Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

“HARGA DIRI RENDAH“

Disusun Oleh :

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

2011
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA) : HARGA DIRI RENDAH (HDR)


A. Definisi
 Pengertian
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri (Yoedhas, 2010).
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Townsend, 1998).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang
membuat seseorangmengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan
orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian yang dikemukakan oleh Stuart &
Sundeen (1998) yaitu gambaran diri (citra tubuh), ideal diri, harga diri, peran diri dan
identitas diri.
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negative terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan (Budi Ana Keliat, 1999).

 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Budi Ana Keliat (1999), yaitu :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
3. Gangguan hubungan social (menarik diri).
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupannya).
Menurut Stuart & Sundeen (1998), perilaku klien HDR menunjukkan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Produktivitas menurun.
2. Mengkritik diri sendiri dan orang lain.
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan.
5. Perasaan tidak mampu.
6. Rasa bersalah.
7. Mudah tersinggung.
8. Perasaan negative terhadap tubuhnya sendiri.
9. Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
10. Pandangan hidup yang pesimis.
11. Keluhan fisik.
12. Pandangan hidup yang bertentangan.
13. Penolakan terhadap kemampuan personal.
14. Destruktif terhadap diri sendiri.
15. Menolak diri secara social.
16. Penyalahgunaan obat.
17. Menarik diri dan realitas.
18. Khawatir.
Akibat harga diri rendah yang berkepanjangan (kronis), klien akan mengisolasi
diri dari lingkungan dan akan menghindar dengan orang lain.

 Tingkatan
Tingkatan konsep diri : Harga diri rendah, yaitu :
 Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif,
 Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharpkannya dan sesuai
dengan kenyataan,
 Harga diri rendah
Perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai tujuan,
 Keracunan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologis pada masa dewasa,
sifat kepribadian yang bertentangan, perasaan hampa, dan lain-lain.
 Depersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas, misalnya malu dan sedih
karena orang lain.

 Klasifikasi
Klasifikasi HDR berdasarkan teori penyebab, yaitu:
1. HDR Situasional
Yaitu HDR yang terjadi karena trauma secara tiba-tiba, misalnya pasca operasi,
kecelakaan, cerai, putus sekolah, PHK, perasaan malu (korban perkosaan, dipenjara,
dituduh KKN) dan sebagainya.
HDR terjadi disebabkan oleh:
- Privacy yang kurang diperhatikan
- Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat atau sakit
- Perlakuan yang tidak menghargai
2. HDR Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang sudah berlangsung lama, klien
mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian sakit yang dirawat akan
menambah persepsi negative terhadap dirinya.

B. Rentang Respon
Respon adaptif Respon Maladaftif

Aktualisasi konsep diri harga diri keracunan depersonalisasi


Diri positif rendah identitas

 Aktualisasi diri : pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif
 Konsep diri positif : dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya
dan sesuai dengan kenyataan
 Harga diri rendah : perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayan diri,
merasa gagal mencapai tujuan
 Keracunan identitas : ketidak mampuan individu mengidentifikasi aspek psikologis
pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan perasaanhampa, dan lain-lain.
 Depersonalisasi : merasa asing terhadap diri snediri, kehilangan identitas misalnya malu
dan sedih karena orang lain.

C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut Stuart & Sundeen (1998) sebagai berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi :
a. Penolakan orang tua,
b. Harapan orang tua yang tidak realistis,
c. Kegagalan yang berulang,
d. Kurang mempunyai tanggung jawab yg personal,
e. Ketergantungan pada orang lain,
f. Ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Meliputi sreotif peran gender, terutama peran kerja dan harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi :
a. Ketidakpercayaan orang tua,
b. Tekanan dari kelompok sebaya,
c. Perubahan struktur sosial.

D. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (1998) dapat berasal dari sumber
internal dan eksternal yaitu :
1. Trauma
Seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya
sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
 Transisi peran perkembangan
Adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan.Perubahan ini
termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
 Transisi peran situasi
Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran
atau kematian.
 Transisi peran sehat-sakit
Terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat kekeadaan sakit, transisi ini dicetuskan
oleh :
- Kehilangan anggota tubuh
- Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
- Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
- Prosedur medis dan keperawatan.

