawi
m. Mudah bekerja sama (kooperatif).
n. Tidak memaksakan diri dalam mengahadapi tantangan.
o. Bersikap ramah.
p. Mudah bergaul.

2.1.5 Sumber Stres Psikologis

Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stres


psikologis yaitu:

1. Frustasi

Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral


melintang, misalnya apabila ada perawat Puskesmaslulusan SPK bercita-cita ingin
mengikuti D3 Akper program khusus Puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh
suami/istri, tidak punya biaya, dan sebagainya.

Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan dalam
usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai,
kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lalin-lain).

2. Konflik

Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-
avoidance conflict, atau avoidance-avoidance conflict.

3. Tekanan

Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal


dari dalam individu, misalnya cita-cita atau norma yangterlalu tinggi. Tekanan
yang berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua menutut anaknya agar di
sekolah selalu rangking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan
kepada suami.

8
4. Krisis

Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada


individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang
harus segera dioperasi.

Keadaan stres dapat terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi,


konflik, dan tekanan.

2.1.6 Cara mengendalikan stres

Kiat untuk mengendalikan stres menurut Grant Brecht (2000) sebagai


berikut:

a. Sikap, keyakinan dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional, dan adaptif
terhadap orang lain. Artinya, jangan terlalu dahulu menyalahkan orang lain
sebelum introspeksi diri dengan pengendalian internal.
b. Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan:
1. Kemampuan menyadari (awareness skills).
2. Kemampuan untuk menerima (acepetence skills).
3. Kemampuan untuk menghadapi (coping skills).
4. Kemampuan untuk bertindak (action skills).
c. Perhatikan diri Anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan
anda.
d. Kembangkan sikap efisien.
e. Relaksasi.
f. Visualisasi (angan-angan terarah).
g. Circuit breaker dan koridor stres.

Teknik singkat untuk menghilangkan stres, misalnya melakukan


pernapasan dalam, mandi santai dalam bak, tertawa, pijat, membaca, kecanduan
positif (melakukan yang disukai secara teratur), istirahat teratur, dan ngobrol.

2.2. konsep Adaptasi (Mekanisme Penyesuaian Diri)


2.2.1. Pengertian

Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain:

9
a. W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah
mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”.
Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya
pasif(autoplastis), misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan
diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat
ia bertugas.
Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai
dengan keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang
bidan desa ingin mengubah perilaku ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi
sesuai dengan manajemen laktasi.
b. Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau
perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.

Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh


karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stres. Cara mengatasi stres dapat
berupa membatasi tempat terjadinya stres, mengurangi atau menetralisasi
pengaruhnya.

Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task
oriented).

2.2.2 Tujuan Adaptasi


a. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.
c. Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif.
d. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional.

Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
a. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan).
b. Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sma sekali.
c. Kompromi (kesepakatan).

2.2.3 Jenis Adaptasi

a. Adaptasi fisiologik-Bisa terjadi secara lokal atau umum.


Contoh:
- Seseorang yang mampu mengatasi stres, tangannya tidak berkeringat dan
tidak gemetar, serta wajahnya tidak pucat.
- Seseorang yang mampu menyesuiakan diri dengan keadaan yang berat dan
merasa mengalami gangguan apa-apa pada organ tubuh.

b. Adaptasi psikologis-Bisa terjadi secara:


- Sadar: individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan masalah

10
- Tidak sadar: menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
- Menggunakan gejala fisik (konersi) atau psikofisiologik/psikosomatik.

Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi,


baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan
stres. Stres bisa terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri tidak terpenuhi.

2.3. Mekanisme Pertahanan Ego


2.3.1. Pengertian
a. Menurut Wolf, dkk seperti dikemukakan oleh Sri Kurmiati dan Desminiarti
(1990), “Mekanisme pertahan diri adalah proses tidak sadar yang dipakai
untuk melindungi diri dari kecemasan (ansietas)”.
b. “Mekanisme pertahanan ego adalah reaksi individu terhadap stres yang
mengancam perasaan, kemampuan, dan harga diri individu” (Maramis, 1999).
c. “Mekanisme pertahanan ego adalahmekanisme khusus yang bertujuan
melenyapkan penghayatan ansietas yang tidak enak” (Soeharto Heerdjan,
1979).

2.3.2. Jenis Mekanisme Pertahanan Ego

Menurut Soeharto Heerdjan, macam-macam mekanisme pertahanan ego


secara garis besar dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

a. Mekanisme pengingkaran (negasi)


b. Mekanisme pelarian (escape mechanism)
c. Mekanisme substitusi (substitution mechanism)

Namun, secara terinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah suatu usaha untuk menghindari konflik psikologis


dengan membuat alasanyang masuk akal (rasional).

Contoh:

Seorang mahasiswa nilai ulangannya jelek, alasannya karena sakit sehingga tidak
dapat belajar. Padahal sebenarnya IQ-nya kurang.

2. Mengisar

Mengisar (displacement) adalah pemindahan perilaku kepada perilaku


yang lain bentuknya atau ke obyek lain.

Contoh:

11
Seorang mahasiswa berbuat kesalahan pada waktu praktik dan dimarahi oleh
kepala ruangan. Kemudian ia marah-marah lagi kepada pasien yang dirawat.

3. Identifikasi

Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi


orang lain dengan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan
bersifat seperti orang lain tersebut.

4. Kompensasi

Seorang individu tidak memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi


mendapatkan kepuasan dibidang lain.

Contoh:

Seorang mahasiswa Akper pretasi belajarnya rendah, tetapi menonjol dalam


bidang kerokhanian.

5. Overcompensation/reaction formation

Perilaku seseorang yang gagal dalam mencapai tujuan dan dia tidak
mengakui tujuan pertama tersebut dengan melupakan dan melebihkan tujuan
kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.

Contoh:

Seseorang anak yang dimarahi jika berpakaian kotor, bereaksi dengan menjadi
sangat rapi dan bersih, dan menghindari hal-hal yang kotor.

6. Sublimasi

Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif


dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang
konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh
masyarakat yang derajatnya lebih tinggi.

Contoh:

Impuls agresif disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.

7. Proyeksi

12
Proyeksi adalahmekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin
sendiri pada objek diluar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada
orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah dari rasionalisasi.

Contoh:

Ia membenci orang lain, ia mengatakan orang itu benci kepadanya.

8. Introyeksi

Introyeksi adalah memasukkan dalam pribadi sifat-sifat dari pribadi orang


lain.

Contoh:

Seorang wanita mencintai seorang pria,iamemasukkan pribadi pria itu ke dalam


pribadinya.

9. Reaksi Konversi

Secara singkat mengalihkan konflik alat tubuh atau mengembangkan


gejala fisik.

Contoh:

Kurang siap menghadapi ujian, seseorang mengalami ketegangan lalu sering


buang air kecil.

10. Represi

Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima


dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan sengaja dilupakan.

Contoh:

Kita mencoba melupakan pengalaman pahit masa lalu. Hal-hal yang ditekan ini
akan tetap hidup di alam tidak sadar.

11. Supresi

Supresi adalahmenekan konflik, impuls-impuls yang tidak dapat diterima


dengan secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan dirinya.

Contoh:

Individu berkata: “ sebaiknya kita tidak lagi membicarakan hal itu”.

13
12. Denial

Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak


menyenangkan.

Contoh:

Seorang penderita penyakit diabetes melitus memakan semua makan yang


sebenarnya harus pantang.

13. Menarik Diri

Menarik diri (regresi) adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila


menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan denganlingkungannya.

Contoh:

Tidak lulus EBTA, seorang sisiwa mengunci diridi kamar dan tidak mau bergaul.

14. Fantasi

Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik


diri dengan berkhayal/berfantasi, misalnya dengan lamunan.

15. Negativisme

Negativisme adalah perilaku seseorang yang selalu


bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.

Contoh:

Seorang anak remaja menentang orang tua dan lari ke narkotik.

16. Sikap mengkritik orang lain

Bentuk perilaku pertahan diri untuk menyerang orang lalin dengan


kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka).

2.4. Aplikasi dalam Keperawatan


Aplikasi dalam keperwatan menganai Stres, Adaptasi dan Mekanisme
pertahanan Ego sebagai berikut :
1. Perawat dapat menggunakan model stress untuk membantu klien mengatasi
respon yang tidak sehat dan non-produktif
2. Perawat merupakan sumber bagi klien untuk mengurangi keparahan stressor.

14
3. Perawat dapat membantu klien dan keluarga untuk meningkatkan kesehatan
dalam semua dimensi kemanusiaan.

BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa
stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan, perubahan,
ketegangan, emosi dan lain-lain yang emnimbulkan dampak pada fisik dan
psikologi seseorang. Sedangkan adptasi adalah penyesuaian diri, menyesuaikan
diri dengan keadaan lingkunga sekitar untuk mengatasi kesulitan dan hambatan
dari sebuah permasalahan. Mekanisme pertahanan ego adalah metoda koping
terhadap stres secara tidak langsung.
Stress yang terjadi tiap individu berbeda-beda sehingga tergantung pada
masalah yang sedang dihadapi dan kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalahnya tersebut. Jika individu dapat beradaptasi dan mekanisme pertahanan
egonya baik maka individu teresbut akan senang, sedangkan jika individu tidak
beradaptasi dan mekanisme pertahanan egonya tidak baik maka akan berlawanan
dengan apa yang diiinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional.

3.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis merumuskan saran yang dapat di


aplikasikan dalam berbagai kalangan antara lain:
1) Masyarakat
Dengan pengetahuan tentang konsep stress yang telah dipaparkan penulis
diharapkan masyarakat dapat mengetahui faktor penyebab stress dan tahapan-
tahapan stress sehingga masyarakat dapat mengendalikan stress dengan baik.
2) Perawat
Diharapkan untuk perawat dapat mengaplikasikan mengenai stress,
adaptasi dan mekanisme pertahanan ego untuk dirinya sendiri kemudian untuk
menghadapi klien dan untuk melakukan asuhan keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, Dadang. 2013. Manajemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI

https://mahardikapertiwi.wordpress.com/2014/03/29/makalah-strees-dan-adaptasi/
diakses pada tanggal 17 April 2015

Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan
Praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta. EGC

LAMPIRAN

16
Soal

1.

17

Anda mungkin juga menyukai