Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan kulit perlu di perhatikan karena kulit merupakan bagian


yang paling vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit
adalah jaringan,yang selama ini kurang di perhatikan sebagian besar orang
sampai terjadi sesuatu. Lalu mereka baru menyadari betapa pentingnya
kulit bagi citra diri. Dengan demikian pada kulit manusia mempunyai
perana yang sangat penting, selain fungsi utama yang menjalin
kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu ras, dan sarana
komunikasi nonverbal antara individu satu dengan yang lain. Banyak
penyakit kulit menyebabkan gatal dan ketidaknyamanan untuk jangka
waktu lama. Penyakit kulit dapat menyebabkan kegagalan fungsi kulit dan
ini sama seriusnya dengan penyakit hati dan ginjal.

Penyakit yang sering timbul adalah penyakit kulit akibat jamur


superficialis contohnya penyakit panu (Pityarisis Versicolor). Prnyakit ini
timbul lebih banyak di daerah dengan tingkat kelembaban yang tinggi
yaitu negara-negara tropis seperti indonesia. Dengan banyaknya aktivitas
yang dilakukan oleh ramaja pria yang mengeluarkan banyak keringat di
tambah tidak memperhatikan hygiene personal (kebersihan diri), dapat
dipastikan akan menjadi faktor pemicu terinfeksinya penyakit panu
(pityriasis versicolor)

Pityriasis Versicolor (PV) merupakan penyakit jamur superfisial


yang kronik yang biasanya tidak memberikan keluhan subjektif. Keluhan
penderita biasanya hanya berupa bercak berwarna putih sampai coklat
yang berskuama halus, terutama dijumpai di bagian atas badab (punggung
dan dada) dan meluas ke lengan atas, leher, dan perut atau tungkai
atas/bawah dan dapat pula dijumpai lesi di lipatan aksila, inguinal atau di
kulit muka dan kepala (Budimulja, 2010).
Morbiditas penyakit kulit masi tergolong tinggi di indonesia.
Penyakit kulit bisa disebabkan virus, bakteri, ataupun jamur. Penyakit kulit
semakin berkembang hal ini di buktikan dari data Profil Kesehatan
Indonesia 2010 yang menunjukkan bahwa penyakit kulit dan jaringan
subkutan menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan di rumah sakit se-Indonesia berdasarkan jumlah kunjungan
yaitu sebanyak 192.414 kunjungan dengan 122.076 kasus baru. Tinea
Kruris 1026 kasus (39,9%), Tinea Korporis 572 kasus (22,2%), Pityriasis
Versicolor 502 kasus (19,5%), Tinea Pedis 203 kasus (7,9%), Tinea
Kapitis dan Tinea Barbae 111 kasus (4,3%), Tinea Unguium 202 kasus
(4,0%). Tinea Manuum 47 kasus (1,8%), Tinea Imbrikata 6 kasus (0,2%),
White Piedra 1 kasus (0,03%), Black Piedra 1 kasus (0,03%), Tinea Nigra
1 kasus (0,03%) (Harahap, 2013)

Penyakit ini di sebabkan oleh jamur jamur Malassezia furfur.


Malassezia furfur yang merupakan mikroflora normal berada pada fase
hifa mempunyai sifat invasif, dan patogen. Bagian tubuh yang diserang
jamur ini meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat
paha, lengan tungkai atas leher dan kulit kepala yang berambut (Petry et
al, 2011, Sei, 2012)

Penggunaan herbal dalam pengobatan alternatif semakin


meningkat di Indonesia hingga ke mancanegara. Hal ini disebabkan
penggunaannya mudah dan mudah di jangkau oleh masyarakat. Selain itu,
efek samping yang di timbulkan oleh obat herbal lebih kecil dari pada obat
kimiawi. Harga obat herbal dapat di katakan relatif murah dari pada obat
kimia (Subroto, 2006)

Lidah buaya memiliki kandungan anthrakuinon, terutama eloe-


emodin dan aloin, yang dapat digunakan sebagai antifungi (Ali et al.,
1999; Nidiry et al., 2010)
1.2. Rumuan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di tarik suatu rumusan masalah


yaitu apakah lidah buaya mampu sebagai bahan baku antifungi pada
pityriasis versicolor (PV)
1.3. Tujuan

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian


ini yang ingin di capai oleh penelitian adalah untuk mengetahui
kemampuan sebagai antifungi pada pityarisis versicolor (PV)
1.4. Luaran Yang Dipakai
1. Artikel ilmiah
2. Paten
1.5. Kegunaan
Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai beriku:
1. Penelitian ini dapat di jadikan sebagai acuan informasi
pengetahuan
dibidang kesehatan

2. Memberikan informasi bagi masyarakan pentingnya menjaga


kesehatan
3. Pembuatan produk yang dapat di patenkan.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Lidah Buaya


Menurut taksonominya, lidah buaya klasifikasinya sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divis I : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo : Asparagales
Famili : Asphodelaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera L.

2.2. moefologi lidah buaya

Batang tanaman lidah buaya berserat atau berkayu. Pada umumnya


sanagt pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutup oleh daun yang
rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Namun, ada juga beberapa
species yang berbentuk pohon dengan ketinggian 3-5m. Species ini dapat
dijumpai di gurun Afrika Utara dan Amerika. Melalui batang iniakan
tumbuh tunas yang akan menjadi anakan.
2.3. Kandungan lidah buaya

Gel lidah buaya juga memperlihatkan aktivitas anti penuaan karena


mampu menghampat proses penipisan kulit dan menahan kehilangan serat
elasin serta menaikkan kandungan kolagen dermis yang larut air. Lidah
buaya terbukti dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
( Okyar, et al, 20110.
Lidah buaya mengandung saponin yang mempunyai kemampuan
membunuh kuman, serta senyawa antrakuinon dan kuinon sebagai
antibiotic dan penghilang rasa sakit. Lidah buaya juga merangsang
pertumbuhan sel baru dalam kulit. Dalam gel lidah buaya terkandung
lignin yang mampu menembus dan meresap ke dalam kulit, sehingga sel
akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan tubuh. Adapun
manfaat lain dari lidah buaya adalah untuk mengobati cacingan, susah
buang air besar, sembelit, penyubur rambut, luka bakar atau tersiram aie
panas, jerawat, noda hitam, batuk, diabetes, radang tenggorokan,
menurunkan kolestrol (Sudarto, 1997).

Cairan bening seperti jeli diperoleh dengan membelah batang lidah buaya.
Jeli ini mengandung zat anti bakteri dan anti jamur yang dapat
menstimulasi fibroblast yaitu sel;sel kulit yang berfungsi menyembuhkan
luka. Selain kedua zat tersebut, jeli lidah buaya juga mengandung salisilat,
zat peredam sakit dan anti bengkak seperi yang terdapat dalam asparin
(Sulaeman, 2008)
2.4. Struktur dan sifat lidah buaya

Lidah buaya (Aloe vera) adalah sejenis tumbuhan yang sudah


dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut,
penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat
ditemukan dengan mudah di kawasan kering di Afrika.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manfaat
tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan
kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan.

Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman


terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
tanaman obat dan bahan baku industri.

Berdasarkan hasil penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan


zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan
komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
2.5. pencegahan
Untuk mencegah terjadinya pityriasis versicolor dapat di sarankan
pemakaian 50% propilen glikol dalam air untuk pencegahan kekambuhan.
Pada daerah endemik dapat disarankan pemakaian ketokonazol 200
mg/hari selama 3 bulan atau itrakonazol 200 mg sekali sebulan atau
pemakaian sampo selenium sulfid sekali seminggu (Radiono, 2001)
Untuk mencegah timbulnya kekambuhan, perlu diberikan
pengobatan pencegahan, misalnya sekali dalam seminggu, sebulan dan
seterusnya warna kulit akan putih kembali bila tidak terjadi reinfeksi.
Pajanan terhadap sinar matahari dan kalau perlu obat fototoksik dapat
dipakai dengan hati-hati, misalnya oleum bergamot atau metoksalen untuk
memulihkan warna kulit tersebut. (Madani A, 2000)
2.6. Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur, yang dengan pemeriksaan


morfologi dan imunoflorensi indirek ternyata identik dengan pityrosporum
orbiculare. (Madani A, 2000).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. jenis penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental bertujuan untuk mengetahui lidah


buaya terhadap aktivitas antifungi
3.2. alat dan Bahan
Alat dan bahan digunakan untuk penelitian ini antara lain:
3.2.1. alat
1. mangkok
2. sendok
3. pisau
4. blender
5. botol semprot
6. penyaring
3.2.2. bahan
1. lidah buaya
2. mentimun
3. minyak zaitun
4. air

Anda mungkin juga menyukai