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada HDR yaitu pertahanan jangka pendek dan jangka penjang serta
penggunaan mekanisme bertahan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang meyakinkan.
Pertahanan jangka pendek yaitu :
- Aktivitas dapat memberikan pelarian sementara dari lensia identitas
- Aktivitas garis dapat memberikan identitas sementara
- Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri
- Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas yang
kurang berarti dalam kehidupan individu.
Pertahanan jangka panjang termasuk sebagai berikut :
- Penutupan identitas dan Identitas negatif.
II. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATAFOKUS PENGKAJIAN
A. Masalah Keperawatan
1. Prilaku kekerasan
2. Resiko mencedera diri
3. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
4. Harga diri rendah

B. Data Fokus Pengkajian

Data Subjektif Data Objektif


 Klien mengancam  Mata melotot/pandangan tajam
 Klien mengumpat dengan kata-kata  Tangan mengepal
kotor  Rahang mengatup
 Klien mengatakan dendan dengan jengel  Wajah memerah dan tegang
 Klien mengatakan ingin berkelahi  Postur tubuh kaku
 Klien menyalahkan dengan menuntut  Suara keras
 Klien meremehkan

III. POHON MASALAH

(EFFECT) RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI,ORANG LAIN DAN


LINGKUNGAN

(CORE PROBLEM) PRILAKU KEKERASAN

(CAUSA) GANGGUAN KONSEP DIRI HARGA DIRI RENDAH


IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Prilaku Kekerasan
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa : Prilaku Keerasan

Rencana Tindakan
No Diagnosis
TUK/SP Tindakan

1 Resiko perilaku TUM: Selama perawatan diruangan, pasien Tindakan Psikoterapi


kekerasan tidak memperlihatkan perilaku kekerasan,
a. Pasien
dengan criteria hasil(TUK):
BHSP
Dapat membina hubungan saling percaya
Ajarakan SP 1:
Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda
dan gejala, bentuk dan akibat PK yang sering o Diskusikan penyebab, tanda dan gejala,
dilakukan bentuk dan akibat PK yang dilakukan
pasien serta akibat PK
Dapat mendemonstrasikan cara
mengontrol PK dengan cara : o Latih pasien mencegah PK dengan cara:
fisik (tarik nafas dalam & memeukul bantal)
o Fisik
o Masukkan dalam jadwal harian
o Social dan verbal
Ajarkan SP 2:
o Spiritual
o Minum obat teratur o Diskusikan jadwal harian

Dapat menyebutkan dan o Latih pasien mengntrol PK dengan cara


mendemonstrasikan cara mencegah PK yang sosial
sesuai
o Latih pasien cara menolak dan meminta
Dapat memelih cara mengontrol PK yang yang asertif
efektif dan sesuai
o Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Dapat melakukan cara yang sudah dipilih
Ajarkan SP 3:
untuk mengontrl PK
o Diskusikan jadwal harian
Memasukan cara yang sudah dipilih dalam
kegitan harian o Latih cara spiritual untuk mencegah PK

Mendapat dukungan dari keluarga untuk o Masukkan dalam jadawal kegiatan harian
mengontrol PK
Ajarkan SP 4 :
Dapat terlibat dalam kegiatan diruangan
o Diskusikan jadwal harian

o Diskusikan tentang manfaat obat dan


kerugian jika tidak minum obat secara teratur

o Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

Bantu pasien mempraktekan cara yang


telah diajarkan

Anjurkan pasien untuk memilih cara


mengontrol PK yang sesuai

Masukkan cara mengontrol PK yang telah


dipilih dalam kegiatan harian

Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan


pasien dirumah sakit

b. Keluarga

Diskusikan masalah yang dirasakan


keluarga dalam merawat pasien PK

Jelaskan pengertian tanda dan gejala


PK yang dialami pasien serta proses
terjadinya

Jelaskan dan latih cara-cara merawat


pasien PK

Latih keluarga melakukan cara


merawat pasien PK secara langsung

Discharge planning : jadwal aktivitas


dan minum obat

Tindakan psikofarmako

Berikan obat-obatan sesuai program


pasien

Memantau kefektifan dan efek samping


obat yang diminum

Mengukur vital sign secara periodic

Tindakan manipulasi lingkungan

Singkirkan semua benda yang berbahaya


dari pasien

Temani pasien selama dalam kondisi


kegelisahan dan ketegangan mulai meningkat

Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik


dengan melakukan pengikatan/restrain atau
masukkan ruang isolasi bila perlu

Libatkan pasien dalam TAK konservasi


energi, stimulasi persepsi dan realita
DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta.
Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000,
Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.
Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.
Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta.
Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ;
Jakarta.
Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.
Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1,
CV. Agung Seto; Jakarta.
Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta.
Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC ; Jakarta.
WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai