Bab 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap individu pastinya pernah mengalami sesuatu yang disebut stress
sepanjang kehidupannya. Setiap individu mengalami stress dari waktu ke waktu,
dan umumnya individu dapat mengadaptasi stress jangka panjang atau jangka
pendek hingga stress tersebut berlalu. Stress dapat memberi stimulus terhadap
perubahan dan pertumbuhan, dalam hal tersebut stres adalah positif dan bahkan
diperlukan. Namun terlalu banyak stress juga tidak baik dan dapat berpengaruh
buruk, penyakit fisik, dan tidak kemampuan untuk mengatasi atau koping
terhadap masalah.
Stress merupakan sumber gangguan jasmani (somatic) maupun psikologis.
Untuk mempertahankan keadaan relative seimbang pada keadaan stress maka
individu membutuhkan adaptasi fisiologis. Adaptasi ini menjadi penting untuk
menyesuaikan diri terhadapa perubahan yang terjadi dan unutk mempertahankan
ekuilibrium. Penyesuaian terhadap stress yang berorientasi pada tugas disebut
adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut mekanisme
pertahanan diri.
Pemahaman yang baik tentang stress penting bagi upaya pengobatan
maupun pencegahan gangguan jiwa. Perlu diketahui dan diperhatikan
bahwasannya kepekaan masing-masing individu terhadap stress berbeda-beda, hal
tersebut juga bergantung pada kondisi fisik individu yang turut menampilkan
gangguan jiwa. Stress merupakan gangguan kesehatan yang tidak dapat dihindari,
karena merupakan bagian dari kehidupan.
1
3. Bagaimana Mekanisme Pertahanan Ego?
4. Bagaimana Aplikasi dalam keperawatan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep stres
2. Untuk mengetahui konsep adaptasi
3. Untuk mengetahui mekanisme pertahanan ego
4. Untuk mengetahui aplikasi dalam keperawatan
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 KONSEP STRES
2.1.1 Pengertian Stress
1. Yang dimaksud dengan stress (Hans selye, 1950) adalah respon tubuh yang
sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya
bagaimana proses respon tubuh seseorang manakala yang bersangkutan
mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya
artinya ridak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang
bersangkutan tidak mengalami stress. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia
mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang
bersangkutan tidak lagi dapat menjalanjakan fungsi pekerjaannya dengan baik,
maka ia disebut mengalami distress.
Dalam perkembangan selanjutnya ternyata dampak stress ini tidak hanya
mengenai gangguan fungsional hingga kelain fungsi tubuh, tetapi juga
berdampak dalam bidang kejiwaan (psikologi/psikiatrik) misalnya kecemasan
dan atau depresi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari
stress misalnya adalah bagaimana hidup beradaptasi stress tanpa harus
mengalami distress.
2. Robbins& Coulter (1999) mendefinisikan stress sebagai kondisi dinamis
dimana individu dikonfrontir dengan kesempatan pembatas atau tuntutan yang
2
berhubungan dengan apa yang diinginkan dan yang hasilnya dirasakan menjadi
tidak menentu serta penting.
3. “Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stressor psikosisial (tekanan
mental atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001).
4. “Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam; yang
menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan,
1987).
5. Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang
menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”
6. “Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu,
sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis, 1999)
Tahapan I
Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan berikut :
Tahapan II
3
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang
c. Lekas merasa lelah menjelang sore hari
d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort)
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar – berdebar)
f. Otot – otot punggung dan tengkuk terasa tegang
g. Tidak bisa santai
Tahapan III
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk
memperoleh terapi, atau bisa juga beban stress hendaknya dikurangi dan tubuh
memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplay energy yang
mengalami deficit
Tahapan IV
4
b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan
menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
c. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk
merespon secara memadai (adekuate)
d. Tidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari – hari
e. Gangguan pola tidur disertai mimpi – mimpi yang menegangkan
f. Seringkali menolak ajakan karena tiada semangat dan kegairahan
g. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
h. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya
Tahapan V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress tahap V
yang ditandai dengan hal – hal berikut:
Tahapan VI
5
Bila dikaji maka keluhan atau gejala – gejala sebagai mana digambarkan
diatas lebih didominasi keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal
(fungsional) organ tubuh sebagai akibat stressor psikososial yang melebihi
kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
a. Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau
rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang atau tersengat arus listrik.
b. Stress kimiawi, disebabkan oleh asam basa kuat, obat – obatan, zat beracun,
hormone, gas
c. Stress mikrobiogik, disebabkan oleh virus, bakteri, parasite yang menimbulkan
penyakit.
d. Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ,
atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua
f. Stress psikis atau emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan
interpersonal, social, budaya, budaya, atau kebudayaan.
6
Menurut Rosenmen dan Chesney (1980), sebagaiman dikemukakan Prof.
Dadang Hawari (2001) bahwa stress apabila ditinjau dari kepribadian individu
deibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
Terdapat pada tipe B yang disebut B type personality dengan pola perilaku
Type B behavior pattern. Individu dengan type ini kebal terhadap stress, yang ciri-
ciri kepribadiannya sebagai berikut.
7
d. Tidak memaksakan diri.
e. Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah
tersinggung, penyabar dan tenang.
f. Kewaspadaan wajar.
g. Self control wajar.
h. Self confident wajar.
i. Cara berbicara tenang.
j. Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat.
k. Ada keseimbangan waktu bekerja dan istrahat.
l. Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif darn manusiawi
m. Mudah bekerja sama (kooperatif).
n. Tidak memaksakan diri dalam mengahadapi tantangan.
o. Bersikap ramah.
p. Mudah bergaul.
1. Frustasi
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan dalam
usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai,
kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lalin-lain).
2. Konflik
Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-
avoidance conflict, atau avoidance-avoidance conflict.
3. Tekanan
8
4. Krisis
a. Sikap, keyakinan dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional, dan adaptif
terhadap orang lain. Artinya, jangan terlalu dahulu menyalahkan orang lain
sebelum introspeksi diri dengan pengendalian internal.
b. Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan:
1. Kemampuan menyadari (awareness skills).
2. Kemampuan untuk menerima (acepetence skills).
3. Kemampuan untuk menghadapi (coping skills).
4. Kemampuan untuk bertindak (action skills).
c. Perhatikan diri Anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan
anda.
d. Kembangkan sikap efisien.
e. Relaksasi.
f. Visualisasi (angan-angan terarah).
g. Circuit breaker dan koridor stres.
9
a. W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah
mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”.
Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya
pasif(autoplastis), misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan
diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat
ia bertugas.
Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai
dengan keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang
bidan desa ingin mengubah perilaku ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi
sesuai dengan manajemen laktasi.
b. Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau
perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task
oriented).
Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
a. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan).
b. Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sma sekali.
c. Kompromi (kesepakatan).
10
- Tidak sadar: menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
- Menggunakan gejala fisik (konersi) atau psikofisiologik/psikosomatik.
1. Rasionalisasi
Contoh:
Seorang mahasiswa nilai ulangannya jelek, alasannya karena sakit sehingga tidak
dapat belajar. Padahal sebenarnya IQ-nya kurang.
2. Mengisar
Contoh:
11
Seorang mahasiswa berbuat kesalahan pada waktu praktik dan dimarahi oleh
kepala ruangan. Kemudian ia marah-marah lagi kepada pasien yang dirawat.
3. Identifikasi
4. Kompensasi
Contoh:
5. Overcompensation/reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal dalam mencapai tujuan dan dia tidak
mengakui tujuan pertama tersebut dengan melupakan dan melebihkan tujuan
kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.
Contoh:
Seseorang anak yang dimarahi jika berpakaian kotor, bereaksi dengan menjadi
sangat rapi dan bersih, dan menghindari hal-hal yang kotor.
6. Sublimasi
Contoh:
7. Proyeksi
12
Proyeksi adalahmekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin
sendiri pada objek diluar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada
orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah dari rasionalisasi.
Contoh:
8. Introyeksi
Contoh:
9. Reaksi Konversi
Contoh:
10. Represi
Contoh:
Kita mencoba melupakan pengalaman pahit masa lalu. Hal-hal yang ditekan ini
akan tetap hidup di alam tidak sadar.
11. Supresi
Contoh:
13
12. Denial
Contoh:
Contoh:
Tidak lulus EBTA, seorang sisiwa mengunci diridi kamar dan tidak mau bergaul.
14. Fantasi
15. Negativisme
Contoh:
14
3. Perawat dapat membantu klien dan keluarga untuk meningkatkan kesehatan
dalam semua dimensi kemanusiaan.
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa
stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan, perubahan,
ketegangan, emosi dan lain-lain yang emnimbulkan dampak pada fisik dan
psikologi seseorang. Sedangkan adptasi adalah penyesuaian diri, menyesuaikan
diri dengan keadaan lingkunga sekitar untuk mengatasi kesulitan dan hambatan
dari sebuah permasalahan. Mekanisme pertahanan ego adalah metoda koping
terhadap stres secara tidak langsung.
Stress yang terjadi tiap individu berbeda-beda sehingga tergantung pada
masalah yang sedang dihadapi dan kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalahnya tersebut. Jika individu dapat beradaptasi dan mekanisme pertahanan
egonya baik maka individu teresbut akan senang, sedangkan jika individu tidak
beradaptasi dan mekanisme pertahanan egonya tidak baik maka akan berlawanan
dengan apa yang diiinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional.
3.2. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, Dadang. 2013. Manajemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI
https://mahardikapertiwi.wordpress.com/2014/03/29/makalah-strees-dan-adaptasi/
diakses pada tanggal 17 April 2015
Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan
Praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC
LAMPIRAN
16
Soal
1.
17